Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN KURANG ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL


DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI
RSUD MAPPI

DISUSUN OLEH:

PAIRAH
2101079

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PRODI S1 KEPERAWATAN
2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah istilah yang digunakan
jika bayi lahir dengan berat badan di bawah 2500 gram, Berat lahir normal
berkisar 2500-4000 gram (Kemenkes RI, 2019). Secara global,
diperkirakan 15-20% dari semua kelahiran, atau >20 juta bayi baru lahir
setiap tahunnya, adalah bayi dengan berat badan lahir rendah. Negara
berpenghasilan rendah dan menengah memiliki beban BBLR yang cukup
tinggi. lebih dari 95% bayi BBLR dunia lahir di negara tersebut. Ada
variasi global dan regional yang mencolok dalam tingkat BBLR.
Diperkirakan 6% bayi lahir dengan BBLR di Asia Timur dan Pasifik, 13%
di Afrika Sub-Sahara, dan hingga 28% di Asia Selatan (Cutland et al.,
2017).
Di Indonesia kejadian BBRL masih tinggi, Sembilan provinsi
dengan angka kejadian BBLR tertinggi yaitu DI Yogyakarta 7,6%,
Sulawesi tengah 6.9%, Gorontalo 5.9%, Sulawesi Barat 5,1 %, Bangka
Belitung 5,0%, NTT 4,9%, Kalimantan Utara 4,8%, Maluku Utara 4,8%,
dan Papua 4,7%. Sementara dua provinsi dengan kejadian BBLR yang
paling rendah adalah jambi dan Maluku dengan angka kejadian 1,3%
(Kemenkes RI, 2019). Kejadian BBLR di papua paling tinggi di kota
jayapura yaitu dengan angka kelahiran 5.142 terdapat 169 kejadian BBLR,
sementara di kota Mappi dengan angka kelahiran 2532 terdapat 80
kejadian BBLR, dan ini masih cukup tinggi (BPS Provinsi Papua, 2017).
Berdasarkan studi awal yang dilakukan ditemukan bahwa kejadian BBLR
sebanyak 168. Sementara untuk data PKM senggo dari tahun 2019 sampai
2022 yaitu kejadian BBLR 26.
BBLR dan kelahiran prematur merupakan penyebab utama
kematian bayi yang menyumbang 30% kematian anak selama 28 hari
pertama kehidupannya. Oleh karena itu, BBLR dianggap sebagai masalah
kesehatan masyarakat yang utama dan penyebab utama kematian neonatal
dengan berbagai efek buruk terkait kesehatan. BBLR merupakan indikator
kesehatan yang penting untuk kelangsungan hidup bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gr. Anak-anak dengan BBLR berisiko lebih
tinggi terkena penyakit dan kematian karena berat lahir mereka yang
rendah selama masa kanak-kanak (Abbas, Kumar, Mahmood, &
Somrongthong, 2021).
Faktor individu dan keluarga merupakan variabel penting dalam
prevalensi BBLR. Perawat bertanggung jawab untuk memberikan
sosialisasi kepada ibu dan ayah yang akan memiliki dan berencana untuk
memiliki anak. Faktor budaya dalam keluarga dan masyarakat tempat ibu
tinggal juga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. (Utami &
Susilaningrum, 2022). Beberapa faktor yang menyebabkan BBLR adalah
riwayat anemia ibu saat hamil, perdarahan antepartum, hamil ganda, pre-
eklmasia/eklamsia, ketuban pecah dini, penyakit saat kehamilan, usia ibu,
paritas, jarak kehamilan, paparan asap roko, cacat bawaan, infeksi dalam
Rahim, dan Kekurangan energi kronik (KEK) (Rusependhi & Utari, 2020,
Ferinawati & Sari, 2020).
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah kondisi tubuh yang
ditandai dengan berat badan rendah dan simpanan energi yang rendah,
kemungkinan kapasitas fisik yang terbatas karena kekurangan makanan
dalam jangka waktu yang lama dengan indeks massa tubuh (BMI) kurang
dari 18,5 kg/m2 untuk orang dewasa. Kekurangan energi kronis lebih
tinggi pada wanita pedesaan usia subur dan disebabkan oleh makan yang
terlalu sedikit atau pola makan yang tidak seimbang yang kekurangan zat
gizi yang cukup (Wubie, Seid, Eshetie, Id, & Menber, 2020).
Status kesehatan dan gizi ibu hamil, selama dan sebelum
kehamilan dianggap sangat terkait dengan hasil kehamilan. Status gizi
buruk dan asupan makanan yang tidak memadai pada kehamilan tidak
hanya mempengaruhi kesehatan wanita tetapi juga mempengaruhi berat
lahir dan perkembangan bayi. Status gizi ibu berhubungan erat dengan
berat lahir bayi. Defisiensi energi, asam lemak dan mikronutrien,
semuanya telah terlibat dalam menyebabkan BBLR pada bayi (Sharma &
Mishra, 2018).
Pemenuhan Nutrisi ibu hamil merupakan salah satu faktor utama
yang menentukan kesehatan ibu dan janin. Kekurangan asupan nutrisi
selama kehamilan dan gaya hidup yang kurang baik, dapat membahayakan
janin yaitu berisiko lebih tinggi mengalami gangguan, seperti berat badan
lahir kurang, hambatan tumbuh kembang, hingga cacat bawaan lahir.
Sehinga membutuhkan perhatian khusus.

B. Rumusan Masalah
Papua masih berada pada sepuluh besar angka kejadian BBLR,
terutama di PKM Mappi, sehingga hal ini masih butuh perhatian untuk
penanganannya, untuk dapat menentukan pencegahan yang bisa dilakukan
maka harus diketahui terlebih dahulu penyebabnya. Berdasarkan latar
belakang diatasa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan BBLR
antara lain riwayat anemia ibu saat hamil, perdarahan antepartum, hamil
ganda, pre-eklmasia/eklamsia, ketuban pecah dini, penyakit saat
kehamilan, usia ibu, paritas, jarak kehamilan, paparan asap roko, cacat
bawaan, infeksi dalam Rahim, dan Kekurangan energi kronik (KEK),
sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan rumusan
masalah “ Apakah ada Hubungan Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil
Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Mappi ?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Kurang Energi Kronis Pada Ibu Hamil
Dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Mappi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui Riwayat Kurang Energi Kronis pada ibu hamil
di RSUD Mappi
b. Untuk mengetahui Kejadian Berat Badan Lahir Rendah pada ibu
hamil di RSUD Mappi
c. Untuk mengetahui hubungan kurang energi kronis pada ibu hamil
dengan kejadian Berat Badan Lahir Rendah di RSUD Mappi
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu keperawatan
terkait dengan Keperawatan Medikal Bedah khususnya tentang
hubungan kurang energi kronis pada ibu hamil dengan kejadian berat
badan lahir rendah di RSUD Mappi.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengalaman
berharga dan bermanfaat dalam menambah serta meningkatkan ilmu
pengetahuan khususnya tentang hubungan kurang energi kronis pada
ibu hamil dengan kejadian berat badan lahir rendah di RSUD Mappi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Gizi pada Ibu Hamil


1. Gizi Ibu Hamil
Kehamilan adalah proses yang alami, dimana sejatinya merupakan
bentuk pemeliharaan janin dalam kandungan. Kehamilan terjadi karena
adanya proses pembuahan sel telur oleh sel sperma (Paramashanti, 2020).
Kehamilan adalah sebuah fase yang amat penting di mana asupan
zat gizi yang berguna bagi tubuh, asupan zat gizi yang bermanfaat penting
dibutuhkan oleh janin agar pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
kandungan dapat benar benar mamadai. Dengan asupan zat gizi yang
memadai, berbagai resiko penyakit pada calon dan pada ibu dapat
dikurangi. Selain hal tersebut. Kecukupan gizi atau zat gizi pada ibu
hamil yang diperoleh dari berbagai makanan bergizi jelas sangat
dibutuhkan. Hal ini dikarenakan cukupnya kebutuhan gizi pada tubuh
seorang ibu amat bermanfaat untuk:
a. Memenuhi kebutuhan zat gizi ibu dan janin
b. Mencapai status gizi ibu hamil dalam keadaan normal, sehingga dapat
menjalani kehamilan dengan baik dan aman.
c. Membentuk jaringan untuk tumbuh kembang janin dan kesehatan ibu
d. Mengatasi permasalahan selama kehamilan
e. Ibu memperoleh energi yang cukup untuk menyusui setelah
kelahiran (Paramashanti, 2020).
Status gizi ibu hamil adalah keadaan kesehatan ibu hamil yang
dipengaruhi oleh konsumsi pangan beberapa waktu sebelumnya. Status
gizi ibu hamil diketahui dari status anemia melalui kadar hemoglobin
(Hb) dan resiko KEK (Kurang energi kronik). Kadar hemoglobin diukur
dengan metode Cyanmethemoglobin, bila Hb kurang dari 11 mg/100mL,
maka ibu tersebut dinyatakan anemia, sedangkan status gizi ditentukan
dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA), bila LILA kurang dari 23,5
cm berarti terdapat resiko KEK dan diperkirakan melahirkan BBLR
(Fathonah, 2016).
2. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Wanita hamil membutuhkan setidaknya 285 KKal tambahan energi
dari kebutuhan wanita dewasa yang tidak hamil sebesar 1900-2400
KKal/hari. Untuk itu, perlu pasokan energi dari makanan makanan yang
dikonsumsinya.
Bebarapa kategori makanan yang boleh dikonsumsi ibu hami yaitu:
a. Makanan yang baik
Makanan yang baik adalah makanan yang baik dalam hal
prosesnya, cara memasaknya, kadar kandungannya, dan lain lain.
Dimana makanan tersebut memenuhi kriteria seperti bersih, layak
konsumsi, aman kandungannya, serta harus benar-benar matang
dalam prosesnya.
b. Makanan yang sesuai kebutuhan
Beberapa kategori makanan yang boleh dikonsumsi ibu hamil
yaitu:
1) Energi
Tambahan energi selain untuk ibu, janin juga perlu untuk tumbuh
kembang. Banyaknya energi yang dibutuhkan hingga melahirkan
sekitar 80.000 KKal/hari. Kebutuhan kalori tiap trimester, antara
lain:
a) Trimester I kebutuhan kalori meningkat, minimal
2000/KKal/hari.
b) Trimester II kebutuhan kalori akan meningkat untuk kebutuhan
ibu meliputi penambahan volume darah, pertumbuhan uterus,
payudara, dan lemak.
c) Trimester III kebutuhan kalori akan meningkat untuk
pertumbuhan janin dan plasenta.
2) Protein
Merupakan zat gizi untuk pertumbuhan. Penambahan
protein selama kehamilan tergantung kecepatan pertumbuhan
janin. Kebutuhan protein di trimester I hingga trimester ke II
kurang dari 6 gram tiap harinya. Kebutuhan protein bisa didapat
dari nabati maupun hewani. Sumber protein hewani yaitu daging
yang tidak berlemak, iakn, telur, dan susu. Sementara yang berasal
dari nabati yaitu tahu, tempe, dan kacang-kacangan.
3) Lemak
Lemak dibutuhkan untuk perkembangan dan pertumbuhan
janin Selma dalam kandungan sebagai kalori utama. Lemak
merupakan sumber tenaga dan unuk pertumbuhan jaringan
plasenta. Selain itu, lemak disimpan untuk persiapan ibu sewaktu
menyusui. Kadar lemak akan meningkat pada kehamilan trimester
III. lemak banyak terdapat dalam minyak goreng dan margarin,
juga dapat ditemukan pada bahan makanan hewani dan nabati.
4) Karbohidrat
Merupakan sumber utama untuk tambahan kalori yang dibutuhkan
selama kehamilan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin.
Jenis karbohidrat kompleks, seperti roti, sereal, nasi, dan pasta.
Karbohidrat kompleks mengandung vitamin dan mineral, serta
mampu meningkatkan asupan serat untuk mencegah terjadinya
konstipasi.
5) Vitamin
Wanita hamil membutuhkan lebih banyak vitamin
dibandingkan wanita tidak hamil. Kebutuhan vitamin dibutuhkan
untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin serta
proses diferensiasi sel. Kebutuhan vitamin untuk ibu hamil yaitu:
a) Asam folat
Asam folat berfungsi untuk mencegah neural tube defect,
yaitu cacat pada otak dan tulang belakang. Kekurangan asam
folat dapat menyebabkan kehamilan premature, anemia, cacat
bawaan, bayi dengan berat bayi lahir rendah (BBLR), dan
pertumbuhan janin terganggu,. Kebutuhan asam folat sekitar
600-800 miligram. Asam folat dapat ditemukan pada
sumplemen asam folat, sayuran berwarna hijau, jeruk, buncis,
kacang-kacangan, dan roti gandum.
b) Vitamin A
Memiliki fungsi untuk pemeliharaan, imunitas,
pertumbuhan dan perkembangan emrio. Kekurangan vitamin A
menyebabkan kelahiran premature dan berat badan lahir
rendah. Sumber vitamin A, antara lain buah buahan, sayuran
berwarna hijau dan kuning, mentega, susu, kuning telur, dan
lainnya.
c) Vitamin B
Vitamin B1, Vitamin B2, niasin, dan asama pentotenat
yang dibutuhkan untuk membantu proses metabolism. Vitamin
B6 dan B12 diperlukan untuk membnetuk DNA dna sel-sel
darah merah. Vitamin B6 berperan dalam metabolism asam
amino, vitamin B dapat ditemukan pada roti,, nasi, susu,
daging, dan makanan fermentasi, seperti tempe dan tahu.
d) Vitamin C
Merupakan antioksidan yang melindungi jaringan dan
kerusakan dan dibutuhkan untuk membentuk kolagen serta
menghantarkan sinyal ke otak. Vitamin C juga membantu
penyerapan zat besi di dalam tubuh. Ibu hamil disarangkan
mengkonsumsi 85 miligram/hari. Sumber vitamin C didapatkan
dari tomat, jeruk, stroberi, jambu biji, dan brokoli.
e) Vitamin D
Berfungsi untuk mencegah hipokalsemia, membantu
penyerapan kalsium dan fosfor, mineralisasi tulang dan gigi,
serta mencegah osteomalacia pada ibu. Sumber vitamin D
terdapat pada susu, dan kuning telur. Vitamin D juga dapat
dibuat sendiri oleh tubuh dengan bantuan sinar matahari.
f) Vitamin E
Berfungsi untuk pertumbuhan sel dan jaringan serta
integritaasi sel darah merah. Selama kehamilan, wanita hamil
dianjurkan mengonsumsi 2 vitamin E sebanyak 2
miligram/hari.
g) Vitamin K
Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan gangguan
perdarahan pada bayi. Pada umumnya, kekurangan vitamin K
jarang terjadi, karena vitamin K terdapat pada banyak jenis
makanan dan juga disintesis oleh bakteri usus.
6) Mineral
Wanita hamil juga membutuhkan lebih banyak mineral
dibandingkan sebelum hamil. Kebutuhan mineral diperlukan untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin serta proses
diferensiasi sel. Kebutuhan mineral ibu hamil diantaranya yaitu:
a) Zat besi
Zat besi dibutuhkan untuk untuk memproduksi hemoglobin,
yaitu protein sel darah merah yang berperang membawa
oksigen ke jaringan tubuh. Selain itu, zat besi juga penting
untuk pertumbuhan dan metabolism energi dan mengurangi
kejadian anemia. Defisiensi zat besi akan berakibat pada ibu
hamil yang mudah lelah dan rentang infeksi, resiko persalinan,,
premature, dan berat badan bayi lahir rendah. Untuk
mencukupi kebutuhan zat besi, ibu hamil dianjurkan untuk
mengkonsumsi 30 miligram/hari. Efek samping dari zat besi
adalah nausea dan konstipasi.
b) Zat seng
Digunakan untuk pembentukan tulang selubung dan saraf
tulang belakang. Resiko kekurangan zat seng dapat
menyebabkan kelahiran premature dan berat bayi lahir rendah.
Kebutuhan sengan pada ibu hamil yakni sekitar 20
miligram/hari. Sumber makanan yang mengandung seng yaitu:
kerrang, daging, kacang-kacangan, dan sereal.
c) Kalsium
Ibu hamil membutuhkan kalsium dan pembentukan tulang
dan gigi, membantu pembuluh darah berkontraksi dan
berdilatasi, serta mengantarkan sinyal saraf, kontraksi otot, dan
sekresi hormon. Kebutuhan kalsium ibu hamil yakni sekitar
1000 miligram/hari. Sumber kalsium di dapat dari ikan teri,
susu, keju, udang, sarden, sayuran hijau, dan yogurt.
d) Yodium
Ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi yodium sekitar 200
miligram dalam bentuk garam beryodium. Kekurangan yodium
dapat menyebabkan hipotirodisme yang berkelanjutan menjadi
kreatinisme. Yodium banyak ditemukan pada seafood, rumpt
laut, dan sebagainya.
e) Fosfor
Berperang dalam pembentukan tulang dan gigi janin, serta
kenaikan metabolism kalsium ibu. Kekurangan zat fosfor akan
menyebabkan kram pada tungkai.
f) Flour
Diperlukan tubuh untuk pertumbuhan tulang dan gigi.
Kekurangan flour dapat menyebabkan pembentukan gigi tidak
smepurna. Flour terdapat pada air minum.
g) Natrium
Natrium berperan dalam metabolism air dan bersifat mengikat
cairan dalam jaringan sehingga mempengaruhi keseimbangan
cairan tubuh pada ibu hamil.kebutuhan natrium meningkat
seiring dengan meningkatnya kerja ginjal. Kebutuhan natrium
ibu hamil sekitar 3.3 gram/minggu (Winarsih, 2018).
3. Faktor yang mempengaruhi gizi ibu hamil
Ada banyak faktor yang mempengaruhi keperluan gizi pada ibu hamil
diantaranya yaitu:
a. Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan
Wanita yang sedang hamil dan telah berkeluarga biasanya akan
memperhatikan gizi dari anggota keluarganya. Padahal sebenarnya
dirinyalah yang membutuhkan perhatian.
b. Status ekonomi
Ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemilihan makanan
yang akan dikonsumsi sehari harinya. Seorang dengan ekonomi yang
sangat tinggi kemudian hamil kemungkinan besar gizi yang
dibutuhkan akan tercukupi. Hal ini berbedda dengan ibu hamil yang
memiliki ekonomi pas pasan.
c. Pengetahuan zat gizi dalam makanan
Pengetahuan yang dimiliki seorang ibu akan mempenagruhi dalam
pengambilan keputusan dan juga akan mempengaruhi pada
perilakunya.
d. Status Kesehatan
Status kesehatan seseorang kemungkinan sangat berpengaruh
terhadap nafsu makannya. Seorang ibu dalam keadaan akit otomatis
akan memiliki nafasu makan yang berbeda dengan yang dalam
keadaan sehat.
e. Aktifitas
Aktifitas dan Gerakan setiap orang berbeda. Bagi yang memiliki
aktifitas yang aktif tentu akan membutuhkan energi yang tinggi,
berbeda dengan yang hanya duduk dan diam saja.
f. Suhu Lingkungan
Pada dasarnya suhu tubuh dipetahankan pada suhu 36.5 oC-37oC
untuk metabolism yang optimum. Adanya perbadaan suhu antara
tubuh dan lingkungan membuat tubuh akan melakukan penyesuaian.
Makin bessar berbedaan antara tubuh dengan lingkungan maka akan
semakin besar pula panas yang dilepasan.
g. Berat Badan
Berat badan seorang ibu yang sedang hamil akan menentukan zat
makanan yang diberikan agar kehamilannya dapat berjalan lancer.
h. Umur
Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang hamil,
akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur
muda perlu gizi tambahan karena selain digunakan untuk
pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri, juga harus berbagi
dengan perkembangan janin yang sedang dalam kandungan.
Sedangkan untuk ibu hamil yang sudah tua, juga membutuhkan energi
yang tinggi karena fungsi organ yang semakin melemah
(Kristiyanasari, 2021).
4. Masalah Gizi pada ibu hamil
a. Anemia
Anemia pada ibu hamil adalah sebuah kondisi atau keadaan
dimana kadara Hb atau hemoglobin kurang dari normal (<11gr).
Penyebab dari anemia pada ibu hamil yaitu:
1) Kurang asupan makanan sumber pertumbuhan sel darah merah
2) Kehamilan dan persalinan yang terlalu sering sehingga Fe rendah
3) Kebutuhan Fe yang meningkat
4) Gangguan penyerapan Fe
Gejala dari anemia atau kekurangan kadar Hb ini adalah mudah
lelah, lesu, lemas, mata terasa berkunang kunang, wajah tampak pucat,
kongjungtiva pucat, bibir pucat, kurang bergairah, serta mengantuk.
b. Diabetes gestasional
Diabetes gestasional merupakan diabetes yang biasanya dialami
oleh ibu hamil. Seorang wanita yang mengalami diabetes gestasional
akan cenderung mengalmai diabetes tipe 2. Oleh karena itu selama
masa kehamilan diharapkan ibu mengkonsumsi makanan dengan
kandungan nutrisi yang tepat. Biasanya diabetes gestasional akan
muncul pada trimester kehamilan.
Penyebab hadirnya diabetes ini bukan karena riwayat keluarga,
namun karena meningkatnya hormone didalm tubuh ibu, seperti
hormone estrogen, lactogen plasenta, maupun progesterone. Cara
mencegah tergadinya diabetes gestasional adalah dengan ibu hamil
harus memperkaya nutrisinya, seperti mengkonsumsi protein, folat, zat
besi, kalsium, dan karbohidrat yang cukup.
c. Obesitas
Obesitas ini berarti tejadinya kelebihan berat badan sebagai akibat
dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan (Paramashanti, 2020).
d. Hipertensi
Hipertensi pada kehamilan adalah hipertensi yang terjadi saat
kehamila berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan atau
lebih 20 minggu usia kehamilan pada wanita sebelum normotensif,
tekanan darah mencapai nilai 140/90 mmHg, atau kenaikan tekanan
sistol 30 mmHg, dan tekanan diastole 15 mmHg di atas nilai normal.
e. Kurang energi Kronik (KEK) (Winarsih, 2018).
B. Tinjauan Umum Tentang Kurang Energi Kronik
1. Pengertian KEK
Keadaan dimana ibu menderita kekurangan makanan yang
berlangsung selama menahun (kronis), sehingga menimbulkan gangguan
pada ibu hamil (Paramashanti, 2020).
Kurang Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan
malnutrisi, yaitu keadaan patologi akibat kekurangan atau kelebihan
secara relatif dan absolut satu atau lebih zat gizi. Seseorang yang
mengalami KEK akan mengalami status gizi yang kurang. Hal ini dapat
menyebabkan keluar masuknya energi tidak seimbang di dalam tubuh
(Winarsih, 2018).
2. Penyebab
Penyebab terjadinya KEK adalah Ketidakseimbangan asupan untuk
pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi pada ibu hamil
(Paramashanti, 2020).
3. Tanda dan Gejala
Seorang ibu hamil yang mengalami KEK akan mengalami beberapa tanda
dan gejala seperti:
a. Merasa kelelahan terus menerus, letih, lesu, dan lunglai
b. Sering merasa kesemutan,
c. Muka pucat dan tidak bugar,
d. Lingkar lengan atas sebelah kiri kurang dari 23 cm
e. Jika hamil cenderung akan melahirkan anak secara premature atau
jika lahir secara normal, bayi yang dilahirkan akan memiliki berat
badan lahir yang rendah atau kurang dari 2.500 gram (Paramashanti,
2020).
4. Dampak
a. Bagi ibu hamil, resiko dan komplikasi pada ibu anatara lain: anemia,
perdarahan, nberat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan
terkena penyakit infeksi, sehingga akan meningkatkan kematian ibu.
b. Pada janin, mempengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat
menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal,
cacat bawaan, asfiksia intra partum, dan lahir dengan berat badan lahir
rendah (BBLR).
Kehamilan akan menyebakan kebutuhan zat gizi yang diperlukan
untuk metabolisme tubuh baik pada ibu dan janin dalam kandungan
meningkat. Sehingga masa kehamilan asupan zat gizi yang diperlukan
juga akan meningkat, untuk pertumbuhan dan perkembangan janin
akan menyebabkan pertambahan besarnya organ kandungan,
perubahan komposisi dan metabolisme tubuh pada ibu dan janin. Ibu
hamil yang mengalami kekurangan asupan zat gizi dan berstatus gizi
buruk akan memiliki peluang yang besar untuk melahirkan bayi
dengan berat badan lahir rendah (BBLR)
c. Pada persalinan, mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan
premature/sebelum waktunya, perdarahan postpartum, serta persalinan
dengan tindakan operasi sesar yang cenderung meningkat.
5. Cara Mengatasi
Cara mengatasi kekurangan energi kronis adalah dengan
mengkonsumsi berbagai makanan yang bergizi seimbang. Makanan
dengan gizi seimbang harus di konsumsi dengan pola makan yang sehat
(Paramashanti, 2020)
6. Faktor yang berhubungan dengan KEK
Faktor yang berhubungan dengan kejadian kekurangan energi
kronis (KEK) pada ibu hamil adalah umur ibu , pekerjaan ibu, pendapatan
keluarga, jarak kehamilan, asupan energi, dan asupan protein. sedangkan
pengetahuan ibu, tingkat pendidikan ibu, dan paritas tidak memiliki
hubungan dengan kejadian KEK (Desiman, Syamruth, & Riwu, 2022).
7. Cara Penentuan Ibu Hamil menderita KEK
Di Indonesia batas ambang LILA dengan risiko KEK adalah 23.5
cm, hal ini berati ibu hamil beresiko untuk melahirkan dengan berat badan
lahir rendah (Sukaeni & Margareth, 2013).
Prosedur pengukuran LILA, sebelum melakukan pengukuran, mintalah
izin pada ibu dengan sopan bahwa petugas kesehatan akan
menyingsingkan baju lengan kiri ibu samapi pangkal bahu. Jika ibu
keberatan petugas bisa melakukan pengukuran didalam ruangan.
a. Tentukan posisi pangkal bahu
b. Tentukan posisi ujung siku dengan cara lipat siku dengan telapak
tangan kea rah perut
c. Tentukan titik tengah antara pangkal bahu dan ujung siku dengan
menggunakan LILA atau meteran. Berikan tanda dengan pulpen, jika
menggunakan pita LILA, maka perhatikan titik nol.
d. Lingkarkan pita LILA sesuai tanda pulpen di sekeliling lengan ibu (di
pertengahan antara pangkal bahu dan siku)
e. Masukkan ujung pita di lubang yang ada pada pita LILA
f. Pita ditarik secara perlahan, jangan terlalu ketat atau longgar
g. Baca angka yang di tujukkan oleh tanda panah pada pita LILA
h. Jika lengan kiri lumpuh, maka yang diukur adalah lengan kanan
(Fathonah, 2016).

C. Tinajuan Umum Tentang Berat Badan Lahir rendah (BBLR)


1. Definisi
Berat Badan Lahir Rendah adalah bayi baru lahir yang berat
badannya saat kelahiran kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2499
gram) (Maryunani, 2015). Sebelum istilah BBLR digunakan bayi yang
lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram disebut dengan
premature. Oleh karena itu dilakukan kongres European Perinatal
Medicine II di London Pada tahun 1970, beberapa definisi yang muncul
pada saat itu adalah:
a. Preterm infant (Prematur) atau bayi kurang bulan: bayi dengan masa
kehamilan kurang dari 37 minggu (259) hari.
b. Term Infant atau bayi cukup bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai
37 minggu sampai engan 42 minggu (259-293 hari).
c. Post term atau bayi lebih bulan: bayi dengan masa kehamilan mulai 42
minggu atau lebih (294 hari atau lebih).
World Health Organization (WHO) menyakan bahwa semua bayi baru
lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut
low birth weight infant (bayi berat badan lahir rendah/BBLR) , karena
morbiditas dan mortalitas neonates tidak hanya bergantung pada berat
badannya tetapi juga pada tingkat kematangan (maturitas) bayi tersebut
(Pantiawati, 2010).
2. Klasifikasi
BBLR tebagi menjadi 2 golongan yaitu: bayi dengan berat badan
lahir sangat rendah (BBLSR) yaitu dengan berat lahir 1000-1500 gram dan
berat badan lahir amat sangat rendah (BBLASR) yaitu dengan berat badan
lahir kurang dari 1000 gram (Proverawati & Sulistyorini, 2013). BBLR
dibagi menjadi 2 golongan yaitu: (Maryunani, 2015)
a. Prematur murni yaitu bayi yang lahir dengan masa gestasinya kurang
dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk
masa gestasi itu atau biasa disebut sebagai neonates kurang bulan
sesuai untuk masa kehamilan (SMK).
b. Dismaturitas adalah bayi dengan berat badan kurang dari seharusnya
untuk masa gestasi/ kehamila akibat bayi mengalami retardasi intra
uteri dan merupakan bayi yang kecil untuk masa pertumbuhan (KMK).
3. Etiologi
BBLR bisa disebabkan oleh prematuritas dan pertumbuhan janin
terhambat (PJT) atau keduanya. Dua kelompok utama BBLR ini memiliki
masalah berbeda sehingga penilaian akurat secara dini diperlukan.
a. BBLR yang disebbakan oleh Prematuritas :
1) Janin : Gawat janin, kehamilan kembar, eritroblastosis, hydrop nin
imun.
2) Plasenta : Plasenta pervia, solusio plasenta
3) Uterus: Uterus bicornis, Incompeten serviks (serviks lemah)
4) Maternal : Preeklamsia, penyakit kronis (penyakit jantung
sianotik), infeksi (infeksi saluran kenih), penyalahgunaan obat.
5) Lain-lainnya: ketuban pecah dini, polihidramnion, iatrogenic.
b. BBLR yang disebabkan oleh pertumbuhan janin terhambat (dibawah
persentil ke-10):
Pertumbuhan janin yang terhambat pada BBLR dapat dipengaruhi oleh
faktor fetus/janin, maternal, dan plasenta.
1) Faktor fetus/janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kelahiran BBLR
dengan pertumbuhan janin terhambat ini antara lain:
a) Berbagai faktor genetic
b) Berbagai kelainan kromosom, misalnya trisomy 13, 18, dan 21
c) Kelainan bawaan misalnya Anensefalus, atresia
gastrointestinum, dan sindrom potter
d) Infeksi bawaan seperti rubella (CMW)
e) Penyakit metabolism saat lahir, seperti galaktosemia dan
feniketonuria.
2) Faktor maternal
Beberapa faktor maternal yang mempengaruhi kelahiran BBLR
dengan pertumbuhan janin terhambat ini antara lain:
a) Pre-eklampsi dan eklampsia
b) Penyakit renovaskuler kronis
c) Penyakit vaskuler hipertensi kronis
d) Malnutrisi (terutama apabila ibu sangat kurang protein yang
dimakannya, maka premature/BBLR akan terjadi lebih sering.
e) Ibu perokok
f) Hipoksemia maternal terkait dengan penyakit jantung
kongenital tipe sianotik dan anemia bulan sabit (sickle cel
anemia).
g) Faktor maternal lain, seperti status ekonomi yang rendah, usia
ibu yang muda, ibu yang pendek, anak pertama dan
multiparitas, usia tua.
3) Faktor plasenta
Beberapa faktor plasenta yang mempengaruhi kelahiran BBLR
dengan pertumbuhan janin terhambat ini antara lain:
a) Insufisiensi plasenta akibat kelainan maternal seperti eklamsia
dan eclampsia atau akibat kehamilan lewat waktu.
b) Berbagai masalah anatomis seperti infark multiple, thrombosis
vascular umbilical, dan hemangioma.
c) kembalian kembar mungkin terkait dengan masalah plasenta
bermakna seperti anastomose vascular abnormal (Maryunani,
2015).
4. Manifestasi
Bayi yang lahir dengan berat badan rendah mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kurang dari 2500 gram
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm, lingkar kepla
sama dengan atau kurang dari 33 cm, lingkar dada sama dengan atau
kurang dari 30 cm.
d. Rambut lanugo masih banyak
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
g. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
h. Genetalia belum smepurna, labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, klitoris menonjil (pada bayi perempuan). Testis belum turun
se dalam skrotum, pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada
bayi laki-laki)
i. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
j. Fungsi syaraf yang belum atau tidak efektif dan tangisan lemah.
k. Jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan
jaringan lemak masih kurang
l. Verniks kaseosa tidak ada atau sedikit bila ada (Proverawati &
Sulistyorini, 2013).
5. Masalah yang terjadi pada BBLR
a. Masalah jangka pendek yang terjadi pada BBLR
Pada bayi premature dengan BBLR, ada beberapa resiko permasalahan
yang mungkin timbul:
Hipotermia, terjadi karena hanya sedikit lemak tubuh dan system
pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lahir belum matang, dengan
ciri-ciri suhu tbuh < 32oC, menangis sangat lemah, pernafasan lambat
dan tidak teratur, bunyi jantung lambat, tidak mau menetek, sehingga
beresiko dehidrasi.
Hipoglikemia, gula darah berfungsi sebagai makanan otak dan
membawa oksigen ke otak. Jika asupan glukosa ini kurang, akibatnya
sel-sel syaraf di otak mati dan mempengaruhi kecerdasan bayi kelak.
Hiperglikemia, merupakan masalah pada bayi yang sangat amat
pematur yang mendapat caairan glukosa berlebihan secara intervena
tetapi mungkin juga terjadi pada bayi BBLR lainnya.
Masalah pemberian ASI pada bayi BBLR terjadi karena ukuran
tubuh bayi dengan BBLR kecil, kurang energi, lemah, lambungnya
kecil dan tidak dapat mengisap. Sehingga bayi BBLR sering
mendaatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam
jumlah yang lebih sedikit tetapi sering.
b. Masalah jangka Panjang yang terjadi pada BBLR
Masalah jangka Panjang yang mungkin timbul pada bayi dngan BBLR
antara lain yaitu:
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan, Pada bayi BBRL
pertumbuhan dan perkembangan lebih lambat berkaitan
denganmaturitas otak.
Penelitian longitudinal menunjukkan perbedaan kecepatan bicara
yang menarik antara BBLR dan berat lahir normal (BLN). Pada bayi
BBLR kemampuan bicaranya akan terlambat dibandingkan dengan
BLN samapi usia 6,5 tahun.
Gangguan neurologis dan kognisi, luaran jangka Panjang BBLRS
erat berhubungan dengan usia kehamilan dan kelainan neurologis
berbandng terbalik dengan derajat imaturitas bayi. Hal ini juga brelaku
untuk kognisi abnormal atau IQ rendah, bayi dengan BBLRSR yang
berhasil melewati masa kritis neonatal tetapi beresiko tinggi untuk
lambat berkembang dikemudian hari. Gejala yang paling banyak
dilaporkan adalah cerebral palsy, makin kecil usia kehamilan bayi
makin tinggi resikonya. Gejala lainnya adalah retardasi mental, MMR
(motor, mental retardasi) dan kelainan EEG (dengan atau tampa
epilepsy) (Proverawati & Sulistyorini, 2013).
6. Penatalaksanaan Umum pada BBLR
Penatalsanaan pada bayi berat lahir rendah (BBLR) yaitu dengan
beberapa langkah :
a. Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat, BBLR mudah mengalami
hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan
ketat.
b. Mencegah infeksi, BBLR sangat rentan denga infeksi, perhatikan
prinsip-prinsip pencegahan infeksi termasuk mencuci tangan sebelum
memegang bayi.
c. Pengawasan nutrisi/ASI. Refleks menelan BBLR belum smepurna,
oleh sebab itu pemberian nutrisi harus dilakukan dengan cermat.
d. Penimbangan ketat, perubahan berat badan mencerminkan kondizi
gizi/nutrisi bayi erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Kain yang basah harus secepatnya digantikan dengan kain yang kering
dan bersih, pertahankan suhu tetap hangat
f. Kepala bayi ditutup dengan topi, berikan oksigen bila perlu
g. Tali pusat dalam keadaan bersih
h. Berikan minuman dengan sonde/tetes dengan pemebrian ASI
i. Bila tidak memungkinkan infuse dekstrose 10% + bicarbonas natricus
1.5%=4:1, hari 1=60 cc/Kg/Hari (Rukiyah & Yulianti, 2017).
7. Faktor yang mempenagruhi terjadinya BBRL
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat
multifactorial, sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan
tindakan pencegahan. Namun, penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR
adalah kelahiran premature. Semakin muda usia kehamilan semakin besar
resiko jangka pendek dan jangka Panjang dapat terjadi.berikut ini beberapa
faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara umum yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
Mengalami komplikasi kehamilan, seperti: Anemia sel berat,
perdarahan ante partum, hipertensi, preeklamsia, berat, eklamsia,
infeksi selama kehamilan, menderita penyakit seperti malaria,
infeksi menular seksual, HIV/AIDS, malaria, TORCH.
2) Ibu
Beberap faktor penyebab BBLR yang berasal dari ibu adalah
Angka kejadian prematuritas teringgi adalah kehamilan pada usia <
20 tahun atau lebih dari 35 tahun, kehamilan ganda, jarak
kehamlan yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun), dan
memiliki riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan Sosial ekonomi
Faktor ekonomi yaitu, BBLR paling banyak terjadi pada ekonomi
rendah, mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tampa istirahat,
keadaan gisi yang kurang baik seperti Kurang energi kronik
(KEK), pengawasan antenatal yang kurang, kejadian prematuritas
pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak sah.
4) Sebab lain
a) Ibu perokok
b) Ibu peminum alcohol
c) Ibu pecandu obat narkotik
d) Penggunaan obat antimetabolik
b. Faktor janin
1) Kelainan kromosom
2) Infeksi janin kronik
3) Dysautonomia familial
4) Radiasi
5) Kehamilan ganda/Kembar (gemelli)
6) Aplasia Pancreas
c. Faktor Plasenta
1) Berat plasenta berkurag atau berongga atau keduanya
2) Luas permukaan berkurang
3) Plasenta vilus
4) Infark
5) Tumor
6) Plasenta yang lepas
7) Sindrom plasenta yang lepas
8) Sindrom transfuse bayi kembar
d. Faktor Lingkungan
1) Bertempat didaratan tinggi
2) Terkean radiasi
3) Terpapar zat racun (Proverawati & Sulistyorini, 2013).
D. Kerangka Teori
Sumber: (Proverawati & Sulistyorini, 2013:Maryunani, 2015)

Faktor Ibu: Faktor Janin Faktor Plasenta Faktor Lingkungan


- Penyakit Ibu
- Gizi Ibu hamil
(Kurang energi
kronik)
- Keadaan social
ekonomi
- Sebab lain

BBLR

Masalah jangak Pendek Masalah Jangka Panjang

Hipotermia Hipoglikemia Pemberian ASI Gangguan Keterlambatan Gangguan


terganggu Pertumbuhan Bicara Neurologia

Hiperglikemia Gangguan pada


Organ
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, F., Kumar, R., Mahmood, T., & Somrongthong, R. (2021). Impact of
children born with low birth weight on stunting and wasting in Sindh
province of Pakistan : a propensity score matching approach. Scientific
Reports, 11, 1–10. https://doi.org/10.1038/s41598-021-98924-7

BPS Provinsi Papua. (2017). Jumlah Bayi Lahir, Bayi Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR), dan Bergizi Kurang Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Papua
(Jiwa), 2017. Papua. Retrieved from
https://papua.bps.go.id/indicator/30/582/1/jumlah-bayi-lahir-bayi-berat-
badan-lahir-rendah-bblr-dan-bergizi-kurang-menurut-kabupaten-kota-di-
provinsi-papua.html

Cutland, C. L., Lackritz, E. M., Mallett-moore, T., Bardají, A., Chandrasekaran,


R., Lahariya, C., & Imran, M. (2017). Low birth weight : Case definition &
guidelines for data collection , analysis , and presentation of maternal
immunization safety data. Vaccine, 35(48), 6492–6500.
https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2017.01.049

Desiman, N. V., Syamruth, Y. K., & Riwu, R. R. (2022). The Incidence of


Chronic Energy Deficiency (KEK) in Pregnant Women at Borong Health
Center. Timorese Journal of Public Health, 4(1), 1–12.

Fathonah, S. (2016). Gizi dan Kesehatan untuk Ibu Hamil. Jakarta: Erlangga.

Ferinawati, & Sari, S. (2020). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Bblr Di Wilayah Kerja Puskesmas Jeumpa Kabupaten Bireuen. Journal of
Healthcare Technology and Medicine, 6(1), 353–363.

Kemenkes RI. (2019). Laporan Nasional Riskesdas 2018. Jakarta.

Kristiyanasari, W. (2021). Gizi Ibu Hamil. Medcal Book.

Maryunani, A. (2015). Asuhan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Jakarta Timur: Trans Info Media.

Pantiawati, I. (2010). Bayi dengan BBLR (Pertama). Yogyakarta: Nuha Medika.

Paramashanti, B. A. (2020). Gizi bagi Ibu dan Anak. Pustaka Baru.

Proverawati, A., & Sulistyorini, C. I. (2013). Berat Badan lahir Rendah (BBLR).
Yogyakarta: Nuha Medika.

Rukiyah, A. Y., & Yulianti, L. (2017). Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
DKI jakarta: Trans Info Media.
Rusependhi, U., & Utari, D. M. (2020). ANALYSIS OF STATUS KEK
PREGNANT MOTHER TOWARDS WEIGHT LOW BODY EVENT
(LBW) IN MANGGARI PUSKESMAS KUNINGAN DISTRICT. JURNAL
TEKNOLOGI DAN SENI KESEHATAN, 11(1), 65–76.

Sharma, M., & Mishra, S. (2018). Effects of Maternal Health and Nutrition on
Birth Weight of Infant. International Journal of Science and Research, 3
Nomor 6(February).

Sukaeni, I., & Margareth. (2013). Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta:
Nuha Medika.

Utami, S., & Susilaningrum, R. (2022). Analysis of the causes of low birth weight
infants in terms of nutritional status and maternal health history. Jurnal Ners,
17(2), 131–137.

Winarsih. (2018). Pengantar Ilmu Gizi dalam kebidanan. Yogyakarta: Pustaka


Baru.

Wubie, A., Seid, O., Eshetie, S., Id, S. D., & Menber, Y. (2020). Determinants of
chronic energy deficiency among non-pregnant and non-lactating women of
reproductive age in rural Kebeles of Dera District , North West Ethiopia ,
2019 : Unmatched case control study. PLoS ONE, 15 Nomor 1, 1–12.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0241341

Anda mungkin juga menyukai