Anda di halaman 1dari 2

Guru 1: “Eh, hari ini tahe pengumuman sertifikasi, kan, Bu?

Guru2: “Oh iya, Pak. Sebentar ku cek nama Bapak, ya.”

Guru 3:"sedang apa pak, Bu?"

Guru 2:"kan hari ini pengumuman sertifikasi jadi aku sama pak Ahmad lagi ngecek itu Bu"

Guru 3:"ouwhh iyaa tadi udah ku lihat pengumumannyaa, masuk pak Ahmad kan?"

Guru 1: “Ih betul lah, Bu? Puji Tuhan lah bah, Ibu kekmana, Bu? Masuk Ibu?”

Guru 3: “Puji syukurlah, Pak. Selamat, ya, Pak Ahmad!”

Guru 2 sangat terpukul karena gagal untuk seleksi sertifikasi. Sementara itu, Pak Ahmad
dan Bu Sari
keliatan sangat Bahagia karena kabar pengumuman seleksi sertifikasi.

LaguWe’ll be Okay to Cry (sambal menyemangati Ibu Citra)

Guru 1: “Gapapa, Bu. Masih ada kesempatan yang lain. Rezeki itu bisa datang dari mana
saja.”

Guru 3: “Iya, Bu. Masih banyak kesempatan kedepannya, Bu. Jangan berkecil hati, Bu. Ibu
juga
masih muda nya, masih Panjang perjalanan. Anggap saja ini pengalaman dulu, Bu.”

Guru 2: “Makasihya, Pak Bu.Selamat juga buat Bapak sama Ibu, ya. Semakin semangat.”

(Bel sekolah berbunyi)

Guru 1 : “Sudah lonceng, Bu. Mari kita jalan bareng ke kelas.”

(Mereka bersama – sama berjalan menuju kelas. Yang berperan menjadi murid bersiap –
siap memasuki panggung.)

Ketika mereka bersama, para murid datang menghampiri ketiga guru tersebut.

Semua murid : “KEJUTAN! Selamat hari guru!” (Sambil menyodorkan hadiah)


Guru 3 : “Ada apa ini? Hari guru kan tanggal 25 November.”
Guru 1 : “Bu, pas nya sekarang hari guru. Sekarang tanggal 25 November.”
Guru 3 : “Eh ha’ah lah.”

(Salah satu murid mendekati para guru)


Murid 1 : “Pak, Bu, hanya ini yang bisa kami berikan. Terima kasih sudah mau membimbing
kami walaupun kami sering melawan kalian. Maaf atas semua kesalahan kami, Bu,
khususnya Ibu Erna.”

(Murid 2 menyusul mendekati para guru)

Murid 2 : “Ibu Erna habis menangis ya? (memberi saputangan/tisu) Keringkan dulu air
matanya, Bu. Ibu menangis karena kami ya, Bu?”
Guru 2 : “ (sambil mengelap mata) Ah, tidak kok. Makasih, nak, sudah mau perhatian.”
Guru 1 : “Bapak gak diberi saputangan/tisu juga?”
Murid 2 : “Ya elah, Pak. Bapak kan tidak menangis.”
Guru 3 : “Harus nangis dulu kami baru dikasih spesial kayak ibu Erna ya?”

(Semuanya tertawa bersama)

Guru 2 : “Terimakasih semuanya. Ibu berharap kalian bisa menjadi murid yang lebih baik
dan berguna bagi bangsa ini.”
Guru 3 : “Anak – anak, bagi kami yang terpenting adalah wujud nyata kalian.”
Guru 1 : “Betul yang dikatakan ibu Sari. Kalian harus bisa mewujudkan maaf kalian melalui
perubahan yang lebih baik.”
Semua murid : “Kami berjanji!”
Murid 1 : “Apa sih yang engga buat guru? Kami semakin bersyukur mendapatkan guru
sebaik Bapak dan Ibu.”
Murid 2 : “Semoga ucapan mu bisa dipegang, bro. Kasihan Ibu Erna yang pusing karena
kamu dipanggil mulu ke ruang BK.”

(Murid 1 menghardik murid 2)

Murid 1 : “Apaan dah? Aku memang ingin berubah. Supaya Ibu Erna makin ceria.”
Guru 3 : “Lihat, tuh, Bu. Murid – murid sudah memberi dukungan kepada Ibu. Berarti harus
lebih semangat lagi mengajar mereka, ya, Bu.”
Guru 2 : “Tenang saja, Bu. Aku pasti selalu sabar dan semangat demi menyebarkan ilmu
kepada murid – murid. Pak Ahmad dan Bu Sari juga semangat ya.”
Guru 1 : “Kalau aku masih muda, tetap semangat nya. Bu.”
Guru 3 : “Aku pun semangat nya, walau pusing menghadapi kurikulum yang selalu berganti.”
Guru 1 : “Wajarnya kurikulum berganti, Bu. Ingat, Bu. Kita adalah sesama guru. Ketika
seorang guru kesusahan, sudah kewajiban kita untuk saling membantu.”

(Semua kembali bercanda ria)


*Masuk ke epilog

Anda mungkin juga menyukai