BLOK CAIRAN
KEKURANGAN CAIRAN
KELOMPOK B4
DAFTAR ISI
Daftar Isi
2
Skenario
... 3
Kata Sulit
.. 4
Pertanyaan dan Jawaban
.
.5
Hipotesis
6
Sasaran Belajar
. 7
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Larutan dan Cairan
7
LO 1.1. Definisi
LO 1.2. Jenis
LO 1.3. Fungsi
LO 1.4. Perbedaan
LO 1.5. Faktor Kelarutan
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Keseimbangan Cairan
. 10
LO 2.1. Defini
LO 2.2. Mekanisme
LO 2.3. Sumber Input dan Output
LO 2.4. komposisi
LO 2.5. Fungsi
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Mineral dalam Tubuh
. 15
LO 3.1. Defini
LO 3.2. Sifat
LO 3.3. Klasifikasi
LO 3.4. Fungsi
LO 3.5. Metabolisme
LO 3.6. Kadar Normal
LI 4. Memahami dan Menjelaskan
... 17
LO 4.1. Definisi
LO 4.2. Gejala
2
LO 4.3. Etiologi
LO 4.4. Manifestasi
LO 4.5. Patofisiologi
LO 4.6. Faktor Pencetus
LO 4.7. Tingkat Derajat Dehidrasi
LO 4.8. Prognosis
LI 5. Memahami dan Menjelaskan
... 22
LO 5.1. Dalil
LO 5.2. Hadist
Daftar Pustaka
23
Skenario 1
KEKURANGAN CAIRAN
Seorang mahasiswa 19 tahun dibawa ke IGD RS YARSI karena lemas saat
orientasi pengenalan kampus. Pada pemeriksaan fisik : kesadaran
komposmentis, tampak sakit sedang, lemas, bibir dan lidah kering,
kekuatan ekstremitas berkurang. Sebelum dibawa ke UGD Rumah Sakit,
tim darurat medis telah memberikan larutan pengganti cairan tubuh. Di
RS, penderita diberikan infus cairan. Hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan, Kadar Natrium: 138 mEq/L (Normal = 135-147 mEq/L),
Kalium: 2.9 mEq/L (Normal = 3.5-4.5 mEq/L), dan Klorida: 103 mEq/L
(Normal = 100-106 mEq/L). Pasien dianjurkan untuk rawat inap dan
minum sesuai dengan kaidah Islam.
3
IDENTIFIKASI KATA SULIT
4
PERTANYAAN DAN JAWABAN
A. Pertanyaan
1. Mengapa kekurangan cairan dapat menyebabkan lemas?
2. Apa fungsi utama cairan tubuh?
3. Apa saja gejala dari kekurangan cairan tubuh?
4. Apa penyebab kekurangan cairan tubuh?
5. Jelaskan tingkat kesadaran seseorang?
6. Bagaimana cara mengatasi kekurangan cairan tubuh?
7. Larutan apa saja yang digunakan untuk menambah cairan?
8. Apa saja penyakit akibat kekurangan cairan?
9. Berapa persen cairan tubuh pada manusia?
10. Apa saja jenis cairan didalam tubuh?
11. Bagaimana tata cara minum dalam Islam?
12. Perbedaan larutan pengganti cairan tubuh dan infus electron?
13. Darimana sumber input dan output cairan?
B. Jawaban
1. Kekurangan cairan menyebabkan darah mengental sehingga Hb
kurang mengikat oksigen. Jadi, oksigen dalam otak sedikit dan
menyebabkan lemas.
2. Menjaga homeostasis tubuh, pelumas antar organ (Cth: mata),
melancarkan peredaran darah, menghantarkan makanan seluruh
tubuh.
3. Lemas, mata kunang-kunang, terasa haus, kulit kering, pucat, sakit
kepala ringan, kurang konsentrasi, halusinasi, sakit pinggang.
4. Pengeluaran cairan lebih besar dari pada pemasukan cairan.
Contoh: suhu lingkungan tinggi, aktivitas berlebih, dan sakit seperti
diare.
5. Composmentis, apatis, delirium, somnolen, spoor, semi-coma, coma
5
6. Infus.
7. Na, Cl, K, dan Ca.
8. Dehidrasi, dan diare.
9. Laki-laki 60%, perempuan 55%, 2/3 intraseluler, 1/3 ekstraseluler,
dan anak-anak lebih banyak.
10. Cairan intaseluler, dan cairan ektraseluler (plasma, cairan
interstitial, cairan transeluler).
11. Minum sambil duduk, menggunakan tangan kanan, mengucap
basmalah, dan meneguk dengan 3 tegukan.
12. Pengganti cairan tubuh : melalui oral.
Infus electron : melalui vena.
13. Input : hasil metabolisme, infus, makanan, dan minuman.
Output : urin, feses, dan keringat.
HIPOTESIS
Cairan adalah larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut yang
terdiri atas heterogen dan homogen yang berfungsi untuk menjaga
homeostasis tubuh. Jika kekurangan cairan akan menimbulkan
gejala lemas, mata kunang-kunang, terasa haus, kulit kering, pucat,
sakit kepala ringan, kurang konsentrasi, halusinasi, dan sakit
pinggang. Hal ini mengakibatkan dehidrasi serta diare, dapat diatasi
dengan cara memasukan cairan infus serta mengikuti dasar Islam.
6
Sasaran Belajar
LO 1.2. Jenis
Larutan
7
a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute
(zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat
larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel-
partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih
bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila
hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh
( masih dapat larut).
b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung
sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn
dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang
partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat
dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila
bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan
yang mengandung lebih banyak solute daripada yang
diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan
yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi
endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali
konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh
(mengendap).
8
Cairan
LO 1.3. Fungsi
Fungsi cairan antara lain:
1. Sebagai pelarut universal
2. Menjaga suhu tubuh(37%)
3. Partisipasi dalam semua reaksi hidrolisis
4. Pelumas berbagai organ
9
5. Menjaga tekanan sel
6. Menjaga homeostasis tubuh
7. Struktur protein, asam nukleat dan membran sel jadi
sifatnya normal
Fungsi Larutan:
Secara umum larutan berfungsi untuk membentuk suatu zat
baru antara solute (zat yang dilarutkan) dan solvent (zat
pelarut)
LO 1.4. Perbedaan
Larutan adalah campuran homogen serta sama ukuran
partikelnya, tidak ada bidang batas antara zat pelarut dengan
zat terlarut (tidak dapat dibedakan secara langsung antara zat
pelarut dengan zat terlarut), partikel-partikel penyusunnya
berukuran sama (baik ion, atom, maupun molekul) dari dua
zat atau lebih. Dalam larutan fase cair pelarutnya (solvent)
adalah cairan dan zat terlarut di dalamnya disebut zat
terlarut(solute) bisa berwujud cair, padat, atau gas.
Konsentrasi
10
Sifat Pelarut
Pengaruh pH
Pengaruh Hidrolisis
LO 2.2. Mekanisme
Cairan ekstraselular merupakan perantara antara sel dan
lingkungan luar. Semua pertukaran air dan konstituen lainnya
antara ICF dan lingkungan harus terjadi melewati ECF. Plasma
hanyalah satu-satunya cairan yang bias diatur secara
langsung baik volume maupun komposisinya. Cairan ini
berada dalam sirkulasi. Perubahan komposisi dan volume
plasma juga akan mempengaruhi cairan interstisial. Oleh
11
karena itu, semua control terhadap plasma akan mengatur
keseluruhan ECF juga.
Dua faktor yang diatur untuk mempertahankan keseimbangan
cairan tubuh adalah volume dan osmolaritasnya. Walaupun
regulasi keduanya saling berhubungan (kadar NaCl dan H 2O),
alasan mengapa keduanya dikontrol sangatlah berbeda.
a. Volume CES
Regulasi volume CES sangat penting untuk mempertahankan
tekanan darah. Pemeliharaan keseimbangan garam sangat
penting dalam regulasi jangka panjang volume CES.
- Regulasi jangka panjang
Regulasi ini dilakukan oleh ginjal dan mekanisme haus, yang
masing-masingmelakukan pertukaran cairsn yang diperlukan
antara CES dan lingkunganeksternal untuk mengatur volume
cairan tubuh total.
12
pekat dan osmolaritas meningkat (hipertonik) dan
sebaliknya jika terjadi kelebihan air, maka zat terlarut akan
encer dan osmolaritas menurun (hipotonik).
Ketonusan ECF dipertahankan oleh mekanisme haus dan
vasopressin.
a. Mekanisme haus
Haus adalah sensasi subjektif yang menigkatkan keinginan
untuk intake air. Pusat haus terletak di hipotalamus, dekat
dengan sel pensekresi vasopressin. Ada beberapa stimulus
yang dapat memicu rasa haus. Salah satu yang paling penting
adalah peningkatkan osmolaritas cairan ekstraselular yang
menyebabkan dehidrasi intraselular di pusat rasa haus,
dengan demikian merangsang sensasi rasa haus. Kegunaan
dari respons ini sangat jelas yaitu membantu mengencerkan
cairan ekstraselular dan mengembalikan osmolaritas kembali
ke normal.
Penurunan volume cairan ekstraselular dan tekanan arterial
juga merangsang rasa haus melalui suatu jalur yang tidak
bergantung pada jalur yang distimulasi oleh peningkatan
osmolaritas plasma. Jadi, kehilangan volume darah melalui
perdarahan akan merangsang rasa haus walaupun mungkin
tidak terjadi perubahan osmolaritas plasma. Hal ini mungkin
terjadi akibat input neutral dari baroreseptor kardiopulmonar
dan baroreseptor arterial sistemik dalam sirkulasi.
Stimulus rasa haus ketiga yang penting adalah angiotensin II.
Karena angiotensin II juga distimulasi oleh factor-faktor yang
berhubungan dengan hipovolemia dan tekanan darah rendah,
pengaruhnya pada rasa haus membantu memulihkan volume
darah dan tekanan darah kembali normal, bersama dengan
kerja lain dari angiotensin II pada ginjal untuk menurunkan
ekskresi cairan.
13
Gambar 2. System rennin, angiotensin, dan aldosteron yaitu respon
terhadap penurunan volume ECF dan NaCl.
b. Vasopressin
Hormone vasopressin (ADH) mempunyai fungsi yaitu mengatur
keseimbangan cairan dalam tubuh yang bekerja pada tubulus ginjal.
Dimana tubulus ginjal merupakan pengaturan pengaturan
penyerapan air yang mengatur 2 hal:
14
- Mengatur aliran air dalam tubuh yang akan kembali masuk ke
dalam darah
- Mengatur aliran air yang sebagiannya akan dibuang dalam
bentuk urin
Peningkatan hormone ADH akan meningkatkan osmolaritas plasma
serta penurunan volume darah dan tekanan darah. Sebaliknya,
penurunan hormone ADH akan menurunkan osmolaritas plasma
serta peningkatan volume darah dan tekanan darah.
b. Produksi metabolisme
Reaksi kimia di dalam sel menguba makanan dan O
menjadi energi, dengan menghasilkan CO dan HO
dalam prosesnya. HO metabolik yang diproduksi
selama metabolisme sel dan dibebaskan ke dalam CES
berjumlah 350mL/hari. Asupan rerata HO dari ketiga
15
sumber ini berjumlah 260 mL/hari. Sumber lain HO
yang sering digunaan alam pengobatan infus cairan
intravena.
2. Sumber output:
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
a.Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui
tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang
utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar1400 - 1500
ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam. Pada orang
dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar
keringat meningkat maka produksi urine akan menurun
sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam
tubuh.
b.IWL (Insesible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, Melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan
cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL
per hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat
maka IWL dapat meningkat.
c.Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh
yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus,
sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang
belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada
kulit.
d.Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per
hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam
mukosa usus besar (kolon).
LO 2.4. Komposisi
Kompartemen Volume cairan Persentase Persentase
(L) Cairan Tubuh Berat Tubuh
Cairan tubuh 42 100 60
total
CIS 28 67 40
CES 14 33 20
Plasma 2,8 6,6 4
Cairan 11,2 26,4 16
Interstisium
LO 2.5. Fungsi
Homeostasis bergantung pada pemeliharaan keseimbangan
antara pemasukan dan pengeluaran semua konstituen yang
terdapat di lingkungan cairan internal. Regulasi keseimbangan
16
cairan melibatkan dua komponen terpisah : kontrol
kesimbangan garam dan kontrol keseimbangan H2O.
- kontrol keseimbangan garam penting dalam regulasi
jangka panjang tekanan darah arteri karena jumlah garam
tubuh secara osmotic menahan H 2O, sehingga menentukan
volume CES.
jumlah garam di CES -> ekspansi volume CES yang ->
tekanan darah keseimbangan garam dipertahankan
dengan terus menerus menyesuaikan pengeluaran garam
diurine untuk menyamai asupan garam
- control keseimbangan H2O penting untuk mencegah
perubahan osmolaritas CES, yang dapat menimbulkan
perpindahan osmotic H2O antara sel dan CES yang
membahayakan. Masuk/keluarnya H2O pada sel akan
menyebabkan sel membengkak/menciut yang dapat
membuat sel tidak dapat berfungsi normal. Keseimbangan
air dipertahankan dengan mengontrol volume H2O bebas
yang keluar di urin untuk mengkompensasi pengeluaran
dan pemasukan H2O.
LO 3.2. Sifat
Sifat mineral seperti sifat kimia, biokimia maupun proses
biologis dalam jaringan makhluk hidup, perlu diketahui dalam
upaya mendiagnosis penyakit defisiensi mineral
LO 3.3. Klasifikasi
Berdasarkan kegunaannya dalam aktivitas kehidupan, mineral
(logam) dibagi menjadi dua golongan, yaitu mineral logam
esen- sial dan nonesensial. Logam esensial diperlukan dalam
proses fisiologis hewan, sehingga logam golongan ini
merupakan unsur nutrisi penting yang jika kekurang- an dapat
menyebabkan kelainan proses fisiologis atau disebut penyakit
defisiensi mineral. Mineral ini biasanya terikat dengan protein,
termasuk enzim untuk proses metabolisme tubuh, yaitu
kalsium (Ca), fosforus(P),kalium(K),natrium(Na), klorin (Cl),
sulfur (S), magnesium (Mg), besi (Fe), tembaga (Cu), seng
(Zn), mangan (Mn), kobalt (Co), iodin (I), dan selenium (Se).
Logam nonesensial adalah golongan logam yang tidak
berguna, atau belum diketahui kegunaannya dalam tubuh
hewan, sehingga hadirnya unsur tersebut lebih dari normal
17
dapat menyebabkan keracunan. Logam tersebut bahkan
sangat berbahaya bagi makhluk hidup, seperti timbal (Pb),
merkuri (Hg), arsenik (As), kadmium (Cd), dan aluminium (Al).
Berdasarkan banyaknya, mineral di- bagi menjadi dua
kelompok, yaitu mineral makro dan mineral mikro. Mineral
makro diperlukan atau terdapat dalam jumlah relatif besar,
meliputi Ca, P, K, Na, Cl, S, dan Mg. Mineral mikro ialah
mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit dan
umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat
kecil, yaitu Fe, Mo, Cu, Zn, Mn, Co, I, dan Se.
LO 3.4. Fungsi
Elektroli Fungsi Ekstraseluler Intraseluler
t
Na+ Menjaga keseimbangan asam-basa 142 mEq/L 10 mEq/L
K+ Peran dalam fungsi otot dan saraf 4 mEq/L 140 mEq/L
Ca++ Mineralisasi tulang dan gigi, 2,4 mEq/L 0,0001
meningkatkan efektivitas mEq/L
pembekuan darah
Mg++ Mengikat hormon dan reseptor 1,2 mEq/L 58 mEq/L
Cl- Membantu proses keseimbangan 103 mEq/L 4 mEq/L
natrium, sekresi asam lambung sel-
sel parental
HCO3- Bereaksi dengan asam kuat untuk 28 mEq/L 10 mEq/L
membentuk asam karbonat dan
suasana garam untuk menurunkan
pH
HPO4 2- Menjadi energi pada metabolisme 4 mEq/L 75 mEq/L
SO4- 1 mEq/L 2 mEq/L
LO 3.5. Metabolisme
Natrium (Na+)
Natrium adalah zat mineral yang kita andalkan sebagai
pembentuk garam didalam tubuh dan sebagai penghantar
impuls dalam serabut syaraf dan tekanan osmosis pada sel
yang menjaga keseimbangan cairan sel dengan cairan yang
ada disekitarnya. Letak Natrium (Na) terbanyak di Extra
seluler (CES). Volume cairan ekstraseluler diatur
keseimbangannya melalui mekanisme homeostasis.Natrium
diatur oleh intake garam, aldosteron, dan pengeluaran urine.
Kadar Normal Natrium (Na) dalam tubuh : 135-148 mEq/lt.
Kalium (K+)
Merupakan Kation utama intra seluler (CIS). Kalium dalam
makanan dan dalam tubuh ditemukan dalam bentuk ion K+,
baik dalam larutan ataupun dalam bentuk garam. Kalium
ditemukan banyak dalam makanan, terutama pada buah-
buahan dan sayuran. Kalium banyak terdapat dalam bayam,
pisang, jamur, brokoli, susu, daging, tomat, jeruk, kol, dan
18
asparagus.Kadar Normal Kalium (K+) dalam tubuh : 3,5-5,5
mEq/lt.
Clorida (Cl)
Ion Cl merupakan anion yang paling banyak terdapat dalam
cairan ektraseluler (CES). Di dalam tubuh terdapat sekitar
0,15 persen ( 1,9 gram per kg berat badan). Cairan
cerebrospinal dan lambung mengandung Cl lebih banyak. Otot
dan syaraf kandungannya rendah. Ion Cl juga terdapat pada
CIS walupun jumlahnya tak sebanyak pada CES. Kandungan
Clorida normal dalam tubuh : 95-105 Eq/lt
LO 4.2. Gejala
Respon awal tubuh terhadap dehidrasi antara lain berupa rasa
haus untuk meningkatkan pemasukan cairan hingga dengan
penurunan produksi kencing untuk mengurangi seminimal
mungkin cairan yang keluar. Air seni akan tampak lebih pekat
dan berwarna gelap.
Jika kondisi awal ini tidak tertanggulangi maka tubuh akan
masuk ke kondisi selanjutnya yaitu :
a. Mulut kering.
b. Berkurangnya air mata.
c. Berkurangnya keringat.
d. Kekakuan otot.
e. Mual dan muntah.
f. Kepala terasa ringan terutama saat berdiri.
Selanjutnya tubuh dapat jatuh ke kondisi dehidrasi berat yang
gejalanya berupa gelisah dan lemah lalu koma dan kegagalan
multi organ.
19
LO 4.3. Etiologi
Dehidrasi terjadi bila kehilangan cairan sangat besar
sementara pemasukan cairan sangat kurang. Beberapa
kondisi yang sering menyebabkan dehidrasi antara lain :
a. Diare merupakan keadaan yang paling sering
menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah besar. Di
seluruh dunia, 4 juta anak-anak meninggal setiap tahun
karena dehidrasi akibat diare.
b. Muntah sering menyebabkan dehidrasi karena sangat sulit
untuk menggantikan cairan yang keluar dengan cara
minum.
c. Tubuh kehilangan banyak cairan saat berkeringat. Kondisi
lingkungan yang panas akan menyebabkan tubuh berusaha
mengatur suhu tubuh dengan mengeluarkan keringat. Bila
keadaan ini berlangsung lama sementara pemasukan
cairan kurang maka tubuh dapat jatuh ke dalam kondisi
dehidrasi.
d. Peningkatan kadar gula darah pada penderita diabetes
atau kencing manis akan menyebabkan banyak gula dan
air yang dikeluarkan melalui kencing sehingga penderita
diabetes akan mengeluh sering kebelakang untuk kencing.
e. Penderita luka bakar dapat mengalami dehidrasi akibat
keluarnya cairan berlebihan pada kulit yang rusak oleh luka
bakar.
f. Orang yang mengalami kesulitan minum oleh karena suatu
sebab rentan untuk jatuh ke kondisi dehidrasi.
g. Gastroenteritis. Ini adalah penyebab paling umum
dehidrasi. Jika disertai muntah dan diare, dehidrasi akan
semakin mudah terjadi.
h. Stomatitis. Nyeri dapat membatasi asupan oral.
i. Diabetic ketoasidosis (DKA). Dehidrasi ini disebabkan oleh
diuresis osmotik. Penurunan berat badan disebabkan oleh
kehilangan cairan yang berlebihan dan katabolisme
jaringan. Rehidrasi cepat, dapat menimbulkan hasil
neurologis yang buruk. DKA sangat spesifik dan
memerlukan perawatan yang intensif.
j. Demam penyakit.Demam mengakibatkan peningkatan
insensible loss water dan dapat mempengaruhi nafsu
makan.
k. Pharyngitis, ini dapat mengurangi asupan oral.
l. Congenital adrenal hiperplasia. berhubungan dengan
hipoglikemia, hipotensi, hiperkalemia, dan hiponatremia.
m. Heat stroke. Hyperpyrexia, kulit kering, dan perubahan
status mental dapat terjadi.
n. Cystic Fibrosis. mengakibatkan kerugian natrium dan
klorida keringat, menempatkan pasien pada risiko
hiponatremia, hipokloremia dan dehidrasi parah.
20
o. Diabetes insipidus. output urin yang berlebihan yang
sangat encer dapat mengakibatkan kerugian besar air
bebas dan hipernatremia.
p. Tirotoksikosis. Berat badan yang diamati, meskipun nafsu
makan meningkat. Diare terjadi
LO 4.4. Manifestasi
Langkah pertama untuk mengatasi dehidrasi adalah dengan
mencegahnya. Untuk orang dewasa, minumlah minimal 8
gelas air setiap hari. Pada sebagian orang, kebutuhan minum
air akan lebih besar, seperti pada atlet atau orang-orang yang
tinggal di dataran tinggi atau di tempat yang bersuhu tinggi
dan beriklim kering. Untuk para atlet, sangat disarankan untk
mengonsumsi minuman elektrolit. Ketika dehidrasi sudah
berkembang, pengobatan yang tepat akan memberikan hasil
yang baik, sekaligus meminimalisir kemungkinan komplikasi
yang serius. Pengobatan dehidrasi akan tergantung dari
penyebab, adanya penyakit lain, usia dan beberapa faktor
lainnya.
LO 4.5. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan adalah keadaan yang umum terjadi
pada berbagai keadaan dalam klinik. Keadaan ini hampir
selalu berkaitan dengan kehilangan cairan tubuh melalui ginjal
atau di luar ginjal. Terkumpulnya cairan di dalam ruang non
CEF. Pada prinsipnya cairan menjadi terperangkap dan tidak
dapat dipakai oleh tubuh. Penumpukan volume cairan yang
cepat dan banyak pada ruang-ruang seperti beradal dari
volume CEF sehingga dapat mengurangi volume sirkulasi
darah efektif.
21
Perdarahan, muntah, diare, keringat adalah cairan hipotonik
yang terdiri dari, Na (30-70 m Eg/l) dan klorida. Selama latihan
berat pada lingkungan yang panas, bisa terjadi kehilangan 1 L
keringat / jam. Sehingga dapat menyebabkan kekurangan
volume jika asupannya tidak mencukupi. Kehilangan Na dan
air melalui ginjal tanpa adanya penyakit ginjal terjadi pada 3
keadaan yang paling sering adalah pemakaian diuretik yang
berlebihan, terutama tiazid atau diuretik sampai yang kuat
seperti furosemid. Diuresis osmotik obligatorik juga sering
menyebabkan kehilangan Na dan air yang terjadi selama
glikosuria pada DM yang tidak terkontrol atau koma
hipermosmolar non ketonik pada kasus pemberian makanan
tinggi protein secara enternal atau parenteral dapat terbentuk
urea dalam jumlah besar yang bisa bertindak sebagai agen
osmotik.
22
LO 4.7. Tingkat Derajat Dehidrasi
Dehidrasi juga dibagi berdasarkan derajatnya:
1. Dehidrasi ringan
Dehidrasi ini terjadi bila tubuh kehilangan cairan sebesar 5%
bb
2. Dehidrasi sedang
Dehidrasi ini terjadi bila tubuh kehilangan cairan sebesar 5%-
10% bb
3. Dehidrasi berat
Dehidrasi ini terjadi bila tubuh kehilangan cairan sebesar 10%
bb
LO 4.8. Prognosis
~ Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan fisik, dehidrasi
dapat dibagi menjadi dehidrasi ringan, sedang dan berat
seperti pada tabel di bawah ini:
23
mEq/L, maka akan terjadi edema serebral akibatnya, seperti apatis,
anoreksia, nausea, muntah, agitasi, gangguan kesadaran, kejang
dan koma (Garna, dkk., 2000). Pada dehidrasi hipotonik atau
hiponatremik, cairan ekstraseluler relatif hipotonik terhadap cairan
intraseluler, sehingga air bergerak dari kompartemen ekstraseluler
ke intraseluler. Kehilangan volume akibat kehilangan eksternal
dalam bentuk dehidrasi ini akan makin diperberat dengan
perpindahan cairan ekstraseluler ke kompartemen intraseluler. Hasil
akhirnya adalah penurunan volume ekstraseluler yang dapat
mengakibatkan kegagalan sirkulasi (Behrman et al, 2000). Dehidrasi
hiponatremik dapat disebabkan oleh penggantian kehilangan cairan
dengan cairan rendah solut (Graber, 2003).
24
2 Minum dangan tangan kanan.
Rasulullah Shalllallahualaihi wasalam Bersabda, Jika salah
seorang dari kalian hendak makan, hendaklah makan dengan
tangan kanan. Sesungguhnya setan makan dengan tangan
kirinya dan minum dengan tangan kirinya. (HR.Muslim).
3 Tidak Bernafas dan meniup air minum.
Dari abu Qatadah, Nabi shallallahualai wasalam bersabda,
Jika kalian minum maka janganlah bernafas dalam wadah air
minumnya. (HR. Bukhari no. 5630 dan Muslim no.263)
5 Minum Dengan Keadaan duduk.
Disunnahkan minum dengan keadaan duduk, karena dalam
hadits Anas disebutkan Bahwa sesungguhnya nabi
Shallallahualaihi wasalam melarang minum sambil berdiri.
(HR.Muslim).
6 Bersyukur dan jangan mencela makanan dan minuman.
Hendaklah kamu puas dan rela dengan makanan dan
minuman yang ada, dan jangan sekali sekali mencelanya. Abu
Hurairah Radhiallahuanhu di dalam haditsnya menuturkan:
Rasulullah Shallallahualaihi wasalam sama sekali tidak
pernah mencela makanan. Apabila suka sesuatu ia makan dan
jika tidak, maka ia tinggalkan. (Muttafaqalaih).
7 Larangan makan dan minum menggunakan emas/perak
"Dan janganlah kalian minum dari gelas emas atau perak, dan
jangan (pula) makan menggunakannya. bahwa itu
(piring/gelas dari emas dan perak) untuk mereka (non-
muslim) didunia dan untuk kita diakherat." (HR Bukhori,
Muslim, Ahmad, At-tirmidzi, An-Nasai, Abu Daud dan Ibnu
Majah).
8 Larangan makan dan minum dalam posisi bersandar "Aku
pernah bersama Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam ketika
beliau berkata kepada seseorang yang bersamanya juga :
Aku tidak makan dalam posisi bersandar." (HR Bukhori,
Ahmad, At-tirmidzi, Abu Daud dan Ibnu Majah).
9 Tidak berlebihan dan kekurangan
"Sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan
sepertiga untuk nafas." (HR At-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu
Majah).
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, MD. 2000. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 31. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
25
Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 8.
Terjemahan dari Introduction to Human Physiology. 8th Ed., oleh Pendit,
Brahm U. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sudoyo, W Aru., dkk. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 6. Jilid III.
Interna Publishing. Jakarta.
(http://kalbemed.com/Portals/6/23_224Praktis-Strategi%20Terapi
%20Cairan%20pada%20Dehidrasi.pdf)
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19075/5/Chapter
%20I.pdf)
26