Anda di halaman 1dari 20

KEBIJAKAN PELAYANAN

ANESTESI DAN BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM

GUNUNG SAWO TEMANGGUNG

TAHUN 2022
RUMAH SAKIT UMUM GUNUNG SAWO TEMANGGUNG
Jalan Gatot Subroto KM 2 Manding Temanggung
Telp. (0293) 4903003 Fax. (0293) 4903003

KEPUTUSAN DIREKTUR

RUMAH SAKIT UMUM GUNUNG SAWO TEMANGGUNG

NOMOR : 029.01/KEB-PAB/I/2022

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH

DI RUMAH SAKIT UMUM GUNUNG SAWO TEMANGGUNG

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM GUNUNG SAWO TEMANGGUNG

Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu


pelayanan Rumah Sakit Umum (RSU)Gunung
Sawo Temanggung, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan yang bermutu
tinggi;

b. bahwa agar pelayanan di RSU Gunung Sawo


Temanggungdapat terlaksana dengan baik,
perlu adanya Keputusan Direktur tentang
Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah di
RSU Gunung Sawo Temanggung sebagai
landasan bagi penyelenggaraan seluruh
pelayanan di RSU Gunung Sawo
Temanggung;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan


sebagaimana dimaksud dalam a dan b,perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur RSU
Gunung Sawo Temanggung.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran;

2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009


tentang Kesehatan;

3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009


tentang Rumah Sakit;

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014


tentang Tenaga Kesehatan;

5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014


tentang Keperawatan;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2016


tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2021


tentang Penyelenggaraan Bidang
Perumahsakitan

8. Peraturan menteri Kesehatan Nomor


519/Menkes/Per/IV/2011 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan
Terapi Intensif;

9. Standar Umum Pelayanan Anestesiologi dan


Reanimasi di Rumah Sakit, Depkes, 1999.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :
KESATU : Menetapkan Kebijakan Pelayanan Anestesi dan
Bedah RSU Gunung Sawo Temanggung

KEDUA : Kebijakan Pelayanan Anestesi dan Bedah RSU


Gunung Sawo Temanggung sebagaimana
terlampir dalam Keputusan ini dan merupakan
bagian tidak terpisahkan dalam keputusan ini.

KETIGA : Segala biaya yang timbul akibat dikeluarkannya


Keputusan ini dibebankan pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja RSU Gunung Sawo
Temanggung.

KEEMPAT : Keputusan Direktur RSU Gunung Sawo


Temanggung ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan dan akan di evaluasi setiap 3 (Tiga)
tahun.

Ditetapkan di Temanggung

Pada tanggal 3 Januari 2022

DIREKTUR RSU GUNUNG SAWO

TEMANGGUNG,

LUCIANA DEWI
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR RSU

GUNUNG SAWO TEMANGGUNG

NOMOR : 029.01/KEB-PAB/I/2022

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN ANESTESI DAN BEDAH

RUMAH SAKIT UMUM GUNUNG SAWO TEMANGGUNG

1. Pelayanan anestesi di Rumah Sakit Umum Gunung Sawo


Temanggung diberlakukan seragam di seluruh unit dimana
pelayanan anestesi dilakukan, memadai, teratur dan
disesuaikan dengan kebutuhan pasien.

2. Pelayanan anestesi yang dimaksud dalam kebijakan ini


meliputi: penilaian pra-anestesi, tindakan anestesi yaitu
sedasi, anestesi umum dan anestesi regional (spinal, epidural
dan blok saraf perifer), pemantauan selama anestesi,
pelayanan pasca anestesi dan tatalaksana nyeri.

3. Rumah Sakit Umum Gunung Sawo Temanggung telah


menetapkan pelayanan Anestesi dan Sedasi meliputi:

a. Pengorganisasian pengelolaan pelayanan sedasi dan


anestesi terintegrasi

b. Pelayanan Sedasi

c. Pelayanan Anestesi

d. Pelayanan Pembedahan
4. Pelayanan menjamin anestesi yang aman (safe anesthesia),
melalui upaya

a. Menyediakan jumlah dokter anestesi yang proporsional

b. Kunjungan pre anestesi dan kehadiran dokter anestesi ,


untuk :

1) Memberikan informasi/penyuluhan mengenai


prosedur yang akan dijalani khususnya prosedur pre
medikal/pre anestesi,

2) Menilai ASA untuk mengevaluasi risiko

3) Menilai penyakit penyerta atau komorbit yang lainnya

5. Pelayanan Anestesi, Sedasi Moderat dan Dalam berada


dibawah tanggung jawab seorang dokter anestesi yang
memenuhi peraturan perundang-undangan. Tanggungjawab
pelayanan anestesi, sedasi moderat dalam meliputi :

a. Mengembangkan, menerapkan dan menjaga regulasi


b. Melakukan pengawasan administratif
c. Menjalankan program pengendalian mutu yang
dibutuhkan
d. Memantau dan mengevaluasi pelayanan anestesi, sedasi
moderat dan dalam.

6. Pelayanan anestesi, sedasi moderat dan dalam merupakan


suatu tindakan yang beresiko,karena itu perencanaannya dan
pelaksanaannya membutuhkan tingkat kehati-hatian dan
akurasi tinggi. sehubungan dengan hal itu rumah sakit
menetapkan program mutu dan keselamatan pasien pada
pelayanan anestesi,sedasi moderat dan dalam yang
merupakan bagian dari program mutu dan keselamatan
pasien, meliputi antara lain:

a. Pelaksanaan asesmen pra sedasi dan pra anestesi


b. Proses monitoring status fisiologis selama anestesi
c. Proses monitoring proses pemulihan anestesi dan sedasi
dalam
d. Evaluasi ulang bila terjadi konversi tindakan dari lokal/
regional ke general

7. Prosedur pemberian sedasi moderat dan dalam yang


diberikan secara intra vena, tidak tergantung berapa
dosisnya. Prosedur pemberian sedasi dilakukan seragam di
tempat pelayanan di dalam rumah sakit termasuk unit di luar
kamar operasi.

8. Pemberian sedasi kepada pasien harus dilakukan seragam


dan sama di semua tempat di rumah sakit,meliputi:

a. Kualifikasi staf yang memberikan sedasi


b. Peralatan medis yang digunakan
c. Bahan yang dipakai
d. Cara pemonitoran di rumah sakit

9. Kualifikasi para dokter, dokter gigi atau semua individu yang


berkompeten yang bertanggung jawab atas pasien yang
menerima sedasi moderat maupun dalam. Setiap petugas
harus berkompeten :

a. Teknik dan berbagai cara sedasi


b. Farmakologi obat sedasi dan penggunaan zat reversal
( antidotenya )
c. Memonitor / pemantauan pasien
d. Bertindak jika ada komplikasi
e. Kriteria pemulihan
10. Pelayanan anestesi (termasuk sedasi moderat dan dalam)
tersedia untuk keadaan darurat diluar jam kerja dengan cara
on call, 24 jam 7 (tujuh) hari.

11. Rumah Sakit Umum Gunung Sawo telah menerapkan


pengkajian pra sedasi (form pengkajian prasedasi) dan dicatat
dalam rekam medis meliputi;

a. Mengidentifikasi masalah saluran pernapasan yang dapat


memengaruhi jenis sedasi yang digunakan;

b. Mengevaluasi pasien terhadap risiko tindakan sedasi;

c. Merencanakan jenis sedasi dan tingkat kedalaman sedasi


yang diperlukan pasien berdasarkan prosedur/tindakan
yang akan dilakukan;

d. Pemberian sedasi secara aman; dan

e. Menyimpulkan temuan hasil pemantauan pasien selama


prosedur.

12. Dokter anestesi bertanggungjawab selama 24 jam pasca


operasi terutama hemodinamik, manajemen nyeri, dan efek
samping teknik anestesi.

13. Dalam keadaan darurat, apabila dokter Anestesi berhalangan


hadir, maka Rumah Sakit Umum Gunung Sawo Temanggung
mendatangkan dokter Anestesi dari luar Rumah Sakit sebagai
dokter pengganti sementara.

14. Dokter anestesi wajib berkonsultasi dengan dokter spesialis


lain apabila pasien mempunyai komorbid

15. Peralatan anestesi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan


kalibrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
16. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

17. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi,


standar prosedur operasional yang berlaku, etika profesi,
etiket, dan menghormati hak pasien.

18. Dokter yang memberikan sedasi : adalah seseorang yang


bertanggungjawab untuk melakukan prosedur sedasi. Sedasi
sedang dan dalam harus dilakukan oleh seorang dokter
anestesiologi atau dokter spesialis penyakit dalam yang sudah
berkompeten, sedangkan sedasi ringan dapat dilaksanakan
oleh dokter lain. Dokter yang memberikan sedasi harus
memiliki pengetahuan tentang berbagai caramemberikan
sedasi terkait dengan pasien dan jenis tindakan yang
diberikan, komplikasi dari pemberian sedasi terutama
gangguan jantung dan paru, serta memiliki pengetahuan
farmakologi zat sedasi yang digunakan termasuk zat reversal
serta memiliki kemampuan untuk memberikan sedasi yang
aman dan memiliki sertifikat Basic Life Support (BLS),
GELSatau yang sederajat.

19. Asisten Sedasi: Dilakukan oleh seorang perawat yang


terdaftar dan bekerja di bawah instruksi dokter pemberi
sedasi. Asisten ini bertanggungjawab untuk perawatan pasien
selama sedasi (monitoring, pemeriksaan derajat sedasi dan
bantuan jalan napas). Asisten ini dapat melakukan
pemberian obat awal dan pemeliharaan di bawah instruksi
danpengawasan langsung dari dokter penanggungjawabnya.
Asisten ini harus memiliki sertifikat bantuan hidup dasar
(Basic Life Support). Tanggungjawab pemberian sedasi ini
sepenuhnya berada di tangan dokter.
20. Pelayanan Anestesi, Sedasi Sedang dan Sedasi Dalam dapat
dilakukan didalam kamar operasi dan diluar kamar operasi
yang seragam. Pelayanan di luar kamar operasi meliputi:

a. Instalasi Gawat Darurat :


1) Pasien yang akan dilakukan tindakan debridemen
untuk luka bakar
2) Pasien yang akan dilakukan reposisi untuk pasien
dengan dislokasi
b. Instalasi Pelayanan Intensif
1)Pasien yang akan dilakukan pemasangan Vena Sentral
2)Pasien yang akan dilakukan pemasangan
Tracheostomi/ET
3)Pasien yang terpasang Ventilator.
4)Pasien yang gelisah

21. Pelayanan Sedasi moderat dan dalam dilakukan oleh :

a. Dokter Anestesi
b. Dokter Operator, dokter umum, perawat anestesi/penata
anestesi, perawat IGD yang telah mendapatkan
kelimpahan wewenang dari dokter anestesi yang berjaga
dan telah mendapat pelatihan BCLS, ACLS, dan ATLS
untuk pemberian pelayanan sedasi sedang yang
dilakukan diluar kamar operasi,yang kompeten,meliputi
1) Teknik berbagai modus sedasi
2) Monitoring yang tepat
3) Respon terhadap komplikasi
4) Penggunaan zat-zat reverse

22. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan


dan pelayanan anestesi baik pelayanan anestesi di kamar
operasi maupaun diluar kamar operasi untuk pelayanan
anestesi sedasi moderat, yang berada dibawah kepemimpinan
satu orang atau lebih yang kompeten.

23. Jika tenaga dokter anestesi tidak ada/sedang cuti,maka


rumah sakit menggunakan sumber dari luar rumah sakit
yang diseleksi berdasarkan rekomendasi direktur,suatu rekor
atau catatan kinerja yang akseptabel,serta dapat memenuhi
undang-undang serta peraturan yang berlaku.

24. Dokter spesialis anestesi melakukan tindakan anestesi yang


meliputi: sedasi sedang dan dalam, anestesi umum dan
anestesi regional (spinal, epidural dan blok saraf perifer)
dengan penata anestesi bertugas sebagai asisten saat dokter
spesialis anestesi melakukan tindakan anestesi.

25. Pelayanan anestesi dapat diberikan untuk kebutuhan


tindakan diagnostik dan terapeutik.

26. Dokter spesialis anestesi adalah dokter yang telah


menyelesaikan pendidikan anestesi di pusat pendidikan yang
diakui dan telah memiliki STR dan SIP.

27. Penata anestesi adalah perawat yang terlatih dibidang


anestesi dan telah menyelesaikan program D-III / DIV
anestesi atau perawat yang telah terlatih di bidang anestesi
dan bekerja di kamar operasi di bidang anestesi.

28. Tindakan anestesi dilakukan hanya oleh dokter spesialis


anestesi dengan asisten penata anestesi.

29. Dokter spesialis anestesi bisa mendelegasikan beberapa


kewenangan kepada penata anestesi sesuai dengan
kompetensi penata anestesi.
30. Tindakan sedasi dan anestesi pada setiap pasien
direncanakan dan perencanaan didokumentasikan dalam
rekam medis pasien.

31. Tindakan pelayanan sedasi di luar kamar operasi bisa


didelegasikan kepada dokter umum.

32. Pelayanan anestesi disediakan secara teratur dan rutin yaitu :


Dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu, termasuk
hari libur.

33. Untuk kasus elektif di laksanakan pada jam kerja dan untuk
kasus darurat dapat di laksanakan sewaktu waktu selama 24
jam.

34. Dokter spesialis anestesi mempunyai kewajiban memberikan


penjelasan kepada pasien, keluarga atau penanggung jawab
pasien tentang manfaat, resiko dan alternatif serta tata cara
menghadapi resiko yang mungkin terjadi dari tindakan
anestesi yang akan diberikan, serta memberikan edukasi
tentang pemberian analgetik setelah tindakan anestesi dan
sedasi.

35. Tindakan edukasi dan pemberian informasi bisa dilakukan di


bangsal/ rawat inap untuk kasus elektif, sedangkan kasus
emergency dilakukan di IGD maupun ruang IBS.

36. Pasien, keluarga atau penanggung jawab pasien memberikan


persetujuan atas tindakan anestesi dan alternatifnya yang
akan dilakukan.

37. Inform consent terdokumentasi dalam rekam medis

38. Pelayanan pasien untuk menjalani sedasi moderat dan dalam,


meliputi :
a. Penyusunan rencana termasuk identifikasi perbedaan
antara populasi dewasa dan anak atau pertimbangan
khusus lainnya;

b. Dokumentasi yang diperlukan tim untuk dapat bekerja


dan berkomunikasi secara efektif;

c. Pertimbangan persetujuan (consent) khusus, bila


diperlukan;

d. Kebutuhan monitoring pasien;

e. Kualifikasi atau keterampilan khusus para staf yang


terlibat dalam proses sedasi; dan

f. Ketersediaan dan penggunaan peralatan spesialistik.

39. Penilaian pra-anestesi dilakukan sebelum tindakan anestesi.

40. Penilaian pra-anestesi yang dilakukan oleh dokter spesialis


anestesi berguna untuk menilai kondisi fisiologis pasien
sebelum dilakukan tindakan anestesi

41. Berdasarkan penilaian pra-anestesi maka dilakukan


perencanaan anestesi, diantaranya teknik dan obat-obat
anestesi yang akan digunakan, persiapan yang dibutuhkan
sebelum tindakan anestesi, serta perawatan pasien pasca
operasi.

42. Penilaian pra-anestesi dan perencanaan anestesi yang akan


dilakukan didokumentasikan dalam rekam medis pasien.

43. Pemeriksaan pra-induksi dilakukan sebelum induksi


anestesi.

44. Pemeriksaan pra-induksi bertujuan untuk menilai kondisi


fisiologis pasien sesaat sebelum induksi anestesi dilakukan.

45. Penilaian pra-induksi didokumentasikan dalam rekam medis


46. Penilaian pra-anestesi dan pra-induksi dilaksanakan sesuai
dengan prosedur pra-anestesi dan pra-induksi.

47. Pemantauan dan evaluasi kondisi fisiologis pasien dilakukan


sebelum, selama dan sesudah anestesi.

48. Pemantauan berguna untuk menjaga kondisi hemodinamik


pasien berada dalam kondisi yang optimal dengan
mengunakan alat yang sudah ditentukan guna mencegah
morbiditas dan mortalitas pasien selama anestesi dan operasi

49. Pemantauan minimal yang dilakukan adalah sama disemua


unit dimana anestesi dilakukan, yaitu pemantauan di
lakukan setiap 5 menit sekali selama dalam periode intra
anestesi atau setiap saat jika diperlukan yang meliputi
tekanan darah, rekam jantung, laju nadi, pernafasan,
saturasi oksigen perifer.

50. Hasil pemantauan pasien direkam dalam rekam medis.

51. Pemantauan yang dilakukan sesuai dengan SOP pemantauan


dalam anestesi.

52. Untuk mengantisipasi resiko pasien jatuh dalam pemantauan


selama proses anestesi, merujuk pada kebijakan dan protokol
pencegahan pasien jatuh.

53. Dokumentasi pada rekam medis pasien antara lain adalah


pemeriksaan pra-anestesi, dokumen pemberian informasi dan
persetujuan tindakan anestesi, lembar catatan anestesi
(penilaian pra-induksi, teknik anestesi yang digunakan, obat-
obat anestesi yang diberikan, pemantauan selama anestesi,
pemantauan pasca anestesi), nama pasien, dokter spesialis
anestesi dan penata anestesi.
54. Kepala pelayanan anestesi bertanggungjawab untuk
memastikan bahwa pelayanan medis, perawatan dan
penunjang klinis memahami kebijakan ini di bagian yang
menjadi tanggung jawab mereka, melakukan implementasi
dari kebijakan ini di dalam bagian yang menjadi tanggung
jawab mereka, mengidentifikasi dan mengalokasikan sumber
daya yang sesuai agar terpenuhinya kebijakan ini,
memastikan kebijakan ini diinformasikan kepada semua staf
serta mengembangkan kebijakan ini untuk memelihara atau
mempertahankan program pengendalian mutu.

55. Pelayanan pasien yang menjalani One Day Surgery, meliputi:

a. Pelayanan anestesi One Day Surgery diberikan pada


pasien yang menjalani tindakan pembedahan sehari
untuk prosedur singkat dan pembedahan minimal serta
tidak menjalani rawat inap.
b. Pasien dengan status fisis ASA 1 dan 2 yang terkendali
sesuai penilaian dokter spesialis anestesiologi disiapkan
dari rumah.
c. Penentuan lokasi unit pembedahan sehari harus
mempertimbangkan unit/fasilitas pelayanan lain yang
terkait dengan pembedahan sehari dan akses layanan
dukungan perioperatif.

56. Tindakan operasi adalah tindakan yang beresiko tinggi.


Sehingga perlu di design sebaik mungkin untuk
meminimalisir resiko infeksi.

57. Kamar operasi di design dengan memperhatikan pembagian


area atau zona yang sudah diatur dalam perundang–
undangan.

58. Zona kamar operasi dibagi menjadi 4 yaitu:


a. Zona steril rendah

b. Zona steril sedang

c. Zona steril tinggi

d. Zona steril sangat tinggi.

59. Selain zona yang sudah dibagi berdasarkan tingkat kesterilan


design kamar operasi juga memperhatikan resiko
keselamatan dan keamanan baik untuk pasien dan
karyawan.

60. Pelayanan kamar bedah meliputi kegiatan mengidentefikasi


kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial pasien dan
mengiplementasikan asuhan yang bersifat individualistik,
mengkoordinasikan semua kegiatan pelayanan dalam rangka
memulihkan dan mempertahankan derajat kesehatan pasien
sebelum, selama dan sesudah operasi.

61. Asuhan pasien bedah harus direncanakan dengan seksama.


Asuhan setiap pasien bedah berdasarkan pada assesmen
yang harus dilakukan oleh dokter sebelum menentukan
tindakan yang akan dilakukan.

62. Pemilihan tindakan operasi harus memperhatikan riwayat


paien, atatus fisik, data diagnostik, manfaat dan resiko dari
tindakan yang dipilih.

63. Hasil asesemen dicatat dalam rekam medis pasien. Assesmen


yang dicatat harus menginformasikan tentang :

a. Data obyektif dan data subyektif

b. Diagnosa pra operasi

c. Rencana tindakan dan waktu pelaksanaan tindakan

d. Estimasi waktu yang dibutuhkan


e. Lokasi dimana akan dilakukan tindakan bedah

f. Dokter penanggung jawap pelayanan (DPJP)

64. Proses assesmen dilakukan sesegera mungkin bagi pasien


gawat darurat. Untuk pasien yang langsung dilayani oleh
dokter bedah assesmen pra bedah menggunakan assesmen
awal rawat inap, dan pada pasien yang diputuskan
dilakukan pembedahan dalam proses perawatan assesmen
dilakukan dan dicatat dalam rekam medis, sedangkan pasien
yang dikonsultasikan ditengah perawatan oleh dokter
penanggung jawab pelayanan (DPJP) lain dan diputuskan
untuk operasi maka assesmen pra bedah juga dicatat
dalam rekam medis.

65. Untuk memenuhi kebutuhan informasi DPJP atau PPA harus


memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga atau
pihak lain yang berwenang memberiakn keputusan. Informasi
yang disampaikan tersebut harus memuat

a. Identitas pasien

b. Diagnosa

c. Rencana tindakan

d. Tujuan tindakan

e. Tata cara

f. Alternatif tindakan

g. Komplikasi tindakan

h. Prognosis

i. Dokter yang akan melakukan tindakan


66. Edukasi tentang pemberian darah atau produk darah
mencakup kebutuhan, resiko maupun alternatif terhadap
darah atau produksarah yang akan digunakan.

67. Laporan operasi harus dicatat segera setelah operasi selesai


dan sebelum pasien pindah ke ke tempat asuhan biasa.
Penulisan laporan operasi harus memuat :

a. Identitas pasien

b. Tanggal dilakukan operasi

c. Diagnosis post operasi

d. Nama dokter bedah dan asisten

e. Diagnosis pre operasi

f. Diagnosis post operasi

g. Jaringan yang akan di eksisi/ insisi

h. Jumlah darah yang keluar dan jumlah darah yang


masuk jika dilakukan tranfusi

i. Nama tindakan pembedahan

j. Komplikasi tindakan operasi

k. No pendaftaran alat yang dipasang (implan)

l. Tanda tangan dokter yang bertanggung jawab

68. Jika kondisi pasien kritis dan dokter bedah mendampingi


pasien dari ruang operasi ke ruang asuhan intensif maka
laporan operasi dapat dibuat di daerah asuhan lanjutan.

69. Jika pasien dipasang implan makan nomer pendaftran alat


(stiker) ditempel di rekam medis pasien, resep dan
dokumentasi di kamar operasi.
70. Rencana asuhan pasca operasi ditulis oleh DPJP (bila di
delegasikan harus diverifikasi), rencana asuhan perawat
dan rencana asuhan oleh PPA lain yang sesuai pada lembar
instruksi pasca operasi.

71. Pelaksanaan rencana asuhan pasca bedah didokumentasikan


dalam bentuk SOAP dan harus selesai dalam 24 jam.

72. Laporan operasi atau ringkasan catatan operasi harus sudsh


selesai di dokumentasikan sebelum pasien meninggalkan
recovery room. Jika ada kondisi tertentu yang mengharuskan
dokter bedah mendampingi pasien hingga ruangan intensive
makan laporan bisa dibuat di area asuhan lanjutan.

73. Sebelum pemberian anastesi lokal dilakukan inform consent


oleh DPJP.

74. DPJP bertanggung jawab secara penuh dan memantau


kondisi fisiologis pasien selama dilakukan tindakan dengan
anastesi lokal.

75. Status fisiologis pasien dimonitor secara terus menerus


selama tindakan pembedahan dan ditulis dalam rekam medis
pasien.

76. Hemodinamik pasien dilaporkan setiap 15 menit dan ditulis


direkam medis.

77. Temuan selama tindakan pembedahan ditulis dalam rekam


medis pasien.

78. Semua karyawan yang terlibat dalam ruang lingkup kebijakan


ini bertanggung jawab untuk memahami, mematuhi dan
mengimplementasikan apa yang sudah tertuang dalam
kebijakan tersebut.
79. Direktur bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
mekanisme implementasi, pemantauan dan perbaikan secara
keseluruhan dari kebijakan ini telah berjalan dan dijalankan
dengan menghormati hak pasien, serta dapat diakses dan
dimengerti oleh seluruh staf terkait.

Anda mungkin juga menyukai