Mempertimbangkan segala sesuatu dengan benar menjadikan manusia terhindar dari keburukan,
sehingga membuatnya tidak salah dalam melangkah. Pribadi manusia yang senantiasa berpikir
untuk mempertimbangkan perihal kebaikan dan keburukan menjadikan ia bijaksana. Maka
karena itu, manusia disebut juga sebagai Homo Sapiens yang berarti “Manusia bijak.”
Aktivitas filsafat dalam tinjauan praktisnya merupakan kegiatan olah pikiran guna mencapai
kebenaran yang logis menurut rasionya. Dari segi bahasa, filsafat berarti keinginan yang
mendalam untuk mendapatkan kebijakan atau keinginan yang mendalam untuk menjadi bijak.
Filsafat merupakan jenis pengetahuan yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya
bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran belaka.
Faktor yang mendorong berkembangnya filsafat pada masa Yunani Kuno adalah karena
banyaknya mitos-mitos yang berkembang. Para filosof masa itu berusaha membantah mitos-
mitos yang berkembang di tengah masyarakat.
Berbagai macam hal seperti keyakinan terhadap para dewa, anggapan tentang sial, serta hal yang
tidak masuk akal lainnya secara sains. Masa ini merupakan era transisi Yunani Kuno dari masa
pemikiran mitologis ke era pemikiran empiris (dapat dibuktikan secara ilmiah).
Singkatnya, aktivitas filsafat pada awalnya merupakan sikap skeptis para tokoh pemikir pada
masa itu guna mendapatkan jawaban logis atas realitas di dunia. Jawaban logis inilah yang
menjadi alasan mereka untuk mencari suatu kebenaran dengan bersikap skeptis terhadap mitos-
mitos yang berkembang pada masa itu.
Dengan skeptis terhadap informasi yang diberikan serta membuktikannya secara empiris,
menjadikan seseorang dapat menemukan kebenaran. Arti kebenaran sendiri pada dasarnya yakni
persesuaian antara pikiran dan kenyataan.
Teori kebenaran yang didasarkan kepada kriteria persesuaian antara pikiran dan kenyataan
disebut sebagai teori koherensi. Dalam teori koherensi ini, menguji pernyataan dan kesimpulan
secara konsisten agar dapat dikatakan logis (masuk akal).
Sebagai contoh pernyataan jika kita menganggap suatu pernyataan “semua manusia akan mati”
sebagai suatu hal yang benar, maka pernyataan bahwa “Budi adalah manusia dan Budi akan
mati” adalah benar, karena kesimpulannya konsisten terhadap pernyataan sebelumnya.
Allah Swt memberikan objek dalam dunia sebagai sarana untuk mengenali-Nya. Sebagaimana
dalam Al-Qur’an Allah Swt berfirman:
ِإَّن ِفى َخ ْلِق الَّسٰم ٰو ِت َو اَأْلْر ِض َو اْخ ِتٰل ِف اَّلْيِل َو الَّنَهاِر َل َء اٰي ٍت ُأِّلوِلى اَأْلْلٰب ِب
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat
tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal” (QS. Ali-Imran 3: Ayat 190).
Alam dan segala materinya merupakan objek telaah pikiran bagi manusia, guna mendapatkan
kebenaran dalam kehidupan. Sikap Kebenaran dalam kehidupan dapat menuntun kita kearah
kebenaran Tuhan.
Karena Tuhan adalah hakikat dari segala kebenaran yang manusia cari selama ini, karena-Nya
lah manusia ada dan karena-Nya pula manusia dianugrahkan kemampuan berpikir.
Berfilsafat sejatinya merupakan kewajiban seorang muslim dalam mencari kebenaran Tuhan,
dengan mengamati Ciptaan-Nya kita dapat memahami Sang Pencipta kita. Sebagai Tuhan yang
mengadakan segala yang ada di alam semesta ini