Anda di halaman 1dari 3

Euforia Chat GPT, Kemana Metaverse?

Waode Nurmuhaemin

Kemana Meterverse? awal-awal kemunculannya dunia heboh. Sama seperti chat GPT, banyak
yang panik menyikapi kemunculan Metaverse. Mark Elliot Zuckerberg pendiri facebook ,
bahkan mengganti nama perusahaanya menjadi meta. Banyak kalangan yang kemudian ancang-
ancang membangun perusahaannya di Meta. Pemberitaan skala dunia yang tidak putus-putusnya
menjadikan metaverse jadi isu seksi dalam semua lini percakapan. Prediksi-prediksi bahwa dunia
nyata hanya akan menjadi persinggahan raga manusia dan meteverse akan manjadi dunia nyata
membuat banyak kalangan menjadi takut membayangkan kehidupan diganti oleh avatar-avatar
yang akan beraktifitas secara penuh di metaverse.

Tenggelamnya nama metaverse dimulai dengan kejatuhan saham meta di Oktober 2022. Harga
saham Meta pada bursa saham Amerika Serikat jatuh habis. Pada perdagangan tanggal 27
oktober 2022, harga sahamnya anjlok hampir 25% ke level US$97,94 per unit, dan menjadi yang
terendah sejak 2016. Bila di total sejak awal tahun 2022, kejatuhan harga saham Meta bahkan
lebih dari 70%.

Belum cukup sampai disitu, Meta melakukan PHK besar-besaran. Di bulan November 2022,
Meta merumahkan 11 ribu karyawan. Meta juga mengurangi ruang-ruang kantor untuk efisiensi.
Meteverse pun meredup. Bersamaan dengan meredupnya pamor metaverse, munculan chat GPT
dibulan November 2022. Chat GPT sendiri adalah kecerdasan buatan yang diproduksi oleh
perusahaan OpenAI yang bermarkas di San Fransisco Amerika. GPT sendiri merupakan
singkatan dari Generative Pre-Trained Transformer merupakan chat- bot yang bisa menjawab
pertanyaan- pertanyaan manusia dengan langkah yang sama dan sangat mirip manusia namun
dalam bentuk teks otomatis. Manusia serasa berkomunikasi dengan manusia lain, bukan dengan
robot.

Lalu mengapa Metaverse begitu mudah tersingkir, setelah sebelumnya diramal bakalan booming
dan merubah tatanan hidup manusia, bahkan alam raya? hal ini bisa dijawab secara sederhana,
bahwa terobosan yang dilakukan metaverse mungkin masih dalam tahap perancangan. Sehingga
ditengah-tengah masa-masa menunggu tersebut, kemunculan teknologi yang siap pakai
menjadikan manusia saat ini yang sudah hidup dalam dunia digital dan selalu haus akan
kecanggihan, gampang berpaling dan menerima penemuan baru dengan gegap gempita.

Lihatlah, bagaimana kemunculan Chat GPT, membuka banyak ramalan-ramalan sumir tentang
masa depan kita sebagai umat manusia. Chat GPT yang telah diunduh lebih dari 100 juta ini,
menurut saya, hanya trend keingin tahuan semata. Dominasi Google sebagai mesin pencari
masih belum bisa terkalahkan. Nyatanya kekurangan Chat GPT yang hanya bisa menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang berkisar hingga tahun 2021 adalah kekurangan terbesar yang
dimiliki oleh chat bot ini. Walaupun menakjubkan, chat GPT untuk saat ini masih memiliki
kemampuan terbatas, hanya saja kemunculannya sebagaimana Metaverse dulu diboomingkan
oleh media-media dua puluh empat jam terus-menerus.

Belum lagi menunjukan kedigdayaan dalam bidang pendidikan, Chat GPT segera mendapat
antithesis dalam pemakaiannya. Adalah seorang mahasiswa Princeton University sudah berhasil
mengembangkan satu aplikasi yang bisa melacak dapat mendeteksi dengan cepat serta bisa
membaca dengan efisien apakah sebuah esai, tulisan dan artikel adalah hasil buatan ChatGPT
atau bukan. Mahasiswa itu adalah Edward Tian yang menamakan aplikasinya GPTZero.

Sehingga saat ini, kemashuran chat GPT mungkin hanya sekedar euforia sebagaimana
kemunculan Metaverse dulu. Turun gunungnya pendiri Google untuk membendung pengaruh
Chat GPT akan semakin menambah daftar panjang kecerdasan buatan yang akan menggegerkan
jagad hidup manusia. Kemarin, Google meluncurkan chat boat pesaing chat GPT yang bernama
BARD yang katanya lebih canggih dari Chat GPT. Dimana, Chat bot ini memiliki kemampuan
bidirectional, yaitu memproses teks bahkan dalam dua arah sekaligus. Ini secara terang
benderang menunjukan bahwa model ini mampu memahami konteks dan makna dalam
percakapan dengan lebih baik. Selain itu, BARD juga memiliki kemampuan untuk memproses
banyak bahasa sekaligus, yaitu hingga 100 bahasa.

Trend -trend teknologi yang bermunculan tersebut memperlihatkan kepada kita dan membuat
kita harus segera siap untuk menerima kedatangan-kedatangan kecerdasan buatan yang canggih
untuk mempermudah hidup kita. Metaverse mungkin hanya meredup dan sedang berinovasi
hebat untuk pada suatu hari diluncurkan dan membuat manusia terkagum-kagum dengan
inovasinya. Jangan lupa, Mark Zuckerbeglah yang telah merubah seluruh tatanan hidup manusia
lewat facebook.

Batapa sebelum ada facebook, kita yang hidup diplanet bumi lebih sering bertatap-tatap muka
secara langsung ketimbang berchat-chat ria dimedsos. Facebook telah merevolusi hidup kita.
Setelah itu, munculah instagram, Whatsapp dan medsos-medsos lain. Kemuculan ponsel-ponsel
pintar juga ikut merevolusi dan merubah seluruh tatanan hidup kita. Dunia pun dalam lipatan,
teknologi membuat kehidupan kita berubah drastis. Pilihan-pilihan hidup kita banyak ditentukan
oleh alogaritma. Terkadang kita sudah lupa bagaimana caranya berkomunikasi yang baik dengan
manusia.lain dalam kehidupan yang nyata. Medsos membuka banyak topeng yang selama ini
kerap ditutup-tutupi oleh seseorang. Betapa mengherankan teman kita yang paling santun dalam
dunia nyata adalah manusa tanpa etika dan barbar dimedsos yang tiba-tiba dijemput oleh polisi
akibat aktifitasnya yang tanpa filter di medsos. Apakah interaksi dengan dunia maya dalam
kondisi yang sangat lama merubah prilaku manusia? Banyak kasus-kasus ITE muncul karena
komen sepele di medsos. Sehingga kemunculan Metaverse dulu, membuat manusia merasa
semakin gamang akan dunia nyata, namun akhirnya meteverse akhir-akhir ini seolah-olah
tenggelam entah kemana.

Dibalik muramnya perkembangan metaverse, saya memprediksi kejeniusan Mark Zukerberg


belum berakhir. Bisa jadi, kegagalan dan jatuhnya saham meta, serta lahirnya generasi-generasi
baru kecerdasan buatan membuat sang maestro tengah menyiapkan langkah besar dengan
Metaversenya. Kita hanya bisa menunggu sembari menyambut dengan gegap gempita kehadiran-
kehadiran kecerdasan buatan baru yang selalu membuat khawatir bahwa mereka lebih cerdas dari
kita, untuk hidup berdampingan dengan mereka , yang juga diciptakan oleh manusia.

*Penulis adalah Doktor Manjemen Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai