Anda di halaman 1dari 10

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL

PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH


Harun
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Jl. Ahmad Yani, Tromol Pos I, Pabelan Kartasura, Surakarta 57102
Telp. (0271) 717417, 719483 (Hunting) Faks. (0271) 715448

ABSTRAK

Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah di muka bumi. Dua


tugas pokok yang diemban manusia sebagai khalifah, yaitu beribadah
kepada Allah, dan membangun peradaban dimuka bumi. Untuk mem-
bangun peradaban dimuka bumi, Allah memberikan piranti yaitu
kemampuan akal atau intelektual manusia untuk berkarya memakmur-
kan bumi melalui daya cipta, rasa, dan karsanya. Cipta, rasa dan
karsa sebagai refleksi intlektual manusia dalam konteks dunia ekonomi
merupakan asset yang sangat berharga dibanding dengan asset ke-
bendaan lain. Berdasar perspektif diatas, dalam tulisan ini penulis
mengkaji permasalahan karya intlektual manusia, terutama mengenai
hak kekayaan yang melekat pada karya intlektual, kedudukan dan
dasar hukumnya dilihat dari sudut pandang fiqh muamalah. Hasil pem-
bahasan ditemukan bahwa Karya Intelektual Manusia dilihat dari su-
dut fiqh termasuk kedalam hak ibtikar yang dipandang sebagai harta.
Kedudukan bagi penemu atau penciptanya sebagaimana kedudukan
kepemilikan benda-benda lainya, yaitu dapat diwariskan, diwasiatkan
dan dipindahtangankan atau ditransaksikan.Dasar hukum Hak atas
Kekayaan Intlektual Manusia adalah Urf dan Maslahah Mursalah.
Hak atas Kekayaan Intlektual Manusia merupakan asset yang bernilai
ekonomi Oleh sebab itu untuk menjaga eksistensi keberadaannya,
harus mendapatkan perlindungan hukum dari pihak pemerintah baik
lewat Undang-Undang atau Peraturan lain. Tindakan pemerintah
mengatur hak atas kekayaan intlektual manusia ini tidak bertentangan
dengan kaidah hukum Islam : “ Tasharuf (tindakan) Imam terhadap
rakyat harus dihubungkan dengan kemaslahatan”.

Kata Kunci: HAKI, fiqh, muamalah

32 SUHUF, Vol. 22, No. 1, Mei 2010: 32 - 41


Pendahuluan pertahankan kekayaan tersebut, yang
Manusia diciptakan Allah untuk yang pada akhirnya memerlukan adanya
menjadi khalifah di muka bumi. Ada dua sikap penghargaan, penghormatan dan
tugas pokok yang diemban menusia perlindungan yang tidak saja akan
sebagai khalifah, yaitu disamping untuk memberikan rasa aman, tetapi juga akan
beribadah kepada Allah, juga dituntut mewujudkan iklim yang kondusif bagi
untuk membangun peradaban dimuka peningkatan semangat untuk menghasil-
bumi.1 Untuk dapat membangun per- kan karya-karya yang lebih besar.4
adaban dimuka bumi, Allah memberi Melalui gambaran singkat diatas,
sarana atau piranti yaitu kemampuan akal tampak betapa kebutuhan akan per-
atau intelektual manusia untuk berkarya tumbuhan dan pengembangan system
memakmurkan bumi,2 baik dibidang ilmu Hak kekayaan Intelektual manusia, yang
pengetahuan, seni sastra, social, eko- sebenarnya berakar pada pada ke-
nomi, dan teknologi melalui daya cipta, butuhan masyarakat itu sendiri yang
rasa, dan karsanya. merupakan bagian dari kebutuhan
Karya-karya intelektual yang masyarakat akan perlindungan hukum
dilahirkan dengan penuh pengorbanan dari pihak Negara atau pemerintah.
tersebut menjadikan karya yang bernilai Adanya perlindungan hukum seperti ini,
ekonomi. Nilai ekonomi ini sangat ber- dimaksudkan agar pemilik hak dapat
beda dengan nilai ekonomi yang muncul menggunakan atau mengekploitasi
bukan dari karya intelektual manusia, kekayaan tadi dengan aman, yang pada
seperti kekayaan yang diperoleh dari akhirnya rasa aman itulah yang kemudian
alam, tanah atau tumbuh-tumbuhan menciptakan suasana yang memungkin-
berikut hak-hak kebendaan lain yang kan orang lain berkarya guna meng-
dihasilkan. Nilai ekonomi yang melekat hasilkan atau temuan berikutnya dan
dari karya intelektual manusia dalam masyarakat dapat ikut menikmati dan
konteks dunia dagang atau usaha merupa- menggunakannya atas dasar izin atau
kan aset perusahaan yang sangat berharga bahkan mengembangkannya secara lebih
dibanding dari asset kebendaan lain.3 lanjut. Hal ini, berarti bahwa kehadiran
Perkembangan karya intelektual system peraturan hukum merupakan
manusia pada akhirnya menimbulkan syarat mutlak bagi berlangsungnya
kebutuhan untuk melindungi atau mem- kegiatan ekonomi atau bisnis.5

1
Musa Asy’ari, 1992, Manusia Pembentuk Kebudayaan Dalam Al-Qur’an, Yogyakrta; Lesfi, hal. 5
2
Sudarno Sobron (Ed), 2003, Studi Islam 3, Surakarta ; LSI, hal. 47
3
Suyud Margono dan Amir Angkasa, 2002, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek Hukum Bisnis,
Jakarta; Grasindo, hal. 4
4
Ibid, hal. 6-7
5
Ibid.

Hak Atas Kekayaan Intelektual dalam ... (Harun) 33


Berdasarkan perspektif diatas, penemuan atau kreasi pertama, yang
dalam tulisan ini, penulis merasa perlu belum dikemukakan ilmuwan sebelum-
mengkaji persoalan Hak atas Kekayaan nya.7
Intelektual (HaKI) dari sudut pandang Difinisi tersebut mengandung
Hukum Islam. Permasalahan yang pengertian bahwa dari segi bentuk, hasil
muncul untuk dicari jawabannya adalah: pemikiran itu tidak terletak pada materi
(1) apakah Hak atas Kekayaan Intelek- yang berdiri sendiri yang dapat diraba
tual manusia (HaKI) termasuk kategori dengan alat indra manusia, tetapi pe-
harta, dan bagaimana kedudukannya mikiran itu baru berbentuk dan punya
serta dasar hukumnya. bila dilihat dari pengaruh apabila telah dituangkan
segi Hukum Islam (Fiqh Muamalah). (2) kedalam tulisan, media atau logo dan
Bagaimana pandangan Hukum Islam lain-lain. Kemudian hasil pemikiran itu
terhadap perlindungan hukum bagi bukan jiplakan atau saduran atau
HaKI. pengulangan dari pemikiran ilmuan
sebelumnya dan bukan pula berbentuk
Hak Ibtikar saduran. Akan tetapi ibtikar ini bukan
Ibtikar secara bahasa berarti awal berarti sesuatu yang baru sama sekali,
sesuatu atau permulaan. Ibtikar dalam tetapi boleh berbentuk suatu penemuan
fiqh Islam adalah hak kreasi atau hak sebagai perpanjangan dari teori ilmuan
cipta yang dihasilkan seseorang untuk sebelumnya seperti penerjemahan hasil
pertama kali, yang dalam dunia ilmu pemikiran orang lain kedalam bahasa
pengetahuan Ibtikar dikenal dengan hak asing. Penerjemahan dapat dimasukkan
cipta.6 kedalam kategori ibtikar karena adanya
Pengertian Ibtikar tidak ditemu- usaha dan kemampuan bahasa pe-
kan dalam literature fiqh klasik, kajian nerjemah untuk menyebarluaskan suatu
tentang Ibtikar secara mendalam dari karya ilmiah, meskipun pemikiran aslinya
para ahli hukum Islam juga jarang bukan muncul dari penerjemah.8
ditemukan. Pembahasan hak Ibtikar
dapat dilacak dalam kitab fiqh kontem- Sifat Ibtikar
porer. Fathi ad-Duraini, menyatakan Ibtikar hanyalah sebagai gambar-
bahwa Ibtikar adalah gambaran pe- an pemikiran dan gambaran pemikiran ini
mikiran yang dihasilkan seorang ilmuwan akan berpengaruh luas apabila telah
melalui kemampuan pemikiran dan dipaparkan atau dituangkan dalam bentuk
analisisnya dan hasilnya merupakan tulisan atau cetakan maupun dalam

6
Nasrun Haroen, 1996, Ushul Fiqh I, Jakarta ; Logos
7
Fathi ad-Duraini, “ al-Fiqh al-Islami al-Muqaran ma’a al-Mazahib’, dalam Ibid.
8
Nasrun Haroen, 2000, Fiqh Muamalah, Jakarta ; Gaya Media Pratama, hal.39

34 SUHUF, Vol. 22, No. 1, Mei 2010: 32 - 41


media-media lainnya. Buah pikiran ilmuan segi pengaruhnya, manfaat dari benda-
sebagai ibtikar sebenarnya sebuah gam- benda material merupakan tujuan utama
baran pemikiran yang belum berwujud dari suatu benda dan manfaat inilah yang
materi. Akan tetapi pabila pemikiran ini dijadikan tolok ukur dari suatu benda.
telah dituangkan dalam bentuk media Akan tetapi, pengaruh dari sauatu
apapun, maka buah pemikiran itu akan pemikiran lebih besar disbanding manfaat
berpengaruh luas baik dari segi material suatu benda, karena pemikiran yang
maupun pemikiran. Oleh karena itu, dituangkan dalam sevbuah buku atau
menurut ulama fiqh, ibtikar apabila dilihat media lain akan membawa pengaruh
dari sisi materinya, lebih serupa dengan besar terhadap kehidupan manusia dan
manfaat suatu benda atau materi, seperti menunjukkan jalan bagi manusia untuk
buah-buahan dan susu hewan perahan, menggali sumber daya alam untuk
apabila telah dipetik dari pohonya atau menunjang kehidupan manusia itu.10
perahan dari hewan itu, karena pemikiran Hasil pemikiran inilah yang membedakan
seseorang setelah dipisahkan dari antara seseorang dengan lainnya, se-
pemikirnya dan dipaparkan pada suatu hingga dalam al-Qur’an disebutkan
media, seminar atau simposiaum dan bahwa apakah sama antara orang yang
sebagainya, maka menjadi bersifat materi.9 mengetahui dengan orang yang tidak
Ulama fiqh lain membedakan mengetahui. (Q.S. az-Zumar, 39 : 9).
antara hasil pemikiran seseorang dengan Ibtikar atau hak cipta merupakan
hasil atau manfaat suatu benda dari dua sesuatu hal yang baru dalam kajian hukum
sisi : Pertama, dari sisi jenisnya, manfaat Islam, seiring dengan kemajuan dunia
suatu benda, baik bergerak atau tidak keilmuan, dunia usaha (dagang), dan ke-
bergerak, seperti manfaat rumah, lahan, hidupan social budaya masyarakat. Ibtikar
buah-han, kendaraan dan hewan, berasal secara maknawi sebagai kepemilikan
dari sumber yang bersifat material, yaitu khusus, dan merupakan hasil karya intelek-
rumah, lahan, [pepohonan, kendaraan itu tual manusia yang sudah selayaknya ada
senidiri dan hewan. Sedangkan sumber penghargaan khusus dari masyarakat umum
dari pemikiran sebagai suatu ciptaan atau baik dari segi moral maupun financial.11
kreasi seseorang bersumber dari akal
seseorang manusia yang hidup dan Kedudukan Hak Ibtikar dan dasar
mengerahkan kemampuan berpikirnya. hukumnya.
Oleh sebab itu, dalam ibtiikar, sumber Ibtikar bila dikaitkan dengan
materinya tidak kelihatan. Kedua, dari pengertian harta dalam hukum Islam,

9
Izzuddin Abd. Salam, “ Qawaid al-Ahkam fi Mashalih al-Anam “’ dalam Ibid.
10
Izzuddin Abd. Salam, “ Qawaid al-Ahkam fi Mashalih al-Anam “’ dalam Ibid, hal.39-40
11
Dimyauddin Djuwaini, 2008, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta ; Pustaka Pelajar, hal.296.

Hak Atas Kekayaan Intelektual dalam ... (Harun) 35


menjadi perbedaan pendapat dikalangan tetapi bisa juga manfaat atau hak dapat
ulama ahli fiqh. Menurut Ulama Hanafi- dipandang sebagai harta. Alasan yang
yah, yang dinamakan harta adalah segala digunakan oleh Jumhur bahwa maksud
sesuatu yang mungkin disimpan dan bisa orang memiliki suatu benda bukan
dimanfaatkan secara wajar. Pengertian karena semata-mata bendanya tetapi
ini membawa akibat bahwa sesuatu itu adalah manfaat dari benda itu sendiri.14
dapat dipandang harta, jika memenuhi Pendapat Jumhur Ulama bila
dua unsure, yaitu (1) dapat disimpan, dikaitkan dengan hak Ibtikar, maka hasil
maka sesuatu yang tidak bisa disimpan pemikiran, ciptaan, dan kreasi seseorang
tidak dipandang sebagai harta. (2) dapat termasuk harta, karena menurut mereka,
dimanfaatkan secara biasa.Konsekwensi harta tidak hanya bersifat materi, tetapi
logis dari pendapat Ulama hanafiyah juga bersifat manfaat. Atas dasar ini,
adalah yang dinamakan harta harus maka pemikiran, hak cipta, atau kreasi
bersifat benda atau sesuatu yang bersifat yang sumbernya adalah pemikiran
materi atau yang bisa diindra (kasat manusia bernilai harta dan kedudukan
mata). Sedangkan manfaat atau hak sama dengan benda-benda lain, seperti
bukan dipandang sebagai harta, tetapi mobil, rumah, dan sebagainya.
merupakan kepemilikan.12 Imam al-Qarafi berpendapat lain
Jumhur Ulama berpendapat bah- bahwa sekalipun hak ibtikar itu meru-
wa harta adalah segala sesuatu yang pakan hak bagi pemikirnya, tetapi hak
mempunyai nilai dan orang yang me- ini tidak bersifar harta, bahkan tidak
rusakannya harus menggantinya atau terkait sama sekali dengan harta. Oleh
menaggung beban atas kerusakannya. sebab itu, menurutnya, hak ibtikar tidak
Imam Syafi’i mengatakan, al-mal (harta) boleh diwariskan, tidak boleh diwasiat-
dikhususkan pada sesuatu yang bernilai kan dan tidak boleh ditransaksikan
dan bisa diperjualbelikan dan memiliki dengan transaksi yang bersifat pe-
konsekwensi bagi yang merusakkannya. mindahan hak milik, Alsanya adalah
Berdasarkan pengertian ini al-mal (harta) karena yang menjadi sumber hak adalah
haruslah sesuatu yang dapat merefleksi- akal dan hasil akal yang berbentuk
kan nilai finasial, dalam arti bisa diukur pemikiran tidak bersifat material yang
dengan satuan moneter.13 Konsekwensi boleh diwariskan, diwasiatkan dan
logis dari pemikiran Jumhur Ulama ini ditransaksikan. Kreteria umum dalam
adalah bahwa yang dinamakan harta harta yang dapat diwariskan, diwasiatkan
tidak harus bersifat benda atau materi, atau dtransaksikan itu adalah bebrentuk

12
Wahbah al-Zuhaili, 1997, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Beirut : Dar al-Fikr, Juz IV, hal. 2875-2877
13
Ibid.
14
Ibid.

36 SUHUF, Vol. 22, No. 1, Mei 2010: 32 - 41


harta atau yang bernilai harta. Sedangkan dalam suatu masyarakat). Adat yang
hak pada hasil pemikiran seseorang telah berjalan dan berlaku umum dapat
merupakan hak yang tidak bernmilai dijadikan dasar hukum, sebagaimana
harta, karena sumbernya bukan harta, dalam kaidah hukum Islam : “ Adat
yaitu akal manusia.15 Kebiasaan itu dapat ditetapkan
Pendapat al-Qarafi ini ditentang sebagai hukum “. 17 (2) Maslahah
oleh ulama mayoritas ahli fiqh, anatar lain Mursalah adalah sesuatu yang dianggap
dari ulama Malikiyyah, yang menyatakan maslahat, namun tidak ada ketegasan
bahwa sekalipun asalnya adalah akal hukum untuk merealisasikannya dan tidak
manusia, namun hak ibtikar setelah pula ada dalil tertentu baik yang men-
dituangkan dalam bentu media memiliki dukung maupun yang menolaknya, tetapi
nilai harta yang besar, bahkan melebihi maslahah itu secara subtansial sejalan
nilai sebagian harta benda material lain. atau tidak bertentangan dengan petunjuk
Menurutnya, semata-semata pemikiran umum syari’at atau ruh syari’ah maupun
yang asalnya adalah akal seseorang tidak maqasid syari’ah. 18
boleh dipindahktangankan. Akan tetapi Konsekwensi hukum Islam me-
setelah pemikiran itu dituangkan dalam mandang bahwa hak Ibtikar termasuk
bentuk media atu yang lain, maka hasil kedalamn kategori harta yang berakibat
pemikiran itu telah bersifat material dan bagi penemu atau pencipta terhadap hasil
bernilai harta. Atas dasar ini, menurut karya atau ciptaannya menjadi hak milik
ulama malikiyah hasil pemikiran itu dapat mutlak yang bersifat materi. Penemu atau
dipandang sebagai harta, apabila hasil pencipta berhak atas nilai materi itu atau
pemikiran itu sudah dituangkan dalam hak tersebut, ketika digunakan atau
bentuk tulisan, cetakan atau media dimanfaatkan oleh orang lain dengan
apapun.16 seizinnya. Hak ini layaknya harta dan
Hak cipta atau kreasi karya berlaku pada hukum yang melingkupi-
intelektual manusia, merupakan hal baru nya.19
dan belum ditemukan nash hukumnya Berpijak dari hal tersebut, hak
(dalil khusus) baik dari ayat al-Qur’an Ibtikar mempunyai kedudukan yang
maupun al-Hadits. Secara Ijtihadi dapat sama dengan kepemilikan harta lain yang
didasarkan pada : (1) “urf (suatu bisa ditransaksikan, diwariskan atau
kebiasaan atau dapat yang berlaku umum diwasiatkan, maka untuk menjaga

15
Syihab ad-Din al-Qarafi, “ al-Furuq”, dalam Nasrun Haroen, Op.Cit., hal.41.
16
Ibnu Rusyad, “ Bidayatul Mujtahid “, dalam Ibid., hal. 42.
17
Asjmuni And. Rahman, 1976, Qaidah-Qaidah Fiqhiyyah, Jakarta ; Bulan Bintang, hal. 88
18
Satria Effendi, 2002, Ushul Fiqh, Jakarta : Prenada Media, hal.148-149.
19
Dimyauddin Djuwaini, Op.Cit., hal. 298.

Hak Atas Kekayaan Intelektual dalam ... (Harun) 37


eksistensi keberadaan hak ibtikar ter- an suatu akad muamalat dalam bentuk
sebut dari hal-hal yang merusakkannya apapun, ditentukan oleh tujuan akad yang
harus mendapatkan perlindungan hukum menjadi “causa”. Causa adalah maksud
dari pemerintah lewat peraturan atau atau motif para pihak ketika melakukan
undang-ungdang dengan memper- transaksi, dengan causa ini merupakan
timbangkan kemaslahatan kedua belah sumber atau dasar kekuatan yang
pihak. Tindakan pemerintah mengatur mengikat bagi tindakan hukum ber-
hak ibtikar bagi warga negaranya tidak sangkutan, yaitu dasar perlindungan
bertentangan dengan kaidah hukum hukum terhadap para pihak yang me-
Islam : “ Tasharuf (tindakan) Imam lakukan akad. Unsur penipuan dalam
terhadap rakyatnya harus dihubung- transaksi menandakan ada indicator
kan dengan kemaslahatan “.20 “cacat kehendak” dari pelaku akad, yang
Perlindungan hukum atas hak memberikan kepada pihak yang dirugi-
ibtikar seseorang lewat undang-undang kan (tertipu) untuk membatalkannya.
atau hukum yang berlaku di Negara,
dapat menghindari terjadinya penipuan Analisa Hukum Islam Terhadap Hak
dan kerugian dari pihakpihak yang saling atas Kekayaan Intlektual
bertransaksi dalam bisnis (perdagangan). Hak atas Kekayaan Intlektual
Upaya pemerintah membuat aturan manusia yang meliputi hak cipta, pe-
perlindungan hukum atas hak ibtikar bagi nemuan atau ciri khas usaha dagang,
warga negaranya, disamping didasrkan logo, merek dagang, system operasional
pada “urf (adat) maupun maslahah bisnis terpadu dan sebagainya, bila dilihat
mursalah, juga disemangati oleh hadits dari sudut Hukum Islam, merupakan
Nabi Saw : “ Rasulullah Saw pernah persoalan baru dalam kajian fiqh klasik.
lewat seseorang yang sedang menjual Persoalan yang muncul terkait dengan
bahan makanan, lalu Rasulullah hak atas kekayaan intlektual, menyangkut
memasukkan tangannya ke dalam status kepemilikan bagi pemiliknya dan
bahan m akanan itu, lalu ternyata hukum yang melingkupinya dalam
bahan makanan tersebut tipuaan. pandangan hukum muamalat Islam.
Maka rasulullah bersabda : tidak Hak atas kekayaan intlektual,
termasuk golongan kami orang yang dalam hukum Islam termasuk kategori
menipu “.21 hak Ibtikar, yaitu penemuan atau kreasi
Berangkat daris hadits tersebut, yang merupakan hasil karya intlektual
dapat dibangun sebuah teori hukum manusia yang belum pernah ditemukan
Islam, bahwa keabsahan dan pembatal- oleh ilmuwan sebelumnya. Hak atas

20
Asjmuni Abd. Rahman, Op.Cit., hal. 60
21
Ibnu Majah, tt., Sunan Ibnu Majah, Beirut : Darul Fikr, Juz II, hal. 24.

38 SUHUF, Vol. 22, No. 1, Mei 2010: 32 - 41


kekayaan intlektual (HaKI) bila di- pihak-pihak yang saling bertransaksi
hubungkan dengan pengertian harta dalam bisnis
dalam hukum Islam (dalam hal ini Pemikiran Jumhur Ulama di-
mengacu dengan teori Ulama Jumhur ), pandang lebih relevan dengan per-
maka HaKi dapat dipandang sebagai kembangan zaman, terutama kemajuan
harta, karena menurut Jumhur Ulama, dibidang ekonomi. Karya-karya intlek-
yang dinamakan harta tidak harus tual yang dilahirkan dengan pengorbanan
bersifat materi atau benda, tetapi juga menjadikan karya yang dihadirkan
manfaat atau hak dapat dipandang menjadi bernilai, apalagi dilihat dari
sebagai harta. Alasannya bahwa maksud manfaat ekonomi yang dapat dinikmati
orang memiliki suatu benda bukan bagi dunia bisnis merupakan asset
karena semata-mata bendanya tetapi dagang atau persusahaan yang sangat
adalah manfaat dari benda itu senidiri. berarti.
Atas dasar ini, maka hak- atas kekayaan Teori hukum Islam tentang hak
intlektual yang sumbernya adalah pe- Ibtikar sebagaimana yang dijelaskan
mikiran manusia bernilai harta dan dimuka, sesuai dengan ijtihad ahli-ahli
kedudukannya sama dengan kepemilik- ekonomi di Indonesia lewat Dewan
an benda-benda lain, yang berakibat bagi Perwakilan Rakyat dengan memproduk
penemu atau pencipta terhadap karya Undang-Undang Hak atas kekayaan
atau ciptaanya menjadi hak milik mutlak Intlektual (HaKI) yang meliputi Undang-
yang bersifat materi sebagaimana dengan Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang
benda-benda lain yang dapat ditran- Hak Cipta, Undang-Undang Nomor 15
saksikan, siwariskan atau diwasiatkan. Tahun 2001 tentang Merek, Undang-
Oleh sebab itu untuk menjaga eksistensi Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang
keberdaannya dari hal-hal yang me- Paten, dan Undang-Undang Nomor 30
rusaknya, harus mendapatkan per- tahun 2000 tenatang Rahasia Dagang.
lindungan hukum dari pihak Negara atau Dalam Undang-Undang HaKI
pemerintah baik lewat Undang-Undang tersebut pada asasnya memberikan hak
atau peraturan lain. Tindakan pemerintah penuh bagi penemu atau pemegangnya
mengatur hak atas kekayaan intlektual untuk mengalihkan haknya kepada siapa
manusia ini tidak bertentangan dengan saja, baik untuk memanfaatkannya atau
kaidah hukum Islam : “ Tasharuf menggunajkannya atas seizinnya
(tindakan) Imam terhadap rakyat Hak atas kekayaan intlektual
harus dihubungkan dengan kemas- manusia, walaupun tidak ada landasan
lahatan”. Adanya perlindungan hukum khusus atau dalil baik dari al-Qur’an
ini, disamping lebih memberikan ke- maupun al-Hadits, secara ijtihadiyah
pastian hukum, juga dapat menghindari dapat didasarkan pada “Urf” (suatu
terjadinya penipuan dan kerugian dari kebiasaan atau adapt yang beralku umum

Hak Atas Kekayaan Intelektual dalam ... (Harun) 39


dalam suatu masyarakat). Adat yang penemu atau penciptanya sebagai-
telah berjalan dan berlaku umum dapat mana kedudukan kepemilikan ben-
dijadikan dasar hjukum, sebagaimana da-benda lainya, yaitu dapat diwaris-
dalam kaidah hukum Islam : “ Adat kan, diwasiatkan, dipindahtangankan
Kebiasaan itu dapat ditetapkan atau ditransaksikan. Dasar hukum
sebagai hukum “ dan “Maslahah Hak atas Kekayaan Intlektual manuia
Mursalah”. yaitu sesuatu yang dianggap adalah Urf dan Maslahah Mursalah
maslahat, namun tidak ada ketegasan 2. Hak atas Kekayaan Intlektual Manu-
hukum untukmerealisasikannya dan tidak sia merupakan asset yang bernilai
pula ada dalil tertentu baik yang men- ekonomi Oleh sebab itu untuk
dukung maupun yang menolaknya, tetapi menjaga eksistensi keberadaannya
maslahah itu secara subtansial sejalan dari hal-hal yang merusaknya, harus
atau tidak bertentangan dengan petunjuk mendapatkan perlindungan hukum
umum syari’at atau ruh syari’ah maupun dari pihak Negara atau pemerintah
maqasid syari’ah. baik lewat Undang-Undang atau
poeraturan lain. Tindakan pemerintah
Kesimpulan mengatur hak atas kekayaan intelek-
Sebagai akhir tulisan ini, dapat tual manusia ini tidak bertentangan
diambil kesimpulan sebagai berikut : dengan kaidah hukum Islam : “
1. Karya Intelektual Manusia dilihat dari Tasharuf (tindakan) Imam ter-
sudut hukum Islam termasuk hadap rakyat harus dihubungkan
kategori hak ibtikar yang dipandang dengan kemaslahatan”.
sebagai Harta. Kedudukan bagi

Daftar Pustaka

Abd. Rahman, Asjmuni, 1976, Qaidah-Qaidah Fiqhiyyah, Jakarta ; Bulan Bintang,


Satria.
Asy’ari. Musa, 1998, Islam dan Peradaban, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Djuwaini,Dimyauddin i, 2008, Pengantar Fiqh Muamalah, Yogyakarta ; Pustaka
Pelajar,
Effendi, Satria, 2002, Ushul Fiqh, Jakarta : Prenada Media, hal.148-149
Haroen, Nasrun, 1996, Ushul Fiqh I, Jakarta ; Logos

40 SUHUF, Vol. 22, No. 1, Mei 2010: 32 - 41


Ibnu Majah, tt., Sunan Ibnu Majah, Beirut : Darul Fikr, Juz II, hal. 24
Margono, Suyud dan Amir Angkasa,2002, Komersialisasi Aset Intelektual Aspek
Hukum Bisnis, Jakarta; Grasindo
Shobron, Sudarno, (Ed), 2003, Studi Islam 3, Surakarta; LSI-UMS.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta,
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Tentang Merek
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 tenatang Rahasia Dagang
al-Zuhaili, Wahbah, 1997, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, Beirut : Dar al-Fikr,
Juz IV,

Hak Atas Kekayaan Intelektual dalam ... (Harun) 41

Anda mungkin juga menyukai