Anda di halaman 1dari 12

Poster Sebagai Media Informasi Larangan Merokok

1
Muhammad Farisal Effendy, 2Rafi’i
farisaleffendy@yahoo.com

Abstak
Manusia memiliki berbagai macam kebiasaan. Diantara sekian banyak kebiasaan manusia, ada
salah satu kebiasaan manusia yang sangat merugikan bagi kesehatan mereka adalah merokok.
Pemerintah menyadari bahwa tingkat kepedulian mahasiswa akan bahaya merokok sangat rendah.
Mulai dari munculnya simbol-simbol larangan merokok dengan kalimat : “Kawasan Dilarang
Merokok” pada Peraturan Gubernur no 88 tahun 2010. Teori yang digunakan dalam meneliti
penelitian ini adalah teori inokulasi, teori ini mengasumsikan individu/kelompok yang lemah terhadap
pemahaman informasi berupa persepsi akan semakin mudah dipengaruhi. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Dengan menggunakan rumus yamane maka
sampel ang digunakan berjumlah 69 orang. Pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan
kuisioner, sedangkan analisis data yang digunakan dalah mengelompokan data berdasarkan variabel
dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data
tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumuran masalah, dan melakukan
perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.Hasil penelitian menunjukan kategori efektif
dengan jumlah frekuensi responden sebanyak 44 mahasiswa atau 55% berdasarkan indikator audience
converage, audience response, communications impact, dan process of influence.
Kata kunci : poster , media informasi, larangan merokok

Abstract
Humans have various kinds of habits. Among the many human habits, there is one human habit that is
very detrimental to their health, namely smoking. The government realizes that the level of awareness
among students about the dangers of smoking is very low. Starting from the emergence of smoking
prohibition symbols with the sentence: "Smoking Prohibited Areas" in Governor Regulation no. 88 of
2010. The theory used in researching this research is the inoculation theory, this theory assumes that
individuals/groups who are weak in understanding information in the form of perceptions will be more
easily influenced. The method used in this research is a quantitative descriptive method. By using the
Yamane formula, the sample used is 69 people. Data collection was carried out using a questionnaire,
while the data analysis used was grouping data based on variables and types of respondents,
tabulating data based on variables from all respondents, presenting data for each variable studied,
performing calculations to answer the formulation of the problem, and performing calculations to test
the hypothesis that has been submitted. The results of the study show the effective category with a total
frequency of respondents as many as 44 students or 55% based on indicators of audience
conversation, audience response, communications impact, and process of influence.
Keywords: posters, information media, smoking ban

37
PENDAHULUAN perasaan mereka, tetapi karena sudah menjadi
Manusia memiliki berbagai macam benar-benar kebiasaan rutin. Dapat dikatakan
kebiasaan. Mulai dari berolahraga, membaca, pada orang-orang tipe ini merokok merupakan
menulis, mengarang, dan sebagainya. suatu perilaku sehari-hari.
Diantara sekian banyak kebiasaan manusia, Adanya larangan dalam undang-
ada salah satu kebiasaan manusia yang sangat undang yang diatur pemerintah yang membuat
merugikan bagi kesehatan mereka adalah keuntungan tersendiri bagi mereka perokok
merokok. Anehnya, kebiasaan yang tidak baik pasif. Tetapi, bagi para perokok aktif, adanya
ini sering dilakukan oleh masyarakat kita, larangan merokok demikian tentu memberikan
yakni kebiasaan merokok. Merokok sendiri pengekangan bagi mereka. Bahkan mereka
bukanlah hal yang dianggap tabu oleh menganggap larangan merokok sebagai suatu
masyarakat kita, meskipun yang melakukannya bentuk larangan terhadap suatu Hak Asasi
adalah anak yang masih duduk di bangku Manusia. Larangan merokok ini tentu
sekolah. Hal ini sangat memprihatinkan, membentuk persepti yang berbeda-beda
karena sebagaimana mahasiswa ketahui dikalangan masyarakat.
bahwa di dalam rokok terdapat banyak zat Peraturan Daerah tentang kawasan
beracun yang nantinya akan mengganggu tanpa rokok merupakan langkah untuk
kesehatan tubuh kita. melindungi masyarakat dari ancaman perokok
Rokok menjadi salah satu aktif sehingga budaya dan kebiasaan
permasalahan yang tidak pernah tuntas bila masyarakat tersebut dalam hal ini kebiasaan
dibicarakan tentang penanganan yang tepat. merokok mempengaruhi terciptanya aturan
Rokok menjadi benda fenomenal di Indonesia tentang larangan merokok di tempat umum
karena dipuja sekaligus dicerca. Hal ini dengan dibuatnya kawasan tanpa rokok.
dibuktikan oleh fakta, bahwa sekaligus banyak Dalam media komunikasi di mana
orang sadar akan bahaya rokok bagi kesehatan pesan di sampaikan tidak menggunakan kata-
mereka, masih banyak yang tetap bersikeras kata baik tertulis atau lisan. Komunikasi ini
meneruskan kebiasaan merokok. Masalah yang bisa di lakukan dengan ekpresi muka, contoh
ditimbulkan dari rokok tidaklah sebanding orang merokok di arel kampus, yang larangan
dengan kenikmatan sesaat yang diberikan. merokok tetapi ada yang merkok ada beberapa
Lalu, terdapat tipe perokok yaitu perokok aktif mahasiswa yang tidak senang dengan
dan pasif, perokok aktif lebih sering memasang eskpresi wajah yang tidak enak
menggunakan, sedangkan perokok pasif hanya terjadinya komunikasi nonverbal.
sekedar mencoba Pemerintah menyadari bahwa tingkat
Hal tersebut merupakan tipe perokok kepedulian mahasiswa akan bahaya merokok
yang memiliki kebiasaan masing-masing sangat rendah. Jumlah perokok kian bertambah
individu yang berbeda, mereka menggunakan dari hari ke hari. Hal tersebut menjadi poin
rokok bukan karena untuk mengendalikan penting untuk menghilangkan kebiasaan
38
masyarakat yang dianggap berbahaya tersebut. medium to a large number of people)
mulai dari munculnya simbol-simbol larangan (Elvinaro Ardianto, 2011).
merokok dengan kalimat : “Kawasan Dilarang
Disimpulkan bahwa komunikasi
Merokok” pada Peraturan Gubernur no 88
massa adalah pesan yang berlandaskan
tahun 2010.
teknologi dan dikomunikasikan atau
Komunikasi Massa
disampaikan kepada khalayak dalam jumlah
“Komunikasi yang menggunakan media
besar dengan melalui media massa baik cetak
massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau
(surat kabar, majalah) atau elektronik (radio,
elektronik (radio, televisi) yang dikelola oleh
televisi) yang dikelola oleh suatu lembaga atau
suatu lembaga atau orang yang tersebar yang
orang yang tersebar yang dilembagakan.
dilembagakan, yang ditujukan kepada
Efek Komunikasi Massa
sejumlah besar orang yang tersebar di banyak
Efek komunikasi massa menurut Stamm
tempat, anonim dan heterogen (Deddy
& Bowes : 1990 dibagi menjadi dua bagian.
Mulyana, 2012). Kemudian Joseph A. Devito
Pertama, efek primer meliputi terpaan,
mendefinisikan komunikasi massa dengan
perhatian dan pemahaman. Kedua, efek
pendekatan pengertian massa serta tentang
sekunder meliputi perubahan tingkat kognitif
media yang digunakannya. Ia mengemukakan
(perubahan pengetahuan dan sikap) dan
definisinya dalam dua item, yakni:“Pertama,
perubahan perilaku (menerima dan memilih).
komunikasi massa adalah komunikasi yang
Efek primer dan efek sekunder sebagai
ditunjukan kepada massa, kepada khalayak
berikut :
yang luar biasa banyaknya. Ini tidak
menunjukan bahwa khalayak meliputi seluruh 1. Efek Primer
penduduk atau semua orang yang mendengar Efek primer terjadi ketika seseorang
televisi, tetapi ini menunjukan bahwa yang mengatakan telah terjadi proses
khalayak itu besar dan pada umumnya agak komunikasi terhadap objek yang
sukar untuk didefinisikan. Kedua komunikasi dilihatnya. Efek primer terjadi ketika
massa adalah komunikasi yang disalurkan pesan diterima oleh audience dan
oleh pemancar-pemancar yang audio dan atau menyita perhatian audience tersebut.
visual. Komunikasi massa barangkali akan 2. Efek Sekunder
lebih mudah dan lebih logis bila didefinisikan Efek sekunder terjadi ketika seorang
menurut bentuknya : televisi, radio siaran, individu menggunakan isi media
surat kabar, majalah, dan film (Elvinaro untuk memenuhi tujuan mereka
Ardianto, 2011). Sedangkan menurut Bitner didalam usaha menikmati media
bahwa komunikasi massa adalah pesan yang massa. Tujuan tersebut akan
dikomunikasikan melalui media massa pada disesuaikan dengan kebutuhan dan
sejumlah besar orang (communication is keinginan individu masing-masing.
message communicated through a mass
39
Jika kebutuhan sudah terpenuhi ditujukan pada kelompok tertentu. Oleh karena
melalui saluran komunikasi massa, itu pembuatan poster harus menyesuaikan
menunjukan individu sudah tujuan dan target dari poster tersebut. Salah
mencapai tingkat kepuasannya satu tujuan dari poster yang paling sering
(Nurudin, 2014). dijumpai adalah tujuan komersil. Namun ada
juga yang berupa himbauan kepada
Dapat disimpulkan bahwa terdapat dua
masyarakat. Ada satu tujuan dari poster yang
efek dari melihat poster larangan merokok.
seharusnya mendapat perhatian penuh dari
Efek tersebut merupakan efek primer dan efek
publik tanpa terkecuali, seperti poster orang
sekunder. Pada efek primer mahasiswa yang
hilang. Maka dari pembuatan poster harus
dapat menerima pesan dari poster tersebut.
semenarik mungkin supaya mudah untuk
Sedangkan efek sekunder dimana mahasiswa
mencuri perhatian sehingga tujuan dari poster
mendapatkan perubahan pengetahuan dan
tersampaikan. Poster mengilustrasikan atau
sikap setelah melihat poster tersebut, dan efek
menghiasi fakta yang mungkin cepat akan
sekunder ini akan terjadi ketika pelihat poster
dilupakan. Poster merupakan alat pembelajaran
menggunakan isi media untuk memenuhi
untuk menambah kosa kata (Rizawayani, Sri
tujuan mereka didalam usaha menikmati media
Adelila Sari, Rina Safitri, 2017).
massa.
Poster adalah media yang digunakan
Poster
untuk menyampaikan suatu informasi, saran
Sebuah karya kumpulan antara gambar
atau ide tertentu, sehingga dapat merangsang
dan kaligrafi yang menyatu untuk
keinginan yang melihatnya, untuk
menyampaikan suatu pesan. Dahulu karya
melaksanakan isi pesan tersebut. Suatu poster
yang masih tergolong dalam karya seni rupa
yang baik harus mudah diinget, mudah dibaca,
ini digambar dan ditulis secara langsung
dan mudah untuk ditempelkan dimana saja
dengan tangan. Hanya orang yang pandai
(Wina Sanjaya,, 2015). Media poster dijadikan
melukis yang bisa membuat sebuah poster.
sarana untuk mengomunikasikan gagasan,
Saat ini poster dibuat dengan evaluasi dan proyek inovasi klinis, kajian ini
menggunakan aplikasi editing. Dengan cara ini juga mengembangkan metode-metode
memang lebih mudah, namun tidak semua pembelajaran yang bisa diterapkan dalam
orang dapat membuat poster dengan aplikasi. proses pembelajaran yang memanfaatkan
Meskipun editing mudah untuk dipelajari, media poster. Poster merupakan media
namun tetap membutuhkan suatu kesabaran gambar. Dalam dunia pendidikan poster
dan ketelitian untuk menghasilkan poster yang (plakat, lukisan/gambar yang dipasang) telah
berkualitas. mendapat perhatian yang cukup besar sebagai

Dengan adanya tujuan pembuatan suatu media untuk menyampaikan informasi,

poster, secara tidak langsung poster tersebut

40
saran, pesan dan kesan, ide dan sebagainya bergantung pada dua faktor, yaitu motivasi dan
(Fierda Zahara Jannah, Vina Serevina, 2016). praktik.
Lumsdaine dan Janis (1953) mengatakan
Poster dapat berfumgsi untuk menarik
bahwa penerima pesan dua-sisi menjadi
minat peserta didik terhadap pesan- pesan yang
William McGuire dan Demetrios Papageorgis
ingin disampaikan, mencari dukungan tentang
(1961) dalam teori Inokulasi menyebutkan
sesuatu hal/gagasan, serta sebagai metode
bahwa “sebagian besar orang memiliki banyak
peserta didik untuk tertarik dan melaksanakan
keyakinan yang tidak tertantang dan bahwa
pesan yang terpampang dalam poster serta
keyakinan-keyakinan ini sering dapat dengan
memungkinkan untuk dilihat sesering mungkin
mudah goyah ketika diserang karena orang-
tanpa harus menyala komputer dan televisi
orang tersebut tidak terbiasa
(Shalwa, Entin daningsih, Laili Yeni., 2015).
mempertahankannya (Severin, J Wener – Jr,
Pemanfaatan media pembelajaran poster secara
James W. Tankard, 2009).
optimal mamou memperlancar aktivitas
pembelajaran dan memudahkan interaksi Bila di kaitkan dengan teori Inakulasi
antara guru dan siswa sehingga kegiatan dalam penelitian ini poster yang
pembelajaran menjadi lebih efektif. Media menyampaikan larangan merokok di tempat
pembelajaran poster dikatakan baik apabila atau area tertentu untuk mahasiswa memahami
memenuhi kriteria-kriteria tertentu, kriteria- dan mengerti larangan tersebut. Ada beberapa
kriteria yang mencangkup poster yaitu: mahasiwa mungkin yang menerapkan hal
tersebut dan ada juga mahasiwa yang masih
1. Tingkat keterbacaan (readability)
sama dengan prilakunya yang awalnya dia
2. Mudah dilihat (visibility)
melihat dan memperhatikan poster tersebut.
3. Mudah dimengerti (legibility)
Tetapi karena mahasiswa itu ternyata perokok
4. Serta komposisi yang baik (Yunus
aktif mahasiswa tersebut menjaga dirinya
Sulistyono , 2015).
untuk tidak terpengaruh dengan poster yang
Teori Inokulasi
ada atau dari tempannya yang mungkin sudah
Teori inokulasi merupakan sebuah
mengalami perubahan prilaku pada saat
strategi untuk melindungi sikap agar tidak
melihat poster tersebut. Dan menurut McGraw
terjadi perubahan. Atau dengan kata lain untuk
Hill dalam bukunya Communications theories:
memberikan perlawanan terhadap pengaruh
Perspectives, Processes, and Contexts.
sikap, apakah pengaruh tersebut berupa
Inoculations theory “deals not with attitude
serangan langsung atau tekanan yang
change per se but with the processes though
berkelanjutan. Menurut teori inokulasi,
which we resist attitude change attempts that
kemampuan untuk menolak persuasi
we might receive in interpersonal intraction or
ditentukan oleh keterampilan individu untuk
through the mass media” dalam bahasa
membantah argumen yang berlawanan dengan
indonesia (Hill, McGraw, 2005), teori
keyakinannya. Keterampilan ini diasumsikan

41
inokulasi tidak berhubungan dengan adanya menentukan frekuensi atau penyebaran suatu
perubahan sikap dengan sendirinya, tetapi gejala atau frekuensiadanya hubungan tertentu
melalui proses upaya penolakan perubahan antara suatu gejala dan gejala lain dalam
sikap yang memungkinkan kita terima dalam masyarakat (Uber Silalahi, 2009).”
interaksi interpersonal atau melalui media
Populasi
massa.
Dalam menentukan fokus penelitian,
Jadi, komunikasi yang terjadi pada
peneliti terlebih dahulu harus menetapkan
komunikan disini tidak secara spontan atau
populasinya. Populasi adalah jumlah
secara tiba-tiba melainkan komunikan
keseluruhan untuk analisis yang ciri-cirinya
mengalami beberapa proses untuk dapat
diduga atau diidentifikasikan sebagai
merubah sikap atas informasi yang
sekumpulan unsur yang menjadi objek
didapatinya. Begitupun dengan sikap
penelitian.
mahasiswa fikom yang tidak secara langsung
Menurut W.Gulo dalam bukunya
menjadi tidak merokok setelah melihat poster
Metodologi Penelitian menyatakan : Populasi
larangan merokok. Mahasiswa tersebut
terdiri atas sekumpulan objek yang menjadi
membutuhkan beberapa tahap untuk
pusat perhatian, yang dari padanya terkandung
meyakikan diri sendiri bahwa dengan merokok
informasi yang ingin diketahui (W. Gulo,
akan merusak kesehatannya dan mengganggu
2002). Adapun populasi dalam penelitian
kenyamanan orang lain.
sebanyak 406 mahasiswa.
METODOLOGI PENELITIAN
Sampel
Metode penelitian deskriptif dengan
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
pendekatan kuantitatif digunakan dalam
karakteristik yang dimiliki oleh populasi
penelitain ini. Penelitian deskriptif adalah
tersebut. bila populasi besar dan peneliti tidak
penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
mungkin mempelajari semua yang ada di
nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau
populasi, maka peneliti dapat menggunakan
lebih (independen) tanpa membuat
sampel yang di ambil dari populasi itu
perbandingan, atau menghubungkan antara
(Sugiyono, 2009).
variabel satu dengan variabel yang lain
Dalam penelitian ini, berdasarkan
(Sugiyono, 2010). “Penelitian yang bersifat
populasi yang ada maka digunakan rumus
deskriptif bertujuan menggambarkan secara
Yamane dengan tingkat kepercayaan 90% dari
tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan,
presisi 10%.
gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk

42
Dengan rumus :
𝑁
n= 𝑁𝑑2 +1

Keterangan :

n = 406
406. 0,01 + 1
n= 406
5,06
n= 80,2 (maka dibulatkan menjadi 80)
Jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 80 orang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. IndikatorAudience Converage

Tabel 1
Indikator Audience Response
n=80

Katagori FREKUENSI PERSENTASE


Positif 62 77%
Netral 11 14%
Negatif 7 9%
Total 80 100%
Sumber: coding sheet

Berdasarkan data tabel 1 diatas maka, mengetahui arti gambar yang memiliki arti
indikator audience response dinilai Positif larangan keras, mahasiswa mengetahui bahwa
karena memperoleh nilai frekuensi 62 dan tanda silang menunjukan salah, dan mahasiswa
persentase 77% berdasarkan memberikan paham dengan tujuan gambar tentang larangan
dampak kepada mahasiswa yang masih merokok.
merokok di lingkungan kampus, mahasiswa
mengerti pesan yang dimaksud, mahasiswa

43
2. Indikator Audience Response

Tabel 2
Indikator Audience Response
n=80
Katagori FREKUENSI PERSENTASE
Positif 62 77%
Netral 11 14%
Negatif 7 9%
Total 80 100%
Sumber: coding sheet

Berdasarkan data tabel 2 diatas dimaksud, mahasiswa mengetahui arti


maka, indikator audience response dinilai gambar yang memiliki arti larangan keras,
Positif karena memperoleh nilai frekuensi mahasiswa mengetahui bahwa tanda silang
62 dan persentase 77% berdasarkan menunjukan salah, dan mahasiswa paham
memberikan dampak kepada mahasiswa dengan tujuan gambar tentang larangan
yang masih merokok di lingkungan merokok.
kampus, mahasiswa mengerti pesan yang

3. Indikator Communications Impact

Tabel 3
Indikator Communications Impact
n=80
INTERVAL
FREKUENSI PERSENTASE KATEGORI
KELAS
16 – 18 41 51% Berpengaruh
Kurang
13 – 15 29 36%
Berpengaruh
10 – 12 10 13% Tidak Berpengaruh
Total 80 100%
Sumber: coding sheet

Berdasarkan data tabel 3 ketika melihat larangan merokok,


diatas maka, indikator respon netral atau masa bodoh yang
communications impact dinilai diberikan bagi perokok pasif ketika
berpengaruh karena memperoleh memperhatikan larangan merokok,
nilai frekuensi 41 dan persentase peringatan simbol larangan
51% berdasarkan respon positif merokok membuat selalu ingin
yang diberikan bagi perokok aktif mencari tahu faktanya, pemberian

44
informasi berupa larangan merokok merokok, dan keyakinan bagi anda
oleh kampus usahid adalah sesuatu perokok pasif semakin besar untuk
yang merugikan bagi perokok aktif, tidak merokok ketika melihat
larangan merokok membuat adanya larangan merokok
mahasiswa perokok tahu bahwa dikampus.
kampus salah satu tempat larangan

4. Indikator Process of Influence

Tabel 4.
Indikator Process Of Influence
n=80

INTERVAL KELAS FREKUENSI PERSENTASE KATEGORI


13 – 15 56 70% Berpengaruh
Kurang
11 – 12 13 16%
Berpengaruh
Tidak
8 – 10 11 14%
Berpengaruh
Total 80 100%
Sumber: coding sheet

Berdasarkan data tabel 4 diatas maka, simbol larangan merokok diruangan untuk
indikator process of influence dinilai tidak merokok, larangan merokok tidak
berpengaruh karena memperoleh nilai mempunyai efek terhadap prilaku merokok
frekuensi 56 dan persentase 70% berdasarkan dikampus usahid, terdapat banyak adanya
rasa kesal dan kecewa ketika anda sebagai larangan merokok di kampus membuat prilaku
perokok aktif berada pada ruangan yang tidak tidak merokok ditempat tersebut, dan larangan
di perbolehkan untuk merokok, tingkat merokok membuat mahasiswa perokok patuh
kepedulian anda meningkat ketika melihat akan larangan tersebut.

45
Efektifitas Media Komunikasi Poster Sebagai Media Informasi Larangan Merokok

Tabel 5
Poster Sebagai Media Informasi Larangan Merokok
n=80
Interval Kelas FREKUENSI PERSENTASE Kategori
55 – 63 44 55% Efektif
47 – 54 25 31% Kurang Efektif
39 – 46 11 14% Tidak Efektif
Total 80 100%
Sumber: coding sheet
mahasiswa atau 55% berdasarkan indikator
Berdasarkan tabel 5 diatas maka, media audience converage, audience response,
komunikasi poster sebagai media informasi communications impact, dan process of
larangan merokok dikategorikan efektif dengan influence.
jumlah frekuensi responden sebanyak 44

SIMPULAN

1. Berdasarkan hasil indikator audience mahasiswa mengetahui arti gambar yang


converage dinilai Tinggi karena memiliki arti larangan keras, mahasiswa
memperoleh nilai frekuensi 65 dan mengetahui bahwa tanda silang
persentase 81% berdasarkan pesan yang menunjukan salah, dan mahasiswa paham
mudah dipahami oleh mahasiswa, dengan tujuan gambar tentang bahaya
himbauan yang mampu mempengaruhi merokok.
mahasiswa, keinginan mahasiswa untuk 3. Berdasarkan hasil indikator
mengetahui lebih banyak tentang bahaya communications impact dinilai
merokok, mampu memberikan sugesti berpengaruh karena memperoleh nilai
kepada mahasiswa untuk patuh, dan frekuensi 41 dan persentase 51%
tingkat efektivitas yang cukup rendah bagi berdasarkan respon positif yang diberikan
mahasiswa. bagi perokok aktif ketika melihat larangan
2. Berdasarkan hasil indikator audience merokok, respon netral atau masa bodoh
response dinilai Positif karena yang diberikan bagi perokok pasif ketika
memperoleh nilai frekuensi 62 dan memperhatikan larangan merokok,
persentase 77% berdasarkan memberikan peringatan simbol larangan merokok
dampak kepada mahasiswa yang masih membuat selalu ingin mencari tahu
merokok di lingkungan kampus, faktanya, pemberian informasi berupa
mahasiswa mengerti pesan yang dimaksud, larangan merokok oleh kampus usahid
46
adalah sesuatu yang merugikan bagi tidak merokok, larangan merokok tidak
perokok aktif, larangan merokok membuat mempunyai efek terhadap prilaku merokok
mahasiswa perokok tahu bahwa kampus dikampus usahid, terdapat banyak adanya
salah satu tempat larangan merokok, dan larangan merokok di kampus membuat
keyakinan bagi anda perokok pasif prilaku tidak merokok ditempat tersebut,
semakin besar untuk tidak merokok ketika dan larangan merokok membuat
melihat adanya larangan merokok mahasiswa perokok patuh akan larangan
dikampus. tersebut.
4. Berdasarkan hasil indikator process of 5. Berdasarkan hasil Efektifitas Mahasiswa
influence dinilai berpengaruh karena Universitas Sahid Jakarta dikalangan
memperoleh nilai frekuensi 56 dan mahasiswa. Dikategorikan efektif dengan
persentase 70% berdasarkan rasa kesal jumlah frekuensi responden sebanyak 44
dan kecewa ketika anda sebagai perokok mahasiswa atau 55% berdasarkan indikator
aktif berada pada ruangan yang tidak di audience converage, audience response,
perbolehkan untuk merokok, tingkat communications impact, dan process of
kepedulian anda meningkat ketika melihat influence.
simbol larangan merokok diruangan untuk
DAFTAR PUSTAKA

Anggoro, Linggar, 2012. Teori dan Profesi Effendy, Onong Uchjana. 2011. Ilmu
Kehumasan serta aplikasi di Indonesia, Komunikasi Teori dan Praktek, PT.
Jakarta : PT. Bumi Askara Remaja Rosdakarya, Bandung

Ardianto, Elvinaro, Lukiati Komala dkk, 2011. Hill, McGraw, 2005. Communication
Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Theories: Perspectives, Process, and
PT. Simbiosa Rekatama Media, Contexts America, New York
Bandung
Mulyana, Deddy. 2012. Komunikasi Massa,
Ardianto, Elvinaro. 2013. Handbook of Public Widya Padjajaran, Bandung
Relations, Bandung : Simbiosa
Rekatama Media Nazir, Moh. 2013. Metode Penelitian,Bogor:
Ghalia Indonesia
Arifin, Anwar. 2004. Pengantar Ilmu
Komunikasi, Jakarta : Radja Grafindo Nurjaman, Kadar Khaerul Umam, 2012.
Persada Komunikasi Public Relations, Bandung :
Pustaka Setia
Butterick, Keith. 2012. Pengantar Public
Relations : Teori dan Praktik, Jakarta : Nurudin, 2014. Pengantar Komunikasi Massa,
PT. Rajagrafindo Persada PT Rajagrafindo Persada, Jakarta

Cangara, Hafied. 2004. Pengantar Ilmu Rakhmat, Jallaludin. Metode Penelitian


Komunikasi, Raja Graindo Persada, Komunikasi
Jakarta
Rosmawaty, 2010. Mengenal Ilmu
Djaja, Danan. 2015. Peran humas dalam Komunikasi, PT. Widya Padjajaran
Perusahaan, Bandung

47
Sanjaya, Wina. 2015. Perencanaan dan Desain
Sistem Pembelajaran, Jakarta:
Prenadamedia Group

Severin, J Wener – Jr, James W. Tankard,


2009. Teori Komunikasi Sejarah,
Metode, dan Terapan di dalam Media
Massa, Kencana, Jakarta

Silalahi, Ulber. 2009. MetodePenelitian Sosial,


PT. Refika Aditama, Jakarta

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian


Pendidikan, Bandung : Alfabeta

W. Gulo, 2002. Metodologi Penelitian,


Jakarta: Grasindo

48

Anda mungkin juga menyukai