Anda di halaman 1dari 4

THE MEANING OF FREEDOM

Wanita berkebaya putih itu tampak memandang keluar jendela dengan pandangan sendu kearah
kearah luar jendela kamarnya. Disana tepat didepan rumahnya ada seorang gadis remaja yang tengah
dipukuli oleh ayahnya. Gadis remaja itu terus memohon ampun dengan putus asa, tubuhnya yang kurus
sekan bisa roboh kapan saja namun sebanyak apapun anak itu memohon ampun ayahnya hanya sibuk
mengayunkan pukulan. Tidak ada yang berani menengahi atau sekedar ikut campur dengan urusan kedua
manusia itu seakan itu adalah hal yang lazim untuk dilakukan. Ditengah pukulannya yang mengarah
padanya gadis itu tampak berusaha menahan sebuah kertas dalam pelukan di tangan kanannya.
“Sudah bapak katakan,kamu tidak perlu pendidikan “
“ Ampun ..hiks..hiks..Aku ingin bisa membaca …hikss..hikss” Suara tangisan semakin menyanyat
hati itu terdengar semakin pilu, dengan kasar ayahnya menarik kertas lusuh itu dan merobeknya menjadi
tidak terbentuk. Tangan yang yang besar meraih dan menarik jalinan rambut gadis itu memaksanya untuk
masuk kembali kedalam rumahnya, tindakan itu membuat gadis itu semakin menjerit kesakitan.
Meskipun langkahnya kian menjauh namun suara jeritan dan teriakan yang beradu masih bisa didengar
oleh wanita berkebaya putih itu .
“…..Tugas kamu hanya didapur…bukkk “ Setelah bunyi benturan yang keras, suara tangisan
gadis itu pun hilang tak terdengar lagi.
Wanita berkebaya putih itu mengela nafas berat,raut wajahnya tampak sangat kecewa. Tidak ada
yang bisa ia lakukan untuk membantu gadis yang mempunyai cita-cita yang besar dimatanya. Wanita itu
bernama Lastri, perempuan Jawa yang mempunyai darah keraton didalam dirinya. Terkadang ia merasa
bersyukur mempunyai darah bangsawan yang melekat dalam dirinya, sehingga ia sendiri bisa
merasakan dunia pendidikan yang seharusnya juga dimiliki oleh kaum wanita lainnya. Hal itu sudah
menjadi hal yang wajar jika engkau seorang bangsawan wanita diberikan sedikit kebebasan dalam dunia
pendidikan.Tetapi keuntungan itu juga tidak mengubah fakta bahwa ia juga hanya akan terkurung
didalam rumah besar, diterima kodratnya sebagai perempuan. Lelah dengan isi pikirannya, Lastri
berjalan dengan anggun ke meja kecil disisi kamarnya,matanya melirik sekilas baju kebaya khas Adat
Jawa yang akan dikenakannya dalam pernikahannya sepuluh hari lagi. Rasanya seperti binatang yang
hidup untuk dikawinkan, lagi-lagi sudah ditentukan bahwa wanita itu ada hanya untuk menghasilkan
keturunan. Sesampainya dimejanya, Lastri meraih kertas putih dan pena bulunya, lalu mulai menulis hal
hal yang ada didalam pikirannya.
Jepara July 1897
Dunia kejam jika kodratmu sebagai wanita
Langkah kakimu akan diikat
Matamu akan ditutup
Dan suaramu tidak ada arti

Lastri melipat kertas yang baru ditulisnya dan memasukkannya kedalam laci meja kayu setinggi
pinggangnya, berisikan kertas lain yang telah ditulisnya. Lastri lantas pergi berjalan menutup
jendelanya karena hari mulai berangsur gelap, setelah itu ia mengambil obor kecil yang tergantung disisi
jendelannya, lalu menyalakannya. Tanpa terasa sudah saatnya makan malam tiba, sudah menjadi tradisi
untuk berkumpul di meja makan sebelum waktunya. Setelah semuanya berkumpul di meja makan, ayah
dan kedua saudara laki-laki akan disuguhi makan terlebih dahulu oleh ibunya dan para kaum wanita
hanya bisa duduk manis sambil menunggu para kaum pria itu selesai barulah mereka boleh makan.
“Lastri….Lastri..”
Sayup-sayup Lastri mendengar suara lembut yang terus memanggil namanya.Matanya yang
terpejam perlahan terbuka,sesekali ia mengerjapkan matannya menyesuaikan cahaya yang ada
disekitarnya. Setelah ia sadar sepenuhnya ia melihat sekelilingnya yang hanya ada lahan serba putih yang
tidak terbatas. Seingatnya Lastri tidur di kamar tidurnya seperti biasa namun kini disekelilingnya hanya
ada warna putih sejauh mata memandang. Lastri mencoba berjalan seperti biasa melewati tempat yang
serba putih itu sambil sambil berharap semua bagian dari bunga tidurnya ini cepat berakhir.
“ Lastri..” ucap suara yang tak berwujud itu lagi, dengan ragu ragu Lastri menjawab.
“Iya….saya Lastri ”
“Lastri apa keiginanmu?”
Mendengar pertanyan yang tidak diduga-duga itu Lastri semakin yakin ini hanyalah bunga tidur
dan itu membuat Lastri semakin enggan menjawab. Suasana kembali hening tidak ada tanggapan dari
Lastri karena ia sadar menjawab itu sangat sia-sia. Kembali dengan hal-hal yang aneh,tiba-tiba lembaran
demi lembaran kertas yang sangat dikenalinya muncul dihadapannya. Kertas putih berisi tulisan tulisan
tanganya itu berterbangan melewati Lastri seperti memaksa Lastri untuk membaca kembali dengan cepat,
yang menjadi perhatiannya adalah kata-kata yang sering muncul dalam lembaran kertas itu seakan
ditulis dengan huruf tebal dalam kertas kertas itu .
WANITA BEBAS MIMPI PENDIDIKAN SETARA
“Wanita, kebebasan, mimpi, pendidikan apakah itu Lastri ? ”Suara itu dengan cepat mengucapkan
poin-poin yang selalu diinginkan Lastri.
“Aku ingin, tapi tidak mungkin” Jawab Lastri dengan suara lirih sambil menunduk.
Seketika ditepat yang hanya ada warna putih itu mendadak muncul gambar-gambar yang bisa
begerak,Lastri yang awalnya menunduk kini mengangkat wajahnya.Kini matanya fokus memandangi
gambar yang hanya menampilkan sosok wanita didalamnya dalam lingkungan yang sangat dikenalinya.
Hanya menampilkan kegiatan wanita dalam rumah tidak ada yang melakukan kegiatan lain selain
pekerjaan rumah. Tak lama setelah itu gambar bergerak itu menampilkan gambar gadis-gadis muda yang
belajar diam diam dan bahkan mendapat kekerasan. Perlahan namun pasti air mata Lastri terjatuh, ia
sadar dengan tidak berdayanya wanita saat ini.
“Bagaimana jika yang kau tulis itu menjadi kenyataan Lastri?”
“Tentunya akan sangat baik,aku bahkan kesulitan membayangkannya”
Perlahan gambar-gambar bergerak itu berganti memunculkan gambar bergerak lainnya yang
sangat berwarna. Awal gambar menunjukan sebuah sekolah didalamnya terdapat anak anak yang belajar
bersama tidak peduli gender mu pria atau wanita akan mendapat perlakuan yang sama. Selanjutnya
menampilkan wanita wanita luar biasa yang sedang bekerja sebagai guru, dokter serta pekerjaan lainnya
yang tidak terlalu Lastri mengerti. Dan terakhir menampilkan wanita yang kelihatannya sedang
memimpin jalannya sebuah pertemuan dengan aura pemimpin yang sangat kuat. Lastri terpaku
memandang gambar-gambar yang biasanya ada dipikirannya .
“Bebas berpendidikan, mempunyai mimpi dan mencapainya bahkan menjadi pemimpin,
menurutmu apakah itu mungkin Lastri?”
“Aku tidak tau ….Tapi apakah aku bisa melakukan sesuatu agar itu mungkin?”
“Tentu saja Lastri, kau paling tau wanita sangat luar biasa. Kepedulianmu dan semangatmu dalam
berjuang akan menentukan seberapa jauh hasil yang akan kau peroleh.” Wajah Lastri sangat berseri,
namun raut wajah itu tidak bertahan lama.Lasti kembali berfikir keras dari mana ia harus memulai,dan
bagaiman caranya.Sebelum Ia bertanya kembali,suara itu seakan menyadari pikirannya.
“Suaramu perlu didengar banyak orang dan bantuan dari luar itu sangat diperlukan” Mendengar
itu Lastri kembali sadar bahwa mengharapkan suatu hal baru dalam masyarakat perlu pemicunya. Selama
ini ia hanya berani berargumen dalam pikirannya, tidak pernah sekalipun ada keberaniannya
menyuarakan bahwa hak-hak yang harus diterima wanta itu sama dengan pria. Sedetik kemudian Lastri
terbangun dari tidurnya ,pikirannya penuh dengan ide-ide luar biasa. Diambilnya kembali kertas-kertas
yang sudah ditulisnya tangannya bergerak dengan lincah diatas kertas yang masih kosong ,hatinya begitu
teguh dan tekadnya begitu kuat saat ini mulai detik ini juga ia akan berjuang dengan sekuat tenaganya.
Sekalipun itu hanya bunga tidur, Ia ingin bunga itu memunculkan kecantikannya dikehidupan nyata
seperti yang ada dimimpinya.
***
Seorang gadis menutup buku berjudul ’Kebebasan’ yang baru selesai dibacanya, matanya yang
jernih dengan bulu mata yang lentik itu dengan seksama memandang sampul buku yang diletaknya diatas
meja. Buku yang covernya sudah temasuk jauh sangat kuno dibandingkan dengan desain cover buku saat
ini. Dibandingkan dengan buku lain buku ini hanya menampilkan seorang wanita muda berkebaya putih
dengan rambut yang disanggul dengan kombinasi warna putih abu-abu, seolah. Namun siapa sangka
kalau buku itulah yang bisa membuat adanya perubahan besar pada sebuah kaum yang menginginkan
kehidupan yang setara.
“Lastri..” suara yang sangat dikenali pemilik nama itu ,menoleh memandang temannya bernama
Shintia yang berlari kecil kearahnya. Melihat itu Lastri tersenyum hangat menyambut wanita berambut
sebahu itu. Keheningan suasana dari sisa membaca buku di pojok kafe ini perlahan tergantikan oleh suara
suara yang ditimbulkan oleh Shintia. Setelah selesai mengeluarkan buku, pena, laptop dan ponselnya,
Shintia mengatur nafasnya akibat berlari ke kafe tempat ia dan Lastri memiliki janji.
“Maaf Lastri aku terlambat….Tadi macet banget “
“Santai aja shin…Aku juga tadi sambil baca, jadi gak terlalu terasa nunggunya.” Mendengar itu
Shintia memandang kearah buku yang berada diatas meja, buku yang juga tidak asing lagi baginya.
“Kau baca itu lagi Las..apa karena namanya mirip dengan mu?” Mendengar jawaban itu Lastri
tertawa kecil
“Kau tau kan ini tentang apa?”
“Ya semua wanita di negara ini juga tau buku itu.. isinya kan tentang keinginan kebebasan bagi
kaum wanita. Buku yang sudah lama sekali aku ingat sendari SD kita bahkan belajar tentang wanita sosok
pahlawan itu.Aku hanya heran kenapa kau membacanya lagi?”Lastri tidak langsung menjawab matanya
memandang kearah luar kafe yang dindingnya terbuat dari kaca.Dua orang gadis dengan pakaian sexy
sedang bejoget-joget dengan sensual dan semakin senang saat mendapatkan tanggapan dari orang orang
yang berada di sosial media,hal ini sudah menjadi hal yang biasa dan sering dilakuakan oleh anak muda
zaman ini,menganggap ini adalah tren yang wajib diikuti. Melihat hal itu hanya membuat Shintia semakin
bingung, gadis bernama Lastri didepannya memang sering membuat Shintia heran dengan tingkahnya.
“hei…kenapasih Las?”
“Ahh..tidak, tadi kau tanya kenapa aku membaca buku ini lagi, entahlah aku hanya berfikir
apakah jika aku Lastri yang dibuku ini akan senang melihat hal yang seperti diluar itu.Kau tau semuanya
sudah sangat berubah, semangat dan keinginannya untuk kebebasan wanita yang sangat membara itu
akhirnya membuahkan hasil yang kita sendiri juga rasakan. Tapi lhatlah akhir-akhir ini wanita banyak
lebih tertarik berselam dalam media sosial mengikuti tren yang tidak bermanfaat, membuat aib dan
bahkan banyak terjerumus pergaulan bebas dan narkoba. Ya..aku tau Meskipun masih banyak wanita-
wanita yang menjadi orang luar biasa, tetapi tidak sedikit juga yang rusak karena terlalu bebas.”
Mendengar itu Shintia menjawab
“Ya..kau tau segala hal mempunyai sisi baik buruknya,itu juga bukan merupakan dampak yang
dapat dihindarkan. Seperti yang kau katakan banyak wanita yang menjadi orang luar biasa, paling tidak
apa Lastri inginkan bisa tercapai walaupun tidak sepenuhnya.” Lastri sangat tau bahwa apa yang
dikatakan oleh Shintia adalah hal yang benar, Ia menyesap Coffelatte pesanannya yang sudah mulai
dingin itu dan kembali bebicara.
“Ya aku tau hal itu shin..namun aku hanya sedikit teringat pada ibu ku, Ia selalu memberi tahuku
wanita diberi kebebasan tapi harus tetap beradab dan beretika dan jangan biarkan martabatmu dipandang
rendah. Sekarang lihatlah kenapa banyak sekali wanita yang bahkan dengan sukarela merendahkan
martabatnya sendiri,Ahh..mungkin juga karena pemikiranku termasuk kolot jadi aku tidak cocok dengan
kelakuan wanita sekarang. Maafkan aku mungkin aku terkesan merendahkan kaum ku sendri,hanya saja
dari apa yang aku baca dan aku lihat sekarang itu cukup disayangkan”
Tidak ada tanggapan lebih lanjut lagi dari Shintia ia hanya membalas dengan senyum dan
menggangguk,mereka juga mulai pada rencana awal mereka mengerjakan projct tugas mereka.

Anda mungkin juga menyukai