Anda di halaman 1dari 4

BAB 1 PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah


Filsafat ialah bagian filsafat yang mengkaji hakikat, atau ilmu
yang membahas landasan ilmu secara filsafat (Mansur 2018:40). Widyawati
(2013:94) berpendapat bahwa, “peran Filsafat adalah untuk menjelaskan
Hakikat yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga dapat diperoleh
pemahaman yang padu mengenai berbagai fenomena alam yang telah menjadi
objek filsafat itu sendiri, selain itu filsafat juga dapat melatih cara berfikir
menjadi lebih kritis”. Atmaja (2020:20) menegaskan, “peran Filsafat
sangat penting untuk memberikan Batasan secara realistis dan logis untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan agar tidak merugikan manusia, alam, dan
lingkungan”. Pemahaman mendasar mengenai Filsafat diharapkan akan
berguna untuk memberi arah dan dasar dalam menentukan kebijakan-kebijakan
yang mengatur kepentingan masyarakat secara umum, maupun yang berkaitan
dengan pengembangan ilmu pengetahuan di masa mendatang (Astuti 2020:3).
Keberadaan mata kuliah Filsafat Ilmu pada IAI Ibrahimy sendiri khususnya pada
program studi S1 Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu mata
kuliah wajib yang harus diambil dan dilewati oleh mahasiswa. Pentingya
mempelajari Filsafat adalah karena Filsafat kadang disebut sebagai
filsafat khusus yaitu cabang filsafat yang membahas hakikat, penerapan
berbagai metode filsafat dalam upaya mencari akar persoalan dan menemukan
asas realitas yang dipersoalkan oleh bidang ilmu tersebut untuk mendapatkan
kejelasan yang lebih pasti (Poedjiadi dan Al-Muchtar 2015:122). Filsafat pada
hakikatnya bukan hanya mengajarkan manusia untuk berpikir kritis tetapi juga
berpikir secara mendalam (Rosichin 2019:37). Kegiatan berpikir secara
optimal, cermat dan kritis ini sangat dibutuhkan bagi mahasiswa khususnya
mahasiswa program studi pendidikan agama silam yang dituntut untuk
menganalisis dan menyelesaikan segala permasalahan dalam mengajar.
Berfilsafat adalah Aktivitas Memanusiakan Manusia
Manusia Makhluk Berpikir dan Berfilsafat
Keistimewaan yang ada dalam manusia, hingga mennjadikannya lebih mulia ketimbang makhluk
lainnya adalah kemampuan dalam berpikir. Aktivitas berpikir merupakan keniscayaan bagi
manusia. Karena dengan berpikir, menjadikan manusia dapat menimbang perkara baik dan buruk
suatu hal atas pertimbangan rasionya.

Mempertimbangkan segala sesuatu dengan benar menjadikan manusia terhindar dari keburukan,
sehingga membuatnya tidak salah dalam melangkah. Pribadi manusia yang senantiasa berpikir
untuk mempertimbangkan perihal kebaikan dan keburukan menjadikan ia bijaksana. Maka
karena itu, manusia disebut juga sebagai Homo Sapiens yang berarti “Manusia bijak.”

Berpikir dan Berfilsafat


Manusia dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti makhluk yang berakal budi, dan akal budi
sendiri bermakna pikiran sehat. Di sini, tersirat suatu makna bahwa kata manusia merujuk
kepada mereka yang meanggunakan potensi yang Allah Swt berikan yakni pikiran, untuk
melakukan segala aktivitasnya dalam kehidupan.

Mereka yang memaksimalkan potensinya dalam kehidupan, adalah sebaik-baiknya manusia.


Maka tidaklah disebut manusia jika mereka tidak melakukan aktivitas berpikir. Aktivitas berpikir
manusia guna mendapatkan pikiran yang sehat disebut juga dengan aktivitas berfilsafat.

Aktivitas filsafat dalam tinjauan praktisnya merupakan kegiatan olah pikiran guna mencapai
kebenaran yang logis menurut rasionya. Dari segi bahasa, filsafat berarti keinginan yang
mendalam untuk mendapatkan kebijakan atau keinginan yang mendalam untuk menjadi bijak.

Filsafat merupakan jenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya
bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.

Filsafat Menurut Filsuf Yunani Kuno


Dalam tradisi filsafat zaman Yunani Kuno, Istilah Filsafat pertama kali dipopulerkan oleh
seorang bernama Pythagoras (572-497 SM).
Ia memberikan definisi filsafat sebagai the love of wisdom. Menurutnya, manusia yang paling
tinggi nilainya adalah manusia pecinta kebijakan (lover of wisdom).
Pada masa selanjutnya, Plato (427-347 SM.) menjelaskan bahwa filsafat adalah pengetahuan
yang berminat mencapai kebenaran yang asli (vision of truth).

Faktor yang mendorong berkembangnya filsafat pada masa Yunani Kuno adalah karena
banyaknya mitos-mitos yang berkembang. Para filosof masa itu berusaha membantah mitos-
mitos yang berkembang di tengah masyarakat.

Berbagai macam hal seperti keyakinan terhadap para dewa, anggapan tentang sial, serta hal yang
tidak masuk akal lainnya secara sains. Masa ini merupakan era transisi Yunani Kuno dari masa
pemikiran mitologis ke era pemikiran empiris (dapat dibuktikan secara ilmiah).

Singkatnya, aktivitas filsafat pada awalnya merupakan sikap skeptis para tokoh pemikir pada
masa itu guna mendapatkan jawaban logis atas realitas di dunia. Jawaban logis inilah yang
menjadi alasan mereka untuk mencari suatu kebenaran dengan bersikap skeptis terhadap mitos-
mitos yang berkembang pada masa itu.

Dengan skeptis terhadap informasi yang diberikan serta membuktikannya secara empiris,
menjadikan seseorang dapat menemukan kebenaran. Arti kebenaran sendiri pada dasarnya yakni
persesuaian antara pikiran dan kenyataan.

Teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria persesuaian antara pikiran dan kenyataan
disebut sebagai teori koherensi. Dalam teori koherensi ini, menguji pernyataan dan kesimpulan
secara konsisten agar dapat dikatakan logis (masuk akal).

Sebagai contoh pernyataan jika kita menganggap suatu pernyataan “semua manusia akan mati”
sebagai suatu hal yang benar, maka pernyataan bahwa “Budi adalah manusia dan Budi akan
mati” adalah benar, karena kesimpulannya konsisten terhadap pernyataan sebelumnya.

Berfilsafat: Aktivitas Memanusiakan Manusia


Sangat penting bagi manusia untuk berpikir logis guna mendapatkan kebenaran ilmiah, tidak
hanya sekedar mendapatkan opini yang berkembang, tapi juga membuktikan lebih lanjut opini
yang berkembang dengan sikap ilmiah guna mencapai kebenaran.
Maka dari itu, berfilsafat dalam kehidupan manusia merupakan aktivitas “memanusiakan
manusia” untuk mencapai kebenaran ilmiah. Manusia hendaknya memaksimalkan potensi yang
diberikan Allah Swt dalam Al-Qur’an sendiri posisi akal merupakan hal yang penting dalam
tatanan kehidupan. Karena dengan memanfaatkan akal yang Allah berikan, manusia dapat
mengenal pribadi Allah Swt

Allah Swt memberikan objek dalam dunia sebagai sarana untuk mengenali-Nya. Sebagaimana
dalam Al-Qur’an Allah Swt berfirman:

‫ِإَّن ِفى َخ ْلِق الَّسٰم ٰو ِت َو اَأْلْر ِض َو اْخ ِتٰل ِف اَّلْيِل َو الَّنَهاِر َل َء اٰي ٍت ُأِّلوِلى اَأْلْلٰب ِب‬

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal” (QS. Ali-Imran 3: Ayat 190).

Alam dan segala materinya merupakan objek telaah pikiran bagi manusia, guna mendapatkan
kebenaran dalam kehidupan. Sikap Kebenaran dalam kehidupan dapat menuntun kita kearah
kebenaran Tuhan.

Karena Tuhan adalah hakikat dari segala kebenaran yang manusia cari selama ini, karena-Nya
lah manusia ada dan karena-Nya pula manusia dianugrahkan kemampuan berpikir.

Berfilsafat sejatinya merupakan kewajiban seorang muslim dalam mencari kebenaran Tuhan,
dengan mengamati Ciptaan-Nya kita dapat memahami Sang Pencipta kita. Sebagai Tuhan yang
mengadakan segala yang ada di alam semesta ini

Anda mungkin juga menyukai