Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH PENGGUNAAN MINUMAN KERAS PADA

KEHIDUPAN REMAJA

O
L
E
H
Nama : Fidelis Ntala Gewang Naput
No. Absen :
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan karena hanya dengan bimbingan dan tuntunannya penulis
dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah ini dengan baik. Penulis berharap dengan karya
ilmiah ini dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca khsusnya para remaja tentang
dampak penggunaan minuman keras bagi remaja.

Penulisan karya ilmiah ini masih memiliki banyak kekurangan maka dari itu penulis
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman maka penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun agar dapat menyempurnakan penulisan karya ilmiah ini.

Ruteng, 3 Desember 2023

i
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................2

1.3 Tujuan.........................................................................................................................................2

1.4 Manfaat.......................................................................................................................................2

1.5 Metode Penelitian.......................................................................................................................3

BAB II LANDASAN TEORI...........................................................................................................4

2.1 Konsep Remaja...........................................................................................................................4

2.2 Klasifikasi Remaja Menurut Umur............................................................................................4

2.3 Ciri-ciri Remaja..........................................................................................................................5

2.4 Perkembangan Masa Remaja.....................................................................................................6

BAB III PEMBAHASAN................................................................................................................8

3.1 Faktor Pengunaan Minuman Keras............................................................................................8

3.2 Kehidupan Remaja Akibat Pengunaan Minuman Keras............................................................11

3.3 Pengaruh Penggunaan Minuman Keras Pada Kehidupan Remaja.............................................12

BAB III PENUTUP..........................................................................................................................13

3.1 kesimpulan..................................................................................................................................13

3.2 Saran...........................................................................................................................................13

Daftar Pustaka

Riwayat Hidup

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa remaja merupakan masa dimana individu mulai mengenal lingkungan dan orang-orang
yang ada disekitarnya. Masa remaja yaitu masa pencarian identitas atau jati diri sehingga hubungan
yang dijalani bukan hanya dengan orang tua saja, melainkan remaja bertambah hubungannya ke yang
lebih luas diluar dari keluarganya seperti teman dan lingkungan sosial masyarakatnya. Namun,
hubungan remaja dengan lingkungannya tidak selalu berjalan dengan baik atau mulus. Masalah akan
selalu ada dan mewarnai dalam setiap hubungan yang terjalin, seperti kesalahpahaman dalam
berinteraksi. Dengan demikian, remaja harus bisa mengatasi setiap masalah atau persoalan dan
konflik yang muncul ketika sedang berinteraksi. Hampir sebagian besar masalah atau konflik yang
dialami remaja disebabkan oleh cara berinteraksi yang keliru dan penanganan permasalahan yang
kurang tepat juga, sehingga menimbulkan permaslahan baru yang lebih rumit. Pada umumnya, masa
remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang
ditandai dengan adanya perubahan aspek fisik, psikis dan psikososial yang akan bertumbuh dan
berkembang pada kematangan. Kematangan disini tidak hanya kematangan fisik tetapi terutama
kematangan sosial.

Faktor sosial ekonomi yang ada di dalam masyarakat merupakan pemicu bagi individu untuk
memunculkan perilaku dan pengalaman yang tidak sehat diantaranya adalah ketidak-stabilan dalam
rumah tangga, kekerasan anak, orang tua perokok, orang tua peminum, akses kesehatan yang sulit,
polusi lingkungan, perokok berat, peminum berat, penyalahgunaan minuman keras dan narkoba oleh
remaja. Salah satu dampak modernisasi dari faktor sosial ekonomi baru ini cukup nyata di tengah
masyarakat kita adalah penyalah gunaan minuman keras pada kalangan remaja. Bila keadaan ini
dibiarkan maka bencana yang akan terjadi, remaja yang telah keracunan alkohol atau minuman keras
ini adalah remaja yang tidak efektif bagi kehidupan sosialnya.

Alkohol merupakan jenis minuman yang mengandung unsur kimia etil alkohol atau yang
sering disebut etanol, etanol merupakan cairan jernih, tidak berwarna dan memiliki rasa yang pahit.
Alkohol dihasilkan atau diperoleh dari hasil fermentasi oleh mikroorganisme dari gula, sari buah, biji-
bijian, madu, umbi-umbian dan getah kaktus tertentu (Wiranto. 2013). Sedangkan alkohol menurut
kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai cairan bening yang memiliki rasa yang pahit dan
tidak berwarna yang dapat menyebabkan mabuk. Alkohol yaitu sejenis obat psikoaktif depresan yang
memiliki efek kuat terhadap fisik dan psikis. Alkohol dapat menghambat aktivitas otak sehingga dapat
menyebabkan efek ketergantungan. Di Indonesia sendiri minuman ber-alkohol dapat lebih mudah

1
didapatkan atau ditemui dengan harga yang relatif murah dan lebih banyak dikonsumsi oleh generasi
muda. Tetapi masalahnya, justru ada pada yang di konsumsi di masyarakat.

Masalah ini sangat penting untuk dikaji kerana melihat dari perkembangan remaja yang
merupakan masa depan bangsa ini seiring dengan maraknya peredaran minuman ber-alkohol ke tiap
daerah di desa-desa. Hasil penelitian awal di lapangan selaku peneliti ini melihat bahwa banyak
kemungkinan yang terjadi karena minuman ber-alkohol sangat merugikan dan meresahkan
masyarakat disekitarnya, karena dapat berdampak terhadap kontrol dirinya sehingga dapat
menyebabkan tindakan criminal yang dilakukan oleh remaja yang mengkonsumsi minuman ber-
alkohol. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait minuman ber-alkohol dan
dampak negatifnya terhadap remaja, dan menjadikannya sebagai karya ilmiah yang berjudul
“Pengaruh Penggunaan Minuman Keras Pada Kehidupan Remaja”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja faktor yang membuat remaja mengkonsumsi alkohol ?


2. Apa dampak negatif apabila seorang remaja mengkonsumsi alkohol?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor apa saja yang membuat remaja mengkonsumsi alkohol
2. Untuk mengetahui dampak negatif apabila seorang remaja mengkonsumsi alkohol

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada peneliti lainnya dan
berpotensi menjadi sumber pengetahuan tambahan dalam bidang psikologi. Selain itu, hasil
penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan penting dalam mata kuliah konseling adiksi di
program studi Bimbingan Konseling Islam.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Peneliti berharap bahwa temuan dari penelitian ini dapat membantu individu
memahami kondisi mereka sendiri, sehingga dapat digunakan sebagai pedoman
dalam mengembangkan upaya preventif terhadap perilaku konsumsi minuman
beralkohol.
b. Bagi Masyarakat
Masyarakat, khususnya remaja, diharapkan dapat memperoleh manfaat dengan
menjaga hubungan sosial mereka dan memiliki pemahaman yang lebih baik
mengenai dampak negatif dari konsumsi alkohol terhadap kesehatan diri mereka
sendiri dan lingkungan sekitar.

2
1.5 Metode Penelitian

Dalam penulisan karya ilmiah ini, metode deskriptif digunakan untuk mengumpulkan data
sekunder melalui studi kepustakaan dan dokumen; data ini didasarkan pada hasil penelitian
sebelumnya tentang penagruh alkohol bagi remaja. Analisis data ini dilakukan secara kualitatif, yaitu
dengan memahami dan merangkai data yang telah dikumpulkan dan disusun .

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Remaja

Beberapa pakar telah memberikan definisi mengenai masa remaja, seperti yang diuraikan
berikut ini: Menurut Komalasari (2008) dalam Hutagalung C (2008), masa remaja dalam konteks
psikologi merupakan fase transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja, terjadi
kematangan kognitif yang melibatkan interaksi antara struktur otak yang telah matang dan lingkungan
sosial yang semakin luas, memungkinkan remaja untuk berpikir secara abstrak. Istilah lain untuk masa
remaja adalah adalesensi, yang berasal dari bahasa Latin "adolescere" yang artinya menjadi dewasa
atau mengalami perkembangan menuju kedewasaan (S.R. Haditono, 2004). Knopka (2007)
menyatakan bahwa fase remaja adalah segmen perkembangan individu yang sangat penting, dimulai
dengan matangnya organ-organ fisik, termasuk organ seksual, sehingga individu dapat bereproduksi.
Menurut Slazman (2007), masa remaja mencakup perkembangan sikap tergantung pada orang tua
yang bertransisi menuju kemandirian, minat-minat seksual, perenungan diri, serta perhatian terhadap
nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Harold Alberty (1957) mendeskripsikan masa remaja sebagai
suatu periode dalam perkembangan seseorang yang dimulai setelah masa kanak-kanak dan
berlangsung hingga awal masa dewasa. Conger menganggap masa remaja sebagai periode yang
sangat kritis yang bisa menjadi waktu terbaik dan sekaligus terburuk dalam perkembangan seseorang.

2.2 Klasifikasi Remaja Menurut Umur

Masa remaja ini meliputi remaja awal12-15 tahun; remaja madya15-18 tahun dan remaja
akhir 19-22 tahun. Analisis cermat mengenai semua aspek perkembangan masa remaja, yang secara
global berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun masa remaja awal,
15-18 tahun masa remaja pertengahan, 18-21 tahun masa remaja akhir, akan mengemukakan banyak
faktor yang masing-masing perlu mendapat tinjauan tersendiri (S.R.Haditono, 2004). Para ahli
umumnya sepakat bahwa rentangan masa remaja berlangsung dari usia 11-13 tahun sampai dengan
18-20 tahun (Syamsuddin, 2003). Pada rentangan periode ini terdapat beberapa indikator perbedaan
yang signifikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu, para ahli
mengklasifikasikan masa remaja ini ke dalam dua bagian yaitu: 1) remaja awal (11-13 th s.d. 14-15
th); dan 2) remaja akhir (14-16 th s.d.18-20 th) (Sudrajat, A. 2008). Menurut Sarwono, S. W. dalam

4
Ulfah (2005) Batasan umur kapan diketahui atau dikatakan remaja dijelaskan sebagai berikut :
Sebagai pedoman umur dapat menggunakan batasan usia 11-24 tahun yang belum menikah, untuk
remaja Indonesia dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut : a. Usia 11 tahun adalah usia
dimana pada umumnya tanda-tanda seksual mulai tampak (masa puber). b. Kebanyakan masyarakat
Indonesia usia 12 tahun dianggap belum dewasa tapi masyarakat tidak memperlakukan mereka
sebagai anak-anak. c. Batas usia 24 tahun merupakan batas usia maksimum untuk memberi peluang
bagi mereka yang batas usia tersebut masih menggantungkandiri pada orang lain. d. Dalam definisi di
atas status perkawinan sangat menentukan karena arti perkawinan sangat penting di negara kita secara
menyeluruh, seseorang yang sudah menikah dalam usia berapapun dianggap dan diperlakukan sebagai
seorang yang sudah dewasa, baik secara hukum.

2.3 Ciri-ciri Remaja

Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1992) dapat dirangkum sebagai berikut:

a. Masa remaja dianggap sebagai periode krusial karena perubahan-perubahan yang dialami
selama masa ini memiliki dampak langsung pada individu dan memengaruhi perkembangan
selanjutnya.
b. Masa remaja diartikan sebagai periode pelatihan, di mana individu masih dalam tahap
pengembangan dari masa kanak-kanak dan belum sepenuhnya dianggap sebagai orang
dewasa. Status remaja yang belum jelas memberikan kesempatan untuk mencoba gaya hidup
berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai, dan sifat yang sesuai.
c. Masa remaja diidentifikasi sebagai periode perubahan, termasuk perubahan emosional, fisik,
minat, peran (menuju kemandirian), nilai-nilai yang dipegang, dan keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja dianggap sebagai waktu pencarian identitas diri, di mana remaja berusaha
menjelaskan siapa dirinya dan peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja sering dihubungkan dengan ketakutan karena sulit diatur dan cenderung
menunjukkan perilaku yang kurang baik, yang menjadi sumber kekhawatiran bagi banyak
orang tua.
f. Masa remaja dikarakterisasi sebagai periode yang tidak realistik, di mana remaja cenderung
memiliki pandangan hidup yang belum sepenuhnya sesuai dengan realitas.
g. Masa remaja dianggap sebagai fase menuju dewasa di mana remaja mengalami kebingungan
dan kesulitan dalam mencoba meninggalkan kebiasaan dari masa sebelumnya. Mereka
berusaha memberikan kesan bahwa mereka sudah atau hampir dewasa dengan melakukan
perilaku seperti merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat
dalam perilaku seks. Mereka percaya bahwa tindakan ini akan menciptakan citra yang
diinginkan.

5
h. Penting untuk mencatat bahwa selama masa ini, terjadi perubahan fisik dan psikis pada
remaja, yang cenderung menyebabkan kesulitan dalam penyesuaian dengan lingkungan
sekitar. Oleh karena itu, diharapkan remaja dapat mengatasi masalah ini dengan baik,
menjalani tugas perkembangan dengan penuh tanggung jawab.

2.4 Perkembangan Masa Remaja

1. Fase Pubertas dan adolensi

Makna adolesensi telah dijelaskan sebelumnya, sementara istilah pubertas berasal dari kata
puber (pubescent). Secara alternatif, pubescere berarti memperoleh pubes atau rambut kemaluan, yang
merupakan tanda kelamin sekunder yang menandakan perkembangan seksual (S.R. Haditono, 2004).
Remplein, seperti yang disebutkan dalam S.R. Haditono (2004), memasukkan istilah "jugencrise" atau
krisis remaja di antara periode pubertas dan adolesensi. Dengan penjelasan ini, Remplein membagi
rentang usia 11-21 tahun menjadi beberapa tahap, termasuk pra-pubertas 10½-13 tahun (wanita), 12-
14 tahun (pria), pubertas 13-15½ tahun (wanita), 14-16 tahun (pria), krisis remaja 15½-16½ tahun
(wanita), 16-17 tahun (pria), dan adolesensi 16½-20 tahun (wanita), 17-21 tahun (pria). Menurut
Remplein, krisis remaja adalah suatu periode dengan gejala krisis yang menunjukkan adanya
perubahan dalam perkembangan sensitivitas dan labilitas yang meningkat. Meskipun usia yang
disebutkan oleh Remplein mungkin tidak sepenuhnya berlaku untuk situasi di Indonesia,
kemungkinan adanya krisis pada salah satu titik dalam masa remaja sangat tergantung pada kondisi
lingkungan remaja.

2. Fase atau karakteristik perkembangan

a. Perkembangan fisik dan seksual

Masa remaja merupakan salah satu dari dua fase dalam kehidupan individu, yang ditandai
dengan pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Dalam proses perkembangan seksual remaja, terdapat
dua kategori ciri, yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Rincian lebih lanjut dapat
dijelaskan sebagai berikut: Ciri-ciri seks primer pada remaja pria mencakup pertumbuhan testis yang
sangat cepat pada tahun pertama dan kedua. Sementara itu, ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja,
baik pada pria maupun wanita, mencakup tumbuhnya rambut pubik di sekitar area kemaluan. Pada
remaja wanita, juga terjadi pertumbuhan buah dada dan pinggul yang lebih besar, sedangkan pada
remaja pria, selain rambut pubik, terjadi perubahan suara, pertumbuhan kumis, dan tumbuhnya
gondok laki-laki (jakun) (Yusuf, 2007).

b. Perkembangan Kognitif

6
Berzonsky dalam Yusuf (2007) mengajukan suatu model cabang cabang yang membangun
berpikir operasi formal. Menurut dia, berfikir formal itu memiliki dua isi yang khusus, yaitu:
pengetahuan estetika yang bersumber dari pengalaman main musik, membaca literatur atau seni; dan
pengetahuan personalyang bersumber dari hubungan interpersonal dan pengalaman-pengalaman
kongkrit. Lebih lanjut, kemampuan mengaplikasikan operasi formal tidak hanya berkaitan dengan
pengalaman belajar khusus, tetapi juga dengan tingkah laku non verbal: sikap, motif atau keinginan,
simbolik: simbol-simbol tertulis, sistematik: gagasan dan makna, danfigural: representasi visual dari
objek-objek konkret.

c. Perkembangan emosi

Gessel dalam Yusuf (2007) mengemukakan bahwa remaja empat belas tahun seringkali
mudah marah, mudah terangsang, dan emosinya cenderung “meledak”, tidak berusaha
mengendalikan perasaannya. Sebaliknya, remaja enam belas tahun mengatakan bahwa mereka
“tidak mempunyai keprihatinan”. Jadi adanya badai dan tekanan dalam periode ini berkurang
menjelang berakhirnya awal masa remaja.

d. Perkembangan sosial

Remaja sebagai bunga dan harapan bangsa serta pemimpin di masa depan sangat diharapkan
dapat mencapai perkembangan sosial secara matang, dalam arti dia memiliki penyesuaian sosial
(sosial adjusment) yang tepat. Penyesuaian sosial ini dapat diartikan sebagai “kemampuan untuk
reaksi secara tepat terhadap realitas sosial, situasi dan relasi”. Remaja dituntut untuk memiliki
kemampuan penyesuaian sosial ini, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

e. Perkembangan moral

Keragaman tingkat moral remaja disebabkan oleh faktor penentunya yang beragam juga.
Salah satu faktor penentu atau mempengaruhi perkembangan moral remaja itu adalah orang tua.
Menurut Adam dan Gullota (1983) terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
orang tua mempengaruhi moral remaja, yaitu sebagai berikut:

1) Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat moral remaja dengan tingkat moral orang
tua (Haan, Langer, Kohlberg, 1976).
2) Ibu-ibu remaja yang anaknya tidak nakal mempunyai skor lebih tinggi dalam tahapan nalar
moralnya daripada ibu yang anaknya nakal; remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang
lebih tinggi dalam kemampuan nalar moralnya daripada remaja yang nakal (Hudgins &
Prentice, 1973)
3) Terdapat dua faktor yang meningkatkan perkembangan moral anak dan remaja, yaitu orang
tua yang mendorong anak berdiskusi secara demokratik dan terbuka mengenai berbagai isu,

7
dan orang tua yang menerapkan disiplin terhadap anak dengan teknik berfikir induktif
(Parikh, 1980 dalam Yusuf, 2007).

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Faktor Pengunaan Minuman Keras

Mengonsumsi minuman keras merupakan salah satu tindakan yang termasuk dalam kategori
penyimpangan sosial. Penyimpangan sosial di kalangan remaja tidak akan muncul tanpa adanya
faktor-faktor penarik atau pendorong. Faktor penarik berasal dari luar individu, sementara faktor
pendorong muncul dari dalam diri atau keluarga yang mendorong seseorang untuk terlibat dalam
perilaku menyimpang. Berikut ini akan diuraikan secara lebih rinci alasan utama mengapa remaja
tertarik pada konsumsi minuman keras:

1. Meniru Orang lain


Remaja melihat banyak orang menggunakan minuman keras. Mereka melihat orang tua
mereka dan orang dewasa lainnya menggunakan alkohol. Ditambah lagi kehidupan remaja
saat ini dalam pertemanan tidak lepas dari minum minuman keras. Terkadang seorang teman
menyarankan teman yang lainnya untuk minum alkohol sehingga tidak heran dari sini mereka
mulai menggunakannya karena selalu tersedia di kelompok sepermainannya dan mereka
melihat bahwa temantemannya sangat menikmati minuman keras ini.
2. Media
42% dari remaja setuju bahwa film dan tayangan itu membuat alkohol menjadi sesuatu yang
menyenangkan untuk digunakan maka tidak heran jika remaja tertarik untuk mencobanya.
3. Pelarian Diri dan Untuk Terapi
Ketika remaja terlihat tidak bahagia dan tidak menemukan cara sehat untuk mengobati
frustasi/hilangnya rasa percaya diri, mereka akan menggunakan ksebagai pelariannya. Apapun
bahan kimia yang mungkin menyebabkan mereka lebih bahagia, energik dan percaya diri
mereka akan mencoba menggunakannya.

8
4. Kebosanan
Remaja tidak biasa hidup sendiri, apalagi jika kedua orang tua tidak memperhatikan mereka.
Ada kecenderungan remaja mulai bosan melihat keadaan keluarganya yang tidak
memperhatikan mereka sehingga mereka mulai bergabung dengan kelompok remaja lain.
Dari situ dimulailah mereka mengenal minuman keras.
5. Informasi yang Salah
Terkadang para remaja selalu didekati oleh teman dekatnya untuk meminum alkohol, karena
mereka berkeyakinan alkohol bisa mengurangi masalah yang saat ini mulai berkembang.
Tetapi yang terpenting adalah bagaimana orang tua sebelumnya memberikan informasi
mengenai bahaya penggunaan minuman keras.

Kaum muda atau remaja lebih mudah terjerumus pada minuman keras karena faktor-faktor
sebagai berikut :

1) Ingin membuktikan keberaniannya dalam melakukan tindakan berbahaya


2) Ingin menunjukan tindakan menentang terhadap orang tua yang otoriter.
3) Ingin melepaskan diri dari kesepian dan memperoleh pengalaman emosional.
4) Ingin mencari dan menemukan arti hidup.
5) Ingin mengisi kekosongan dan kebosanan.
6) Ingin menghilangkan kegalauan/ kegelisahan.
7) Solidaritas di antara kawan.
8) Ingin tahu.

Adapun faktor-faktor yang paling berpengaruh berdasarkan hasil penelitian yang penulis
lakukan adalah :

1. Faktor Individu

Anak muda umumnya mencoba hal baru dengan tujuan membuktikan keberaniannya di
hadapan teman-teman, untuk melarikan diri dari masalah yang dihadapi, mencari makna hidup, dan
menunjukkan solidaritas terhadap kawan-kawannya. Rasa ingin tahu merupakan kebutuhan yang
muncul dari dalam diri setiap individu, terutama pada generasi muda yang cenderung ingin mencoba
hal-hal yang baru. Ketertarikan terhadap minuman keras seringkali berasal dari rasa ingin tahu
terhadap pengalaman baru, dan setelah mencobanya, mereka kemudian menjadi pengkonsumsi
tetap. Generasi muda secara umum memiliki rasa ingin tahu yang kuat. Apabila ada seseorang di
antara mereka yang menunjukkan kepuasan mengonsumsi minuman keras, dorongan alami anak
muda untuk mencoba, yang berasal dari rasa ingin tahu, mendorong salah satu dari mereka untuk
mencicipinya. Selain dipicu oleh keingintahuan, keberanian mereka juga didorong oleh dorongan
batin yang ingin dianggap hebat, pemberani, dan pahlawan di antara teman-teman sebaya.

9
2. Faktor Keluarga

Konflik di dalam lingkungan keluarga dapat menyebabkan anggota keluarga merasa frustrasi
dan akhirnya memilih minuman keras sebagai bentuk solusi. Banyak individu yang mengonsumsi
minuman keras berasal dari keluarga yang tidak harmonis. Seharusnya, keluarga menjadi tempat di
mana kebahagiaan dan kasih sayang dapat dinikmati bersama. Namun, pada kenyataannya, keluarga
sering menjadi pemicu konsumsi minuman keras oleh anggota keluarga, karena atmosfer keluarga
tersebut cenderung kacau balau. Hubungan antar anggota keluarga mungkin terasa dingin, tegang,
atau bahkan bermusuhan. Komunikasi antara ayah, ibu, dan anak-anak seringkali menciptakan
konflik yang berkepanjangan, dengan berbagai penyebabnya. Penyelesaian terhadap semua konflik
ini terletak pada komunikasi yang baik, penuh pengertian, saling menghargai, menyayangi, dan
memiliki niat untuk selalu membahagiakan satu sama lain. Interaksi antara orang tua dan anak tidak
hanya memerlukan niat baik, melainkan juga cara berkomunikasi yang efektif. Setiap pihak perlu
bersabar dalam menjelaskan perasaan mereka dengan cara yang tepat. Banyak konflik dalam rumah
tangga terjadi karena salah paham atau kegagalan dalam berkomunikasi. Konflik di dalam keluarga
dapat membuat anggota keluarga merasa frustasi, terutama anak-anak yang sering menjadi rentan
terhadap stres. Beberapa faktor dari lingkungan keluarga dapat memengaruhi seseorang untuk
terjerumus ke dalam lingkungan yang tidak sehat.

3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan sering kali turut meningkatkan jumlah pengkonsumsi minuman keras,
karena lingkungan yang tidak mendukung memberikan peluang bagi mereka untuk terpapar hal-hal
negatif seperti minuman keras. Selain itu, faktor lingkungan juga sering menjadi penyebab
peningkatan konsumsi minuman keras. Salah satu bentuk faktor lingkungan yang dapat
menyebabkan peningkatan konsumsi minuman keras adalah lingkungan sosial di mana individu
berinteraksi dengan teman-teman yang memberikan kesempatan untuk mengenal minuman keras.
Hal ini mengakibatkan motif mencoba-coba berkembang menjadi kecanduan, mendorong mereka
untuk terus mengonsumsi minuman keras. Perasaan loyalitas terhadap teman sangat kuat pada
generasi muda. Jika perasaan tersebut tidak diarahkan secara positif, dapat menjadi potensi bahaya
dan berubah menjadi perilaku negatif. Jika teman sebaya mengonsumsi minuman keras, individu
tersebut cenderung ikut serta dalam konsumsinya. Jika teman mendapat teguran dari orang tua atau
ditolak oleh masyarakat, pengonsumsi minuman keras akan membela dan bersimpati. Sikap seperti
ini dapat memicu pengikutannya, di mana awalnya hanya satu individu yang mengonsumsi, namun
kemudian menyebabkan seluruh kelompok menjadi pengonsumsi

4. Faktor Agama

Pendidikan agama merupakan aspek pendidikan yang sangat penting bagi anak, karena
memiliki dampak langsung pada perilaku dan perkembangan mereka. Pendidikan agama pada anak

10
merupakan fase awal dalam membentuk kepribadian, di mana baik atau buruknya kepribadian anak
sangat tergantung pada peran orang tua dan lingkungan tempat mereka dibesarkan. Oleh karena itu,
sebagai orang tua, memiliki kewajiban untuk memberikan pendidikan dan bimbingan agama kepada
anak-anak mereka. Ketidakseimbangan dalam pendidikan agama dapat mempengaruhi pembentukan
karakter anak. Oleh karena itu, orang tua perlu memiliki pengetahuan yang memadai untuk
memastikan penerapan pilar-pilar pendidikan agama dalam lingkungan anak, baik itu di dalam
keluarga maupun dalam masyarakat. Kekuatan agama atau iman seseorang memiliki dampak besar,
karena dapat menjadikannya kurang rentan terhadap pengaruh luar. Orang yang memiliki keyakinan
yang kuat terhadap agamanya cenderung sulit dipengaruhi oleh orang lain. Sebaliknya, jika imannya
lemah, seseorang menjadi lebih rentan terhadap pengaruh dari orang lain.

5. Faktor Pendidikan

Pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Karena perkembangan dan
kemajuan suatu bangsa dapat diukur melalui tingkat dan kualitas pendidikan serta tingkat kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan yang baik pada seseorang sangat mempengaruhi cara
berpikir, dia tahu benar mana yang baik dan mana yang buruk.

3.2 Kehidupan Remaja Akibat Pengunaan Minuman Keras

Seringkali kita mendengar, membaca, atau menyaksikan melalui berbagai media, terutama
televisi, pertunjukan bulldozer yang merusak ribuan hingga jutaan botol minuman keras yang disita
oleh Polri dan pihak terkait lainnya. Ini menciptakan beragam respons dari berbagai kalangan,
terutama dari kalangan agama yang sangat mendukung sikap tegas Polri dalam memberantas
peredaran minuman keras hingga ke akar-akarnya. Tindakan ini dianggap positif karena minuman
keras dianggap sebagai ancaman terhadap eksistensi bangsa, dengan potensi mengancam masa
depan khususnya para remaja. Beberapa remaja mungkin terjerumus dalam masalah minuman keras
(miras) karena pengaruh dari lingkungan pergaulan. Mereka yang menggunakan miras sering kali
tergabung dalam suatu "kelompok". Awalnya, seseorang mungkin mencoba-coba karena didorong
oleh keluarga atau teman-teman, namun ada yang akhirnya menjadikan itu sebagai kebiasaan.
Remaja yang merasa kecewa dengan kondisi diri atau keluarganya seringkali lebih cenderung
mengorbankan apa pun demi mempertahankan hubungan baik dengan teman-teman, terutama ketika
ada ajakan atau tawaran dari mereka. Jika seseorang sudah terbiasa mengonsumsi miras dan mudah
untuk mendapatkannya, maka dia mungkin akan terus menggunakan miras hingga pada akhirnya
menjadi kecanduan yang sulit untuk disembuhkan.

11
Penyalahgunaan minuman keras akan membawa dampak yang tidak baik buat kesehatan fisik
dan psikis seseorang. Menurut Anang (2000) akibat atau dampak dari penyalahgunaan zat adiktif
bagi pengguna adalah sebagai berikut :

1. Kepribadian rusak
2. Tingkah laku (bohong, manipulasi)
3. Pola pikir khas
4. Pelanggaran norm
5. Fisik (gemeteran, siang tidur malam begadang).

Sedangkan tanda-tanda yang ditimbulkan akibat penggunaan minuman keras (alkohol)


umumnya akan menyebabkan timbulnya keberanian mengarah pada perilaku kasar, pemarah,
mudah tersinggung dan bertindak brutal. Dampak lain dari mengkonsumsi minuman keras adalah
pada kehidupan sosial seperti ketidak-mampuan bersosialisasi dengan bukan pemakai, sering
bersengketa dengan orang lain, ketidakmampuan fungsi sosial (bekerja atau bersekolah),
pekerjaan berantakan, drop out sekolah dan nilai rapot jelek. Kehidupan remaja yang
mengkonsumsi minuman keras pasti mengalami perubahan sosial. Seseorang tidak akan berhenti
mengkonsumsi minuman keras jika belum ada dampak bahaya yang ditimbulkan dalam dirinya.
Remaja seringkali minum minuman keras itu karena pergaulan dan ajakan dari temanteman.
Mereka hanya sekedar ikutikutan atau masih dalam tahap cobacoba. Setiap orang yang
mengkonsumsi minuman keras tidak semuanya dikatakan sebagai pecandu alkohol karena
peminum sendiri memiliki banyak tingkatan. Kalau hanya sekali atau dua kali minum, maka
belum bisa dikatakan sebagai pecandu.

3.3 Pengaruh Penggunaan Minuman Keras Pada Kehidupan Remaja

Tantangan yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks dan memprihatinkan seiring
berjalannya waktu. Terutama dalam era globalisasi saat ini, remaja memiliki akses ke berbagai
informasi melalui internet, termasuk informasi yang seharusnya ditujukan untuk dewasa. Hal ini
seringkali menjadi pemicu perilaku negatif pada remaja. Berbagai gejala yang mencirikan perilaku
remaja akhir-akhir ini semakin mencolok dalam masyarakat. Remaja, dengan berbagai sifat dan
sistem nilai mereka, tidak jarang menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma
yang seharusnya diterapkan oleh remaja. Salah satu keprihatinan terbesar yang menjadi sorotan
banyak pihak adalah penyalahgunaan minuman keras di kalangan remaja. Kasus penyalahgunaan
minuman keras saat ini sangat mengkhawatirkan, dengan banyak remaja di bawah umur yang
terlibat dalam konsumsi minuman keras. Sebagian besar dari mereka terpengaruh oleh lingkungan
pergaulan dan teman-teman sebaya yang sering mengonsumsi minuman keras. Dalam upaya
menanggapi masalah atau mengatasi stres, sebagian remaja memandang bahwa minuman keras
dapat menjadi pelarian yang sedikit meringankan beban pikiran mereka.Ragam perilaku

12
menyimpang dari moral yang ditunjukkan oleh remaja seringkali menimbulkan kekhawatiran dan
permasalahan dalam masyarakat. Interaksi sosial remaja juga dapat menimbulkan ketidakstabilan
sosial, terutama ketika banyak remaja terlibat dalam pergaulan negatif yang melibatkan konsumsi
minuman keras. Perilaku semacam itu membawa risiko dan dampak negatif yang signifikan, baik
terhadap kesehatan individu maupun lingkungan sekitarnya. Di pedesaan, khususnya, dampak ini
dapat mengakibatkan remaja terisolasi dan mendapat reputasi buruk di masyarakatnya. Penting
untuk diingat bahwa minuman keras memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan seseorang setelah
terlibat di dalamnya.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kasus penyalahgunaan minuman keras yang terjadi di kalangan remaja akhir-akhir ini
semakin memprihatinkan. Banyak sekali remaja yang masih di bawah umur mengkonsumsi
minuman keras tersebut. Dari pembahasan Pengaruh penggunaan minuman keras pada kehidupan
remaja maka disimpulkan sebagai berikut :

1. Sebagian besar remaja menggunakan minuman keras (alkohol) dengan harapan dapat
membantu mereka mengatasi masalah dan beban pikiran. Mereka percaya bahwa minuman
tersebut dapat memberikan sedikit kenyamanan dan meredakan tekanan yang mereka rasakan.
Kesimpulannya, remaja yang terlibat dalam perilaku mabuk-mabukan seringkali terdorong
oleh motivasi untuk mengatasi beban pikiran dan rasa frustasi yang mungkin telah lama
mereka alami, sehingga mereka mencari pelarian melalui konsumsi minuman keras. Bagi
mereka, mabuk dianggap sebagai cara untuk menyelesaikan dan menghilangkan masalah serta
beban pikiran.
2. Dari segi penyebabnya, ada empat faktor yang memainkan peran, yaitu faktor keluarga,
individu, lingkungan, agama, dan pendidikan. Faktor dominan yang menyebabkan perilaku
mabuk-mabukan adalah faktor individu, khususnya rasa ingin tahu yang dimiliki setiap

13
individu. Hal ini terutama berlaku bagi remaja yang cenderung ingin mencoba hal-hal baru,
dan minuman keras menjadi salah satu yang mereka eksplorasi. Rasa ingin tahu terhadap
minuman keras, yang dianggap sebagai sesuatu yang baru, seringkali menjadi pemicu utama
kecanduan. Selain itu, faktor pergaulan dan lingkungan juga memainkan peran penting.
Meskipun terdapat masalah lain yang bisa menjadi penyebab awal, seperti masalah keluarga.
3. Terkait dampak yang ditimbulkan, perilaku ini berpengaruh pada kondisi psikologis, dimana
individu cenderung mengonsumsi minuman keras secara berulang (kecanduan). Secara fisik,
dampaknya berkaitan dengan kesehatan mereka. Adapun pada lingkungan sekitarnya,
dampaknya mencakup respons dari keluarga, kelompok, dan masyarakat di sekitarnya.

4.2 Saran

Untuk mengatasi masalah remaja yang memiliki kebiasaan mengonsumsi minuman keras, perlu
adanya pengawasan dan kontrol dari berbagai pihak. Dalam konteks ini, peneliti memberikan
beberapa saran sebagai berikut:

a. Saran untuk Orang Tua

Orang tua sebaiknya menciptakan lingkungan rumah tangga yang harmonis dan religius. Jika
orang tua memberikan contoh perilaku yang baik sesuai dengan ajaran agama yang dianut, anak-anak
mereka cenderung mengikuti jejak tersebut dan menghindari perilaku atau konsumsi minuman keras.
Orang tua juga disarankan untuk lebih memperhatikan, peduli, dan peka terhadap aktivitas serta
pergaulan anak-anak di luar rumah.

b. Saran untuk Remaja

Remaja diharapkan menjadi lebih selektif dalam memilih teman dan berinteraksi dengan
teman sebaya. Meskipun sulit untuk menghindari teman-teman yang sering mengonsumsi minuman
keras, remaja sebaiknya mampu memilih dan menentukan perilaku yang layak diikuti dan mana yang
sebaiknya dihindari. Disarankan agar remaja dapat menghindari segala bentuk konsumsi minuman
keras dan meningkatkan penghayatan terhadap nilai-nilai agama. Mendorong mereka untuk
mengalihkan energi dan waktu mereka ke kegiatan yang lebih bermanfaat juga menjadi hal yang
penting.

14
15
Daftar Pustaka

Anonimity A,____, Psikologi Remaja, http://duniapsikologi.dagdigdug.com /category/psikologi-


remaja/. Diakses 24 Mei 2009.

Anonimity, B, ____, Minuman Keras dan Narkoba, http://info-g-excess.com/id/ online/minuman-


keras narkoba.info. Diakses 24 Mei 2009.

Basman, SH, 2004. Gangguan Orang Mabuk dan upaya Penanggulangannya, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta. Diknas, ____, Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://pusatbahasa.diknas.go.
Id/kbbi/index.php. Diakses 26 Mei 2009.

Erasco. Gunarsa, Y. 1995. Psikologi Anak Remaja dan Keluarga, Bandung. Haditono, S. R., 2004,
Psikologi Perkembangan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Kartono, kartini dan Darajat, Zakiah dalam Rahayu, Uni, 2002. Faktor-faktor Penyebab Tindakan
Kenakalan Renakalan Remaja di Desa Karang Sari Kecamatan Karangmoncol Kabupaten Purbalinga.
Skripsi. Semarang: Fakultas Ilmu Soaial UNNES. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Lexy. L. J. Moleong, 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit Remaja Rosdakarya Bandung.
Miles A dan N. Huberman, 2001. Metode Penelitian Kualitatif, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sudrajat,A.,2008 Problema Masa Remaja, http://akhmadsudrajat.wordpress.com /2008/01/31/
/problema-masa-remaja-2/. Diakses 22 Mei 2009.
RIWAYAT HIDUP

Anda mungkin juga menyukai