Anda di halaman 1dari 10

KELOMPOK 1

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:
1. IDOLA PUTRI HUTABALIAN
2. ARITMEN ANDREAS MANURUNG
3. ANANDA PRATAMA SINAGA
4. MELITA SIDAURUK
5. ARLAN LOMBU
6. RONALD CARDA PINEM
TUGAS : HUKUMAN MATI

PENDAHULUAN

A). SEJARAH HUKUMAN MATI DI INDONESIA

HUKUMAN MATI DI INDONESIA TERNYATA SUDAH ADA SEJAK


JAMAN PENJAJAHAN BELANDA,TEPATNYA SAAT GUBERNUR JENDRAL
HINDIA BELANDA ,HENRY WILLEM DAENDELS BERKUASA DI
INDONESIA SEJAK 1808. BIASANYA ,HUKUMAN MATI INI DIBERIKAN
KEPADA WARGA PRIBUMI YANG TIDAK MAU DIJADIKAN SURUHAN
ATAU TIDAK MENURUTI PERINTAH DAENDELS.

PENGERTIAN HUKUMAN MATI

Hukuman mati ialah sebuah hukuman yang diperuntukan kepada


para pidana yang terjerat kasus HAM atau yang menyangkut dengan
Hak Asasi Manusia,Hukuman mati itu beragam cara eksekusinya.
Hukuman mati telah menjadi kontroversi di sejumlah negara, dan
posisinya dapat berbeda dalam ideologi politik atau wilayah budaya
yang sama. Amnesty International mendeklarasikan bahwa hukuman
mati adalah pelanggaran hak asasi manusia, dengan menyatakan
"hak untuk hidup dan hak untuk hidup bebas dari penyiksaan,
perlakuan jahat, tidak manusiawi, atau merendahkan, atau
penghukuman."[9] Hak asasi tersebut dilindungi di bawah Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia yang diangkat oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa pada 1948.
CONTOHNYA :
1.Hukum tembak mati

2.Hukum suntik mati


3.Hukum gantung

4.Hukum cambuk sampai mati

5.Hukum penggal sampai mati(tapi diindonesia hukum ini tidak di


laksanakan karena dengan alasan tertentu hanya dinegara timur
yang menggunakan hukuman ini)
1.PANDANGAN NEGARA TERHADAP HUKUMAN MATI.
Hukuman Mati Dari Sudut Pandang Konstitusi dan
Perundang-undangan

Amandemen kedua UUD 1945 dengan tegas menyebutkan


bahwa,“Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak
mempertahankan hidup dan kehidupannya.” Berikutnya UUD
menyatakan, “Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak
diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan
hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah
hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa
pun.” Mengacu pada kedua ayat tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa pandangan tentang hak-hak individu yang dianut oleh Negara
Kesatuan Republik Indonesia mengakui apa yang dikenal oleh para
filsuf dengan “Hukum Kodrat”, sebagaimana dijelaskan di atas, yang
menyatakan bahwa hak untuk hidup adalah hak yang melekat pada
setiap individu yang tidak dapat dirampas dan dikurang-kurang
(non-derogable rights) oleh siapapun, atas nama apapun dan dalam
situasi apapun termasuk oleh negara, atas nama hukum, agama atau
dalam situasi darurat.
2. PANDANGAN AGAMA TERHADAP HUKUMAN MATI.

Pandangan agama Kristen, hukuman bukanlah suatu balasan,


walaupun hukuman diperlukan untuk menyeimbangkan keadaan
akibat dari kejahatan tersebut. Selanjutnya dalam agama Kristen
juga diajarkan bahwa orang dapat mengampuni karena Allah telah
mengampuninya. Terkait dengan hukuman pidana mati terdapat
dua pandangan yakni yang mendukung dan yang menolak
diterapkannya hukuman pidana mati. Bagi yang mendukung
(menerima) diterapkannya hukuman pidana mati dasarnya adalah
penjahat yang telah melakukan kejahatan pantas dihukum, bahkan
dengan hukuman mati. Hukuman mati merupakan pembalasan.
Seseorang merupakan abdi Allah dan menjalankan hukuman Allah
kepada mereka yang melakukan kejahatan, terlebih lagi Allah
memberi kuasa kepada negara untuk menghukum bagi siapa saja
yang berbuat kejahatan. Dalam perwujudan akan hal tersebut
dituangkan dalam bentuk undang-undang dengan pandangan
agama yang diyakini. Di sisi lain, bagi yang menolak (tidak setuju)
diterapkannya pidana mati beralasan bahwa hukuman mati
tidaklah efektif dalam menangani kejahatan sebab hukuman
seumur hidup lebih tepat digunakan daripada hukuman mati.
Ayat tentang hukuman mati di Alkitab :
Imamat 24:21 “Siapa yang memukul mati seekor ternak, ia harus
membayar gantinya, tetapi siapa yang membunuh seorang
manusia, ia harus dihukum mati”.

Keluaran 31:14 “Haruslah kamu pelihara hari Sabat, sebab itulah


hari kudus bagimu; siapa yang melanggar kekudusan hari Sabat
itu, pastilah ia dihukum mati, sebab setiap orang yang melakukan
pekerjaan pada hari itu, orang itu harus dilenyapkan dari antara
bangsanya.”

Pandangan Agama Islam, Jika dilihat


dari sudut pandang Islam, hukuman mati memang sudah
dipraktikkan sejak lama. Mereka yang
menerima hukuman mati adalah mereka yang melakukan
tindakan kasus kejahatan pembunuhan. Pidana semacam ini
dalam hukum Islam disebut dengan qisas. Qisas (‫قصاص‬,
qishâsh) adalah istilah dalam hukum Islam yang berarti
pembalasan (memberi hukuman yang setimpal), mirip dengan
pepatah “utang nyawa dibayar nyawa”. Dalam kasus
pembunuhan, hukum kisas memberikan hak kepada keluarga
korban untuk meminta hukuman mati kepada pembunuh.
Dalam Al-Quran, hukuman mati juga sudah dijelaskan. Seperti
apa yang tercantum dalam QS. Al-Baqarah ayat 178 yang
artinya:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash
berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka
dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan
wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu pemaafan dari
saudaranya, hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara
yang baik, dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diat)
kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula). Yang
demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu
rahmat. Barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, maka
baginya siksa yang sangat pedih."
Pandangan Agama Hindu, Hukuman mati tidak disebutkan secara
tegas/ pasti dalam kitab-kitab hukum Hindu. Dalam agama Hindu
dikenal apa yang dinamakan ahimsa. Ahimsa merupakan suatu
ajaran yang menentang tindak kekerasan dan dalam ajaran Hindu
juga terdapat pemahaman bahwa jiwa seseorang tidak dapat
dibunuh dan kematian hanya dibatasi pada kematian fisik. Jiwa
seseorang akan terlahir kembali ke dalam tubuh yang berbeda.
Tinjauan dari ajaran Hindu yang menyerukan untuk tidak
menggunakan hukuman mati tersebut. Hukuman mati bagi seorang
pemeluk Hindu-Bali, termasuk “ngulah pati”, karena dia sudah tahu
sebelumnya bahwa perbuatannya jahat, jika kemudian terbukti
bersalah akan mendapat sanksi hukuman mati dari Pengadilan.
Masalah roh/atman dari orang yang dihukum mati, apakah akan
amoring acintya (moksah) ataukah akan lahir kembali ke dunia (re-
inkarnasi/ punarbhawa), tentunya kita tidak tahu karena masalah itu
termasuk astaaiswarya “kehendak” Sanghyang Widhi yang Maha
Kuasa. Namun perlu diingat bahwa hukuman mati yang diputuskan
oleh “manusia” karena dipandang “bersalah”, belum tentu dalam
pertimbangan Sanghyang Widhi dia juga dianggap “bersalah”.
Misalnya para korban kemelut politik, huru-hara, dll.
Pandangan Agama Buddha, dalam agama Buddha pada umumnya
melarang segala bentuk pembunuhan. Hal ini termasuk dalam hal
hukuman mati untuk segala jenis kejahatan yang dilakukan manusia.
Ini karena norma Buddha memegang teguh prinsip antikekerasan.
Penganut Buddha menaruh perhatian khusus terhadap keadilan
restoratif (pendekatan yang humanis) ketimbang keadilan retributif
(pembalasan), dan tidak semua bentuk hukuman reparatif
memerlukan perampasan, termasuk perampasan terhadap nyawa.
DAFTAR NAMA ORANG YANG DI HUKUM MATI DI INDONESIA :
1.Deni Prianto (37), kasus pembunuhan. Dihukum mati oleh PN
Banyumas pada 2 Januari 2020. PT Semarang menguatkan. Majelis
kasasi juga tetap menghukum mati Deni.
2. Marsimin (47), kasus 59 sabu. PN Medan menjatuhkan hukuman
mati.
3. Boiman (45),kasus 59 sabu. PN Medan menjatuhkan hukuman
mati.
4. Iskandar (39), kasus 59 sabu. PN Medan menjatuhkan hukuman
mati.
5. Sunarto (47) kasus 59 sabu. PN Medan menjatuhkan hukuman
mati.
6. Suhairi (42), kasus 59 sabu. PN Medan menjatuhkan hukuman
mati.

7. Upek (38), kasus 45 Kg sabu, 40 ribu butir pil ekstasi dan 6 Kg


keytamin. PN Medan dan PT Medan menjatuhkan hukuman mati.
8. Muhamad Dahlan, kasus 10 kg sabu dan 14 ribu butir pil ekstasi.
PN Bengkalis menjatuhkan hukuman mati.
9. Andi, kasus 10 kg sabu dan 14 ribu butir pil ekstasi. PN Bengkalis
menjatuhkan hukuman mati.
10. Ibnu Sahar, kasus sabu 53 Kg. PN Lhokseumawe menjatuhkan
hukuman mati. PT Aceh mengubah menjadi penjara seumur Hidup.
KONTROVERSI HUKUMAN MATI DI INDONESIA
Hukuman mati menjadi salah satu ganjaran atau hukuman yang telah
diterapkan di Indonesia. Hal ini menimbulkan perdebatan di
masyarakat, adanya pro untuk menerapkan hukuman mati dan juga
kontra terhadap hukuman mati. Dalam konteks Indonesia,
perdebatan tentang hukuman mati memiliki makna tersendiri
mengingat posisi Indonesia sebagai negara demokrasi Muslim
terbesar didunia.

Demikianlah Tentang Hukuman Mati.


Sekian Terima Kasih.

Anda mungkin juga menyukai