Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PRAKTIKUM INDUSTRI KECIL KIMIA

PEMBUATAN SABUN CUCI TANGAN

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5 KELAS 3A

ANDINI DWITA MEIRANI / 1918296

FAKHRINA VIRATAMI / 1918341

MUHAMMAD RAFI ARSALAN / 1918405

PIVI TRIYANA DEWI / 1918447

VIKA ROSMA KUMALA / 1918497

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN INDUSTRI

POLITEKNIK AKA BOGOR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pembuatan Sabun Cuci Tangan”
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Praktikum Industri Kecil Kimia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan para pembaca dan juga penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi informasi
dan sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 17 Agustus 2021

Penulis
BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Penyakit kulit adalah salah satu penyakit yang sampai saat ini masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat Indonesia. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh adanya bakteri
patogen diantaranya adalah Staphylococcus aureus. Pencegahan penyakit kulit yang
disebabkan oleh bakteri S. aureus dapat dilakukan dengan penggunaan sabun antibakteri.
Sabun padat memiliki keuntungan dalam kestabilan fisik sabun yang lebih stabil selama
penyimpanan. Sabun transparan memiliki keunggulan karena penampilannya yang lebih
menarik (Barrel et al, 2009).
Virgin Coconut Oil (VCO) sering digunakan dalam pembuatan sabun karena sifatnya
yang sangat mudah diabsorpsi oleh kulit, sehingga membuat kulit menjadi lembut, lembab,
dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit. VCO bersifat lebih awet dan tidak mudah tengik
(Mangoenkoekardjo dan Semangun, 2005). Betaine adalah surfaktan dengan sifat pembusa
dan pengemulsi yang baik. Betaine sering digunakan dalam pembuatan sabun karena sifatnya
yang halus di kulit dan dapat mempertahankan busa yang melimpah. Dalam pembuatan sabun
betaine sering dikombinasikan dengan VCO. VCO dapat menutupi kekurangan dari betaine
yaitu apabila digunakan dalam secara berlebihan dapat membuat kulit menjadi kasar.
Penggunaan VCO dalam pembuatan sediaan sabun akan meminimalisir terjadinya iritasi pada
kulit karena kandungan emolient dalam VCO sehingga kulit akan terasa halus dan sediaan
lebih acceptable (Elisabeth, 2010).
Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai antibakteri adalah buah pare. Kandungan
senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak buah pare berfungsi sebagai
antibakteri (Rao, 2012). Penggunaan buah pare sebagai pengganti zat antibakteri sintetik
dalam sabun perlu untuk dilakukan karena sabun yang beredar di perdagangan mengandung
bahan sintetik triklosan sebagai antibakteri yang apabila digunakan secara berlebihan akan
bersifat karsinogenik. Optimasi formula dalam penelitian ini menggunakan software Design
Expert versi 10. Desain faktorial dapat digunakan untuk memprediksi area komposisi antara
VCO dan betaine yang menghasilkan sabun transparan dengan sifat fisik yang baik.
Sabun padat antibakteri ini merupakan salah satu jenis sabun. Sabun merupakan
campuran garam natrium atau kalium dengan minyak hewani atau lemak nabati. Sabun dapat
berbentuk wujud cair, padat, dan lunak sebagap pembersih. Berdasarkan Dewan Standarisasi
Nasional dimana sabun merupakan produk yang dimanfaatkan dalam tujuan untuk
mengemulsi dan mencuci, terdiri dari asam lemak dengan rantai karbon C12-C18 dan
Sodium atau Potassium. Bagian hidrokarbon dari molekul bersifat hidrofobik dan larut dalam
zat-zat non polar. Sedangkan ujung ion bersifat hidrofilik dan larut dalam air. Rantai
hidrokarbon menyebabkan sebuah molekul sabun secara keseluruhan tidaklah benar-benar
larut dalam air. Tetapi mudah tersuspensi dalam air karena membentuk misel (micelles), yaitu
segerombol (50 - 150) molekul yang rantai hidrokarbonnya mengelompok dengan ujung-
ujung ionnya yang menghadap ke air. Sabun memiliki beberapa sifat, yaitu :

a. Garam alkali dari asam lemak bersuhu tinggi terhidrolisis parsial oleh air yang dapat
membuat larutan menjadi bersifat basa dalam air.
b. Larutan sabun akan menghasilkan buih bila diaduk, tetapi tidak bisa pada air sadah.
Garam-garam alkali akan mengendap dalam air akan menghasilkan buih dari sabun.
c. Memiliki sifat pembersih.
d. Proses penghilangan kotoran Sabun didalam air menghasilkan busa yang akan
menurunkan tegangan.
 Permukaan sehingga kain menjadi bersih dan air meresap lebih cepat ke
permukaan kain. Molekul dalam sabun yang bersifat hidrofobik dimana molekul
pada kotoran dikelilingi dan diikat. Proses tersebut dinamakan emulsifikasi yang
mana terbentuknya emulsi diantara molekul sabun dengan dan molekul kotoran.
 Pada molekul dalam sabun yang bersifat hidrofobik berada di air dimana molekul
pada kotoran akan keluar saat pembilasan dan kain berubah jadi bersih.

2.1 TUJUAN
a. Agar mahasiswa mengetahui Aktivitas antibakteri ekstrak etanol buah pare terhadap
bakteri S. aureus ATCC 25923, pengaruh antara VCO dan betaine maupun
interaksinya terhadap respon sifat fisik sediaan sabun padat transparan ekstrak etanol
buah pare.
b. Untuk mengetahui komposisi VCO dan betaine dalam formula optimum yang
mempunyai sifat fisik paling bagus menurut metode desain faktorial
c. Untuk mengetahui ada tidaknya sifat iritasi pada kulit dari formula optimum sabun
padat transparan ekstrak etanol buah pare variasi VCO dan betaine terhadap
parameter uji iritasi.
3.1 PRINSIP

Pembuatan sabun padat ini menggunakan reaksi saponifikasi. Reaksi saponifikasi


adalah lemak atau minyak oleh adanya basa kuat (NaOH) atau dikenal dengan larutan alkali
sehingga menghasilkan sabun berupa garam natrium dari asam lemak atau minyak. Alkali
yang digunakan untuk membuat sabun padat yaitu NaOH (sodium hidroksida). Sabun ini
mempunyai sifat membersihkan melalui proses kimia koloid, karena sabun mempunyai gugus
polar dan non polar.

4.1 MANFAAT
a. Dapat membantu masyarakat mendapatkan sabun padat dari buah pare yang memiliki
aktivasi antibakteri.
b. Untuk memberikan wawasan yang lebih luas tentang pembuatan sabun dari ekstrak
buah.
BAB II METODE PENELITIAN

2.1 BAHAN DAN ALAT


a. Ekstrak Etanol Buah Pare
b. Asam Stearat
c. Virgin Coconut Oil (VCO)
d. Betaine
e. Sodium Lauryl Sulfate (SLS)
f. Alkohol
g. Gliserin
h. BHT
i. Sukrosa
j. Air

2.2 CARA KERJA


1. Asam stearat dicairkan terlebih dahulu pada suhu 70-80oC.
2. Selanjutnya VCO dicampurkan pada cairan asam stearat dan ditambahkan pula BHT
pada campuran tersebut.
3. NaOH ditambahkan pada suhu 70-80oC untuk melakukan reaksi penyabunan.
4. Lalu etanol, sodium lauryl sulfat, betaine, gliserin, air, gula dan parfum ditambahkan
pada suhu 70-80oC. Campuran dihomogenkan dengan bantuan mixer.
5. Kemudian dilakukan pendinginan pada suhu 40OC dan dihomogenkan kembali dengan
bantuan mixer.
6. Sabun dicetak pada cetakan yang diinginkan dan disimpan dalam lemari es selama
kurang lebih 2 jam.
7. Setelah itu, sabun didiamkan pada suhu kamar selama 1-3 minggu.
8. Sabun yang sudah jadi kemudian dilakukan evaluasi uji fisik meliputi pemeriksaan
organoleptik, pH, ketinggian busa, dan kekerasan sabun selama 3 minggu.
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi/Karakteristik dan Penanganan Bahan :

Uraian Deskripsi

Wujud Warna Bau

Ekstrak etanol Cairan Coklat Tidak berbau


buah pare

Asam stearat Padatan Putih Tidak berbau

Betaine Padatan Putih Tidak berbau

Sodium lauryl Padatan Putih Berbau khas


sulfate

Alkohol Cairan Tidak berwarna Berbau khas


alkohol

Asam sitrat Serbuk kristal Putih Tak berbau

Gliserin Cairan Tak berwarna Tak berbau

Sukrosa padatan Putih Tak berbau

BHT Padatan Putih Tak berbau

NaOH Padatan Putih Tak berbau

Air suling Cairan Tak berwarna Tak berbau

VCO Cairan
3.2 Deskripsi/Karakteristik dan Penanganan Produk :

Pengamatan Produk

Wujud Warna Bau

Padat Kecoklatan Wangi

3.3 Pembahasan :
A. Pare

Pare (Momordica charantia L) Sinonim Momordica balsamina Blanco,


Momordica balsamina Descourt, Momordica cylindrica Blanco, Momordica jagorana
C.Koch, Momordica operculata Vell, Cucumis africanus Lindl. Tanaman Pare
tergolong dalam bangsa Cucurbitaceae, jenis Momordica charantia L. Pare dapat
tumbuh subur ditempat yang teduh dan terlindung dari sinar matahari. Tanaman
semusim berumur hanya setahun perambat dengan sulurnya mirip spiral membelit kuat
untuk merambat.

Di Indonesia, buah Pare selain dikenal sebagai sayuran, juga secara tradisional
digunakan sebagai peluruh dahak, obat penurun panas, antibakteri dan penambah nafsu
makan. Selain itu, daunnya dimanfaatkan sebagai peluruh haid, obat luka bakar, obat
penyakit kulit dan obat cacing (Pramono et al. 1988). Sejak diketahui bahwa tanaman
Pare berkhasiat terhadap kesehatan maka beberapa peneliti berusaha mengetahui dan
mengisolasikan bahan yang terkandung dalam tanaman Pare. Sebagai tumbuhan bangsa
Cucurbitaceae, juga buah Pare mengandung bahan yang tergolong dalam glikosida
triterpen atau kukurbitasin (Okabe, et al. 1980).

B. Sabun

Sabun merupakan campuran dari senyawa natrium dengan asam lemak yang
digunakan sebagai bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, busa, dengan atau tanpa zat
tambahan lain serta tidak menimbulkan iritasi pada kulit (BSN, 1994). Sabun dibuat dengan
dua cara, yaitu proses saponifikasi dan proses netralisasi minyak. Proses saponifikasi
minyak akan diperoleh produk sampingan yaitu gliserol, sedangkan proses netralisasi
tidak akan memperoleh produk samping. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara
trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena reaksi asam lemak
bebas dengan alkali (Ophardt, 2003).
Sabun padat transparan merupakan salah satu inovasi sabun yang menjadikan
sabun lebih menarik. Sabun transparan mempunyai busa yang lebih halus dibandingkan
dengan sabun yang tidak transparan (Qisty, 2009). Faktor yang dapat mempengaruhi
transparansi sabun adalah kandungan alkohol, gula, dan gliserin dalam sabun. Ketika sabun
akan dibuat jernih dan bening, maka hal yang paling penting adalah kualitas gula, alkohol, dan
gliserin. Kandungan gliserin baik untuk kulit karena berfungsi sebagai pelembab pada kulit
dan membentuk fasa gel pada sabun (Rahadiana dkk., 2014).
BAB IV PENGEMASAN DAN EVALUASI EKONOMI

4.1 Rencana Pengemasan dan Desain Kemasan

4.1.1 Rencana Pengemasan

Produk sabun cuci tangan bertekstur batang dari ekstrak etanol ini dikemas
dengan kardus kotak yang dilapisi plastik agar tahan air. Bentuk dari sabun ini
adalah love dengan nama produk “Ini Sabun”.

4.1.2 Desain Kemasan

-Sabun Aroma Melon

-Sabun Aroma Bunga Rose


4.2 Evaluasi Ekonomi
 Biaya Investasi
Biaya investasi adalah biaya-biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama usaha atau
proyek. Biaya-biaya tersebut dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan
prasarana yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha.
Material Kuantitas Harga Satuan Harga
(Rp) Satuan/Bulan (Rp)

Alat Pencair 3 buah 500.000 1.500.000

Mixer 4 buah 500.000 2.000.000

SUB TOTAL 3.500.000

 Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang dikeluarkan selama satu tahun yang besarnya tidak
berpengaruh langsung terhadap jumlah output yang dihasilkan.
No Komponen Biaya Jumlah Jumlah Biaya/ Jumlah
bulan (Rp) bayar/bulan(Rp)

1 Biaya Listrik 1 bulan 250.000 250.000

2 Biaya Air 1 bulan 100.000 100.000

3 Gaji 3 1.200.000 3.600.000

4 Penyusutan alat 3% biaya investasi 3.500.000 105.000

SUB TOTAL 4.055.000


 Biaya Variabel
Biaya variabel adalah suatu yang harus dikeluarkan seiring dengan bertambah atau
berkurangnya produksi. Biaya variabel akan mengalami perubahan jika volume
produksi berubah.
No Komponen Satuan Jumlah Biaya Total Per
Biaya Satuan Bulan (Rp)
(Rp)
1 Buah Pare Kg 150 3.000 450.000

2 Asam Stearat Kg 2 37.000 74.000

3 VCO L 1 65.000 65.000

4 Betaine Kg 1 61.000 61.000

5 SLS g 500 67.500 67.500

6 Alkohol mL 250 90.000 90.000

7 Gliserin L 1 13.000 13.000

8 BHT g 300 16.500 49.500

9 Sukrosa Kg 1 85.000 85.000

SUB TOTAL 955.000

 Biaya Produksi
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selama proses
manufakturing atau pengelolaan dengan tujuan menghasilkan produk yang siap
dipasarkan.
Biaya Produksi = Total Biaya Tetap + Total Biaya Variabel

Biaya Produksi = Rp. (4.055.000-955.000)

= Rp 3.100.000

Sehingga biaya produksi yang dibutuhkan ialah sebesar Rp 3.100.000


 Pendapatan dan Keuntungan
Harga Sabun per pcs

No Uraian Jumlah Harga Total


Satuan (Rp) (Rp)
1 Sabun 10.000 pcs 3.100 31.000.000

 Keuntungan per Bulan


Keuntungan per Bulan = Total Pendapatan- Total Biaya Produksi

Keuntungan per Bulan =Rp. 31.000.000 – Rp. 3.100.000


=Rp. 27.900.000.,-/bulan

Keuntungan per Tahun =Rp27.900.000 x 12


=Rp. 334.800.000.,-/tahun

 Break Event Point (BEP)


Break Event Point (BEP) yaitu titik dimana jumlah pendapatan sama dengan jumlah
pengeluaran atau biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa yang
disebut dengan titik impas.

BEP =

BEP =

BEP = 1350 unit

 Benefit Cost Ratio (B/C ratio)


Benefit Cost Ratio (B/C ratio) merupakan suatu ukuran perbandingan antara
pendapatan dengan Total Biaya Produksi.

B/C =

B/C =

B/C =9

Sehingga didapatkan Benefit Cost Ratio sebesar 9


DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional., 1994. Standar Mutu Sabun Mandi. SNI 06-3532-1994. Dewan
Standardisasi Nasional. Jakarta.
Devi, M., A. Indaryanti & E.D. Ikasari. 2019. Optimasi Formula Sabun Padat Antibakteri
Ekstrak Etanol Buah Pare (Momordica Charantia L.) Dengan Variasi Virgin Coconut
Oil (VCO) dan Cocoamidopropyl Betaine. Cendekia Journal of Pharmacy. 3:115-
122.
Okabe H, Miyahara Y, Yamauchi T, Miyahara K, Kawasaki T. 1980. Studies on the
Constituents of Momordica charantia L. Isolation and Characterization of
Momordicoside A and B, Glycosides of a Pentahydroxy Cucurbitane Triterpen..
Chem. Pharm. Bull 28: 2753.
Ophardt, C. E. Soap. http://elmhurst.edu/- chm/vchembook/554soap.html. Diakses pada
tanggal 31 Juli 2015.
Pramono S, Ngatijan, Sudarsono S. Budiono, Pujoarianto A. 1988. Obat Tradisional
Indonesia I. Pusat Penelitian Obat Tradisional UGM. Yogyakarta, h. 18.
Qisti, Rachmiati. 2009. Sifat Kimia Sabun Transparan dengan Penambahan Madu pada
Konsentrasi yang Berbeda. Bogor, Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas
Peternakan Institut Pertanian Bogor.
Rahadiana, P., Andayani L.S. 2014. Pabrik Sabun Transparan Beraroma Terapi dari
Minyak Jarak dengan Proses Saponifikasi Trigliserida Secara Kontinyu. Program
Studi D3 Teknik Kimia FTI-ITS.
LAMPIRAN

1. Jelaskan parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas sabun menurut SNI?
Tuliskan nilai baku mutunya !
Jawab: Sesuai SNI 2588:2017 parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas
sabun cuci tangan adalah pH, total bahan aktif, alkali bebas, asam lemak bebas, dan
cemaran mikroba berdasarkan angka lempeng total. Parameter pH diukur berdasrkan
aktivitas ion hydrogen secara potensiometri dengan menggunakan pH meter. Didalam
sabun terdapat bahan aktif (surfaktan anionic, nonionik, kationik, dan amfoterik) dan
selain bahan aktif (bahan organic yang tidak bereaksi, parfum, lemak alkanolamida,
asam lemak bebas, dan wax). Kedua jenis bahan tersebut dapat larut dalam etanol,
tetapi untuk bahan selain bahan aktif dapat larut juga dalam petroleum eter sehingga
untuk menentukan total bahan aktif adalah dengan mengurangi bahan yang larut
dalam etanol dengan bahan yang larut dalam petroleum eter. Untuk penentuan kadar
alkali bebas atau asam lemak bebas dengan cara menambahkan indicator PP ke filtrat
yang tidak larut dalam alcohol kemudian dititar dengan larutan standar asam/alkali.
Jika dengan indicator pp diketahui ternyata larutan bersifat basa maka dititar dengan
larutan standar asam. Jika dengan indicator PP larutan ternyata bersifat asam maka,
dititar dengan larutan standar alkali. Dan untuk mengetahui cemaran mikroba
dilakukan pengukuran angka total (ALT).
Berikut nilai baku mutu untuk tiap parameter dalam SNI 2588:2017
2. Sebutkan kekurangan dan kelebihan penggunaan sabun cuci tangan berbahan dasar
surfaktan sintetik?
Jawab: Bahan surfaktan (LAS) dapat menyebabkan permukaan kulit menjadi kasar,
hilangnya kelembaban alami dan meningkatkan permeabilitas permukaan kulit.
Banyak produk sabun antiseptik yang menggunakan bahan aktif kimia sintesis tetapi
memiliki beberapa efek samping. Penggunaan sabun cuci tangan (hand wash) yang
berulang-ulang dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit kering, ruam, dan resistensi
bakteri. Salah satunya telah diteliti yaitu Sabun cuci tangan dari ekstrak daun sirih
hutan yang mengandung senyawa kelompok alkaloid, fenil propaniod, terpen, dan
steroid terbukti lebih lebih efektif dalam melindungi kulit dari mikroorganisme yang
berbahaya.

3. Jelaskan tiga teknik pembuatan sabun (cold process, hot process, melt and pour) !
Jawab: Cold process adalah pembuatan sabun dengan cara dingin yakni dalam proses
pembuatannya tidak ada bahan yang dipanaskan selain lemak yang digunakan. Pada
umumnya, sabun yang dibuat dengan teknik cold process harus didiamkan selama 4-6
minggu agar alkali dapat ternetralisir. Untuk teknik hot process, semua bahan
dipanasakan. Pada hot process, mulanya alkali ditambahkan ke air. Kemudian,
ditambahkan lemak yang telah dipanaskan ke dalam larutan ini. Setelah itu, campuran
ini diaduk beberapa saat secara perlahan-lahan sambil ditambahkan bahan-bahan
ekstra seperti pewarna, pewangi atau bahan lain yang diinginkan. Proses pembuatan
sabun dengan teknik hot process cenderung membutuhkan waktu yang lebih singkat
dibandingkan teknik cold process. Sedangkan teknik melt and pour merupakan teknik
yang mudah karena sabun itu sendiri sudah dibuat. Sabun dasar yang sudah jadi hanya
perlu dicairkan lalu ditambahkan bahan-bahan lain seperti, wewangian, warna, dan
exfoliant, kemudian dicetak. Sabun dengan teknik melt and pour dapat langsung
digunakan setelah dibuat.

Anda mungkin juga menyukai