Anda di halaman 1dari 31

SKENARIO

Seorang mahasiswa 19 tahun dibawa ke IGD RS YARSI karena pingsan saat


mengikuti orientasi pengenalan kampus. Pada pemeriksaan fisik : tampak lemas,
bibir dan lidah kering. Sebelum dibawa ke rumah sakit, temannya telah
memberikan larutan pengganti cairan tubuh. Di RS, penderita segera diberikan
infus cairan elektrolit. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukan : kadar
Natrium : 130 mEq/l (Normal = 135-147), Kalium : 3,2 mEq/l (N = 3.5-5.5) dan
Klorida : 95 mEq/l (N = 100-106). Setelah kondisi membaik pasien diperbolehkan
pulang dan dianjurkan untuk minum sesuai dengan etika islam.

KATA SULIT
Elektrolit:

Substansi yang berdisosiasi menjadi ion + dan pada saat


mengalami fusi atau jika berada pada larutan. Dengan demikian
dapat menghantarkan listrik.

Cairan tubuh: Air dalam tubuh dan zat-zat yang terlarut dalam tubuh yang terbagi
menjadi dua kelompok besar yaitu intraseluler dan ekstraseluler.
Larutan:

Campuran homogen yang susah dibedakan antara solute dan


solvent.

Infus:

Larutan pengganti cairan tubuh. Memasukan obat (cairan) tanpa


tekanan istimewa melaui pembuluh darah atau rongga badan.

BRAINSTORMING
1. Apakah fungsi infus cairan elektrolit?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan?
3. Apa penyebab seseorang kekurangan cairan?
4. Apa saja dampak seseorang kekurangan cairan?
5. Bagaimana minum dengan cara etika islam?
6. Apa perbedaan antara larutan dan cairan?
7. Apa saja jenis-jenis larutan?
8. Bagaimana mekanisme pengaturan cairan tubuh?
9. Apa saja faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit?
10. Apa gejala orang kekurangan cairan?
11. Apa tindakan pertama terhadap orang yang kekurangan cairan?
JAWABAN SEMENTARA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Untuk keseimbangan cairan intrasel dan ekstrasel


Suhu, sifat solut dan solvent, tekanan dan pengaruh ion sejenis
Ketidakseimbangan cairan yang masuk dan yang keluar
Daya tahan tubuh menurun
Dengan tangan kanan, membaca doa, tidak boleh berdiri, dll
Cairan adalah bentuk zat, larutan adalah campura zat
Elektrolit dan non-elektrolit
Dengan pergerakan cairan antar kompartemen dengan tekanan osmotik,
onkotik dan hidrostatik
9. Usia, kelamin, berat badan dan aktivitas
10. Pusing, pucet, suhu tubuh meningkat, pandangan gelap, kulit kering, dll
11. Diberi larutan pengganti cairan tubuh dengan di infus.

HIPOTESA

Kekurangan cairan atau dehidrasi disebabkan karena ketidakseimbangan cairan


yang masuk dan keluar dan ketidakseimbangan pergerakan cairan antar
kompartemen. Sehingga, menyebabkan terganggunya mekanisma cairan dalam
tubuh yang menyebabkan fungsi sel terganggu. Akhirnya, menyebabkan pingsan,
bibir kering dll. Pertolongan pertama pada dehidrasi adalah dengan memberi
minuman yang mengandung ion yang dapat menggantikan cairan dan elektrolit
dalam tubuh.

SASARAN BELAJAR

LI. 1. Memahami dan Menjelaskan tentang Larutan dan Cairan dalam


Tubuh
LO. 1. 1. Definisi Larutan dan Cairan
LO. 1. 2. Klasifikasi Larutan dan Cairan
LO. 1. 3. Perbedaan Larutan dan Cairan
LO. 1. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Larutan dan Cairan
LI. 2. Memahami dan Menjelaskan tentang Keseimbangan Cairan
LO. 2. 1. Distribusi Air dalam Tubuh
LO. 2. 2. Mekanisme Pergerakan Cairan dalam Tubuh
LO. 2. 3. Sumber-sumber Cairan (Input & Output)
LO. 2. 4. Gangguan Keseimbangan Cairan
LO. 2. 5. Penanganan Gangguan Keseimbangan Cairan
LI. 3. Memahami dan Menjelaskan tentang Keseimbangan Elektroit
LO. 3. 1. Penggolongan Mineral dalam Tubuh
LO. 3. 2. Mekanisme Keseimbangan Elektrolit
LO. 3. 3. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Kaidah Minum dalam Etika Islam
LO. 4.1. Ayat dan Hadist

LI. 1. Memahami dan Menjelaskan tentang Larutan dan Cairan dalam


Tubuh
LO. 1. 1. Definisi Larutan dan Cairan
Larutan (solusi) merupakan campuran homogen yang terdiri atas
dua komponen (zat) atau lebih. Komponen yang jumlahnya sedikit disebut
solut (zat terlarut) dan komponen yang jumlahnya lebih banyak disebut
solven (pelarut).
Fungsi Larutan:
Secara umum larutan berfungsi untuk membentuk suatu zat baru
antara solute (zat yang dilarutkan) dan solvent (zat pelarut).
Cairan tubuh adalah air dalam tubuh dan zat yang terlarut di
dalamnya yang terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu cairan intraselular
dan cairan ekatraselular. Fungsi cairan dalam tubuh manusia, antara lain
sebagai alat transportasi nutrien, elektrolit, dan sisa metabolisme; sebagai
komponen pembentuk sel, plasma, darah, dan komponen tubuh lainnya;
serta sebagai media pengatur suhu tubuh dan lingkungan seluler. Secara
umum, jumlah cairan dalam tubuh sekitar 60% dari berat badan.
Fungsi cairan tubuh antara lain:
a. Mengatur suhu tubuh
Bila kekurangan air, suhu tubuh akan menjadi panas dan
naik.
b. Melancarkan peredaran darah
Jika tubuh kita kurang cairan, maka darah akan mengental.
Hal ini disebabkan cairan dalam darah tersedot untuk kebutuhan
dalam tubuh. Proses tersebut akan berpengaruh pada kinerja otak
dan jantung.
c. Membuang racun dan sisa makanan
Tersedianya cairan tubuh yang cukup dapat membantu
mengeluarkan racun dalam tubuh. Air membersihkan racun dalam
tubuh melalui keringat, air seni, dan pernafasan.
d. Mengatur struktur dan fungsi kulit
Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi
kulit. Kecukupan air dalam tubuh berguna untuk menjaga
kelembaban, kelembutan, dan elastisitas kulit akibat pengaruh suhu
udara dari luar tubuh.
e. Mengangkut nutrisi dan oksigen melalui darah untuk segera
dikirim ke sel-sel tubuh
Konsumsi air yang cukup akan membantu kerja sistem
pencernaan di dalam usus besar karena gerakan usus menjadi lebih
lancar, sehingga feses pun keluar dengan lancar

LO. 1. 2. Klasifikasi Larutan dan Cairan

Larutan Berdasarkan Kepekatan :


1. Larutan encer : larutan yang mengandung relative sedikit solute
dalam larutan
2. Larutan pekat : larutan yang banyak mengandung solute
3. Larutan jenuh : larutan dimana ada keseimbangan anatara solute
padat dan solute dalam larutan
4. Larutan tidak jenuh : larutan yang mengandung jumlah solute yang
kurang dari larutan jenuh

Larutan Berdasarkan Daya Hantar Listrik


1. Elektrolit Kuat
Larutan yang mempunyai daya hantar listrik yang kuat dan
memiliki derajat ionisasi ()=1. Yang termasuk elektrolit kuat:
-Asam kuat: HCL, HCLO3, H2SO4, HNO3
-Basa Kuat: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Ba(OH)2
-Garam-garam yang mudah larut: NaCl, KI, Al2(SO4)
2. Elektrolit Lemah
Larutan yang mempunyai daya hantar listrik lemah dengan
derajat ionisasi 0< <1. Yang termasuk elektrolit lemah :
-Asam Lemah: CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S
-Basa Lemah: NH4OH, Ni(OH)2
-Garam-garam yang sukar larut: AgCl, CaCrO4, PbI2
3. Non-Elektrolit
Tidak dapat menghantarkan arus listrik, katrena zat terlaturnya
didalam pelarut tidak dapat menhasilkan ion-ion (tidak berion).
Contohnya: Larutan Urea, Sukrosa, Glukosa dan alkohol.

Larutan Berdasarkan Kemampuan Menyerapnya


1. Larutan Ideal
Larutan yang memenuhi hukum roult. Pada larutan ideal tidak
terjadi penyerapan atau pelepasan kalor pada saat pencampuran
larutan.
2. Larutan tidak Ideal
Larutan yang tidak memenuhi hukum roult.
a. Larutan yang mengalami pelepesan kalor pada saat
pencampuran sehingga merupakan larutan yang mengalami
penyimpangan positif dari hukum roult
b. Larutan yang mengalami penyerapan kalor pada saat
pencampuran yang menhasilkan penyimpangan negatif dari
hukum roult.
Larutan Berdasarkan Wujud Fasanya

Larutan Berdasarkan Kejenuhan


1. Larutan Tak jenuh
Larutan yang mengandung solute (zat terlarut ) kurang dari
yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh
2. Larutan Jenuh
Larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan
mengadakan kesetimbangan dengan solute padatnya
3. Larutan Kelewat Jenuh (Sangat Jenuh )
Larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang
diperlukan untuk larutan jenuh
Larutan Berdasarkan Jumlah Solut daripada Solvent
1. Larutan Pekat
Larutan yang banyak solute daripada solvent
2. Larutan Tidak Pekat (Encer)
Larutan yang realtif lebih sedikit solute dibandingkan solvent

LO. 1. 3. Perbedaan Larutan dan Cairan


Larutan adalah campuran homogen (komposisinya sama), serta
sama ukuran partikelnya, tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan
zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat pelarut
dengan zat terlarut), partikel-partikel penyusunnya berukuran sama (baik
ion, atom, maupun molekul) dari dua zat atau lebih. Dalam larutan fase
cair, pelarutnya (solvent) adalah cairan, dan zat terlarut di dalamnya
disebut zat terlarut (solute), bisa berwujud cair, padat, atau gas. Cairan,
terdiri dari unsur-unsur atau partikelpartikel yang posisi relatifnya bebas
berubah tanpa terpisah.
LO. 1. 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Larutan dan Cairan
Faktor yang mempengaruhi kelarutan :

1. Suhu
Pemanasan pelarut dapat mempercepat larutnya zat terlarut.
Pelarut dengan suhu yang lebih tinggi akan lebih cepat
melarutkan zat terlarut dibandingkan pelarut dengan suhu lebih
rendah. Ketika pemanasan dilakukan, partikel pada suhu tinggi
bergerak lebih cepat dibandingkan pada suhu rendah.
Akibatnya, kontak antara zat terlarut dengan zat pelarut
menjadi lebih efektif. Hal ini menyebabkan zat terlarut menjadi
lebih mudah larut pada suhu tinggi.
Kebanyakan benda padat sulit larut bila suhu pelarutnya
rendah. Sebaliknya, benda padat lebih mudah larut bila suhu
pelarutnya tinggi.
2. Sifat solute dan solventnya
Solute akan mudah larut pada solven yang memiliki sifat
yang sama dengan solutenya. Solute polar akan mudah larut
pada solven polar,sedangkan solute non polar akan mudah larut
pada solven non polar.
3. Tekanan
Tekanan sangat berpengaruh pada gas, diatur oleh hukum
Henry C=Kp, contohnya pada minuman soda. Untuk fase padat
cair,tekanan tidak berubah.
4. Pengadukan
Pengadukan menyebabkan partikel-partikel antara zat
terlarut dengan pelarut akan semakin sering untuk bertabrakan.
Hal ini menyebabkan proses pelarutan menjadi semakin cepat.
5. Ukuran zat terlarut
Zat terlarut dengan ukuran kecil (serbuk) lebih mudah
melarut dibanding dengan zat terlarut yang berukuran
besar,karena permukaan sentuh antara zat terlarut dengan
pelarut semakin banyak. Akibatnya zat terlarut berbentuk
serbuk lebih cepat larut daripada zat terlarut berukuran besar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi cairan:
1. Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun
dengan peningkatan lemak tubuh.
2. Usia
Sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia.
Bayi premature, mungkin mengandung air sebanyak 80% dari

berat badannya. Sedangkan bayi yang lahir cukup bulan kirakira 70% dari berat badannya. Dengan usia 6 bulan sampai 1
tahun, air tubuh menurun kira-kira 60%, dengan sedikit reduksi
lebih lanjut selama masa kanak-kanak. Lansia dapat
mengandung 45% sampai 55% air dari berat badannya.
3. Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang proporsional,
karena lebih banyak mengandung lemak tubuh. Sebaliknya,
pada pria jumlah air pada tubuhnya lebih banyak dari wanita,
karena lemak pada tubuhnya yang tidak terlalu banyak.
LI. 2. Memahami dan Menjelaskan tentang Keseimbangan Cairan
LO. 2. 1. Distribusi Air dalam Tubuh
Di dalam tubuh manusia, cairan dibagi menjadi 2 kompartmen
utama yaitu cairan intraselular (ICF) dan cairan ekstraselular (ECF).
Cairan intraselular terdapat di dalam sel sedangkan cairan ekstraselular
cairan yang terdapat di luar sel. Kompartmen ini dipisahkan oleh sel
membrane yang memiliki permeabilitas tertentu. Hampir 67% dari total
badan air (Bodys Water) tubuh manusia terdapat di dalam cairan
intraselular dan 33% sisanya berada di dalam cairan ekstraselular. Air yang
berada di dalam cairan ekstraselular ini akan terdistribusi menjadi 2 subkompartmen yaitu cairan interstitial (ISF) dan cairan intravascular (plasma
darah). 75% dari air pada kompartmen cairan ekstraselular akan terdapat
pada sela-sela sel / cairan interstitial dan 25%-nya akan terdapat pada
plasma darah.

Volume cairan intrasel pada anak lebih kecil dibandingkan orang


dewasa karena jumlah sel lebih sedikit dan ukuran sel lebih kecil. Cairan
intrasel berperan menghasilkan, menyimpan dan penggunaan energi serta
proses perbaikan sel. Selain itu, cairan intrasel juga berperan sebagai
cadangan air untuk mempertahankan volume.

10

Cairan ekstrasel berperan sebagai pengantar semua keperluan sel


(nutrien, oksigen, berbagain ion, trace minerals dan regulator
hormon/molekul). Selain itu, cairan ekstrasel berperan dalam
pengangkutan CO2, sisa metabolisma, bahan toksik atau bahan yang telah
mengalami detoksifikasi dari sekitar lingkungan sel.
Pendistribusian air pada kompartmen cairan intraselular dan
ekstraselular ini bergantung pada jumlah elektrolit dan makromolekul
yang terdapat pada kedua kompartmen tersebut. Karena sel membrane
yang memisahkan kedua kompartmen ini memiliki permeabilitas yang
beda untuk setiap zat, maka konsentrasi larutan (osmolaritas) pada kedua
kompartmen juga akan berbeda.
LO. 2. 2. Mekanisme Pergerakan Cairan dalam Tubuh
Cairan ekstraselular merupakan perantara antara sel dan
lingkungan luar. Semua pertukaran air dan konstituen lainnya antara ICF
dan lingkungan harus terjadi melewati ECF. Plasma hanyalah satu-satunya
cairan yang bisa diatur secara langsung baik volume maupun
komposisinya. Cairan ini berada dalam sirkulasi. Perubahan komposisi dan
volume plasma juga akan mempengaruhi cairan interstisial. Oleh karena
itu, semua kontrol terhadap plasma akan mengatur keseluruhan ECF juga.
Dua faktor yang diatur untuk mempertahankan keseimbangan
cairan tubuh adalah volume dan osmolaritasnya. Walaupun regulasi
keduanya saling berhubungan (kadar NaCl dan H2O), alasan mengapa
keduanya dikontrol sangatlah berbeda.

a. Volume CES
Regulasi
volume
CES
sangat
penting
untuk
mempertahankan tekanan darah. Pemeliharaan keseimbangan
garam sangat penting dalam regulasi jangka panjang volume CES.
- Regulasi jangka panjang
Regulasi ini dilakukan oleh ginjal dan mekanisme haus,
yang masing-masing melakukan pertukaran cairan yang
diperlukan antara CES dan lingkungan eksternal untuk
mengatur volume cairan tubuh total.
- Regulasi jangka pendek
Regulasi ini dilakukan dengan cara :
Refleks baroreseptor mengubah curah jantung dan resistensi perifer total.
Curah jantung dan resistensi perifer total meningkat untuk meningkatkan
tekanan darah pada saat tekanan darah terlalu rendah dan sebaliknya akan
menurunkan tekanan darah bila tekanan darah terlalu tinggi.
Perpindahan cairan berlangsung secara temporer dan otomatis antara
plasma dan cairan interstisium. Jika volume plasma terlalu besar,
11

kelebihan cairan akan berpindah ke kompartemen interstisium dan


sebaliknya jika volume plasma terlalu rendah makan, cairan akan
berpindah dari kompartemen interstisium ke plasma.
- Regulasi pengeluaran garam di urin
Regulasi ini dilakukan dengan dua cara, yaitu:
Jumlah Na+ yang difiltrasi dikontrol dengan mengatur LFG
(Laju Filtrasi Ginjal)
Pada setiap konsentrasi Na+ plasma, setiap perubahan LFG
akan mengubah jumlah Na+ dan cairan penyerta yang
difiltrasi. Oleh karena itu, control LFG dapat menyesuaikan
jumlah Na+ yang difiltrasi per menit. Pada saat jumlah
natrium dalam tubuh menurun, ginjal akan menahan
natrium yang difiltrasi agar ekskresi natrium menurun
sehingga dapat meningkatkan konsentrasi NaCl dan
mengatasi penurunan natrium.
Jumlah Na+ yang direabsorpsi dikontrol melalui system
renin-angiotensin-aldosteron
Jumlah Na+ yang direabsorbsi bergantung pada sistem yang
berperan mengontrol tekanan darah. Sistem ReninAngiotensin-Aldosteron mengatur reabsorbsi Na+ dan
retensi Na+ di tubulus distal dan kolingentes. Pada saat
kadar natrium menurun, aldosteron akan meningkat dan
natrium yang di reabsorpsi meningkat sehingga
menurunkan kadar natrium yang dieksresi dan
meningkatkan konsentrasi NaCl, hal ini akan mengatasi
penurunan natrium. Dengan demikian retensi Na+ juga
meningkatkan retensi air sehingga meningkatkan volume
plasma dan menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri.
b. Regulasi Osmolaritas CES
Regulasi ini untuk mencegah membengkak atau
menciutnya suatu sel. Setiap perubahan, penambahan/pengurangan
air menyebabkan perubahan osmolaritas CES. Jika terjadi defisit
air, maka zat terlarut pekat dan osmolaritas meningkat (hipertonik)
dan sebaliknya jika terjadi kelebihan air, maka zat terlarut akan
encer dan osmolaritas menurun (hipotonik).
Ketonusan ECF dipertahankan oleh mekanisme haus dan
vasopressin.
a. Mekanisme haus
Haus adalah sensasi subjektif yang menigkatkan
keinginan untuk intake air. Pusat haus terletak di hipotalamus,
dekat dengan sel pensekresi vasopressin. Ada beberapa
stimulus yang dapat memicu rasa haus. Salah satu yang paling
penting adalah peningkatkan osmolaritas cairan ekstraselular
yang menyebabkan dehidrasi intraselular di pusat rasa haus,
dengan demikian merangsang sensasi rasa haus. Kegunaan dari
respons ini sangat jelas yaitu membantu mengencerkan cairan

12

ekstraselular dan mengembalikan osmolaritas kembali ke


normal.
Penurunan volume cairan ekstraselular dan tekanan
arterial juga merangsang rasa haus melalui suatu jalur yang
tidak bergantung pada jalur yang distimulasi oleh peningkatan
osmolaritas plasma. Jadi, kehilangan volume darah melalui
perdarahan akan merangsang rasa haus walaupun mungkin
tidak terjadi perubahan osmolaritas plasma. Hal ini mungkin
terjadi akibat input neutral dari baroreseptor kardiopulmonar
dan baroreseptor arterial sistemik dalam sirkulasi.
Stimulus rasa haus ketiga yang penting adalah
angiotensin II. Karena angiotensin II juga distimulasi oleh
faktor-faktor yang berhubungan dengan hipovolemia dan
tekanan darah rendah, pengaruhnya pada rasa haus merangsang
vasopressin untuk meningkatkan reabsorpsi H2O di ginjal.
Peningkatan H2O dan berkurangnya pengeluaran urin kemudian
membantu memulihkan volume cairan ekstraseluler dan
tekanan darah kembali normal.
b. Vasopressin
Hormon vasopressin (ADH) mempunyai fungsi yaitu
mengatur keseimbangan cairan dalam tubuh yang bekerja pada
tubulus ginjal. Dimana tubulus ginjal merupakan pengaturan
penyerapan air yang mengatur 2 hal:
- Mengatur aliran air dalam tubuh yang akan kembali masuk
ke dalam darah
- Mengatur aliran air yang sebagiannya akan dibuang dalam
bentuk urin
Peningkatan ADH akan meningkatkan osmolaritas
plasma serta penurunan volume darah dan tekanan darah.
Sebaliknya, penurunan ADH akan menurunkan osmolaritas
plasma serta peningkatan volume darah dan tekanan darah.
LO. 2. 3. Sumber-sumber Cairan (Input & Output)
Intake cairan normal pada orang dewasa sehat memasukan cairan
90% intake cairan perhari (2500cc) dengan 10% didapatkan dari
metabolisme.
Output cairan normal:
Sumber output cairan tubuh
1. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui
tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang
utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml

13

per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang dewasa.
Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine bervariasi
dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat meningkat
maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap
mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
2. IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit
dengan mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan
cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per
hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka
IWL dapat meningkat.
3. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh
yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus,
sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang
yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
4. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari,
yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus
besar (kolon).
PEMASUKAN AIR

PENGELUARAN AIR

Jalur

Jumlah (ml/hari)

Jalur

Asupan cairan

1250

Kehilangan
tak 900
disadari (dari paru
dan kulit yang tidak
berkeringat)

H2O
makanan

dalam 1000

H2O
diproduksi
metabolisme

yang 350
oleh

Total pemasukkan

2600

PEMASUKAN GARAM

Jumlah (ml/hari)

Keringat

100

Tinja

100

Urin

1500

Total pengeluaran

2600

PENGELUARAN GARAM

14

Jalur

Jumlah (g/hari)

Jalur

Jumlah (g/hari)

Ingesti

10,5

Pengeluaran
0,5
obligatorik melalui
kerinat dan tinja
Ekskresi terkontrol 10,0
di urin

Pemasukan total

10,5

Pengeluaran total

10,5

LO. 2. 4. Gangguan Keseimbangan Cairan


1. Hipovolemia
Keadaan berkurangnya volume CES mengakibatkan hipoperfusi
jaringan. Hipovolemia disebut juga deplesi volume. Pada hipovolemia,
berkurangnya air dan natrium dalam jumlah yang sebanding. Misalnya
hilangnya air dan natrium melalui saluran cerna seperti muntah dan
diare, perdarahan melalui pipa naso-gastrik. Hilangnya air dan natrium
dapat juga melalui ginjal (missal: penggunaan diuretic). Bila volume
CES berkurang, volume dan tekanan darah akan berkurang. Hal ini
merangsang sistem renin-angiotensin sehingga merepon penurunan
produksi urin, rangsang haus.
2. Dehidrasi
Berkurangnya volume CIS akibat perpindahan air dari CIS ke CES.
Hal ini terjadi akibat peningkatan osmolalitas efektif CES. Secara
klinis, perbedaan hipovalemia dan dehidrasi terletak pada kadar
natrium plasma. Pada dehidrasi, terjadi hypernatremia, sedangkan pada
hipovalemia kadar natrium normal.
Klasifikasi Dehidrasi
1. Dehidrasi Ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat
badan)
Gejala :
Muka memerah
Rasa sangat haus
Kulit kering dan pecah-pecah
Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari
biasanya
Pusing dan lemah
Kram otot terutama pada kaki dan tangan
Kelenjar air mata berkurang kelembabannya

15

Sering mengantuk
Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
2. Dehidrasi Sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen
dari berat badan)
Gejala:
Gelisah, cengeng
Kehausan
Mata cekung
Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak
segera kembali ke posisi semula.
Tekanan darah menurun
Pingsan
Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
Kejang
Perut kembung
Gagal jantung
Ubun-ubun cekung
Denyut nadi cepat dan lemah
3. Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen
dari berat badan)
Gejala
Berak cair terus-menerus
Muntah terus-menerus
Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk
Tidak bisa minum, tidak mau makan
Mata cekung, bibir kering dan biru
Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
Kesadaran berkurang
Tidak buang air kecil
Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan
Gejala Dehidrasi
1)

Bibir dan lidah kering

2)

Kulit kering

3)

Sakit kepala ringan

4)

Kurang atau tidak buang air kecil

5)

Haus.

16

6)

Tingkat kesadaran atau kewaspadaan menurun

7)

Nyeri atau perasaan tidak nyaman pada dada (palpitasi)

8)

Bingung

9)

Pusing

10)

Bayi tidak bisa atau tidak merespon makanan

11)

Sedikit air mata saat menangis, terutama pada bayi

12)

Kelemahan atau kram otot

13)

Mual dan muntah

14)

Tidak buang air kecil, atau air seni berwarna kuning gelap,
coklat atau berwarna teh

15)

Mata cekung

16)

Ubun-ubun cekung (titik lembut pada kepala bayi)

Faktor Dehidrasi
Dehidrasi dapat disebabkan karena kurangnya minum air atau cairan.
Dehidrasi juga bisa merupakan dampak dari suatu kondisi yang
menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan, seperti diare yang
berlebihan, luka bakar serius, demam, dan berada di elevasi (ketinggian
tanah) tinggi. Dehidrasi juga merupakan gejala dari beberapa penyakit,
gangguan atau kondisi yang mendasarinya, seperti defisiensi aldosteron
(hormon yang diproduksi kelenjar adrenal), diabetes Tipe I, dan gagal
ginjal.
Minum air sejatinya adalah untuk mengganti cairan yang hilang karena
aktivitas sehari-hari atau karena fungsi normal tubuh, seperti hilangnya
kelembaban karena proses pernapasan, kemih dan berkeringat. Cairan
dalam tubuh bisa hilang karena beberapa kondisi berikut:

Mengonsumsi alkohol dan intoksikasi (keracunan)

Suhu/cuaca yang sangat panas

Olahraga yang menyebabkan keringat banyak keluar, seperti


maraton dan sepakbola

Perdarahan

17

Berada di elevasi tinggi

Tingkat kelembaban rendah.

Dehidrasi juga bisa disebabkan karena suatu kondisi yang menyebabkan


hilangnya banyak cairan karena terlalu sering berkemih, kondisi-kondisi
itu antara lain:

Diabetes

Ketoasidosis diabetik

Hyperosmolar hyperglycemic nonketotic syndrome (HHNS)

Pengobatan dengan obat diuretik seperti furosemide (Lasix).

Juga banyak kondisi atau gangguan kesehatan yang dapat menyebabkan


dehidrasi karena muntah atau diare. Beberapa kondisi tersebut antara lain:

Infeksi bakteri atau virus pada saluran pencernaan, seperti


keracunan makanan atau gastroenteritis

Gangguan makan (bulimia atau anoreksia)

Gastroesophageal reflux disease (GERD)

Radang usus (termasuk penyakit Crohn dan kolitis ulserativa)

Influenza

Morning sickness selama kehamilan.

3. Normovolemia/Euvolemia
Meskipun bermakna normal, namun sebenarnya kondisi ini
menjelaskan kadar natrium yang normal disertai peningkatan jumlah
air tubuh. Kondisi ini dijumpai pada keadaan:
1) Sekresi ADH berkurang
Osmolalitas normal , misal pemberian infus yang tidak
mengandung natrium
2) Sekresi ADH meningkat
- Osmolalitas rendah pada SIADH
- OSmolalitas rendah pada hiperglikemiadan pemberian
mannitol
4. Hipervolemia

18

Keadaan yang terjadi dimana peningkatan volume CES khususnya


intravascular melebihi kemampuan tubuh mengeluarkan air melalui
ginjal, saluran cerna, dan kulit.
1) Edema
Kondisi dimana terjadi akumulasi air di jaringan
interstitium secara berlebihan akibat penambahan volume
yang melebihi kapasitas penyimpanan saluran limfe.
Keadaan ini memberikan gejala klinis pembengkakan /
edema. Edema merupakan refleksi dari kelebihan natrium
dan hypervolemia.
LO. 2. 5. Penanganan Gangguan Keseimbangan Cairan
Adapun cairan-cairan yang dapat digunakan untuk mengobati kekurangan cairan
adalah:
1. Cairan rehidrasi oral dengan komposisi:
NaCl (0,9% larutan saline 390ml
Glukosa (5% dalam air) 400ml
kCl (2mEq/ml) 10ml
NaOHCO3 (1mEq/ml) 30ml
Air sampai 1L
2. Cairan rehidrasi parenteral
Cairan rehidrasi parenteral yang biasa digunakan adalah Ringer Laktat,
sebanyak 30ml/kg BB dalam 1jam pertama, dilanjutkan dengan 10ml/kg
BB selama 7jam berikutnya.
Untuk dehidrasi berdasrkan tipenya juga bisa diberikan:
1. DehidrasiIsotonis : DiberilarutanNaCl 0,9 %
2. DehidrasiHipertonis :Larutandextore 5 % NaCl normal, dextore 5 % dalam
NaCl 0,45%.
3. Dehidrasi Hipotonis : Mengatasi penyebab yang mendasari, penambahan diet
Na+, bila perlu pemberian cairan hipertonik.
LI. 3. Memahami dan Menjelaskan tentang Keseimbangan Elektrolit
LO. 3. 1. Penggolongan Mineral dalam Tubuh
Kation
Ion yang membentuk muatan positif dalam larutan kation ekstraseluler
utama adalah Natrium (Na) sedangkan kation utama intraseluler adalah
Kalium (K+). Sistem pompa didinding sel tubuh yang memompa natrium
keluar darinkalium kedalam.
Kation :
-Natrium
-Kalium

19

-Kalsium
-Magnesium
Anion
Ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion
ekstraseluler utama adalah Klorida sedangkan anion intraseluler adalah
Fosfat.
Anion :
-Klorida
-Fosfat
-Bikarbonat

Kation
1. Natrium
Sebagai kation utama ekstraseluler. Didalam tubuh terdapat 150200gr natrium, khusunya dalam bentuk gram (NaCl), misalnya pada
jaringan lunak, pada tulang dan cairan ekstraseluler. Kadar normal
natrium adalah 135-145 mEq/L. Fungsi Natrium :
- Natrium sebagai kation utama pada cairan ekstraseluler
- Terlibat dalam proses menjaga volume plasma &kesetimbangan
asam basa
- Penting dalam pengaliran impuls saraf dan fungsi otak
- Penting dalam absorbsi glukosa dan asam amino pada usus dan
ginjal
- Prnting dalam pembentukan garam empedu
- Berperan dalam aktifitas enxim natrium-kalium ATPase
- Menjaga osmolaritas dari plasma
2. Kalium
Tubuh menganduung 250 gram kalium dalam tubuh dan kalium
sebagai kation utama cairan intraseluler. Kalium bersumber dari
minyak nabati, telur, susu, sayuran, daging dan buah-buahan. Kadar
normal kalium adalah 3-5 mEq/L. Fungsi kalium :
-kontraksi otot dan impuls saraf
-menjaga volume plasma darah
-pembentukan garam empedu
-pada proses aktifitas natrium-kalium ATPase
-dibutuhkan dalam proses penyimpanan glikogen
3. Kalsium
Kadar normal kalsium dalam darah : 8,5 10 Mg/dL. Kalsium
bersumber dari susu, sayuran hiaju, ikan, telur, buah-buahan. Fungsi
Kalsium adalah :
- Pembentukan tulang dan gigi
- Kontraksi otot dan relaksasi
- Fungsi Jantung
- Pembekuan darah (untuk mengkonversi protombin-trombin)

20

- Aktivitas Enzim
- Transmisi Impuls Saraf
4. Magnesium
Kation utama terbesar setelah kalium pada cairan intrasel. Kadar
normal Magensium 1,3-2,1 mEq/L atau didalam tubuh 25 gram.
Magnesium bersumber dari kacang-kacangan,ikan,daging,sayur dan
buah-buahan. Fungsi magnesium :
- Pembentukan tulang dan gigi
- Penting dalam transport fosfat
- terlibat dalam kontak hormone dan reseptornya
- sintesis DNA dan protein

Anion
1. Klorida (Cl)
Berpasangan dengan Natrium membentuk NaCl dan merupakan anion
utama pada cairan ekstraseluler. Kadar normal klorida adalah 95-108
mEq/L. Fungsi Klorida adalah :
1. Didalam getah lambung, ditemukan pada asam lambung yang
berfungsi sebagai komponen utama pada cairan lambung yang
menghasilkan ion H+dan asam hidroklorida (HCL)
2. Bersama dengan Natrium menjaga dan mengatur osmolaritas
plasma
3. Berperan dalam buffer kimiawi dalam mengatur pada organel sel
4. menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
5. mengatur tekanan osmotic
6. peranan khusus dalam darah karena fungsinya pada pergeseran
klorida
2. Fosfat
Merupakan anion utama intraseluler. Kadar normal fosfat 2,5-4,5
mg/L. fungsi fosfat :
1. Komponen dan tulang bersama dengan ion kalsium
2. Diperlukan untuk pembentukan ATP
3. Kompenen DNA &RNA
3. Bikarbonat
Bersal dari asam bikarbonat dan anion bikarbonat . terdapat pada
cairan intrasel dan ekstrasel. Kadar normal bikarbonat 22-26 meq/L.
fungsi bikarbonat adalah :
1. Mengatur keseimbangan asam basa
2. Kompenen sistem bikarbonat
asam bikarbonat adalah buffer yang penting dalam menjaga
keseimbangan cairan tubuh

21

LO. 3. 2. Mekanisme Keseimbangan Elektrolit


Kestabilan cairan tubuh terjadi karena adanya pertukaran cairan dan zat
terlarut yang terus menerus dengan lingkungan eksternal, dan dalam
berbagai kompartemen tubuh lainnya. Asupan cairan yang sangat
bervariasi harus disesuaikan dengan pengeluaran yang sebanding dari
tubuh untuk mencegah penurunan atau peningkatan volume cairan tubuh.
Sumber utama pemasukan cairan tubuh ada 2, pertama berasal dari air
atau cairan dalam makanan, yang normalnya akan menambah cairan tubuh
sekitar 2100 ml/hari dan kedua berasal dari sintesis di tubuh sebagai hasil
olksidasi karbohidrat yang menambah sekitar 200 ml/hari.
Pengeluaran cairan tubuh dapat terjadi dari kehilangan air insensible
melalui kulit dan paru-paru, kehilangan air lewat keringat, feses, dan
ginjal. Volume keringat yang normal kira-kira 100 ml/hari namun ketika
cuaca yang sangat panas atau selama aktivitas berat, kehilangan cairan
melalui keringat bisa mencapai 1-2 liter per hari. Jika tidak diimbangi
dengan asupan untuk ditingkatkan dengan mengaktifkan mekanisme haus
maka akan terjadi penurunan volume cairan tubuh dan berakibat gangguan
keseimbangan cairan tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh banyak diatur oleh system
ginjal. Ginjal bertugas untuk menyesuaikan kecepatan ekskresi air dan
elektrolit yang berlebihan.
Homeostasis Elektrolit
Keseimbangan elektrolit sangat penting karena mempenngaruhi
keseimbangan cairan dan fungsi sel. Perbedaan nyata cairan ekstrasel dan
intrasel terleteak pada kation. Dua kation penting, yaitu Na dan K,
langsung berhubungan dengan fungsi sel. Jumlah kation = Jumlah anion
pada setiap kompartemen.
Homeostasis Natrium
Natrium merupakan kation dominan pada cairan ekstrasel. Lebih dari
90% tekanan osmotic di cairan ekstrasel ditentukan oleh garam yang
mengandung Na, khususnya dalam bentuk natrium klorida dan natrium
bikarbonat sehingga perubahan tekanan osmotik pada cairan ekstrasel
menggambarkan perubahan konsentrasi natrium.

22

Pemasukan Na melalui epitel mukosa saluran cerna. Na masuk melalui


difusi dengan rasio absorpsi bervariasi, tergantung pada kandungan Na
dalam diet. Ekskresi Na di ginjal dan perspirasi di tempat lain. Pemasukan
dan pengeluaran Na per hari mencapai 48-144 mEq (1.1-3.3 g).
Peningkatan konsentrasi natrium cairan ekstrasel yang diperoleh dari
pemasukan tinggi natrium menyebabkan kandungan natrium di ekstrasel
meningkat, yang diikuti peningkatan konsentrasi natrium plasma secara
temporer. Selanjutnya terjadi peningkatan volume cairan ekstrasel. Terjadi
perubahan osmosis yang diikuti penarikan cairan intrasel sehingga
volume cairan ekstrasel bertambah dan konsentrasi natrium kembali
normal. Sekresi ADH meningkat dan menyebabkan restriksi pengeluaran
air, akibatnya timbul rasa haus yang akan meningkatkan pemasukan air.
Dengan adanya inhibisi reseptor air yang terletak di faring, sekresi ADH
sudah mulai mesikipun absorpsi Na belum berlangsung; kemudian disusul
dengan meningkatnya kecepatan sekresi setelah absorpsi Na karena
rangsangan osmoreseptor. Bila pengeluaran Na melebihi pemasukannya
(misalnya minum air yang tidak mengandung Na), volume CES berkurang
dan terjadi tanpa perubahan tekanan osmosis. Konsentrasi dan tekanan
osmotic CES akan berkurang dengan cepat. Penurunan yang melebihi 2%
akan mengurangi sekresi ADH diikuti produksi urin. Saat CES terbuang
melalui urin, tekanan osmotic kembali normal.
Homeostasis Kalium
Kalium berfungsi dalam sintesis protein, kontraksi otot, konduksi saraf
pengeluaran hormone, transport cairan, dan perkembangan janin. Kurang
lebih 98% K berada di CIS. Untuk menjaga kestabilan Kalium di CIS,
dibutuhkan keseimbangan elektrokimiawi, yaitu keseimbangan antara
kemampuan muatan negative dalam sel untuk mengikat kalium dan
kemampuan kekuatan kimiawi yang mendorong kalium keluar dari sel.
Konsentrasi K di CES mencerminkan keseimbangan antara pemasukan K
melalui proses pompa ion di epitel mukosa saluran cerna dengan
pengeluarannya melalui urin. Keseimbangan ini menghasilkan suatu kadar
K yang kaku dalam plasma antara 3.5 5 mEq/L. pengeluaran kalium
diatur oleh aktivitas mekanisme pompa ion sepanjang bagian distal nefron
dan collecting tube. Saat berlangsung reabsorpsi Na di tubulus ginjal,
terjadi pertukaran dengan Kalium yang berada di jaringan peritubular.
Pengeluaran ini bergantung pada pemasukannya, kurang lebih 50-150 mEq
(1.9 5.8 g) dalam sehari. Pengeluarannya melalui feses dapat diabaikan.
Konsentrasi K di CES dikendalikan oleh sekresinya di tubulus ginjal.
Berikut faktor yang mempengaruhi:
a. Perubahan konsentrasi di CES
b. Perubahan pH
c. Menurunnya pH CES akan diikuti penurunan pH di jaringan
peritubular, sekresi ion hydrogen meningkat dengan pertukaran Na.
akibatnya sekresi K berkurang
d. Aldosterone
23

e. Pompa ion sangat sensitive terhadap eefek aldosterone, respon yang


timbul berupa peningkatan reabsorpsi natrium dari proses filtrasi.
Dengan meningkatnya reabsorpsi Na atau retensi Na, konsentrasi
kalium meningkat pula dan untuk menormalkan kembali, diperlukan
pompa Na+, K+, ATP-ase yang diaktifkan oleh aldosterone. Aldosterone
disekresikan oleh korteks adrenal yang diaktifkan oleh pengaruh
angiotensin II.
LO. 3. 3. Gangguan Keseimbangan Elektrolit
a. Natrium
1) Hiponatremia
Hiponatremia akan terjadi apabila konsentrasi natrium pada plasma
kurang dari 135 mEq/L. berkurangnya konsentrasi natrium tersebut
bisa disebabkan kehilangan natrium atau penambahan air pada CES.
Kehilangan natrium tersebut biasanya terjadi pada dehidrasi hipoosmotik dan berhubungan dengan penurunan volume CES.
Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan hiponatremia,
berhubungan dengan pengeluaran natrium klorida, antara laindiare dan
muntah. Penggunaan diuretic yang berlebihan juga dapat menyebabkan
hiponatremia karena menghambat kemampuan ginjal untuk
mempertahankan natrium. Hiponatremia juga bisa terjadi akibat retensi
air yang berlebihan sehingga menyebabkan overhidrasi hipoosmotik.
Biasanya keadaan ini disebabkan karena sekresi hormone ADH yang
berlebihan dan akhirnya akan mereabsorbsi air dalam jumlah yang
banyak.
2) Hipernatremia
Hypernatremia akan terjadi apabila kadar natrium pada CES
melebihi 146 mEq/L. berlebihnya konsentrasi natrium pada CES dapat
disebabkan karena berkurangnya air pada CES atau kelebihan natrium
pada CES.
Jika yang terjadi adalah kehilangan air pada CES, maka akan
terjadi dehidrasi hiperosmotik. Keadaan ini dapat terjadi pada pasien
diabetes insipidus dan pada orang yang melakukan olahraga berat
berkepanjangan. Pada pasien diabetes insipidus, pasien tidak dapat
mengekskresi hormone ADH sehingga reabsorbsi air jadi berkurang
dan akan mengeluarkan urin encer karena banyaknya air yang
dikeluarkan. Sedangkan pada oramg yang berolahraga berat, banyak
air yang keluar namun tidak disertai dengan asupan pemasukan air
sehingga akan meningkatkan osmolalitas CES.
Hypernatremia dapat juga terjadi akibat penambahan natrium
klorida yang berlebihan pada CES. Hal ini terjadi pada overhidrasi
24

hiperosmotik, karena kelebihan natrium klorida ekstrasel biasanya juga


berhubungan dengan beberapa derajat retensi air oleh ginjal.
Ketika menganalisis kelainan konsentrasi natrium dalam plasma
dan penentuan terapi yang akan dilaksanakan, maka perlu diperhatikan
apakah kelainan ini disebabkan oleh kehilangan atau penambahan
natrium atau kehilangan atau penambahan air primer. Sehingga terapi
yang akan dilaksanakan dapat mengoreksi ketidakseimbangan cairan
yang terjadi.
b. Kalium
1) Hipokalemia
Seseorang akan mengalami hypokalemia apabila kadar kalium
dalam plasma kurang dari 3.5 mEq/L. penyebab hypokalemia dapat
dibagi sebagai berikut:
1) asupan kalium yang kurang.
2) pengeluaran kalium yang berlebihan melalui saluran cerna atau
ginjal atau
keringat.
3) kalium masuk ke dalam sel.
Pengeluaran kalium yang berlebihan pada keadaan muntah
atau pemakaian selang nasogastric, pengeluaran bukan melalui
saluran cerna bagiannya atasnya melainkan banyak keluar melalui
ginjal. Hal itu karena muntah/selang nasogastric menyebabkan
alkalosis sehingga banyak bikarbonat yang difiltrasi glomerulus
yang akan mengikat kalium di tubulus distal.
Kalium dapat masuk ke dalam sel dapat terjadi pada
alkalosis ekstrasel., pemberian insulin, peningkatan aktivitas beta
adregenik (pemakaian 2-agonis), paralisis periodic hipokalemik,
dan hipotermia
2) Hiperkalemia
Seseorang dikatakan mengalami hyperkalemia apabila kadar
kalium plasma lebih dari 5 mEq/L. penyebab hyperkalemia dapat
disebabkan oleh keluarnya kalium dari intrasel ke ekstrasel dan
berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal. Keluarnya kalium dari
sel dapat terjadi pada keadaan asidosis metabolic. Dan
berkurangnya ekskresi kalium melalui ginjal terjadi pada keadaan
hipoaldosteronisme, gagal ginjal, deplesi volume sirkulasi efektif.
c. Kalsium
1) Hipokalsimea

25

Kadar kalsium dalam serum <4,5 mEq/L. gangguan ini diakibatkan


dari kurangnnya mengonsumsi kalsium, defisiensi hormone paratiroid
atau vitamin D dan penyakit pancreas.
2) Hiperkalsimea
Kadar kalsium dalam serum >5,8 mEq/L. gangguan ini diakibatkan
oleh kalsium yang keluar dari tulang dan menjadi pekat dalam cairan
ekstraseluler, imbobilisasi kanker tulang metastase
d. Magnesium
1) Hipomagnesemia
Kadar magnesium <1,3 mEq/L . gangguan ini diakibatkan absorbs
yang terganggu dari saluran gastrointestinal dan banyak kehilangan
magnesium melalui ginjal atau karena malnutrisi yang lama
2) Hipermagnesimia
Kadar magnesium >2,1 mEq/L. gangguan ini diakibatkan oleh ggal
ginjal, diabetes ketoasidosis dengan banyak kehilangan cairan.

LI. 4. Memahami dan Menjelaskan Kaidah Minum dalam Etika Islam


LO. 4. 1. Ayat dan Hadits
1. Meniatkan minum untuk dapat beribadah kepada Allah agar
bernilai pahala. Segala perkara yang mubah dapat bernilai pahala
jika disertai dengan niat untuk beribadah. Wahai ibu, maka
niatkanlah aktivitas minum kita dengan niat agar dapat beribadah
kepada Allah. Dan janganlah lupa memberitahukan anak tentang
hal ini.

2. Memulai minum dengan membaca basmallah. Diantara sunnah


Nabi adalah mengucapkan basmallah sebelum minum. Hal ini
berdasarkan hadits yang memerintahkan membaca bismillah
sebelum makan. Bacaan bismillah yang sesuai dengan sunnah
adalah cukup dengan bismillah tanpa tambahan ar-Rahman dan arRahim.
Dari Amr bin Abi Salamah, Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, Wahai anakku, jika engkau hendak makan
ucapkanlah bismillah, makanlah dengan tangan kananmu dan
26

makanlah makanan yang berada di dekatmu. (HR Thabrani


dalam Mujam Kabir)
Dalam silsilah hadits shahihah, 1/611 Syaikh al-Albani
mengatakan, Sanad hadits ini shahih menurut persyaratan Imam
Bukhari dan Imam Muslim)Wahai ibu, jangan lupa untuk
mengingatkan anak-anak kita untuk membaca bismillah ketika
hendak minum, agar setan tidak ikut serta menikmati makanan dan
minuman yang sedang kita konsumsi.
3. Minum dengan tangan kanan. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda,Jika salah seorang dari kalian hendak makan,
hendaklah makan dengan tangan kanan. Dan apabila ingin
minum, hendaklah minum dengan tangan kanan. Sesungguhnya
setan makan dengan tangan kirinya dan minum dengan tangan
kirinya. (HR. Muslim)Ajarkanlah pada si kecil untuk selalu
menggunakan tangan kanan ketika makan dan minum. Seringkali
si kecil lupa meskipun telah kita ajari, apalagi ketika menyantap
makanan ringan (snack) bersama teman mainnya. Nah, saat kita
melihatnya, ingatkanlah ia. Janganlah bosan dan merasa jemu
untuk mengingatkan anak kita. Insyaa Allah jika kita
melakukannya dengan ikhlas mengharap ridha Allah, Allah akan
mengganti usaha kita tersebut dengan pahala.

4. Tidak bernafas dan meniup air minum. Termasuk adab ketika


minum adalah tidak bernafas dan meniup air minum. Ada beberapa
hadits mengenai hal ini:Dari Abu Qatadah, Nabi shallallahu alaihi
wa sallam bersabda, Jika kalian minum maka janganlah bernafas
dalam wadah air minumnya. (HR. Bukhari no. 5630 dan Muslim
no. 263)
Dari Ibnu Abbas, Sesungguhnya Nabi shallallahu alaihi wa
sallam melarang untuk bernafas atau meniup wadah air minum.
(HR. Turmudzi no. 1888 dan Abu Dawud no. 3728, hadits ini
dishahihkan oleh Al-Albani).Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam
Nawawi mengatakan, Larangan bernafas dalam wadah air minum
adalah termasuk etika karena dikhawatirkan hal tersebut mengotori
air minum atau menimbulkan bau yang tidak enak atau
dikhawatirkan ada sesuatu dari mulut dan hidung yang jatuh ke
dalamnya dan hal-hal semacam itu.
Dalam Zaadul Maad IV/325 Imam Ibnul Qayyim mengatakan,
Terdapat larangan meniup minuman karena hal itu menimbulkan
bau yang tidak enak yang berasal dari mulut. Bau tidak enak ini
bisa menyebabkan orang tidak mau meminumnya lebih-lebih jika
orang yang meniup tadi bau mulutnya sedang berubah. Ringkasnya

27

hal ini disebabkan nafas orang yang meniup itu akan bercampur
dengan minuman. Oleh karena itu, Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam melarang dua hal sekaligus yaitu mengambil nafas
dalam wadah air minum dan meniupinya.
5. Bernafas tiga kali ketika minum.Dari Anas bin Malik radhiyallahu
anhu beliau mengatakan, Ketika Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam minum beliau mengambil nafas di luar wadah air minum
sebanyak tiga kali. Dan beliau bersabda, Hal itu lebih segar,
lebih enak dan lebih nikmat.
Anas mengatakan, Oleh karena itu ketika aku minum, aku
bernafas tiga kali. (HR. Bukhari no. 45631 dan Muslim no. 2028).
Yang dimaksud bernafas tiga kali dalam hadits di atas adalah
bernafas di luar wadah air minum dengan menjauhkan wadah
tersebut dari mulut terlebih dahulu, karena bernafas dalam wadah
air minum adalah satu hal yang terlarang sebagaimana penjelasan
di atas.
6. Larangan minum langsung dari mulut teko/ceret.Dari Abu
Hurairah, beliau berkata, Rasulullah melarang minum langsung
dari mulut qirbah (wadah air yang terbuat dari kulit) atau wadah air
minum yang lainnya. (HR Bukhari no. 5627).
Menurut sebagian ulama minum langsung dari mulut teko
hukumnya adalah haram, namun mayoritas ulama mengatakan
hukumnya makruh. Ketahuilah wahai para ibu muslimah, yang
sesuai dengan adab islami adalah menuangkan air tersebut ke
dalam gelas kemudian baru meminumnya.Dari Kabsyah alAnshariyyah, beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam masuk ke dalam rumahku lalu beliau minum dari mulut
qirbah yang digantungkan sambil berdiri. Aku lantas menuju
qirbah tersebut dan memutus mulut qirbah itu. (HR. Turmudzi no.
1892, Ibnu Majah no. 3423 dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Hadits ini menunjukkan bolehnya minum dari mulut wadah air.
Untuk mengkompromikan dengan hadits-hadits yang melarang, alHafidz Ibnu Hajar al-Atsqalani mengatakan, Hadits yang
menunjukkan bolehnya minum dari mulut wadah air itu berlaku
dalam kondisi terpaksa. Mengompromikan dua jenis hadits yang
nampak bertentangan itu lebih baik daripada menyatakan bahwa
salah satunya itu mansukh (tidak berlaku).(Fathul Baari, X/94)
7. Minum dengan posisi duduk.Terdapat hadits yang melarang minum
sambil berdiri. Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu,
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Janganlah
kalian minum sambil berdiri. Barang siapa lupa sehingga minum

28

sambil berdiri, maka hendaklah ia


memuntahkannya. (HR. Ahmad no 8135)

berusaha

untuk

Namun disamping itu, terdapat pula hadits yang menunjukkan


bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam minum sambil berdiri.
Dari Ibnu Abbas beliau mengatakan, Aku memberikan air zamzam kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Maka beliau
lantas minum dalam keadaan berdiri. (HR. Bukhari no. 1637, dan
Muslim no. 2027)Dalam hadits yang pertama Rasulullah melarang
minum sambil berdiri sedangkan hadits kedua adalah dalil
bolehnya minum sambil berdiri. Kedua hadits tersebut adalah
shahih. Lalu bagaimana mengkompromikannya?
Mengenai hadits di atas, ada ulama yang berkesimpulan minum
sambil berdiri diperbolehkan, meski yang lebih utama adalah
minum sambil duduk. Diantara ulama tersebut adalah Imam
Nawawi dan Syaikh Utsaimin. Meskipun minum sambil berdiri
diperbolehkan, namun yang lebih utama adalah sambil duduk
karena makan dan minum sambil duduk adalah kebiasaan Nabi
shallallahu alaihi wa sallam. Minum sambil berdiri tidaklah
haram akan tetapi melakukan hal yang kurang utama.
8. Menutup bejana air pada malam hari.Biasakan diri kita untuk
menutup bejana air pada malam hari dan jangan lupa mengajarkan
anak kita tentang hal ini. Sebagaimana hadits dari Jabir bin
Abdillah, ia berkata, aku mendengar Rasulullah bersabda,
Tutuplah bejana-bejana dan wadah air. Karena dalam satu tahun
ada satu malam, ketika ituturun wabah, tidaklah ia melewati
bejana-bejana yang tidak tertutup, ataupun wadah air yang tidak
diikat melainkan akan turun padanya bibit penyakit. (HR.
Muslim)
9. Puas dengan minuman yang ada dan tidak mencelanya.
Ajarkan pula kepada anak, bahwa kita tidak boleh mencela
makanan walaupun kita tidak menyukainya.

10. Tidak makan dan minum dengan menggunakan wadah yang terbuat
dari emas dan perak.Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
bersabda, Orang yang minum pada bejana perak sesungguhnya
ia mengobarkan api neraka jahanam dalam perutnya. (HR.
Bukhari dan Muslim) Dalam salah satu riwayat Muslim
disebutkan, Sesungguhnya orang yang makan atau minum dalam
bejana perak dan emas

29

11. Memakan makanan dan minuman yang halal.Saudariku,


hendaknya kita memilih makanan yang halal. Allah Taala telah
memerintahkan kepada kita agar memakan makanan yang halal
lagi baik. Allah Taala telah berfirman,


Hai para rasul, makanlah yang baik-baik, dan kerjakanlah amal
shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan. (QS. Al-Mu`minun: 51)

DAFTAR PUSTAKA
FKUI. 2012. Gangguan Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam Basa, 3th ed.
Horne, M. M. and Swearingen, P. L. 2001. Keseimbangan Cairan, Elektrolit, dan
Asam Basa. Buku Kedokteran EGC.
Irawan A. 2007. Cairan Tubuh, Elektrolit, dan Mineral, Vol. 1. Polton Sprots
Science and Performance Lab.
Marks, Dawn B. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta: EGC.
Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-Prinsip Kimia Modern, 4th ed. Jakarta: Erlangga.
Sherwood, L. (2011). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem, 6th ed. Jakarta: EGC.
Sumardjo, Damin. 2009. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran. Jakarta: EGC.
http://staff.ui.ac.id/system/files/users/kuntarti/publication/fluidbalance.pdf
diakses pada tanggal 11 Februari 2015

30

http://staff.unud.ac.id/~suarsana/wp-content/uploads/2010/03/Slide-KuliahMineral.pdf diakses pada tanggal 11 Februari 2015


http://muslimah.or.id/aqidah/adab-makan-dan-minum.html diakses 15 Februari
2015 jam 20.00

31

Anda mungkin juga menyukai