Anda di halaman 1dari 3

Sekenario 1

Guru sedang mengajar, tiba-tiba ada salah satu siswa datang terlambat masuk.
Murid : “Boleh saya masuk bu?”
Guru : “Silahkan, tapi sebelum istirahat, Nak Yunus temui ibu ya!”
Murid : “Iya Bu.”

DI RUANG KELAS SAAT ISTIRAHAT


Guru : “Nak Yunus tau alasannya, kenapa ibu panggil kesini?
Murid : “Tidak tahu Bu.”
Guru : “Coba ingat-ingat kembali apa yang telah dilakukan oleh Nak Yunus di kelas?
Murid : “Iya bu, saya makan cemilan ketika di kelas dan teman saya terganggu.”
Guru : “Setiap orang pernah melakukan kesalahan, dan kamu bukan satu-satunya orang yang
pernah melakukan kesalahan. Ibu juga pernah melakukan kesalahan waktu SD.”
Murid : “Iya bu.”
Guru : “Ibu di sini tidak mau fokus pada kesalahanmu Nak, Ibu hanya ingin tau alasannya saja.
Kita bisa menyelesaikan kesalahan ini sama-sama.”
Murid : “Iya bu.”
Guru : “Nak Yunus pasti punya alasan kenapa kamu akhir-akhir ini sering makan ketika waktu
pembelajaran, kalau ibu boleh tau apa yang menjadi alasannya?”
Murid : “Saya lapar Bu, Karena di rumah tidak sarapan terlebih dahulu.”
Guru : “Kenapa belum sarapan di rumah?”
Murid : “Saya itu males Bu kalau sarapan pagi tidak berselera.”
Guru : “Kira-kira apa solusinya supaya kamu tidak makan di kelas ketika pembelajaran
berlangsung?”
Murid : “Saya harus sarapan terlebih dahulu di rumah Bu, agar tidak lapar ketika pembelajaran.”
Guru : “Apakah Nak Yunus bersedia untuk sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat
sekolah?"
Murid : “Iya Bu saya bersedia.”
Guru : “Dengan terlebih sarapan pagi di rumah, pada saat proses pembelajaran tidak akan
lapar, kita akan lebih berkonsentrasi, bertanggung jawab dan disiplin. Baiklah mulai besok
jangan
Murid : Terima kasih pak, saya akan berusaha sarapan terlebih dahulu di rumah dan saat
pembelajaran tidak akan makan di kelas.
Guru : Saya hargai Usaha kamu. Sekarang silahkan istirahat terlebih dahulu.
Murid : Sekali lagi terima kasih pak.Assalamulaikum
SKENARIO 2
Sekenario 2

DIKELAS
Oke class, because the time is Over, I think that’s all for today, thanks for the attention see you
next time and good bye….
Students : Bye
Guru : Rizky kamu Ikut saya ke kantor y
a.
Rizky : Iya Pak
DIKANTOR
Guru : Kamu tau alasannya kenapa bapa panggil kamu kesini?
Murid : Tidak pak,
Guru : Coba kamu liat rambut kamu dicermin?adapakah ada yang salah dengan rambut kamu?
Murid : Iya pak.saya memakai pewarna rambut pak.
Guru : It’s Oke, Setiap orang pernah melakukan kesalahan ko, dan kamu bukan satu-satunya
orang yang pernah melakukan kesalahan ini.Kita bisa selesaikan masalah ini bersama!
Murid : Iya pak
Guru : Kamu pasti punya alasan kenapa kamu mewarnai rambut kamu?
Murid : Ikut-ikutan teman pak
Guru : Menurut kamu baik gak kalau ikut-ikutan melakukan sesuatu yang tidak baik untuk
kamu?
Murid : Tidak pak,
Guru : lalu kenapa kamu masih melakuaknnya? Atau kamu pengen disebut keren atau gaul
dengan gaya rambut seperti itu?
Murid : “Terdiam”
Guru : Bapak tidak mau terlalu focus pada kesalahanmu, disini bapak hanya ingin memberi
solusi atas masalah ini.berdasarkan Kesepakatan kelas kita, tidak boleh menggunakan pewarna
rambut, masih ingat kan kamu?
Murid : ingat Pak.
Guru : Kamu itu sudah ganteng dan keren ko tanpa perlu mengcat rambut. Setelah pulang
sekolah nanti, kamu Pergi ke tukang Cukur rambut, tolong kamu potong rambut kamu supaya
tidak terlihat lagi warna pirangnya,bersediakah kamu?
Murid : Siap pak, saya usahakan setelah pulang sekolah ini.
Guru : Saya hargai Usaha kamu. Semoga kamu bisa menjadi siswa yang lebih baik lagi.
Sekarang silhkan kembali masuk kelas.
Murid : Sekali lagi terima kasih pak.Assalamulaikum

Pada tahap stabilkan identitas, seorang guru bisa memberi ruang kepada murid untuk
bercerita terlebih dahulu. Contoh :
Murid : “Aku kan cuma pinjem doang, Pak. Masa dikira nyuri? Ya aku kesel, lah!”
Guru : “Iya, kamu pasti marah dan kesal karena dikatakan mencuri. Bapak juga
mungkin akan kesal bila ada yang memfitnah Bapak.”

Setelah menstabilkan identitas, kita bisa melakukan validasi tindakan yang salah,


misal dengan bertanya :
Guru : “Lalu apa yang kamu lakukan?”
Murid : “Ya aku marah-marah depan dia. Akhirnya aku pukul keras-keras penggarisnya
ke meja sampai patah jadi dua.”
Di tahap ini, kita mulai bisa mengajak murid untuk berpikir dan menganalisis
kesalahannya.
Guru : “Wah, sampai begitu, ya. Kamu melakukan itu karena alasan tertentu kan?”
Murid : “Ya iyalah Pak, saya nggak terima dibilang mencuri. Orang cuma pinjem, kok!”
Guru : “Baik. Mempertahankan harga diri itu memang penting. Lalu apa sebelumnya
kamu meminta izin terlebih dahulu terkait penggaris itu?”
Murid : “Ya gak bilang secara langsung, sih Pak. Tapi dia lihat aku ngambil
penggarisnya. Kan gak harus nyampe bilang aku nyuri juga!”

Ketika murid sudah mulai menyadari kesalahannya, kita bisa tanyakan


keyakinan padanya (tahap ketiga dari segitiga restitusi). Lalu memberi ruang pada
siswa untuk memikirkan solusi terbaik. Misal :
Guru : “Baik, coba diingat lagi. Ketika kamu mengambil barang orang lain tanpa izin lalu
marah-marah sampai merusak barang orang lain, apakah itu sesuai dengan prinsip
yang kamu pegang?”
Murid : “Ya nggak sih, Pak. Tiap orang kan harus menghargai orang lain.”
Guru : “Betul. Penting bagi setiap orang untuk mampu menghagai orang lain. Ini
keyakinan kita. Lalu, kira-kira solusi apa yang kamu punya untuk menyelesaikan
masalah ini?”
Murid : “……”

Anda mungkin juga menyukai