Anda di halaman 1dari 21

LI.

1 Memahami dan Menjelaskan Larutan dan Cairan


1.1 Definisi Larutan dan Cairan
Larutan adalah suatu campuran homogen satu zat atau lebih yang tersebar
Secara molekular dalam jumlah medium pelarut secukupnya (Kamus Kedokteran
Dorland)
Cairan tubuh adalah matriks berair di mana reaksi biokimia metabolisme
sel terjadi (Edward M.Stricker 2012)

1.2 Jenis Larutan dan Cairan

Jenis Larutan :
a. Campuran Gas
Jika pelarut adalah gas, hanya gas (tidak dapat dikondensasi) atau uap
(dapat dikondensasi) yang dilarutkan dalam serangkaian kondisi tertentu.
Contoh larutan gas adalah udara (oksigen dan gas lain yang dilarutkan
dalam nitrogen). Karena interaksi antara molekul gas hampir tidak
berperan, gas yang tidak dapat terkondensasi membentuk solusi yang agak
sepele. Dalam literatur, mereka bahkan tidak diklasifikasikan sebagai
solusi, tetapi hanya ditangani sebagai campuran gas yang homogen.
Gerakan Brownian dan agitasi molekuler permanen molekul gas menjamin
homogenitas sistem gas. Campuran gas yang tidak dapat terkondensasi
(misalnya, udara/CO2, atau udara/xenon) tidak secara spontan demix, atau
sedimen, sebagai lapisan gas yang dikelompokkan dan dipisahkan secara
jelas sebagai fungsi dari kepadatan relatif mereka.Gaya difusi secara
efisien menangkal gaya gravitasi dalam kondisi normal yang berlaku di
Bumi. Kasus uap terkondensasi berbeda: setelah tekanan uap saturasi pada
suhu tertentu tercapai, kelebihan uap terkondensasi ke dalam keadaan cair.

b. Larutan Cair
Jika pelarut adalah cairan, maka hampir semua gas, cairan, dan padatan dapat
dilarutkan. Berikut adalah beberapa contoh:

 Gas dalam cairan:


o Oksigen dalam air
o Karbon dioksida dalam air – contoh yang kurang sederhana,
karena larutan disertai dengan reaksi kimia (pembentukan
ion). Gelembung yang terlihat dalam air berkarbonasi
bukanlah gas terlarut, tetapi hanya effervescence karbon
dioksida yang keluar dari larutan; gas terlarut itu sendiri
tidak terlihat karena dilarutkan pada tingkat molekuler.
 Cairan dalam cairan:

1
o Pencampuran dua atau lebih zat dengan kimia yang sama
tetapi konsentrasi yang berbeda untuk membentuk
konstanta. (Homogenisasi solusi)
o Minuman beralkohol pada dasarnya adalah larutan etanol
dalam air.
 Padat dalam cairan:
o Sukrosa (gula meja) dalam air
o Natrium klorida (NaCl) (garam meja) atau garam lainnya
dalam air, yang membentuk elektrolit: Ketika larut, garam
terdisosiasi menjadi ion.
 Solusi dalam air sangat umum, dan disebut larutan berair.
 Larutan non-berair adalah ketika pelarut cair yang terlibat bukan air. [1]
Contoh tandingan disediakan oleh campuran cair yang tidak homogen: koloid,
suspensi, emulsi tidak dianggap sebagai solusi.

Cairan tubuh adalah contoh larutan cair kompleks, mengandung banyak zat
terlarut. Banyak dari ini adalah elektrolit karena mengandung ion terlarut, seperti
kalium. Selanjutnya, mereka mengandung molekul terlarut seperti gula andurea.
Oksigen dan karbon dioksida juga merupakan komponen penting dari kimia
darah, di mana perubahan signifikan dalam konsentrasi mereka mungkin
merupakan tanda penyakit atau cedera parah.(Horme,Mima M 2001)

c. Larutan Padat / Solid


Jika pelarutnya padat, maka gas, cairan, dan padatan dapat dilarutkan.

 Gas dalam padatan:


o Hidrogen larut dengan cukup baik dalam logam, terutama
dalam paladium; ini dipelajari sebagai sarana penyimpanan
hidrogen.
 Cairan dalam padat:
o Merkuri dalam emas, membentuk amalgam
o Air dalam garam padat atau gula, membentuk padatan
lembab
o Hexane dalam lilin parafin
o Polimer yang mengandung plasticizer seperti phthalate
(cair) dalam PVC (padat)
 Padat dalam padat:
o Baja, pada dasarnya larutan atom karbon dalam matriks
kristal atom besi[klarifikasi diperlukan]
o Paduan seperti perunggu dan banyak lainnya
o Radium sulfat dilarutkan dalam barium sulfat: larutan padat
Ra yang sebenarnya dalam BaSO4
(Jue Xi Lu; Connor Tupper; John Murray.2023)

Solut (terlarut)

2
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat ter-
larut): elektrolit dan non-elektrolit
1. Elektrolit: Subtansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan
akan menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi men-jadi ion
positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnnya untuk saling
berikatan satu sama lain (miliekuivalen/liter [mEq/L]) atau dengan berat
molekul dalam gram (milimol/liter [mol/L]). Jumlah kation dan anion,
yang diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama
• Kation: Ion-Ion yang membentuk muatan positif dalam larutan.
Kation ekstraselular utama adalah natrium (Nat), sedangkan kation
intraselular utama adalah kalium (Kt). Sistem pompa ter-dapat di dinding
sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam.
• Anion: Ion-Ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan.
Anion ekstrasclular utama adalah klorida (CI), sedangkan anion intraselular
utama adalah ion fosfat (P043).
Karena kandungan elektrolit dari plasma dan cairan interstisial secara
esensial sama (lihat Tabel 1-2), nilai elektrolit plasma me-nunjukkan
komposisi cairan ekstraselular, yang terdiri atas cairan
intraselular dan interstisial (lihat di bawah). Namun demikian, nilai elektrolit
plasma tidak selalu menunjukkan komposisi elektrolit dari cairan
intraselular. Pemahaman perbedaan antara dua kompartemen ini penting
dalam mengantisipasi gangguan seperti trauma jaringan atau
ketidakseimbangan asam-basa. Pada situasi ini, elektrolit dapat
dilepaskan dari atau bergerak ke dalam atau ke luar sel, secara bermakna
mengubah nilai elektrolit plasma. Lihat pembahasan keseimbangan
kalium, hal. 97, dan keseimbangan fosfor, hal. 118.
2. Non-elektrolit: Substansi seperti glukosa dan urea yang tidak berdisosiasi
dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl).
Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan
bilirubin.(Washigton University Chemistry 2018)

Jenis Cairan:
a. Cairan Intraseluler
CIS adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa, - kira-kira dua
per tiga dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria
dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya setengah dari cairan tubuh bayi adalah cairan
intraselular.

3
b. Cairan Ekstraseluler
CES adalah cairan di luar sel. Ukuran relatif dari CES menurun dengan
peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kira setengah cairan tubuh
terkandung di dalam CES. Setelah usia satu tahun, volume relatif dari CES
menurun sampai kira-kira sepertiga dari volume total. Ini hampir seban-ding
dengan 15 L dalam rata-rata pria dewasa (70 kg). Lebih juah CES dibagi
menjadi:
A. Cairan interstisial (CIT): Cairan di sekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L
pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial.
Realatif terhadap ukuran tubuh, volume CIT kira-kira
sebesar dua kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang dewasa.
B. Cairan intravaskuler (CIV): Cairan yang terkandung di dalam pembuluh
darah. Volume relatif dari CIV sama pada orang dewasa dan anak-anak.
Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L, 3 L dari jumlah
tersebut adalah plasma. Sisanya 2-3 L terdiri dari sel darah merah (SDM,
atau eritrosit) yang mentraspor oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh
yang penting; sel darah putih (SDP, atau leukosit); dan trombosit. Fungsi
darah mencaku
• Pengiriman nutrien (mis., glukosa dan oksigen) ke jaringan
• Transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru
• Pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi
Sirulasi panas tubuh

Perbedaan
C. Cairan transelular (CTS): Carran yang terkandung di dalam rongga khusus
dari tubuh. Contoh CTS meliputi cairan serebrospi-nal, perikardial, pleural,
sinovial, dan cairan intraokular, dan sekresi lambung. Pada waktu tertentu
CTS mendekai jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan dapat saja
bergerak ke dalam dan ke luar ruang transelular setiap harinya. Sebagai
contoh, saluran gastrointestinal (GI) secara normal mensekresi dan
mereabsorpsi sampai 6-8 L per hari.( Horne, Mima M . 2001)

4
1.3 Perbedaan Larutan dan Cairan

 Larutan itu campuran homogen dari dua zat atau lebih serta sama ukuran
partikelnya, tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut dengan
zat terlarut partikel-partikel penyusunnya berukuran sama. Dalam larutan fase
cair pelarutnya (solvent) adalah cairan dan zat terlarut di dalamnya disebut zat
terlarut(solute) bisa berwujud cair, padat, atau gas.
 Sedangkan cairan, adalah campuran yang heterogen yaitu antara pelarut dan
zat terlarutnya masih dapat dibedakan. Partikel-partikel pembentuknya solute
maupun solventnya masih menunjukkan sifat dari masing-masing partikel
Tersebut(Washington University Chemistry,2018)

1.4 Manfaat
 Fungsi cairan dalam tubuh manusia, antara lain sebagai alat transportasi
nutrien, elektrolit, dan sisa metabolisme
1. Difusi: Gerakan acak dari partikel pada semua arah melalui larutan atau
gas. Partikel bergerak dari area dengan konsentrasi tinggi ke area dengan
konsentrasi rendah sepanjang gradien konsentrasi.
Energi untuk difusi dihasilkan oleh energi panas. Contoh difusi adalah
gerakan oksigen dari alveoli paru ke darah dari kapiler pul-moner. Difusi
juga dapat terjadi karena perubahan potensial listrik yang melewati
membran. Kation akan mengikuti anion dan sebalik-nya. Lihat Tabel 1-3
untuk daftar faktor-faktor yang meningkatkan difusi (faktor berlawanan akan
bertindak mengurangi difusi)
Dinding sel terbentuk atas lapisan lemak dengan banyak pori-pori protein
yang halus. Subtansi dapat berdifusi melewati dinding sel dengan mengikuti
syarat:
• Bila partikel tersebut cukup kecil untuk melewati pori-pori pro-tein (mis.,
air dan urea): Ini disebut difusi sederhana
• Bila partikel tersebut adalah larut dalam lemak (mis., oksigen dan karbon
dioksida): Ini adalah contoh lain dari difusi sederhana.
• Melalui substansi pembawa: Ini disebut difusi yang dipermudah.
Partikel besar taklarut-lemak seperi glukosa harus berdifusi ke dalam sel
melalui subtansi pembawa. Glukosa, sebagai contoh, berikatan dengan
pembawa di luar sel untuk menjadi larut dalam lipid. Bila memasuki sel,
glukosa memisahkan diri dari pembawa dan pembawa kemudian bebas
untuk mempermudah difusi dari glukosa tambahan.
 Faktor-Faktor yang berlawanan akan bertindak menurunkan difusi:*
• Peningkatan suhu
• Peningkatan konsentrasi partikel
• Penurunan ukuran atau berat molekul dari partikel
• Peningkatan area permukaan yang tersedia untuk difusi

5
• Penurunan jarak lintas di mana massa partikel harus berdifusi

gradien konsentrasi yang membantu difusi. Kecepatan difusi yang


dipermudah, tergantung pada ketersediaan substansi pembawa. Bila
terdapat gradien konsentrasi yang besar (mis., perbedaan antara area
dengan konsentrasi tinggi dan konsentrasi rendah adalah besar), pembawa
dapat menjadi jenuh (terpakai) dan difusi akan menurun meskipun adanya
gradien konsentrasi yang dibutuhkan. Glukosa akan bergerak ke dalam sel,
sebagai contoh, hanya bila terdapat gradien konsentrasi yang dibutuhkan
dan ter-sedianya substansi pembawa.
2. Transpot aktif: Difusi sederhana tidak akan terjadi pada takadanya listrik
atau gradien konsentrasi yang dibutuhkan. Energi diperlukan agar substansi
dapat pindah dari area berkonsentrasi lebih rendah atau sama ke area
dengan konsentrasi sama atau lebih besar. Ini di-sebut transpot aktif, dari
subtansi pembawa. Banyak zat terlarut penting ditranspot secara aktif
melewati membran sel, meliputi natrium, kalium, hidrogen, glukosa, dan
asam amino. Tubulus gin-jal, sebagai contoh, tergantung pada transpot aktif
untuk reabsorpsi semua glukosa yang difilter oleh glomerulus untuk
memungkinkan ekskresi urine yang bebas glukosa. Seperti pada difusi yang
difasi-litasi, pembawa dapat menjadi berlebihan atau jenuh. Pada kasus
glukosa di dalam tubulus ginjal, saturasi terjadi bila gula darah melebihi
kira-kira 180-200 mg/di. Transpot aktif adalah vital untuk mempertahankan
keunikan komposisi baik CES dan CIS.
3. Filtrasi: Gerakan air dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostatik
tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah.
Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dibuat oleh berat cairan.
Filtrasi penting dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung kapiler. Ini juga
merupakan kekuatan yang memungkinkan ginjal untuk memfilter 180 L
plasma per hari.
4. Osmosis: Gerakan air melewati membran semipermeabel dari area dengan
konsentrasi zat terlarut rendah ke area dengan konsentrasi zat terlarut lebih
tinggi. Osmosis dapat terjadi melewati semua membran bila konsentrai zat
terlarut pada kedua berubah. Istilah berikut dihubungkan dengan osmosis:
• Tekanan osmotik: Jumlah tekanan hidrostatik diperlukan untuk
menghentikan aliran osmotik air.
• Tekanan onkotik: Tekanan osmotik dihasilkan oleh koloid
(protein). Albumin, misalnya saja, menghasilkan tekanan onkotik dalam
pembuluh darah dan membantu menahan kandungan air dalam ruang
intravaskular.
• Diuresis osmotik: Peningkatan haluaran urine disebabkan oleh subtansi
seperti manitol, glukosa, atau media kontras yang di-keluarkan dalam urine
dan mengurangi reabsorpsi air ginjal.
Diuresis osmotik terjadi pada diabetes melitus takterkontrol, sebagai contoh,
karena adanya kelebihan glukosa dalam tubulus ginjal. Bila glukosa darah
dalam batas normal, semua glukosa yang difilter oleh ginjal direabsorpsi
(disimpan) melalui transpot aktif. Pada hiperglikemia (gula darah > 180-200
mg/dl), kemam-puan ginjal untuk reabsorpsi glukosa berlebihan (mis.,
subtansi pembawa menjadi jenuh). Glukosa yang takdireabsorpsi tetap

6
berada dalam tubulus dan bekerja secara osmotik untuk menahan air yang jika
tidak ditahan akan direabsorpsi. Hasil akhirnya adalah glukosuria dan
poliuria.
2. sebagai komponen pembentuk sel, plasma, darah, dan komponen tubuh
lainnya;
3. media pengatur suhu tubuh dan lingkungan seluler.
(Anas tamsuri2009)
1.5 Faktor yang Mempengaruhi Larutan dan Cairan
a. Konsentrasi zat terlarut
b. Suhu sistem
c. Tekanan (untuk gas dalam larutan)
d. Polaritas zat terlarut dan pelarut
(Anas tamsuri2009)

LI.2 Memahami dan Menjelaskan Homeostatis Cairan Tubuh

2.1 Definisi
Kata homeostasis berasal dari kata Yunani 'homoios' yang berarti 'sama', dan
'stasis' yang berarti 'tetap' atau 'berdiri diam'. Homeostasis (homeo, tidak
berubah + stasis, berdiri)
Proses pengaturan diri dimana sistem biologis menjaga stabilitas sambil
menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi eksternal" (Billman, 2020).
upaya tubuh untuk mempertahankan lingkungan internal yang konstan dan
seimbang, yang membutuhkan pemantauan dan penyesuaian terus-menerus
saat kondisi berubah.(Hetty 2023)

2.2 Input dan Output Cairan Tubuh

-Intake cairan yaitu jumlah atau volume kebutuhan tubuh manusia akan cairan
per hari.Selama aktivitas dan temperatur yang sedang seorang dewasa minum
kira-kira 1500 ml per hari, sedangkan kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml
per hari sehingga kekurangan sekitar 1000 ml per hari diperoleh dari makanan,
dan oksidasi selama proses metabolisme.

Kebutuhan intake cairan berdasarkan umur dan berat badan

No Umur BB (Kg) Kebutuhan Cairan

1 3 hari 3 250-300

2 1 tahun 9,5 1150-1300

7
3 2 tahun 11,8 1350-1500

4 6 tahun 20 1800-2000

5 10 tahun 28,7 2000-2500

6 14 tahun 45 2200-2700

7 18 tahun 54 2200-2700

Pengaturan utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus.Pusat haus


dikendalikan berada di otak sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi
dehidrasi intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan
tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan volume darah.Perasaan
kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walaupun kadang
terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah minum sebelum
proses absorbsi oleh gastrointestinal.

-Output Cairan
Output cairan yaitu jumlah atau volume kehilangan cairan pada tubuh manusia per
hari. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a. Urine

Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekskresi melalui traktus urinarius
merupakan proses output cairantubuh yang utama. Dalam kondisi normal output
urine sekitar 1400-1500 ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang
dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi dalam
setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat maka produksi urine
akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.

b. IWL (Insesible Water Loss)

IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit.Melalui kulit dengan mekanisme diffusi.
Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah
berkisar 300-400 ml per hari, tetapi bila proses respirasi atau suhu tubuh
meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui
sumsum tulang belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feses

8
Pengeluaran air melalui feses berkisar antara 100-200 ml per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).
Hal – hal yang perlu di perhatikan:
Rata-rata cairan per hari
1. Air minum : 1500-2500 ml

2. Air dari makanan :750 ml


3. Air dari hasil oksidasi atau metabolisme :200 ml
Rata- rata haluaran cairan per hari
1) Urin : 1400 -1500 ml
2) IWL a) Paru : 350 -400 ml
b) Kulit : 350 – 400 ml
3) Keringat : 100 ml

4). Feses : 100 -200 ml


5). dewasa : 15 cc/kg BB/hari
6). anak : (30-usia{tahun}cc/kgBB/hari
(Almatsier, sunita. 2003)

2.3 Mekanisme Cairan Tubuh


Peraturan Perolehan Air Tubuh
 Volume air metabolik yang terbentuk dalam tubuh bergantung sepenuhnya
pada tingkat respirasi sel aerobik, yang mencerminkan kebutuhan ATP
dalam sel-sel tubuh. Ketika lebih banyak ATP diproduksi, lebih banyak air
yang terbentuk. Perolehan air dalam tubuh diatur terutama oleh volume
asupan air, atauberapa banyak cairan yang Anda minum. Sebuah area di
hipotalamus yangdikenal sebagai pusat rasa haus mengatur keinginan
untuk minum.Ketika kehilangan air lebih besar daripada perolehan air,
dehidrasi penurunan volume dan peningkatan osmolaritas cairan tubuh
merangsang rasa haus .
 Ketika massa tubuh berkurang 2% karena kehilangan cairan, terjadi
dehidrasi ringan. Penurunan volume darah menyebabkan tekanan darah
turun. Perubahan ini merangsang ginjal untuk melepaskan renin, yang
mendorong pembentukan angiotensin II. Peningkatan impuls saraf dari
osmoreseptor di hipotalamus yang dipicu oleh peningkatan osmolaritas
darah, dan peningkatanangiotensin II dalam darah keduanya merangsang
pusat rasa hausdi hipotalamus.
 Sinyal lain yang merangsang rasa haus berasal dari
(1) neuron di mulut yang mendeteksi kekeringan akibat berkurangnyaaliran air

9
liur dan

(2) baroreseptor yang mendeteksi penurunan tekanan darah di jantung dan


pembuluh darah. Akibatnya, rasa haus meningkat, yang biasanya menyebabkan
peningkatan asupan cairan (jika tersedia cairan) dan pemulihan volume cairan
normal. Secara keseluruhan,perolehan cairan menyeimbangkan kehilangan cairan.
Namun terkadang,sensasi haus tidak muncul dengan cepat atau akses terhadap
cairan menjadi terbatas, sehingga terjadilah dehidrasi yang parah. Hal ini paling
sering terjadi pada orang lanjut usia, pada bayi, dan pada mereka yangberada
dalam kondisi mental bingung. Bila terjadi keringat berlebih atau kehilangan
cairan akibat diare atau muntah, sebaiknya mulai mengganti cairan tubuh dengan
meminum cairan bahkan sebelum rasa haus muncul.
- Peraturan Kehilangan Air dan Zat Terlarut
Meskipun kehilangan air dan zat terlarut melalui keringat dan pernafasan
meningkat
selama berolahraga, eliminasi kelebihan air atau zat terlarut dalam tubuh terjadi
terutama dengan mengontrol kehilangannya melalui urin. Banyaknya kehilangan
garam urin (NaCl) merupakan faktor utama yang menyebabkan hal tersebut

10
Peraturan Kehilangan Air dan Zat Terlarut
Meskipun kehilangan air dan zat terlarut melalui keringat dan pernafasan
meningkatselama berolahraga, eliminasi kelebihan air atau zat terlarut dalam
tubuh terjadi terutama dengan mengontrol kehilangannya melalui urin. Banyaknya
kehilangan garam urin (NaCl) merupakan faktor utama yang menyebabkan hal
tersebut peningkatan asupan NaCl menghasilkan peningkatan kadar Na dan Cl
plasma (kontributor utama osmolaritas cairan ekstraseluler).Akibatnya osmolaritas
cairan interstisial meningkat, yang menyebabkan perpindahan air dari cairan
intraseluler ke cairan interstisial dan kemudian ke plasma. Pergerakan air seperti
itu meningkatkan volume darah.
Tiga hormon terpenting yang mengatur tingkat reabsorpsi Na dan Cl di ginjal (dan
berapa banyak yang hilang melalui urin) adalah angiotensin II (an'-jē-ō-TEN-sin),
aldosteron (al-DOS-ter- ōn), danpeptida natriuretik atrium (ANP) (nā'-tre- ū-RET-
ik). Ketika tubuhAnda dehidrasi, angiotensin II dan aldosteron meningkatkan
reabsorpsi Na dan Cl dalam urin (dan air melalui osmosis dengan
elektrolit),menghemat volume cairan tubuh dengan mengurangi kehilangan urin.
Peningkatan volume darah, seperti yang mungkin terjadi setelah Anda
menghabiskan satu atau lebih minuman berukuran besar,meregangkan atrium
jantung dan mendorong pelepasan peptide natriuretik atrium. ANP meningkatkan
natriuresis, peningkatan ekskresi Na+ (dan Cl¯) urin diikuti dengan ekskresi air,
yang menurunkan volume darah. Peningkatan volume darah juga memperlambat
pelepasan renin dari sel juxtaglomerular ginjal. Ketika tingkat renin menurun,
lebih sedikit angiotensin II yang terbentuk. Penurunan angiotensin II dari

11
tingkat sedang ke tingkat rendah meningkatkan laju filtrasi glomerulusdan
mengurangi reabsorpsi Na+, Cl-, dan air di tubulus ginjal. Selain itu,
berkurangnya angiotensin II menyebabkan penurunan kadar aldosteron, yang
menyebabkan reabsorpsi Na+ dan Cl yang disaring melambat di saluran
pengumpul ginjal. Na+ dan Cl yang lebih tersaring tetap berada dalam cairan
tubulus untuk dikeluarkan melalui urin. Konsekuensi osmotik dari pengeluaran
lebih banyak Na dan Cl adalah hilangnya lebih banyak air melalui urin, sehingga
menurunkan volume darah dan tekanan darah.
Hormon utama yang mengatur kehilangan air adalah hormon antidiuretik (ADH)
(an'-të-dī-ū-RET-ik). Hormon ini, juga
dikenal sebagai vasopresin (vā-sō-PRES-in), diproduksi oleh sel neurosekretori
yang membentang dari hipotalamus ke hipofisis posterior. Selain merangsang
mekanisme rasa haus, peningkatan osmolaritas cairan tubuh juga merangsang
pelepasan ADH ADH mendorong masuknya protein saluran air (aquaporin-2) ke
dalam membran apikal sel utama di saluran pengumpul ginjal. Akibatnya,
permeabilitas sel-sel tersebut terhadap air meningkat. Molekul air berpindah
secara osmosis dari cairan tubulus ginjal ke dalam sel dan kemudian dari sel ke
dalam aliran darah. Hasilnya adalah produksi sejumlah kecil urin yang sangat
pekat Asupan air sebagai respons terhadap mekanisme rasa haus menurunkan
osmolaritas darah dan cairan interstisial. Dalam beberapa menit, sekresi ADH
terhenti, dan tak lama kemudian kadar ADH dalam darah mendekati nol. Ketika
sel utama tidak distimulasi oleh ADH, molekul aquaporin-2 dikeluarkan dari
membran apikal melalui endositosis. Ketika jumlah saluran air berkurang,
permeabilitas air pada membran apikal sel utama
menurun, dan lebih banyak air yang hilang melalui urin.

12
osmolaritas paling sering disebabkan oleh perubahan konsentrasi
Na+.
Penurunan osmolaritas cairan interstisial, seperti yang mungkin terjadi
setelah minum air dalam jumlah besar, menghambat sekresi ADH. Biasanya,
ginjal kemudian mengeluarkan urin encer dalam jumlah besar, yang
mengembalikan tekanan osmotik cairan tubuh ke normal. Akibatnya, sel-sel tubuh
hanya membengkak sedikit dan hanya dalam waktu singkat. Namun bila
seseorang terus-menerus mengonsumsi air lebih cepat daripada kemampuan
ginjal untuk mengeluarkannya (kecepatan aliran urin maksimum adalah sekitar
15 mL/menit) atau ketika fungsi ginjal buruk, akibatnya mungkin adalah
keracunan air, suatu keadaan di mana air dalam tubuh berlebihan.
menyebabkan sel membengkak secara berbahaya (Gambar 27.5). Jika cairan
tubuh dan Na yang hilang saat kehilangan darah atau keringat berlebih,
muntah, atau diare digantikan dengan minum air putih, maka cairan tubuh
menjadi lebih encer. Pengenceran ini dapat menyebabkan konsentrasi Na
dalam plasma dan cairan interstisial turun di bawah kisaran normal. Ketika
konsentrasi Na dalam cairan interstisial menurun, osmolaritasnya juga
menurun. Hasil akhirnya adalah osmosis air dari cairan interstisial ke dalam
sitosol. Air yang masuk ke dalam sel menyebabkan sel membengkak,
menyebabkan kejang, koma, dan kemungkinan kematian. Untuk mencegah
rangkaian kejadian yang mengerikan ini dalam kasus kehilangan elektrolit
dan air yang parah, larutan yang diberikan untuk terapi rehidrasi intravena
atau oral (ORT) mencakup sedikit garam meja (NaCl).
Gambar 27.5 Rangkaian kejadian keracunan air.
Keracunan air adalah suatu keadaan di mana air dalam tubuh berlebihan
menyebabkan sel membengkak.
Kehilangan darah berlebihan,
berkeringat, muntah, atau diare ditambah
dengan asupan air putih

Penurunan konsentrasi Na cairan
interstisial dan plasma
(hiponatremia)

Penurunan osmolaritas
cairan interstisial dan plasma

13
Osmosis air dari cairan interstisial
ke cairan intraseluler

Keracunan air (sel membengkak)
Kejang, koma, dan
kemungkinan kematian

2.4 Gangguan Keseimbangan Cairan Tubuh

14
2.5 Peranan Mineral (Natrium,Kalium dan Klorida) dalam cairan tubuh

2.5.1 Natrium
- Natrium memainkan peranan penting dalam mempertahankan
konsentrasi dan volume cairan ekstraselular ( CES ) . Ini adalah kation
utama dari CES dan determinan utama dari osmolalitas CES
Natrium adalah determinan primer dari osmolalitas CES. Karena ini
terbatas ter-utama terhadap CES, natrium berkerja untuk menahan air
dalam kompartemen tersebut.
Ion natrium (Na) adalah ion yang paling melimpah dalam cairan
ekstraseluler, terhitung 90% dari kation ekstraseluler. Konsentrasi Nat
plasma darah normal adalah 136-148 mEg/liter. Seperti yang telah kita
lihat, Na" memainkan peran penting dalam keseimbangan cairan dan
elektrolit karena menyumbang hampir setengah dari osmolaritas cairan
ekstraseluler (142 dari sekitar 300 mOsm/liter). Aliran Nat melalui
saluran tegangan-gated di membran plasma juga diperlukan untuk
generasi dan konduksi potensial aksi di neuron dan serat otot. Asupan
harian khas Nat di Amerika Utara seringkali jauh melebihi kebutuhan
harian normal tubuh, sebagian besar karena kelebihan garam makanan.
Ginjal mengeluarkan Nat berlebih, tetapi mereka juga dapat
melestarikannya selama periode
Kekurangan.:
Tingkat Nat dalam darah dikendalikan oleh aldosteron, hormon anti-
diuretik (ADH), dan peptida natriuretik atrium (ANP).
Aldosteron meningkatkan reabsorpsi ginjal NAT
Konsentrasi plasma Na turun di bawah 135 mEq/liter, suatu kondisi yang
disebut hiponatremia. Pelepasan ADH berhenti. Kurangnya ADH pada
gilirannya memungkinkan ekskresi air yang lebih besar dalam urin dan
pemulihan tingkat Na* normal dalam ECF. Peptida natriuretik atrium
meningkatkan ekskresi Nat oleh ginjal ketika tingkat Nat berada di atas
nor-mal, suatu kondisi yang disebut hipernatremia. (susan Mulroney 2009)
Transportasi Aktif Primer
Transpor aktif primer (19) melibatkan pengeluaran energi langsung dalam
bentuk adenosin trifosfat (ATP) untuk
mengangkut ion masuk atau keluar sel (Gbr. 2.3). Meskipun unsur-
unsur yang digambarkan pada Gambar 2.3 penting dalam banyak sel,
unsur yang paling banyak ditemukan adalah pompa Nat (Na+/K+
ATPase). Pompa Nat menggunakan ATP
untuk mengeluarkan Nat dari sel dan K+ ke dalam sel, yang
membentuk lingkungan ion penting intraseluler dan ekstraseluler
(Gbr. 2.4). Karena tiga molekul Na* diangkut keluar sel dan ditukar
dengan dua molekul K+ yang diangkut ke dalam sel,

15
hal ini membantu membentuk gradien listrik (sedikit negatif di dalam sel),
selain efek difusi ion. karena gradien konsentrasi |
(dibahas dalam Bab 3). Kemampuan pompa Na untuk *
mempertahankan lingkungan Na' dan K sel internal dan | eksternal sangat
penting untuk fungsi sel. Jika pompa Nat diblokir (misalnya, oleh obat
ouabain), Na+ dan K+ intraseluler dan ekstraseluler akan seimbang,
sehingga mempengaruhi transportasi membran dan potensial listrik

Transportasi Aktif Sekunder.


Banyak zat diangkut masuk atau keluar sel melalui transpor aktif sekunder
(2° AT, juga dikenal sebagai kotransportasi) | dengan Nat. Gradien
konsentrasi Nat dipertahankan oleh pompa.
Na+/K+ aktif, yang menghasilkan difusi Na* ke dalam sel menuruni
gradien konsentrasinya melalui simporter atau antiporter tertentu (seperti
dijelaskan sebelumnya), sehingga memungkinkan
transpor simultan molekul lain ke dalam atau ke luar

16
(SUSAN MULRONEY ADAM MYERS, 2009)
2.5.2 Kalium

Ion kalium (K+) merupakan kation paling melimpah dalam cairan


intrasel (140 mEq/liter). K memainkan peran kunci dalam
pembentukan potensial membran istirahat + dan dalam fase repolarisasi
potensial aksi di neuron dan serat otot; K+ juga membantu
menjaga volume cairan intraseluler normal. Ketika K+ masuk atau keluar
sel, sering kali ia ditukar dengan H dan dengan demikian membantu mengatur
pH cairan tubuh Konsentrasi K plasma darah normal adalah 3,5-5,0 mEq/liter dan
dikendalikan terutama oleh aldosteron. Ketika konsentrasi K+ plasma darah
tinggi,lebih banyak aldosteron yang disekresi ke dalam darah. Aldosteron
kemudian merangsang sel-sel utama saluran pengumpul ginjal untuk
mensekresi lebih banyak K+ sehingga kelebihan K+ hilang melalui
urin. Sebaliknya, ketika konsentrasi K+ plasma darah rendah, sekresi
aldosteron menurun dan lebih sedikit K+ yang diekskresikan melalui
urin. Karena K+ dibutuhkan selama fase repolarisasi potensial aksi,
kadar K+ yang abnormal dapat berakibat fatal. Misalnya, hiperkalemia
(konsentrasi K+ dalam darah di atas normal) dapat menyebabkan kematian
/*akibat fibrilasi ventrikel.

2.5.3 Klorida
Ion klorida (Cl) adalah anion yang paling umum dalam cairan
ekstraseluler. Konsentrasi CI plasma darah normal adalah 95-105 mEq/
liter. Cl bergerak relatif mudah antara kompartemen ekstraseluler dan
intraseluler karena sebagian besar membran plasma mengandung banyak
saluran kebocoran Cl dan antiporter. Untuk rea-son ini, CI dapat
membantu menyeimbangkan tingkat anion di kompartemen cairan yang

17
berbeda. Salah satu contohnya adalah pergeseran klorida yang terjadi
antara sel darah merah dan plasma darah karena kadar karbon dioksida
dalam darah meningkat atau menurun (lihat Gambar 23.23). Dalam hal
ini, pertukaran antiporter CIT untuk HCO, menjaga keseimbangan anion
yang benar antara ECF dan ICF. Ion klorida juga merupakan bagian dari
asam klorida yang disekresikan ke dalam jus lambung.
ADH membantu mengatur keseimbangan CIT dalam cairan tubuh karena
mengatur tingkat kehilangan air dalam urin. Proses yang meningkatkan
atau menurunkan reabsorpsi ginjal ion natrium juga mempengaruhi
reabsorpsi ion klorida. (Ingat bahwa reabsorpsi Nat dan Cl terjadi melalui
simporter Nat-CI.)(susan Mulroney 2009)
2.5.4 Bikarbonat
Ion bikarbonat (HCO3) adalah ekstra-paling umum kedua.
anion seluler. Konsentrasi HCO3 plasma darah normal adalah
22-26 mEq/liter pada darah arteri sistemik dan 23-27 mEq/liter pada
darah vena sistemik. Konsentrasi HCO3 meningkat seiring darah
mengalir melalui kapiler sistemik karena karbon dioksida kembali
disewa oleh sel-sel yang aktif secara metabolik bergabung dengan air
untuk membentuk
asam karbonat; asam karbonat kemudian berdisosiasi menjadi H+ dan
HCO3. Namun, ketika darah mengalir melalui kapiler paru,
konsentrasi HCO3 menurun lagi seiring dengan berkurangnya karbon
dioksida
dihembuskan. (Gambar 23.23 menunjukkan reaksi ini.) Cairan intraseluler
juga mengandung sejumlah kecil HCO3. Seperti disebutkan sebelumnya,
pertukaran Cl dengan HCO3- membantu menjaga keseimbangan yang
benar
anion dalam cairan ekstraseluler dan cairan intraseluler.
Ginjal merupakan pengatur utama konsentrasi HCO3 darah. Sel
selingan tubulus ginjal dapat membentuk HCO3 dan melepaskannya
ke dalam darah ketika kadarnya dalam darah rendah (lihat
Gambar 27.8) atau mengeluarkan kelebihan HCO3 melalui urin ketika
kadarnya dalam darah terlalu tinggi. Perubahan kadar HCO3 dalam
darah dibahas nanti dalam bab ini di bagian keseimbangan asam-basa.

LI.5 Memahami dan Menjelaskan Etika Minum dalam Islam

A. Pertama, Membaca Basmalah sebelum makan


Membaca Basmalah sebelum makan
Ini pada dasarya adalah kebiasaan yang sangat sederhana, tetapi beberapa
Muslim sering mengabaikannya. Namun pada dasarya hal ini lebih ringan
dibandingkan mengangkat sesuap nasi kedalam mulut serta tidak lebih

18
berat dari menahan rasa lapar. Imam Ahmad berkata, Jika empat hal
datang bersama-sama dalam satu kali makan makanan tersebut menjadi
makanan sempruna jika didlamnya terdapat empat hal ini. yakni orang
yang menyebutkan nama Allah di awal makan dan memuji nama Allah di
akhir makan dan orang lain yang juga makan dari sumber yang Halal.
Maka jika seseorang mengingat bahwa ketika diawal makan ia tidak
membaca "Bismillah", maka ia harus membaca doa yang dianjurkan, Hal
ini ditegaskan oleh sabda rasulullah yakni "Apabila salah seorang kalian
makan suatu makanan, maka hendakiah dia mengcapkan Bismillah
(dengan nama Allah), dan bila dia lupa di awalnya hendaklah dia
mengucapkan "Bismillah fi awwalihi wa akhirihi" (dengan nama Allah di
awal dan di ahkirnya)( Shahih Sunan al-Tirmidzi 2/167 nO. 1513)
B. Kedua, Makan dan minum dengan menggunakan tangan kanan.
Rasulullah Saw dketika makan beliau menggunakan tangan kanannya
untuk memasukkan makanan tersebut lalu beliau mengunyah nya sejenak,
lalu beliau mengambil sejumput garam menggunakan jarinya lalu
menghisap jarinya kemudiabeliau baru mengunyah makan tersebut secara
keseluruhan. Dari apa yang telah dicontohkan rasul maka makan dan
minum sangat dianjurkan memakai tangan kanan, dan tidak dianjurkan
memakai tangan kiri. Hal ini didasarkan karena makan dengan tangan kiri
merupakan bentuk tasyabuh Meneladani) perilaku setan dan orang
kafir.Namun hal ini diperbolehkan jika ada suatu keadaan yang dapat dito
sansi misalnya karena suatu penyakit sehingga mengakibatkan orang itu
tidak dapat makan menggunakan tangan kanan atau hal yang lain, maka
diperbolehkan makan dengan menggunakan tangan kiri. Sebagaimana
sabda Rasulullah yang Artinya: "Apabila salah seorang dari kalian makan,
maka hendaklah makan dengan tangan kanan dan apabila dia minum,
minumlah dengan tangan kanan. Karena setan apabila dia makan, makan
dengan tangan kiri dan apabila minum, minum dengan tangan kiri
C. Ketiga, Larangan Makan dan minum sambil berdiri
Dalam prakttiknya, rasulullah saw lebih banyak mencontohkan makan dan
minum dengan keadaan duduk, bahkan para sahabat banyak mengatakan
bahwa rasul selalu makan dan minum denagn cara duduk.
Dalam hal ini, posisi duduk yang disarankan adalah:
1. Duduklah dengan postur yang benar dan jangan bersandar ke belakang
karena lebih baik perut membiarkan makanan turun
dengan sempura. Dan
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melarang kita makan dalam
keadaan menyandar, Beliau bersabda: "Sesungguhnya aku tidak makan
sambil beersandar."
2. Hadits ini menjelaskan larangan makan sambil tengkurap atau
tengkurap.
Larangan in mengandung hikmah, antara lain: dapat mengganggu
masuknya makanan
ke dalam lambung, tidak mengganggu rongga dada dan
menyebabkan distensi lambung
3. Duduk dengan kaki ditekuk. Posisi duduk ini agak ketat di perut.
Tujuannya agar kita bisa berhenti makan sebelum perut kenyang, karena

19
posisi ini secara tidak langsung membuat kita merasa kenyang sebelum
perut kenyang. Selain itu, perut yang penuh akibat makanan akan
berdampak membuat kita kehilangan energi saat beraktivitas.

D. Keempat, Anjuran makan menggunakan 3 jari dan anjuran memneuci tangan


sebelum makan.

Sabda rasulullah yang dipakai sebagai acuan dalam larangan ini ialah Dari ibnu

Ka'ab bin Malik dari ayahnya bahwasanya Nabi saw. makan dengan tiga jari dan
tidak mengusap tangannya sebelum menjilatnya. Dalam hadits ini, penekanannya
tetntang porsi dari makan dengan tiga jari yang relatif lebih sedikit dibanding
dengan menggunakan lima jari. Shingga dalam mengunyakh bisa lebih sempurna.
Dan bisa mengurangi beban perut saat mengolah makanan di dalam perut.

(Muslim, Kitab al-Syarabah, hadis no. 3789, 3790, 3791.)

E.Kelima, Tidak diperbolehkan bernafas didalam wadah saat minum dan


dianjurkan bernafas diluar wadah

Berikut ini adalah sabda rasulullah yang berkaitan dengan larangan ini yang
berbunyi Dari Abdullah bin Abi Qatadah dari ayahnya berkata, Rasulullah saw.
bersabda: "Apabila seseorang di antara kamu minum maka janganlah dia bernafas
didalam wadah, dan apbila dia mendatangi kakus (istinja di tempat buang air)
maka janganlah ia menyentuh kemaluannya dengan tangan kanan dan
mengusapnya dengan tangan kanan.
F. Keenam, Larangan makan sampai sangat kekenyangan

Sesuai dengan hadits nabi yang Artinya: Dari Miqdam bin Ma' diy Karb berkata
aku mendengar Rasulullah saw. bersabda" Tidaklah seseorang mengisi perutnya
shingga bagaikan bejana (mengisi) kejahatan (penyakit) dengan menadahkan

beberapa suap yang dapat meluruskan tulang sulbinya. Jika ia tidak berbuat
demikian, maka sepertiganya untuk makanannya, sepertiganya untuk
minumannya, dan sepertiganya untuk bernafas(Nazahah Ulin Nuha,2023)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia : Jakarta

Horne, Mima M . 2001 . Keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa . Jakarta :
EGC

Guyton, Arthur C . 1987 . Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit . Jakarta :


EGC

20
Gerard J. Tortora, 2012 :Principles of ANATOMY & PHYSIOLOGY Bergen
Community College,Bryan Derrickson,Valencia Community College 13th
Edition,John Wiley & Sons, Inc

Anas Tamsuri 2004 Klien Gangguan Keseimbangan Cairan & Elektrolit Penerbit
buku kedokteran EGC
Neuroendocrine Regulation of Body Water and Electrolytes Edward M. Stricker,
Joseph G. Verbalis, inHandbook of Neuroendocrinology, 2012
Solutions". Washington University Chemistry Department. Washington
University. Retrieved 13 April 2018.

SUSAN MULRONEY ADAM MYERS, 2009. NETTER'S ESSENTIAL


PHYSIOLOGY SUSAN

Heltty .2023 Homeostasis Penerbit NEM

Nazahah Ulin Nuha,2023: IMPLEMENTASI HADITS NABAWI TERHADAP


ETIKA MAKAN DAN MINUM

21

Anda mungkin juga menyukai