Guru 2:"kan hari ini pengumuman sertifikasi jadi aku sama pak Ahmad lagi ngecek itu Bu"
Guru 3:"ouwhh iyaa tadi udah ku lihat pengumumannyaa, masuk pak Ahmad kan?"
Guru 1: “Ih betul lah, Bu? Puji Tuhan lah bah, Ibu kekmana, Bu? Masuk Ibu?”
Guru 2 sangat terpukul karena gagal untuk seleksi sertifikasi. Sementara itu, Pak Ahmad
dan Bu Sari
keliatan sangat Bahagia karena kabar pengumuman seleksi sertifikasi.
Guru 1: “Gapapa, Bu. Masih ada kesempatan yang lain. Rezeki itu bisa datang dari mana
saja.”
Guru 3: “Iya, Bu. Masih banyak kesempatan kedepannya, Bu. Jangan berkecil hati, Bu. Ibu
juga
masih muda nya, masih Panjang perjalanan. Anggap saja ini pengalaman dulu, Bu.”
Guru 2: “Makasihya, Pak Bu.Selamat juga buat Bapak sama Ibu, ya. Semakin semangat.”
(Mereka bersama – sama berjalan menuju kelas. Yang berperan menjadi murid bersiap –
siap memasuki panggung.)
Ketika mereka bersama, para murid datang menghampiri ketiga guru tersebut.
Murid 2 : “Ibu Erna habis menangis ya? (memberi saputangan/tisu) Keringkan dulu air
matanya, Bu. Ibu menangis karena kami ya, Bu?”
Guru 2 : “ (sambil mengelap mata) Ah, tidak kok. Makasih, nak, sudah mau perhatian.”
Guru 1 : “Bapak gak diberi saputangan/tisu juga?”
Murid 2 : “Ya elah, Pak. Bapak kan tidak menangis.”
Guru 3 : “Harus nangis dulu kami baru dikasih spesial kayak ibu Erna ya?”
Guru 2 : “Terimakasih semuanya. Ibu berharap kalian bisa menjadi murid yang lebih baik
dan berguna bagi bangsa ini.”
Guru 3 : “Anak – anak, bagi kami yang terpenting adalah wujud nyata kalian.”
Guru 1 : “Betul yang dikatakan ibu Sari. Kalian harus bisa mewujudkan maaf kalian melalui
perubahan yang lebih baik.”
Semua murid : “Kami berjanji!”
Murid 1 : “Apa sih yang engga buat guru? Kami semakin bersyukur mendapatkan guru
sebaik Bapak dan Ibu.”
Murid 2 : “Semoga ucapan mu bisa dipegang, bro. Kasihan Ibu Erna yang pusing karena
kamu dipanggil mulu ke ruang BK.”
Murid 1 : “Apaan dah? Aku memang ingin berubah. Supaya Ibu Erna makin ceria.”
Guru 3 : “Lihat, tuh, Bu. Murid – murid sudah memberi dukungan kepada Ibu. Berarti harus
lebih semangat lagi mengajar mereka, ya, Bu.”
Guru 2 : “Tenang saja, Bu. Aku pasti selalu sabar dan semangat demi menyebarkan ilmu
kepada murid – murid. Pak Ahmad dan Bu Sari juga semangat ya.”
Guru 1 : “Kalau aku masih muda, tetap semangat nya. Bu.”
Guru 3 : “Aku pun semangat nya, walau pusing menghadapi kurikulum yang selalu berganti.”
Guru 1 : “Wajarnya kurikulum berganti, Bu. Ingat, Bu. Kita adalah sesama guru. Ketika
seorang guru kesusahan, sudah kewajiban kita untuk saling membantu.”