1. Pendahuluan Kegagalan struktur sampai saat ini masih menjadi perhatian utama dalam pembangunan konstruksi. Untuk mengatasi kegagalan tersebut biasanya dilakukan perkuatan beton, yang mana dapat mengakibatkan dampak lingkungan. Untuk itu penelitian terhadap perbaikan struktur beton yang ramah lingkungan dan tahan lama masih terus dilakukan, salah satunya adalah self-healing atau perbaikan mandiri. Berdasarkan penelitian – penelitian sebelumnya, metode utama untuk self-healing adalah sebagai berikut:
Melanjutkan / Memaksimalkan Proses Hidrasi Menggunakan Bahan Tambah Pengaplikasian healing agents dalam kapsul Penggunaan Material SMM (Shape Memory Materials)
Jonkers mendeskripsikan bahwa penambahan ingress water (air rembesan) dapat
menimbulkan reaksi kimia perubahan calcium lactate menjadi calcium carbonate (limestone) yang mana dapat berakibat menutupi keretakan. Berikut adalah reaksi kimia dari pembentukan calcium carbonate: CaC6H10O6 + 6O2→ CaCO3 + 5H2O + 5CO2 Senyawa CaCO3 tidak hanya dapat terbentuk dari proses alami, tapi juga dapat terbentuk melalui microbial metabolic operation. Perlu diperhatikan juga, penentuan bakteri yang mampu bertahan dalam kondisi basa. Ketika proses reaksi hidrasi, PH level berada pada angka 13, yang mana merupakan kondisi yang mematikan untuk kebanyakan bakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri dari genus Bacillus dapat bertahan dalam kondisi ini. Expanded Clay merupakan tanah liat yang dibakar dengan suhu tertentu sehingga tanah tersebut berubah bentuk menjadi semacam bola-bola kecil yang memiliki semacam cangkang seperti kapsul. Peneliti melakukan pengendapan atau dalam kata lain memasukkan agen-agen bakteri ke dalam material expanded clay tersebut. Oleh karena itu bakteri tersebut dapat berumur panjang dalam beton tersebut. Bakteri tersebut akan mulai bekerja ketika expanded clay / kapsul tersebut pecah karena keretakan beton. Berikut adalah komposisi campuran beton:
2. Eksperimen dan Pengetesan
Benda uji disiapkan berbentuk kubus dengan campuran Portland semen tipe CEM I 42,5N, pit sand ≤ 01 mm, expanded clay, dan air sesuai komposisi campuran tabel 1, serta FAS sebesar 0,52. Expanded clay yang digunakan adalah merek Liapor dengan ukuran 1 – 4 mm (supplied by Weber). Bakteri yang digunakan adalah Bacillus dengan campuran mineral organic. Persiapan pengendapan bakteri pada expanded clay dilakukan dengan cara pencampuran pada kondisi kedap selama 5 – 6 hari sampai kering. Setelah mencapai umur yang sudah ditentukan yaitu 7, 28, 56, dan 63 hari, dilakukan pengetesan benda uji antara lain:
Uji Kuat Tekan dengan mesin Avery Denison type 7226CB
XRD analysis dengan mesin D8 Advance X-ray diffractometer (Bruker, Coventry, UK) Scan Elektron benda uji dengan mesin Hitachi SU8030 FEGSEM, Japan, Thermo- Noran (USA) dengan system EDX 30 mm2 Ultra-Dry window dan Noran 7 software.
3. Hasil dan Pembahasan
Beberapa sampel pendahulu diuji untuk tahu rata-rata kuat tekan maksimum, yaitu 23,7 Mpa. Kemudian untuk sampel uji dengan campuran bakteri diuji terlebih dahulu dengan tekanan 90% yaitu 21,2 Mpa. Kemudian setelah 7, 28, 56, dan 63 hari setelah itu dilakukan pengujian kuat tekan lagi sampai mengalami keruntuhan. Sampel tanpa bakteri juga disiapkan sebagai kontrol. H (Healing Efficiency) juga dihitung dengan rumus: Berdasarkan grafik dapat diketahui peningkatan kekuatan disebabkan oleh peran bakteri pada expanded clay. Pemulihan kekuatan tertinggi dicapai pada umur 63 hari dengan healing efficiency sebesar 40%. Hal ini juga menandakan bahwa metode self-healing memerlukan waktu jangka panjang. Untuk memastikan bahwa pemulihan tersebut disebabkan oleh pengaruh bakteri dan pembentukan kalsium karbonat (CaCO3), sampel juga dilakukan uji Scan Elektron, EDS, dan XRD analysis. Hasil uji scan menunjukkan adanya pengaruh CaCO3 dan peran bakteri dalam benda uji tersebut. 4. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggantian agregat dengan expanded clay yang diendapkan dengan bakteri Bacillus sebagai self-healing agen efektif berkontribusi dalam pemulihan kekuatan beton. Hal ini didukung juga dengan hasil uji scan yang menunjukkan bahwa penyebab pemulihan / peningkatan kekuatan adalah adanya CaCO3 akibat perilaku bakteri tersebut.