Anda di halaman 1dari 7

LANDASAN FILOSOFIS ZAKAT, INFAQ, SEDEKAH,DAN WAKAF

Oleh:

Muhammad Yusup Assakaky,Lala Asep Maolana, Baehaqi Mufti, Rahma Ayuditha, Masanah, Firman

A. Abstrak
Manusia sebagai makhluk Allah SWT diberikan karunia akal untuk berfikir menentukan
baik dan benar.dengan akal pula manusia dapat menemukan keimanan dan
ketakwaan.namun seringkali sebagian orang salah menafsirkan seakan segala tindakan harus
bersumber dari akal manusia yang hakikatnya terbatas.Allah SWT mewajibkan manusia
untuk berfikir.tetapi Allah kerap kali berbuat sesuatu yang diluar pikiran manusia.karena
islam sendiri memandang akal sebagai alat untuk berfikir dan buah dari berfikir itu adalah
ilmu pengetahuan dan Hikmah.
Berfikir mendalam untuk menemukan hikmah suatu perkara dalam bahasa Yunani
berarti Filo-Sofia dan kata itu berkembang kemudian hari menjadi Filsafat.jika ilmu
mengetahui secara mendalam hakikat suatu perkara dinamakan Filsafat,maka Filosofis
adalah nilai yang terkandung didalamnya.sehingga berbicara tentang filsafat adalah
berbicara tentang hikmah. Filsafat tidak berarti harus sesuatu yang harus difahami akal di
awal (teori)l tetapi filsafat juga berarti sesuatu yang difahami manusia diakhir (Hikmah).
Pada tulisan ini para penulis mencoba menjabarkan nilai filosofis dan hikmah yang
terkandung didalam zakat,infaq, sedekah dan wakaf yang didasarkan pada nilai-nilai filosofis
seperti ontologis, epistemologis, aksiologis dari ZISWAF dan juga keterangan dari Al Qur’an
,As Sunnah, dan qaul ulama.para penulis mencoba melakukannya dengan metode pustaka
yaitu dengan mengkaji beberapa referensi yang sudah ada.
Tujuan dari penulisan ini adalah mengembalikan hakikat manusia sebagai makhluk yang
berakal agar dapat memahami nilai filosofis atau hikmah dari berZISWAF.yang kemudian
karena didasari dari pemahaman nilainya akan menanamkan rasa bertanggung jawab untuk
giat dan menggiatkan ZISWAF.

B. Pendahuluan
Allah SWT adalah maha sempurna,salah satu tanda kesempurnaan Allah adalah
menciptakan makhluknya yang begitu macam rupanya, diantara seluruh makhluk itu
manusia dipilih sebagai Khalifah karena dianggap paling sempurna, diantara seluruh
kesempurnaan pada manusia itu ada satu hal yang dianggap paling sempurna Allah ciptakan
yaitu akal berfikir.kemampuan berpikir tersebut manusia mampu membangunKehidupan,
membangun kebudayaan, yang tidak mungkin dikembangkan makhluk lain. Dalam
membangun kebudayaan manusia membangun dan mengembangkan ilmu dan
teknologi.Perkembangan ilmu dan teknologi sebagai “hasil” berpikir manusia menjadikan
manusia mampu “me-manage” makhluk lain penghuni bumi. Karena itulah Allah SWT
menitahkan manusia sebagai Khalifah di muka Bumi.
Dalam al-Qur’an puluhan kali Allah SWT memberi tahu,Mengingatkan, dan menantang,
agar manusia menggunakanPikirannya. Apakah kamu tidak berpikir? Apakah kamu tidak
tafakur?Atau, dalam berbagai tantangan yang menggugah agar manusia menggunakan
piranti canggih yang dalam bentuk hardware kita Sebut otak. Sebagai hardware, manakala
otak dioperasikan menjadikan software dalam bentuk pikiran. Tidak heran, karena begitu
mengagungkan pikiran, Rene Descartes berujar: cogito ergo sum (Aku berpikir maka aku
ada).
Contoh kata berpikir dalam Al-Qur’an, seperti bentuk lafad ،‫األلباب‬،‫تتذكرون‬
‫تبصرون‬، ‫تتدبرون‬، ‫تتفكرون تعلمون‬، ‫تعقلون‬،‫تنظرون‬،‫أولو‬. Salah satunya Surat Al-‘Alaq: 1-5, QS. Al
Ankabut: 20, QS. Al Hajj : 46, QS. Al A’raf : 185Guna mendekatkan hubungan kasih sayang
dan cinta

Mencintai antara si miskin dan si kaya, dan ayat-ayat lainnya yang Berkenaan dengan berpikir.

C. Pembahasan

C.1 Definisi

Landasan Filosofis adalah melihat perbuatan dari makna dan hakekat perbuatan itu
sendiri. Landasan ini bersifat filsafat. Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu: philein artinya
Mencintai, dan sophos atau sophis artinya hikmah, arif, atau bijaksana. Jadi filsafat adalah
mencintai hikmah atau kebijaksanaan. Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitan
dengan makna dan hakekat suatu perbuatan yang berusaha menelaah masalah pokok; apakah
perbuatan itu, mengapa perbuatan diperlukan, apa yang seharusnya menjadi tujuan Perbuatan
dsb.

C.2 komponen landasan filosofis

1. ONTOLOGIS
Ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ontos berarti yang berada (being) dan Logos
berarti pikiran (logic). Jadi, Ontologi berarti ilmu yang membahas tentang hakiket sesuatu yang
ada/berada atau dengan kata lain artinya ilmu yang mempelajari tentang “yang ada” atau dapat
dikatakan berwujud dan berdasarkan pada logika. Sedangkan, menurut istilah adalah ilmu yang
membahas sesuatu yang telah ada, baik secara jasmani maupun secara rohani. Disis lain,
ontologi filsafat adalah Cabang filsafat yang membahas tentang prinsip yang paling dasar atau
paling dalam dari sesuatu yang ada. Objek kajian Ontologi disebut “ Ada” maksudnya berupa
benda yang terdiri dari alam , manusia individu, umum, terbatas dan tidak terbatas (jiwa).

Dalam hal ini, aspek Ontologi menguak beberapa hal, diantaranya:

a. Obyek apa yang telah ditelaah?


b. Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut?
c. Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir,
merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan)
d. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa Ilmu?

Aspek ontologi ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan/ditelaah secara :

a. Metodis: menggunakan cara ilmiah.


b. Sistematis: saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam satu Keseluruhan
D. Koheren: Unsur – unsur harus bertautan tidak boleh bertolak belakang dengan kenyataan.

Jadi, Ontologi pengetahuan filsafat adalah ilmu yang mempelajari suatu yang Ada atau berwujud
berdasarkan logika sehigga dapat diterima oleh banyak orang yang bersifat rasional dapat
difikirkan dan sudah terbukti keabsahaanya. Intinya ontologis itu menimbang sesuatu apa ada
atau tidak? Dapat dirasakan indra manusia atau tidak? Bagaimana prosesnya sehingga dapat
dirasakan manusia.secara metodis,sistem dan Koheren.

Dapat diartikan ontologis adalah tentang ada atau tidak adanya suatu perbuatan.membahas
keberadaan sesuatu yang bersifat konkret

2. Epistemologis

Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata
dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme berarti pengetahuan atau kebenaran
dan logos berarti pikiran, kata atau teori.
Dengan demikian epistimologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik
mengenahi pengetahuan. Epistimologi dapat juga diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar
(teori of knowledges). Epistimologi adalah cabang filsafat yang membicarakan tentang asal muasal,
sumber, metode, struktur dan validitas atau kebenaran pengetahuan.Istilah epistimologi dipakai
pertama kali oleh J. F. Feriere untuk Membedakannya dengan cabang filsafat lain yaitu ontologi
(metafisika umum). Filsafat pengetahuan (Epistimologi) merupakan salah satu cabang filsafat yang
mempersoalkan masalah hakikat pengetahuan. Epistomogi merupakan bagian dari Filsafat yang
membicarakan tentang terjadinya perbuatan, sumber perbuatan asal mula perbuatan, batas –
batas, sifat sifat dan kesahihan perbuatan. Objeck material epistimologi adalah pengetahuan .

Epistemologis dari zakat berarti : adalah kegiatan mengeluarkan harta tertentu dari
seseorang yang beragama Islam dan diberikan kepada golongan yang berhak menerimanya. Dengan
harus memenuhi syarat dan rukunnya

3. Aksiologi

Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios yang berarti Nilai. Sedangkan
logos berarti teori/ ilmu. Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu Yang mempertanyakan bagaimana
manusia menggunakan ilmunya. Aksiologi Dipahami sebagai teori nilai. Jadi yang ingin dicapai oleh
aksiologi adalah hakikat dan manfaat yang terdapat dalam suatu perbuatan.

Jujun S.suriasumantri mengartikan aksiologi sebagai teori Nilai yang berkaitan dengan kegunaan
dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilali merujuk
pada pemikiran atau suatu sistem Seperti politik, sosial dan agama. Sedangkan nilai itu sendiri adalah
sesuatu yang berharga yang diidamkan oleh setiap insan.

Aksiologi dapat diartikan sebagai manfaat atau hikmah dari suatu perbuatan.jadi yang
mengatakan filsafat adalah hikmah pada dasarnya melihat suatu perkara dari aspek aksiologisnya.

Adapun filosofi dari kewajiban berzakat dalam Islam Yaitu:

• Keyakinan keagamaan Orang yang membayar zakat merupakan salah satu


manifestasi dari keyakinan agamanya. Penerimaan zakat dari banyak orang oleh
Rasulullah dikatakan suatu ibadah mensucikan mereka dari kotoran hartanya.
pembayaran zakat merupakan ketaatan yang sungguh–Sungguh kepada Allah.
• Pemerataan dan keadilan merupakan tujuan sosial zakat yaitu membagi kekayaan
Yang diberikan Allah lebih merata dan adil kepada manusia. Dari Sisi pembangunan
kesejahteraan umat, zakat merupakan salah Satu instrumen penting dalam
pemerataan pendapatan
• Menolong orang yang lemah dan susah agar dia dapat menunaikan kewajiban
terhadap Allah dan terhadap makhluk Allah
• Membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak yang tercela, serta mendidik diri agar
bersifat mulia dan Pemurah dengan membiasakan membayarkan amanat Kepada
orang yang berhak dan berkepentingan.
• Sebagai ucapan syukur dan terima kasih atas nikmat Kekayaan yang diberikan
kepadanya.
• Guna menjaga kejahatan-kejahatan yang akan timbul dari si miskin dan yang susah.
• Guna mendekatkan hubungan kasih sayang dan cinta mencintai antara si miskin dan
si kaya.
• Produktifitas, menekankan bahwa zakat memang harus dibayar karena milik tertentu
telah menghasilkan produk tertentu setelah lewat jangka waktu tertentu.
• Kebebasan; Zakat hanya dibayar oleh orang yang bebas.
• Istikhlaf (penugasan sebagai khalifah di bumi). Allah Swt adalah pemilik seluruh alam
raya dan segala isinya, termasuk pemilik harta benda. Seseorang yang beruntung
Memperolehnya, pada hakikatnya hanya menerima titipan sebagai amanat untuk
disalurkan dan dibelanjakan sesuai dengan kehendak pemilikNya. Manusia yang
dititipi itu, berkewajiban memenuhi ketetapan-ketetapan yang digariskan oleh Sang
Pemilik, Baik dalam pengembangan harta maupun dalam penggunaannya. Zakat
merupakan salah satu ketetapan Tuhan menyangkut harta, bahkan shadaqah dan
infaq pun demikian. Sebab, Allah swt
menjadikan harta benda sebagai sarana kehidupan untuk umat manusia seluruhnya.
Karena itu, harta benda harus diarahkan guna kepentingan bersama. Allah melarang
manusia memberikan harTa benda kepada siapapun yang diduga kuat akan menyia-
nyiakannya. Sebab, tindakan itu akan merugikan semua pihak. Sejak awal, Tuhan
telah menetapkan bahwa harta hndaknya digunakan untuk kepentingan
bersama.Bahkan, pada mulanya masyarakatlah yang berwenang menggunakan harta
tersebut secara keseluruhan, kemudian Allah menganugerahkan sebagian dari harta
tesebut pada pribadi yang mengusahakan Perolehannya sesuai dengan kebutuhan
masing-masing.
• Solidaritas sosial.
Manusia adalah makhluk sosial. Kebersamaan antara beberapa individu dalam suatu
wilayah membentuk masyarakat yang walaupun berbeda sifatnya dengan individu-
individu tersebut, namun manusia tidak bisa dipisahkan darinya. Manusia tidak
dapat hidup tanpa masyarakatnya. Sekian banyak pengetahuan diperolehnya melalui
masyarakatnya seperti bahasa, adat istiadat, Sopan santun dan lain-lain. Demikian
juga dalam bidang material Yang diperolehnya berkat bantuan pihak-pihak lain baik
secara langsung dan disadari maupaun tidak. Manusia mengelola, tetapi tuhan yang
menciptakan dan memilikinya. Dengan demikian, wajar jika Allah memerintahkan
untuk mengelurakan sebagian Kecil (zakat) dari harta yang diamanatkan-Nya kepada
seseorang Itu demi kepentingan orang lain.
• Persaudaraan
Manusia berasal dari satu keturunan, antara seseorang dengan lainnya terdapat
pertalian darah, dekat atau jauh. Kita semua bersaudara.Pertalian darah tersebut
akan menjadi lebih kokoh dengan adanya dengan adanya persamaan-persamaan
Lain, yaitu agama, kebangsaan, lokasi domisili dan sebagainya. Hubungan
persaudaraan menuntut bukan sekadar hubungan take and give (mengambil dan
menerima), atau pertukaran manfaat, tetapi melebihi itu semua, yakni member
tanpa menanti Imbalan atau membantu tanpa dimintai bantuan. apalagi, jika Mereka
hidup bersama dalam satu lokasi.

Dari beberapa landasan filosofi mengenai pensyari’atan Kewajiban berzakat seperti yang
disebutkan di atas maka terlihat bahwasannya zakat disyari’atkan itu karna adanya kepentingan
Sesama manusia itu sendiri untuk membangun suatu masyarakat Yang menyayangi satu sama lain.
Ketika saling memberi maka manusia akan saling menyayangi satu sama lain. Ketika hal itu Terjadi,
tujuan ekonomi Islam untuk membangun masyarakat Yang sejahtera dunia dan akhirat dapat
tercapai. Masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim meskipun Saat ini hanya sekitar 80an% akan
mudah diambil zakatnya ketika Sadar akan makna filosofis adanya zakat di mana itu merupakan
bentuk ibadah yang berimplikasi pada dunia dan akhirat.

Daftar pustaka

• Jurnal Hukum dan Ekonomi Syariah, Vol. 05 /02/Fitri Kurniawati Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
IAIN Metro Pi2t_ajah22@yahoo.com
• Adz Dzahab,//FILOSOFI DAN MANAJEMEN EKONOMI ZAKAT DAN WAKAF DI
INDONESIA//Salam,Gagaring Pagalung, Muslimim Kara, Heri Irawan.St. Hadijah Wahid.//Jurnal
Ekonomi dan Bisnis Islam .Volume 7, No. 2, 2022//ISSN (print: 2527-5755 //ISSN (online) :2751-
1905//Homepage :http://journal.iaimsinjai.ac.id/index.php/adz-dzahab

• Sulesana jurnal wawasan keislaman Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi//Bahrum Bahrum//Dosen


Yayasan Pendidikan Ujung Pandang (YPUP)(ID)DOI: https://doi.org/10.24252/.v8i2.1276

Anda mungkin juga menyukai