Uas HTLN
Uas HTLN
Pertemuan VIII
Valerianus B. Jehanu
DASAR HUKUM
■ Pasal 23D UUD NRI 1945
■ UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia
■ UU Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai
Tukar
■ UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
■ UU Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas UU Nomor 23 Tahun
1999 tentang Bank Indonesia
■ UU Nomor 6 Tahun 2009 tentang Penetapan Perppu Nomor 2 Tahun
2008 tentang Perubahan Kedua UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia menjadi Undang-Undang
■ UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
■ UU lainnya yang terkait
STATUS DAN KEDUDUKAN
■ Lembaga Negara yang Independen
– Tegas dinyatakan dalam Pasal 4 ayat 2 UU Nomor 23/1999 jo UU Nomor
3/2004
– Independen dalam menjalankan tugas dan wewenangnya
– Bebas dari campur tangan Pemerintah dan atau pihak-pihak lainnya,
kecuali untuk hal yang tegas diatur dalam UU
– Mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan dan melaksanakan setiap
tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam UU
■ Sebagai Badan Hukum
– Badan Hukum Publik – berwenang menetapkan peraturan-peraturan yang
merupakan pelaksanaan dari UU
– Badan Hukum Perdata – dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di
dalam maupun di luar pengadilan
■ Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia
■ Termasuk dalam Lembaga Negara Lapis II (bdk Teori Hubungan Lembaga
Negara) – auxiliary tetapi bersifat tetap (karena ada di Konstitusi)
TUJUAN DAN TUGAS
■ Tujuan
– Mencapai dan menjaga kestabilan nilai rupiah
– Menjaga kestabilan moneter secara berkelanjutan, konsisten dan
transparan
■ Tugas
– Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
– Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
– Mengatur dan mengawasi Bank (tugas mengawasi Bank kemudian
dilakukan oleh OJK sebagai lembaga pengawasan sektor jasa
keuangan yang independen, bdk. Ps 34 UU 23/1999)
FUNGSI BANK SENTRAL
Bank Sentral adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang
untuk mengeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu negara,
merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur
dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, mengatur dan
mengawasi perbankan, serta menjalankan fungsi sebagai
lender of the last resort.
mikroprudensial
makroprudensial
TERIMA KASIH
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
Pertemuan VIII
Valerianus B. Jehanu
SEJARAH KELEMBAGAAN BPK
■ Zaman Hindia Belanda : Algemene Rekenkamer yang dibentuk pada masa Gubernur Jenderal
Daendels (19 Desember 1808)
■ BPUPKI tanggal 15 Juli 1945 – menurut Soekarno, pengelolaan negara tidak cukup hanya
mengandalkan konsep Trias Politica
■ BPUPKI tanggal 16 Juli 1945 – Hatta mengusulkan BPK untuk memeriksa tanggung jawab
keuangan negara
■ Masuk dalam Pasal 23 ayat (5) UUD 1945 – hasil pemeriksaan BPK diberitahukan ke DPR,
dan BPK adalah badan yang terlepas dari pengaruh dan kekuasaan Pemerintah (penjelasan)
■ BPK resmi berdiri tanggal 28 Desember 1946
■ Masa Konstitusi RIS dan UUDS 1950 – Dewan Pengawas Keuangan
■ Masa Orde Lama – UU 17/1965, Presiden memegang kekuasaan pemeriksaan dan
pengawasan keuangan negara yang pelaksanaannya dilakukan BPK + Ketua dan Wakil Ketua
BPK berkedudukan sebagai Menteri
■ Masa Orde Baru – UU 5/1973, BPK sebagai lembaga tinggi negara yang berada di luar
pemerintah, tetapi peranannya diredusir dengan membatasi objek, metode dan laporan
pemeriksaan – Pertamina, BI dan Bank Negara, BUMN tidak bisa diawasi BPK
■ Masa Reformasi – Bab VIIIA UUD NRI 1945 (Pasal 23E, 23F dan 23G) – BPK bebas dan
mandiri
DASAR HUKUM
■ Pasal 23 E, 23 F dan 23 G UUD NRI 1945
■ UU Nomor 31 Tahun 1999 jo UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
■ UU Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
■ UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
■ UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan
■ Putusan MK Nomor 31/PUU-X/2012 – kebenaran materiil tindak pidana
korupsi (KPK, BPK, BPKP dan instansi lainnya)
■ Putusan MK Nomor 13/PUU-XI/2013 tentang frasa “pergantian antar
waktu” di Pasal 22 ayat (1), Pasal 22 ayat (4) dan (5) bertentangan dengan
UUD NRI 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
■ Putusan MK Nomor 48/PUU-XI/2013 tentang “keuangan negara” yang
tidak berarti hanya APBN
TUGAS DAN WEWENANG (1)
■ Sebelum Amandemen obyeknya “keuangan negara” yang dimaknai sebatas APBN di tingkat
pusat yang telah mendapat persetujuan DPR, dan desain kelembagaannya sangat tergantung
pembentuk UU
■ Setelah Amandemen :
– Obyeknya “keuangan negara” yang termasuk juga APBD (bdk. Pasal 23E ayat 2 UUD NRI
1945)
– Sebagai satu-satunya lembaga yang disematkan frasa “bebas dan mandiri” – tidak lagi
subordinat Presiden
■ Pengertian Keuangan Negara (UU 17/2003)
– semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu
baik berupa uang maupun berupa barang yang dapat dijadikan milik negara berhubung
dengan hak dan kewajiban tsb (dari sisi obyek)
– seluruh obyek yang dimiliki negara, dan/atau dikuasai Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Perusahaan Negara/Daerah dan badan lain yang ada kaitannya dengan keuangan
negara (dari sisi subyek)
– seluruh rangkaian kegiatan mulai perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan
sampai pertanggungjawaban (dari sisi proses)
TUGAS DAN WEWENANG (2)
■ Tugas BPK (Ps 6 UU 15/2006), antara lain
– Memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dikeluarkan Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia, BUMN, Badan Layanan Umum, Badan Usaha
Milik Daerah, dan lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara
– Pemeriksaan BPK mencakup keuangan, kinerja dan tujuan tertentu
– Dalam hal pemeriksaan dilakukan akuntan publik, laporan hasil pemeriksaan tsb wajib disampaikan kepada
BPK dan dipublikasikan
– BPK melakukan pembahasan atas temuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa sesuai standar
pemeriksaan keuangan negara
■ Dalam melaksanakan tugasnya BPK juga mengacu kepada UU Nomor 1/2004 tentang Perbendaharaan Negara dan
UU Nomor 31/1999 jo UU Nomor 20/2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
– Termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan (UU 1/2004)
– Seluruh kekayaan negara dalam bentuk apapun, yang dipisahkan atau tidak dipisahkan, termasuk segala
bagian kekayaan yang timbul karena : (UU Pemberantasan Tipikor)
a. Berada dalam penguasaan, pengurusan dan pertanggung jawaban pejabat Lembaga Negara, baik di
tingkat pusat maupun daerah
b. Berada dalam penguasaan, pengurusan, dan pertanggung jawaban BUMN/BUMD, Yayasan, Badan
Hukum dan Perusahaan yang menyertakan modal negara atau perusahaan yang menyertakan modal
pihak ketiga bersadarkan perjanjian dengan negara
TUGAS DAN WEWENANG (3)
■ Wewenang BPK (Ps 9 ayat 1 UU 15/2006)
– Menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan, menentukan
waktu dan metode pemeriksaan serta menyusun dan menyajikan laporan pemeriksaan
– Meminta keterangan dan/atau dokumen yang wajib diberikan
– Melakukan pemeriksaan di tempat penyimpangan uang dan barang milik negara, di tempat
pelaksanaan kegiatan pembukuan dan tata usaha keuangan negara, serta pemeriksaan lain yang
berkaitan dengan pengelolaan keuangan negara
– Menetapkan jenis dokumen, data serta informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara yang wajib disampaikan kepada BPK
– Menetapkan standar pemeriksaan keuangan negara setelah konsultasi dengan Pemerintah
Pusat/Daerah
– Menetapkan kode etik pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
– Menggunakan tenaga ahli dan/atau tenaga pemeriksa di luar BPK yang bekerja untuk dan atas nama
BPK
– Membina jabatan fungsional pemeriksa
– Memberi pertimbangan atas Standar Akuntansi Pemerintahan; dan
– Memberi pertimbangan atas rancangan sistem pengendalian internal Pemerintah Pusat/Daerah
sebelum ditetapkan oleh Pemerintah Pusat/Daerah
TUGAS DAN WEWENANG (4)
■ Wewenang Lain (Ps 10 UU 15/2006)
– Menilai dan/atau menetapkan jumlah kerugian negara yang diakibatkan
perbuatan melawan hukum baik sengaja/lain yang dilakukan oleh Bendahara,
pengelola BUMN/BUMD dan lembaga/badan lain yang menyelenggarakan
pengelolaan keuangan negara
– Penilaian kerugian keuangan negara dan/atau penetapan pihak yang
berkewajiban membayar ganti kerugian ditetapkan dengan Keputusan BPK
– Memantau pelaksanaan pembayaran ganti kerugian, yang hasilnya
diberitahukan tertulis ke DPR, DPRD dan DPD sesuai kewenangannya
■ BPK juga dapat memberi keterangan ahli dalam proses peradilan mengenai
kerugian negara/daerah
■ Ni’matul Huda : BPK termasuk sebagai auxiliary dari Fungsi DPR di bidang
pengawasan terhadap kinerja pemerintahan
PEMERIKSAAN OLEH BPK
■ Pemeriksaan Keuangan
– Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
– Output : Opini BPK mengenai kewajaran informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan
– Opini BPK terdiri dari :
a. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
b. Opini Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
c. Opini Tidak Wajar (Adversed Opinion)
d. Pernyataan Menolak Memberikan Opini (Disclaimer of Opinion)
■ Pemeriksaan Kinerja
– Pemeriksaan atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat
pengawasan intern pemerintah
– Tujuan: mengidentifikasi hal-hal yang perlu menjadi perhatian lembaga perwakilan, agar kegiatan yang
dibiayai dengan keuangan negara dilaksanakan secara ekonomis dan efisien
– Output : Temuan, Simpulan dan Rekomendasi
■ Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu
– Berkaitan dengan keuangan dan pemeriksaan investigatif untuk membantu membuktikan ada/tidak
tindak pidana korupsi
– Output : Simpulan mengenai kerugian negara (state loss)
■ Dari rangkaian hasil pemeriksaan akan dituangkan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan sebagai Keputusan BPK
TINDAK LANJUT HASIL PEMERIKSAAN BPK
Kepolisian dan/atau
ada indikasi tindak
Komisi Pemberantasan
pidana
Korupsi
PENGISIAN ANGGOTA BPK
■ Terdiri dari 9 Orang Anggota BPK (1 Ketua, 1 Wakil Ketua dan 7 Anggota)
■ Syarat Anggota BPK (Pasal 13 UU 15/2006)
– Sangat Umum
– Tidak berkorelasi langsung dengan tugas konstitusional BPK
– Bandingkan dengan syarat menjadi Hakim Konstitusi
– Tidak diatur larangan tertentu, mis: bukan anggota parpol atau pengurus parpol
dalam jangka waktu tertentu
■ Mekanisme pemilihan Anggota BPK (Pasal 14 UU 15/2006)
– Dipilih oleh DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD
– Pertimbangan DPD disampaikan tertulis
– Diumumkan DPR kepada publik untuk memperoleh masukan masyarakat
– Pemilihan dilakukan oleh alat kelengkapan DPR
– Dilaporkan dalam Rapat Paripurna DPR
– Diresmikan oleh Presiden melalui Keputusan Presiden
PEMBERHENTIAN ANGGOTA BPK
■ Jenis Pemberhentian
– Dengan hormat (Pasal 18 UU 15/2006)
– Tidak dengan hormat (Pasal 19 UU 15/2006), dengan catatan anggota BPK
bersangkutan diberikan kesempatan melakukan pembelaan di Majelis Kehormatan
dan Kode Etik BPK (untuk alasan dipidana berdasarkan putusan pengadilan
berkekuatan hukum tetap yang diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih
dikecualikan)
– Pemberhentian sementara (jika anggota ybs ditetapkan sebagai tersangka atas
tindak pidana dengan ancaman hukuman lima tahun penjara) – melalui rapat pleno
– Model pengisian jabatan jika terjadi pemberhentian – Putusan MK 13/PUU-XI/2013
dengan model staggered terms
■ Pengusul Pemberhentian
– DPR untuk pemberhentian tidak dengan hormat
– BPK untuk pemberhentian dengan hormat dan tidak dengan hormat
■ Dasar Hukum Pemberhentian: Keputusan Presiden
BPK – AUDITOR TUNGGAL?
■ Penjelasan Pasal 6 UU KPK 30/2002, menyatakan
bahwa KPK dalam menjalankan tugasnya dapat
meminta bantuan kepada instansi lain yang
berwenang seperti BPK, BPKP (Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan) serta inspektorat pada
Departemen atau Lembaga Pemerintah Non-
Departemen.
■ SEMA 4/2016 menyatakan bahwa Instansi yang
berwenang untuk menyatakan ada tidaknya kerugian
keuangan Negara adalah Badan Pemeriksa Keuangan
yang memiliki kewenangan konstitusional sedangkan
instansi lainnya hanya berwenang melakukan
pemeriksaan dan audit pengelolaan keuangan Negara
namun tidak berwenang menyatakan (declare)
adanya kerugian keuangan Negara.
■ Bagaimana jika KPK tidak menemukan adanya tindak
pidana seperti dalam Laporan Hasil Pemeriksaan
BPK?
■ Bagaimana agar BPK lebih bebas dan mandiri sesuai
amanat UUD NRI 1945?
TERIMA KASIH
KOMISI YUDISIAL
Valerianus B. Jehanu
DASAR HUKUM
Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat serta perilaku hakim,
Komisi Yudisial mempunyai tugas :
■ Selain itu juga mempunyai tugas mengupayakan peningkatan kapasitas dan kesejahteraan hakim
■ Dapat meminta bantuan kepada aparat penegak hukum untuk melakukan penyadapan dan
merekam pembicaraan hakim jika ada dugaan pelanggaran KEPPH
PEMERIKSAAN OLEH KOMISI YUDISIAL
§ Pasal 22B UU Nomor 18 Tahun 2011, pemeriksaan meliputi :
§ Pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran Kode Etik dan/atau Pedoman Perilaku Hakim
§ Permintaan klarifikasi terhadap hakim yang diduga melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud
di atas
§ Setiap pemeriksaan wajib dibuatkan BAP yang disahkan dan ditandatangani oleh terperiksa dan
pemeriksa
§ Pasal 22C UU Nomor 18 Tahun 2011, hasil pemeriksaan menyatakan :
§ Dugaan pelanggaran dinyatakan terbukti
§ Dugaan pelanggaran dinyatakan tidak terbukti
§ Tindak lanjut hasil pemeriksaan KY
§ Jika terbukti maka KY mengusulkan penjatuhan sanksi terhadap Hakim yang melakukan
pelanggaran kepada MA dan kemudian MA yang menjatuhkan sanksi (Pasal 22D UU 18/2011)
§ Mungkin saja terjadi perbedaan pendapat antara MA dan KY (Pasal 22E UU 18/2011) – bagaimana
kalau ada perbedaan pendapat dan tidak tercapai kesepakatan antara MA dan KY?
§ Penjatuhan sanksi berat berupa pemberhentian tetap dilakukan oleh Majelis Kehormatan Hakim
(terdiri dari unsur KY dan MA secara bersama-sama) – MA wajib melaksanakan keputusan MKH
§ Jika dugaan tidak terbukti, MKH menyatakan pemulihan nama baik hakim yang diadukan
ORGANISASI DAN KEANGGOTAAN
§ Memiliki 7 (tujuh) orang anggota, yang semuanya berstatus sebagai pejabat negara
§ Keanggotaan itu terdiri atas :
§ Dua orang mantan hakim
§ Dua orang praktisi hukum
§ Dua orang akademisi hukum
§ Satu orang anggota masyarakat
§ Untuk dapat diangkat harus memenuhi syarat Pasal 26 UU 18/2011
§ Prosedur pengangkatan :
§ Presiden membentuk Panitia Seleksi – ciri lembaga negara independen
§ Pansel yang melakukan pendaftaran dan seleksi
§ Presiden mengajukan 21 calon anggota KY kepada DPR diubah melalui Putusan MK
16/PUU-XII/2014
§ DPR memilih dan menetapkan 7 calon dari usul Presiden
§ DPR mengambil keputusan untuk menyetujui/tidak menyetujui 7 calon yang diajukan
Presiden
§ Presiden menetapkan calon terpilih
§ Anggota KY memegang jabatan selama 5 tahun dan dapat dipilih kembali untuk 1 kali
masa jabatan
ORGANISASI DAN KEANGGOTAAN
§ Bagaimana kalau ada kekosongan jabatan?
§ Pasal 37 UU 18/2011 – Presiden mengajukan calon anggota
pengganti “sebanyak sama dengan” jumlah anggota yang kosong
kepada DPR (mengikuti Putusan MK 16/2014)
§ Anggota KY dilarang rangkap jabatan (Pasal 31 UU 22/2004)
konsekuensinya diberhentikan tidak dengan hormat
§ Dibantu oleh Sekretariat Jenderal yang dijabat oleh pejabat
pegawai negeri sipil, yang diangkat dan diberhentikan oleh
Presiden atas usul KY
§ Pertanggung jawaban anggota KY kepada publik melalui DPR
HUBUNGAN DENGAN LEMBAGA NEGARA LAIN
■ KY dengan Mahkamah Agung
– Mengusulkan pengangkatan hakim agung
– Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat
serta perilaku hakim
– Meningkatkan kapasitas dan kesejahteraan hakim – mis: KY
punya forum anotasi Putusan Pengadilan
– Menyusun dan menetapkan Kode Etik Pedoman dan Perilaku
Hakim secara bersama-sama