DISUSUN OLEH:
PAIRAH
2101079
A. Latar Belakang
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah istilah yang digunakan
jika bayi lahir dengan berat badan di bawah 2500 gram, Berat lahir normal
berkisar 2500-4000 gram (Kemenkes RI, 2019). Secara global,
diperkirakan 15-20% dari semua kelahiran, atau >20 juta bayi baru lahir
setiap tahunnya, adalah bayi dengan berat badan lahir rendah. Negara
berpenghasilan rendah dan menengah memiliki beban BBLR yang cukup
tinggi. lebih dari 95% bayi BBLR dunia lahir di negara tersebut. Ada
variasi global dan regional yang mencolok dalam tingkat BBLR.
Diperkirakan 6% bayi lahir dengan BBLR di Asia Timur dan Pasifik, 13%
di Afrika Sub-Sahara, dan hingga 28% di Asia Selatan (Cutland et al.,
2017).
Di Indonesia kejadian BBRL masih tinggi, Sembilan provinsi
dengan angka kejadian BBLR tertinggi yaitu DI Yogyakarta 7,6%,
Sulawesi tengah 6.9%, Gorontalo 5.9%, Sulawesi Barat 5,1 %, Bangka
Belitung 5,0%, NTT 4,9%, Kalimantan Utara 4,8%, Maluku Utara 4,8%,
dan Papua 4,7%. Sementara dua provinsi dengan kejadian BBLR yang
paling rendah adalah jambi dan Maluku dengan angka kejadian 1,3%
(Kemenkes RI, 2019). Kejadian BBLR di papua paling tinggi di kota
jayapura yaitu dengan angka kelahiran 5.142 terdapat 169 kejadian BBLR,
sementara di kota Mappi dengan angka kelahiran 2532 terdapat 80
kejadian BBLR, dan ini masih cukup tinggi (BPS Provinsi Papua, 2017).
Berdasarkan studi awal yang dilakukan ditemukan bahwa kejadian BBLR
sebanyak 168. Sementara untuk data PKM senggo dari tahun 2019 sampai
2022 yaitu kejadian BBLR 26.
BBLR dan kelahiran prematur merupakan penyebab utama
kematian bayi yang menyumbang 30% kematian anak selama 28 hari
pertama kehidupannya. Oleh karena itu, BBLR dianggap sebagai masalah
kesehatan masyarakat yang utama dan penyebab utama kematian neonatal
dengan berbagai efek buruk terkait kesehatan. BBLR merupakan indikator
kesehatan yang penting untuk kelangsungan hidup bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gr. Anak-anak dengan BBLR berisiko lebih
tinggi terkena penyakit dan kematian karena berat lahir mereka yang
rendah selama masa kanak-kanak (Abbas, Kumar, Mahmood, &
Somrongthong, 2021).
Faktor individu dan keluarga merupakan variabel penting dalam
prevalensi BBLR. Perawat bertanggung jawab untuk memberikan
sosialisasi kepada ibu dan ayah yang akan memiliki dan berencana untuk
memiliki anak. Faktor budaya dalam keluarga dan masyarakat tempat ibu
tinggal juga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. (Utami &
Susilaningrum, 2022). Beberapa faktor yang menyebabkan BBLR adalah
riwayat anemia ibu saat hamil, perdarahan antepartum, hamil ganda, pre-
eklmasia/eklamsia, ketuban pecah dini, penyakit saat kehamilan, usia ibu,
paritas, jarak kehamilan, paparan asap roko, cacat bawaan, infeksi dalam
Rahim, dan Kekurangan energi kronik (KEK) (Rusependhi & Utari, 2020,
Ferinawati & Sari, 2020).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah kondisi tubuh yang
ditandai dengan berat badan rendah dan simpanan energi yang rendah,
kemungkinan kapasitas fisik yang terbatas karena kekurangan makanan
dalam jangka waktu yang lama dengan indeks massa tubuh (BMI) kurang
dari 18,5 kg/m2 untuk orang dewasa. Kekurangan energi kronis lebih
tinggi pada wanita pedesaan usia subur dan disebabkan oleh makan yang
terlalu sedikit atau pola makan yang tidak seimbang yang kekurangan zat
gizi yang cukup (Wubie, Seid, Eshetie, Id, & Menber, 2020).
Status kesehatan dan gizi ibu hamil, selama dan sebelum
kehamilan dianggap sangat terkait dengan hasil kehamilan. Status gizi
buruk dan asupan makanan yang tidak memadai pada kehamilan tidak
hanya mempengaruhi kesehatan wanita tetapi juga mempengaruhi berat
lahir dan perkembangan bayi. Status gizi ibu berhubungan erat dengan
berat lahir bayi. Defisiensi energi, asam lemak dan mikronutrien,
semuanya telah terlibat dalam menyebabkan BBLR pada bayi (Sharma &
Mishra, 2018).
Pemenuhan Nutrisi ibu hamil merupakan salah satu faktor utama
yang menentukan kesehatan ibu dan janin. Kekurangan asupan nutrisi
selama kehamilan dan gaya hidup yang kurang baik, dapat membahayakan
janin yaitu berisiko lebih tinggi mengalami gangguan, seperti berat badan
lahir kurang, hambatan tumbuh kembang, hingga cacat bawaan lahir.
Sehinga membutuhkan perhatian khusus.
B. Rumusan Masalah
Papua masih berada pada sepuluh besar angka kejadian BBLR,
terutama di PKM Mappi, sehingga hal ini masih butuh perhatian untuk
penanganannya, untuk dapat menentukan pencegahan yang bisa dilakukan
maka harus diketahui terlebih dahulu penyebabnya. Berdasarkan latar
belakang diatasa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan BBLR
antara lain riwayat anemia ibu saat hamil, perdarahan antepartum, hamil
ganda, pre-eklmasia/eklamsia, ketuban pecah dini, penyakit saat
kehamilan, usia ibu, paritas, jarak kehamilan, paparan asap roko, cacat
bawaan, infeksi dalam Rahim, dan Kekurangan energi kronik (KEK),
sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan rumusan
masalah “ Apakah ada Hubungan Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil
Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Mappi ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil
Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Mappi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Riwayat Kurang Energi Kronis pada ibu hamil
di RSUD Mappi
b. Untuk mengetahui Kejadian Berat Badan Lahir Rendah pada ibu
hamil di RSUD Mappi
c. Untuk mengetahui hubungan kurang energi kronis pada ibu hamil
dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Mappi
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu keperawatan
terkait dengan Keperawatan Medikal Bedah khususnya tentang
hubungan kurang energi kronis pada ibu hamil dengan kejadian berat
badan lahir rendah di RSUD Mappi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengalaman
berharga dan bermanfaat dalam menambah serta meningkatkan ilmu
pengetahuan khususnya tentang hubungan kurang energi kronis pada
ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah di RSUD Mappi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BBLR
Abbas, F., Kumar, R., Mahmood, T., & Somrongthong, R. (2021). Impact of
children born with low birth weight on stunting and wasting in Sindh
province of Pakistan : a propensity score matching approach. Scientific
Reports, 11, 1–10. https://doi.org/10.1038/s41598-021-98924-7
BPS Provinsi Papua. (2017). Jumlah Bayi Lahir, Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR), dan Bergizi Kurang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
(Jiwa), 2017. Papua. Retrieved from
https://papua.bps.go.id/indicator/30/582/1/jumlah-bayi-lahir-bayi-berat-
badan-lahir-rendah-bblr-dan-bergizi-kurang-menurut-kabupaten-kota-di-
provinsi-papua.html
Fathonah, S. (2016). Gizi dan Kesehatan untuk Ibu Hamil. Jakarta: Erlangga.
Maryunani, A. (2015). Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Jakarta Timur: Trans Info Media.
Proverawati, A., & Sulistyorini, C. I. (2013). Berat Badan lahir Rendah (BBLR).
Yogyakarta: Nuha Medika.
Rukiyah, A. Y., & Yulianti, L. (2017). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
DKI jakarta: Trans Info Media.
Rusependhi, U., & Utari, D. M. (2020). ANALYSIS OF STATUS KEK
PREGNANT MOTHER TOWARDS WEIGHT LOW BODY EVENT
(LBW) IN MANGGARI PUSKESMAS KUNINGAN DISTRICT. JURNAL
TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN, 11(1), 65–76.
Sharma, M., & Mishra, S. (2018). Effects of Maternal Health and Nutrition on
Birth Weight of Infant. International Journal of Science and Research, 3
Nomor 6(February).
Sukaeni, I., & Margareth. (2013). Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Utami, S., & Susilaningrum, R. (2022). Analysis of the causes of low birth weight
infants in terms of nutritional status and maternal health history. Jurnal Ners,
17(2), 131–137.
Wubie, A., Seid, O., Eshetie, S., Id, S. D., & Menber, Y. (2020). Determinants of
chronic energy deficiency among non-pregnant and non-lactating women of
reproductive age in rural Kebeles of Dera District , North West Ethiopia ,
2019 : Unmatched case control study. PLoS ONE, 15 Nomor 1, 1–12.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0241341