Urutan :
Perkembangan sosioemosional
10. Etnisitas, gender, dan budaya dan kaitannya dengan kematian dalam konteks budaya
c) Menghadapi kematian
Perkembangan fisik dan kognitif
- Perkembangan sensoris
a. Penglihatan
Ketajaman Visual. Dalam penuaan, kemampuan visual seperti ketajaman penglihatan,
persepsi warna, dan kedalaman penglihatan menurun. Orang lanjut usia lebih rentan
terhadap penyakit mata. Penglihatan malam hari sulit, adaptasi terhadap kondisi gelap
lambat, dan area penglihatan menjadi lebih sempit. Orang di atas usia 75 tahun,
terutama di atas 85 tahun, memiliki performa visual yang buruk, terutama dalam
menghadapi cahaya yang silau. Penurunan penglihatan terkait dengan penurunan fungsi
kognitif pada orang dewasa lanjut.
b. Pendengaran
Masalah pendengaran umumnya tidak menyebabkan kesulitan hingga usia dewasa
akhir. Namun, sekitar 75% orang pada usia 75-79 tahun mengalami masalah
pendengaran. Sekitar 15% populasi usia 65 tahun ke atas mengalami tuli akibat
degenerasi cochlea. Orang dewasa lanjut usia seringkali tidak menyadari atau menolak
masalah pendengaran mereka. Wanita lebih cenderung mencari perawatan daripada
pria. Alat bantu dengar dan implan koklea digunakan untuk mengatasi masalah
pendengaran. Penelitian terbaru juga mempelajari penggunaan batang sel sebagai
alternatif implan koklea.
- Seksualitas
Seksualitas pada orang lanjut usia dapat berlangsung sepanjang hidup, asalkan tidak ada
penyakit atau keyakinan bahwa mereka harus aseksual. Pada pria, proses penuaan dapat
menyebabkan penurunan orgasme dan memerlukan stimulasi langsung untuk ereksi.
Aktivitas seksual dengan pasangan cenderung menurun seiring bertambahnya usia,
terutama pada wanita. Terapi seksual dapat efektif untuk mengatasi kesulitan seksual pada
orang lanjut usia. Meskipun ada gangguan fisik, kebutuhan akan kedekatan, sensualitas, dan
penghargaan tetap ada dalam hubungan.
3. Kesehatan pada masa dewasa akhir
- Masalah kesehatan
Dalam usia lanjut, risiko penyakit kronis meningkat. Arthritis dan hipertensi umum terjadi
pada usia lanjut, terutama pada wanita. Meskipun ada keterbatasan fisik, banyak orang
lanjut usia tetap aktif dalam aktivitas sehari-hari atau bekerja.
Penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, asma, dan arthritis sering menyebabkan
keterbatasan kerja pada usia lanjut. Konflik hubungan sering terjadi pada orang lanjut usia
dengan diabetes dan hipertensi. Pendapatan rendah juga terkait dengan masalah kesehatan
pada usia lanjut. Orang dengan pendapatan rendah lebih mungkin mengalami keterbatasan
akibat penyakit kronis. Masalah kesehatan lebih umum terjadi pada orang lanjut usia
dengan pendapatan rendah, tanpa memandang latar belakang etnis.
Artritis. Artritis adalah kondisi peradangan pada sendi yang umum terjadi pada
orang lanjut usia. Gejalanya meliputi rasa sakit, kekakuan, dan kesulitan gerakan.
Artritis dapat mempengaruhi berbagai sendi seperti panggul, lutut, jari, pergelangan
kaki, dan tulang belakang. Pengobatan artritis bertujuan untuk mengurangi gejala,
dan dapat melibatkan penggunaan obat seperti aspirin, olahraga khusus untuk
masalah sendi, menjaga berat badan yang sehat, dan dalam kasus yang parah,
penggantian sendi dengan protesis. Studi menunjukkan manfaat olahraga bagi
orang lanjut usia dengan artritis, seperti program latihan kekuatan intensif selama
16 minggu yang dapat meningkatkan kekuatan dan mengurangi rasa sakit pada
pasien dengan artritis.
Osteoporis. Osteoporosis adalah kehilangan jaringan tulang yang signifikan,
terutama pada orang lanjut usia. Ini merupakan penyebab utama postur bungkuk
pada orang tua, terutama wanita. Osteoporosis lebih umum pada wanita, dengan
sekitar 80 persen kasus terjadi pada mereka. Defisiensi kalsium, vitamin D, estrogen,
dan kurangnya olahraga adalah faktor risiko osteoporosis. Wanita muda dan usia
pertengahan disarankan untuk mengonsumsi makanan kaya kalsium, berolahraga
secara teratur, dan tidak merokok untuk mencegah osteoporosis. Studi terbaru juga
menunjukkan bahwa suplemen vitamin C berkaitan dengan pengurangan risiko
patah tulang panggul pada wanita lanjut usia.
Kecelakaan. Kecelakaan merupakan penyebab kematian keenam terbesar pada
populasi lanjut usia. Jatuh dari lantai atas rumah atau kecelakaan lalu lintas saat
mengemudi atau berjalan merupakan kasus yang umum terjadi. Jatuh adalah
penyebab utama kematian akibat cedera pada orang dewasa berusia 65 tahun ke
atas. Setiap tahun, hampir 200.000 orang dewasa di atas usia 65 tahun, terutama
wanita, mengalami patah tulang panggul akibat jatuh. Separuh dari mereka
meninggal dalam waktu 12 bulan, seringkali karena radang paru-paru. Proses
penyembuhan pada orang lanjut usia berlangsung lebih lambat, sehingga
kecelakaan yang mungkin hanya menyebabkan ketidaknyamanan sementara pada
orang muda dapat berakibat pada rawat inap atau perawatan di rumah bagi orang
lanjut usia.
- Penyalahgunaan obat
Orang lanjut usia yang mengonsumsi banyak obat berisiko jika dikombinasikan dengan
alkohol dan obat lainnya. Penyalahgunaan obat pada kelompok ini umumnya menurun
seiring bertambahnya usia. Sebagian besar orang dewasa di AS yang berusia 65 tahun atau
lebih tua tidak minum alkohol sama sekali. Istilah "pengidap alkohol lanjut usia" digunakan
untuk mereka yang mulai minum alkohol setelah berusia 65 tahun, sering kali dikaitkan
dengan kesepian, kehilangan pasangan, atau kondisi cacat atau lumpuh.
Pragmatika kognitif merupakan perangkat lunak berbasis budaya dari pikiran, seperti
keterampilan membaca, keterampilan menulis, pemahaman bacaan, kualifikasi pendidikan,
keterampilan profesionalitas, dan keterampilan hidup yang dapat membantuk kita untuk
menghadapi kehidupan. Pragmatika kognitif ini dipengaruhi kuat oleh budaya dan akan
meningkat kemampuannya seiring bertambahnya usia seseorang.
Realitanya bahwa fakta kecepatan pemrosesan informasi akan mengalami kemunduran pada
masa dewasa akhir. Pemrosesan Informasi yang dialami orang lanjut usia lebih cenderung
berkaitan dengan penurunan fungsi otak dan fungsi sistem saraf pusat.
Atensi
1.Atensi selektif merupakan kemampuan seseorang untuk fokus pada aspek tertentu dan
mengabaikan aspek lainnya yang tidak relevan.
2. Atensi terbagi merupakan kemampuan seseorang untuk berkonsentrasi pada lebih dari satu
aktivitas dalam waktu yang bersamaan.
3. Atensi berkesinambungan merupakan keterlibatan dalam waktu yang panjang dan fokus pada
objek. Atensi ini disebut juga sebagai kewaspadaan dalam kognitif seseorang.
Memori memiliki banyak dimensi, antara lain sebagai berikut:
1. Memori episodik: Retensi informasi tentang di mana dan kapan hal itu terjadi
2. Memori semantik: Pengetahuan seseorang terhadap dunia termasuk bidang keahlian
seseorang. Orang lanjut usia membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengingat memori
semantik. Namun, jika ia sudah ingat maka ia akan ingat sepenuhnya.
3. Memori sumberdaya kognitif: memori kerja dan kecepatan perseptual.
4. Memori eksplisit: memori mengenai pengalaman yang dilakukan secara sadar.
5. Memori implisit memori yang tidak melibatkan ingatan yanh disadari dan spontan.
6. Memori sumber: kemampuan mengingat di mana seseorang mempelajari sesuatu hal.
7. Memori Prospektif: Kemampuan mengingat sesuatu di waktu yang akan datang.
Terlepas terjadinya penurunan di banyak aspek memori, seperti working memory dan memori
jangka panjang, banyak orang lanjut usia yang dapat menjaga keahliannya dalam mengambil
keputusannnya dengan cukup baik. di beberapa kasus penurunan memori terkait usia akan
menganggu proses pengambilan keputusan
Kearifan adalah pengetahuan asli mengenai aspek praktis dari kehidupan yang memungkinkan
seseorang mampu melakukan penilaian yang sangat baik menyangkut persoalan penting. masa
remaja akhir dan dewasa awal merupakan pintu gerbang utama memunculkan kearifan. Selain
itu, faktor selain usia merupakan hal penting bagi perkembangan kearifan untuk memasuki taraf
yang lebih tinggi. Kemudian, faktor yang berkaitan dengan kepribadian, seperti keterbukaan
terhadap pengalaman, generativitas dan kreativitas merupakan prediktor yang lebih baik
dibandingkan faktor kognitif, seperti intelegensi dalam membentuk kearifan seseorang.
pendidikan, pekerjaan, dan kesehatan dapat mempengaruhi fungsi kognitif orang lanjut usia.
Keterlibatan intelektual dan sosial bisa memperlambat penurunan kognitif terkait usia untuk
perkembangan intelektual.
b. Pensiun
Turner dan Helms 91991) menjelaskan beberapa penyesuaian yang dianjurkan. untuk
dilakukan oleh para pensiunan, meliputi:
1. Penyesuaian Psikologis Peralihan dari suatu kehidupan kerja yang mempunyai suatu
identitas signifikan ke suatu kehidupan tanpa pekerjaan yang memiliki identitas, membutuhkan suatu
penyesuaian psikologis yang cukup sulit. Penyesuaian psikologis yang baik berarti mampu
mengembangkan suatu gaya hidup yang berkesinambungan antara masa kini dengan masa lalunya serta
mampu memenuhi kebutuhan jangka panjangnya, kesuksesannya ditandai dengan adanya resolusi yang
harmonis.
2. Penyesuaian Penghasilan. Gambaran pertama individu yang pensiun adalah akan
berkurangnya penghasilan mereka. Banyak pensiunan yang membutuhkan penghasilan lebih dari
sekedar untuk hidup layak. Russel Ward (1984) menemukan bahwa banyak para pensiunan yang
merasakan ketidakstabilan keuangan pada awal kehidupan masa pensiunnya, mereka kebanyakan
menghabiskan keuangannya untuk makan, perumahan dan perawatan kesehatan. Individu yang
mengalamui masa pensiun, dan sudah memperhitungkan bahwa kondisi tersebut akan terjadi, keadaan
itu tidak menjadi masalah yang cukup berarti baginya, ada hal lain yang tidak tergantikan oleh nilai uang
secara riil yang saat ini dapat dikerjakannya setelah memasuki masa pensiun.
3. Penyesuaian Sosial Pensiun secara signifikan berhubungan dengan berkurangnya kontak
sosial hubungan kerja, kompensasinya adalah dengan mempererat hubungan pertemanan (friendship).
Individu dapat melihat sisi positif dan sisi negatif dari berhentinya kerja ini terhadap hubungan sosialnya.
Perkembangan sosioemosional
8. Kepribadian pada usia Lanjut. Pada usia lanjut, kepribadian seseorang cenderung menjadi lebih
jelas, dan tipe kepribadian konstruktif yang dapat menerima kenyataan dengan suka rela
dianggap ideal. Masa usia lanjut juga ditandai dengan penurunan fisik, psikis, dan sosial, serta
tugas perkembangan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Terdapat beberapa
tipe kepribadian lansia, seperti konstruktif, ketergantungan, dan kritis diri, yang dapat
mempengaruhi perubahan perilaku. Selain itu, gangguan kesehatan seperti depresi dan
kecemasan juga dapat memengaruhi perilaku pada lansia. Dalam era new normal, penting untuk
mengenal tipe karakter lansia dan memperhatikan perubahan yang terjadi.
9. Relasi keluarga dan sosial. Dukungan sosial keluarga sangat penting bagi lansia, meskipun
mereka tinggal di panti. Keluarga adalah orang terdekat dalam hidup lansia dan memiliki peran
penting dalam memenuhi kebutuhan sosial mereka. Perubahan nilai dan relasi antar-generasi
dalam keluarga di perkotaan dapat mempengaruhi lansia secara negatif. Dalam hal dukungan
sosial, keluarga dapat memberikan dukungan emosional, instrumental, informasional, dan
penilaian kepada lansia. Dukungan sosial keluarga berperan penting dalam memenuhi
kebutuhan sosial lansia secara fisik dan psikososial.
10. Etnisitas, , gender, dan budaya dan kaitannya dengan kematian dalam konteks budaya
Etnisitas dan Kematian:
- Berbagai etnis memiliki pandangan unik terhadap kematian. Misalnya, beberapa budaya
mengadopsi ritual pemakaman yang sangat seremonial sementara yang lain mungkin menganut
praktik kematian yang lebih sederhana.
- Tradisi perayaan kematian seperti upacara pemakaman, ritual memperingati, dan keyakinan
tentang kehidupan setelah kematian bisa sangat bervariasi antarbudaya.
Menghadapi Kehilangan:
- Pada tahap ini, seringkali orang mulai menghadapi kehilangan yang lebih sering, baik
kehilangan teman, anggota keluarga, atau kesehatan. Hal ini dapat mengubah pandangan
mereka terhadap kematian, membuatnya menjadi pengalaman yang lebih nyata dan mendalam.
Kematian dalam perkembangan dewasa akhir sering menjadi bagian integral dari refleksi hidup,
pertimbangan spiritual, dan persiapan praktis untuk meninggalkan jejak dalam dunia ini.
Bagaimanapun, persepsi ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, nilai-nilai budaya, dan
keyakinan spiritual masing-masing individu.