Anda di halaman 1dari 9

ETIKA BERBAHASA DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI FARMASI PROGRAM SARJANA


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS AUFA ROYHAN
KOTA PADANGSIDIMPUAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis Panjatkan Kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan Rahmat Serta
Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan yang berjudul Etika Berbahasa Pelayanan
Kebidanan . ini menjelaskan semua hal tentang yang berkaitan dengan etika berbahasa dan
pelayanan kebidanan.Jurnal ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan atau referensi bagi
mahasiswa kesehatan terutama bidang ilmu kebidanan, praktisi kesehatan secara umum dan bagi
peneliti dibidang kesehatan dan hokum secara luas.

Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah berperan dalam
penyusunan buku ini selama proses pengerjaannya. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan
kemudahan dalam setiap urusan kita. Aamiin.

Padangsidimpuan, 11 Desember 2023


DAFTAR ISI
LATAR BELAKANG

Salah satu bagian dari tenaga kesehatan yang memiliki wewenang dalam melakukan upaya
kesehatan adalah bidan. Untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum bidah diatur oleh
kebijakan pemerintah berupa keputusan menteri sampai dengan Undang-undang. Pemerintah
melalui menterinya mengeluarkan peraturan tentang kewenangan bidan pada tahun 1963 berupa
Permenkes No 5380/IX/1963.
Dalam peraturan mentri tersebut, bidan mempunyai kewenangan dalam menolong persalinan,
akan tetapi harus didampingi oleh petugas lain dan yang ditolong adalah persalinan normal.
Permenkes tersebut dirubah pada tahun 1980 dan pada tahun 1998 yaitu Permenkes nomor
363/IX/1980 pada tahun 1980 dan pada tahun 1989 dirubah menjadi permenkes 623/1989
dimana dalam peraturan tersebut bidan memiliki kewenangan umum dan kewenangn kusus,
kewenangan khusus bidan dalam hal ini dengan pengawasan oleh dokter.
Namun, pada tahun 1996 peraturan tersebut berubah Permenkes No. 572/VI/1996 mengatur
tentang registrasi dan praktik bidan. Pada tahun 2002 berubah L Keputusan Menteri Kesehatan
No. 900/Menkes/SK/ VII/2002 tentang Izin Penyelenggaraan Praktik Bidan dan pada tahun 2010
terdapat revisi tentang ijin penyelenggaraan praktik bidan yaitu Hk.02.02/Menkes/149/I/2010
tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan yang sekaligus mencabut peraturan sebelumnya.
Akan tetapi peraturan tersebut tidak berlaku setelah dikeluarkan Permenkes Nomor
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, Pada tahun 2017
permenkes tentang ijin penyelenggaraan praktik bidan berubah menjadi permenkes No 28 tahun
2017 dan pada tahun 2019 dengan perjuangan bidan untuk mengesahkan draft undang-undang
kebidanan akhirnya keluar Undang-undang No 4 tentang Kebidanan yang disahkan pada tahun
2019 Dengan berbagai perubahan kebijakan tersebut
BAB 1

Etika 1. Pengertian Etika Kata etika berasal dari Yunani Etika berasal dari kata ethos yang
berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai
“the discipline which can act as the performance index or reference for our control system”.

Etika merupakan bagian filosofis yang berhubungan erat dengan nilai manusia dalam
menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah, dan penyelesaiannya baik atau tidak (Jones,
1994). Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 2008),

Etika dijelaskan dengan membedakan tiga arti sebagai berikut:

a. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
(Akhlak);
b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
c. Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan/ masyarakat.

Nilai-nilai etika harus diletakkan sebagai landasan atau dasar pertimbangan dalam setiap tingkah
laku manusia termasuk kegiatan di bidang keilmuan. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut
dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan .

ETIKET

Asal kata Bahasa Inggris “etiquette”

yang berarti : sopan santun.

Etiket adalah tata cara (adab, sopan santun) di masyarakat dalam memelihara hubungan
baik antar manusia.

Persamaan ETIKA dan ETIKET :

Sama sama menyangkut perilaku manusia


Memberi norma bagi perilaku manusia, yaitu menyatakan tentang apa yang
harus dilakukan / tidak

ETIKA BIDAN

A. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya
dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.

B. Menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh
dan memelihara citra bidan.

C. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran tugas dan
tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.

D. Menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien, menghormati hak klien, dan


menghormati nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.

E. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan kepentingan klien,


keluarga dan masyarakat dengan identitas yang sama sesuai dengan kebutuhan berdasarkan
kemampuannya.

F. Bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya
dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara
optimal

KODE ETIK

Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap
anggota profesi yg bersangkutan di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam
hidupnya di masyarakat. Berisi petunjuk bagaimana menjalankan profesinya, larangan-
larangan, ketentuan tentang apa yg boleh & tdk boleh dilakukan Dirumuskan untuk
kepentingan anggota & organisasi

KODE ETIK BIDAN


1.Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)

2.Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)

3.Kewajiban bidang terhadap sejawat dan nakes lainnya (2 butir)

4.Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)

5.Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)


6.Kewajiban bidan terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air (2 butir)
7.Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari senantiasa menghayati
8.mengamalkan kode etik Bidan Indonesia (1 butir)

FUNGSI ETIKA KEBIDANAN

Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan pasien.

Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yang
merugikan/membahayakan orang lain.

Menjaga privacy setiap individu.

Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya.

Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa
alasannya.

Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis suatu
masalah

ETIKA BERBICARA/BERBAHASA KEBIDANAN

1.Suara jelas, tidak terlalu keras atau terlalu pelan

2.Menggunakan bahasa yang mudah dipahami pasien.

3.Berbicara dengan sopan dan santun.

4.Tidak bertele-tele

5.Jangan memotong pembicaraan.


6.Menyimak & mencermati pembicaraan (pendengar yg baik).

7.Gunakanlah tata dan gaya bahasa yang tidak memancing emosi.

8.Fokus pada pasien.

BAB II
ETIKA DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

Secara etimologis ,Pelayanan berasal dari kata layan yang berarti membantu menyiapkan apa-apa
yang diperlukan seseorang.

Pelayanan Kebidanan (Midwifery Services) adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian


kegiatan berupa asuhan kebidanan yang merupakan bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan secara mandiri, kolaborasi, dan/atau rujukan.

Dalam pemberian layanan kebidanan, bidan haruslah berlandaskan pada fungsi


dan moralitas pelayanan kebidanan yang meliputi :

1.Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya bidan dan klien

2.Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan yang merugikan
atau membahayakan orang lain

3.Menjaga privacy setiap individu

4.Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya

5.Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan apa alasannya

6.Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis suatu masalah

7.Menghasilkan tindakan yang benar

8.Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya

9.Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku / perilaku manusia antara baik, buruk, benar atau
salah sesuai dengan moral yang berlaku pada umumnya

10.Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang bersifat abstrak


11.Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik

12.Mengatur hal-hal yang bersifat praktik

13.Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata cara di
dalam organisasi profesi

14.Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yang biasa disebut
kode etik profesi.

Anda mungkin juga menyukai