Anda di halaman 1dari 10

RESUME

TEORI PLASTISITAS DAN MEKANIKA RETAK

Sub Tema : Analisa Rambatan Retak Tahun Ajar : Sem 1, 2023/2024

Disusun Oleh : Ageng Maulana Wirawan Hal : Ulangan Tengah Semester

NIM : 2236060100111028 Dosen : Dr. Ir. Edhi Wahyuni S, MT

Pendahuluan

Rambatan retak adalah pelebaran, pemanjangan, atau pertambahan jumlah retak pada
suatu permukaan tertentu. Fatigue menjadi hal utama dalam mekanisme rambatan retak, fatigue
sendiri sulit untuk dicegah sehingga harus ada perkontrolan. Selain fatigue korosi material (logam)
juga cukup berpengaruh dalam perkembangan rambatan retak.

Rambatan sendiri adalah suatu pola laju, dalam hal ini adalah pola laju dari bukaan retak
menuju partikel dari material yang sudah rapuh titik lemah. Setelah terjadi rambatan akan terjadi
patahan. Patahan didefinisikan sebagai perpisahan 2 material sebagai rekasi terhadap tegangan
yangg terjadi (tegangan statis).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi retakan dan panjang rambatan retak pada material.
Beberapa faktor yang mempengaruhi retakan dan panjang rambatan retak antara lain:

1. Sifat material: Sifat material seperti kekuatan, ketangguhan retak, dan kekerasan dapat
mempengaruhi retakan dan panjang rambatan retak. Material dengan ketangguhan retak
yang rendah cenderung memiliki retakan yang lebih cepat dan panjang rambatan retak yang
lebih besar.

2. Tegangan yang diterapkan: Tegangan yang diterapkan pada material dapat mempengaruhi
retakan dan panjang rambatan retak. Tegangan yang tinggi atau siklus tegangan yang
berulang dapat mempercepat pertumbuhan retak.

3. Lingkungan: Lingkungan korosif atau lingkungan dengan kelembaban tinggi dapat


mempercepat pertumbuhan retak dan panjang rambatan retak. Reaksi kimia antara material
dan lingkungan dapat menyebabkan korosi dan mempercepat kerusakan material.

4. Geometri struktur: Geometri struktur juga dapat mempengaruhi retakan dan panjang
rambatan retak. Bentuk struktur, seperti sudut retakan dan radius lengkung, dapat
mempengaruhi distribusi tegangan dan deformasi di sekitar retakan.

5. Beban siklik: Beban siklik yang diterapkan pada material dapat mempengaruhi retakan dan
panjang rambatan retak. Beban siklik yang tinggi atau beban histeris dapat mempercepat
pertumbuhan retak.

Disamping dari factor diatas, berdasarkan Paris, factor terpenting dalam menentukan atau
menganalisis rambatan retak adalah;
1. Perubahan amplitudo tegangan (da): Parameter ini menggambarkan perubahan amplitudo
tegangan pada setiap siklus beban. Semakin besar perubahan amplitudo tegangan, semakin cepat
laju pertumbuhan retak.

2. Faktor intensitas tegangan (K): Parameter ini menggambarkan intensitas tegangan pada ujung
retak. Semakin tinggi nilai faktor intensitas tegangan, semakin cepat laju pertumbuhan retak.

Sistematika Rambatan

Pada resume ini akan diangkat secara singkat jenis rambatan retak dari berbagai pengaruh,
antara lain terhadap jenis pengaruh, jenis beban eksternal, dan tergantung jenis material yang
terdampak.

1. Jenis Pengaruh Keretakan dan Rambatannya

Fatige crack growth

Pertumbuhan retak lelah mengacu pada pertumbuhan retak yang progresif pada
suatu material di bawah kondisi pembebanan siklik. Ini adalah mode kegagalan yang umum
terjadi pada struktur teknik yang mengalami pembebanan berulang dan dapat menyebabkan
kegagalan yang besar. Pertumbuhan retak leleh dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
tingkat tegangan, sifat material, frekuensi pembebanan, dan kondisi lingkungan.

Selama pembebanan siklik, material mengalami deformasi plastis lokal pada ujung
retak (Crack tip), yang mengarah pada pembentukan zona plastis. Saat pembebanan siklik
berlanjut, retakan merambat secara bertahap melalui material, didorong oleh siklus
tegangan bolak-balik. Proses ini ditandai dengan inisiasi, perambatan, dan akhirnya
kegagalan retak.

Pertumbuhan retak fatik biasanya dianalisis dengan menggunakan prinsip-prinsip


mekanika fraktur, yang melibatkan perhitungan faktor intensitas tegangan (K) dan penentuan
laju pertumbuhan retak. Berbagai model dan teknik eksperimental digunakan untuk
memprediksi dan mengukur laju pertumbuhan retak di bawah kondisi pembebanan yang
berbeda.

Stress corrosion cracking growth

Rambatan retak akibat korosi, yang dikenal sebagai korosi retak atau stress corrosion
cracking (SCC), terjadi ketika material mengalami retakan yang disebabkan oleh kombinasi
tegangan dan lingkungan korosif. Korosi retak dapat terjadi pada berbagai jenis material,
termasuk logam dan paduan logam.

Rambatan retak akibat korosi memiliki karakteristik yang berbeda dengan rambatan
retak akibat kelelahan (fatigue crack growth). Rambatan retak akibat korosi sering kali lebih
cepat dan dapat terjadi pada tegangan yang lebih rendah dibandingkan dengan rambatan
retak akibat kelelahan.

Untuk menganalisis rambatan retak akibat korosi, diperlukan pemahaman tentang


interaksi antara tegangan, lingkungan korosif, dan sifat material. Faktor-faktor seperti
kekuatan material, komposisi kimia lingkungan, suhu, dan kelembaban dapat mempengaruhi
laju rambatan retak akibat korosi.
2. Jenis rambatan retak akibat gaya luar

Keretakan akibat gaya lateral

Keretakan yang disebabkan oleh gaya tarik dan tekan pada suatu material dapat
terjadi melalui mekanisme retakan tegangan (tensile cracking) dan retakan kompresi
(compressive cracking).

Retakan tegangan terjadi ketika material mengalami gaya tarik yang melebihi
kekuatan tariknya. Gaya tarik ini menyebabkan material mengalami deformasi elastis dan
plastis, dan jika tegangan yang diterapkan terlalu tinggi, material akan mengalami kegagalan
dan terbentuklah retakan tegangan. Retakan tegangan biasanya memiliki bentuk yang
meruncing dan berjalan sejajar dengan arah tegangan yang bekerja pada material.

Retakan kompresi terjadi ketika material mengalami gaya tekan yang melebihi
kekuatan tekan atau kekuatan kompresinya. Gaya tekan ini menyebabkan material
mengalami deformasi elastis dan plastis, dan jika tegangan yang diterapkan terlalu tinggi,
material akan mengalami kegagalan dan terbentuklah retakan kompresi. Retakan kompresi
biasanya memiliki bentuk yang lebih lebar dan berjalan sejajar dengan arah gaya tekan yang
bekerja pada material.

Keretakan akibat gaya geser

Jenis keretakan yang disebabkan oleh gaya geser adalah keretakan geser atau shear
cracks. Keretakan geser terjadi ketika material mengalami pemisahan atau pergeseran antar
lapisan atom akibat gaya geser yang diterapkan. Keretakan ini biasanya memiliki bentuk yang
miring atau melintang terhadap arah beban geser.

Keretakan akibat gaya torsional

Jenis keretakan yang disebabkan oleh gaya puntir adalah keretakan torsional atau
torsion cracks. Keretakan torsional terjadi ketika material mengalami deformasi torsi atau
putaran akibat gaya puntir yang diterapkan. Keretakan ini biasanya memiliki bentuk spiral
atau melingkar sepanjang material

3. Keretakan berdasar material


Ductile Material

Rambatan retak pada material lentur, seperti logam, dapat terjadi melalui
mekanisme deformasi plastis dan pembentukan zona plastis di sekitar ujung retak. Ketika
retakan mulai tumbuh, retakan tersebut akan mengalami deformasi plastis di sekitar ujung
retak, yang menyebabkan laju pertumbuhan retak meningkat seiring dengan peningkatan
intensitas tegangan.

Studi yang dilakukan oleh Suresh menunjukkan bahwa laju pertumbuhan retak pada
material lentur dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti intensitas tegangan, kekuatan
material, dan kondisi lingkungan. Grafik pertumbuhan retak pada material lentur biasanya
menunjukkan laju pertumbuhan retak yang meningkat seiring dengan peningkatan intensitas
tegangan.

Selain itu, rambatan retak pada material lentur juga dapat dipengaruhi oleh faktor-
faktor seperti orientasi kristal, ukuran butir, dan kehadiran cacat atau inklusi dalam material.
Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi jalur rambatan retak dan laju pertumbuhan retak
pada material lentur.

Setelah terjadi keretakan yang berlanjut, material dapat mengalami perpatahan.


Perpatahan elastis adalah perpatahan yang terjadi dan disertai dengan deformasi plastis
yang signifikan, yang luas di sekitar ujung retak. Proses rambatan retak relative lambat (stabil)
dikarenakan homogenitas dan raparnya material daktail pada umumnya (logam). Retakan
tersebut menolak setiap perpanjangan kecuali terdapat peningkatan tekanan.

Brittle Material

Rambatan retak pada material getas, seperti keramik dan kaca, memiliki karakteristik
yang berbeda dengan material logam. Material getas cenderung memiliki kekuatan tarik yang
rendah dan ketangguhan retak yang rendah, sehingga retakan pada material getas
cenderung lebih mudah terjadi dan lebih cepat merambat.

Rambatan retak pada material getas dapat terjadi melalui beberapa mekanisme,
termasuk rambatan retak transgranular dan rambatan retak intergranular. Rambatan retak
transgranular terjadi ketika retakan merambat melalui butir-butir material, sedangkan
rambatan retak intergranular terjadi ketika retakan merambat melalui batas butir material.

Rambatan retak pada material getas juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan korosif.
Korosi dapat mempercepat rambatan retak pada material getas dengan merusak struktur
material dan memperlemah ikatan antar butir.

Berbeda dengan perpatahan pada material lentur, perpatahan getas adalah


perpatahan yang tidak disertai atau sedikit disertai perubahan plastis yang kadang terjadi
secara spontan. Perambatan retak akan berlanjut tanpa peningkatan tekanan. Contoh
material nya adalah material yang tidak homogen dan tidak rapat seperti beton.

Composite Material

Rambatan retak pada material komposit dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor,
termasuk sifat matriks dan serat yang digunakan, orientasi serat, dan kondisi lingkungan.
Rambatan retak pada material komposit dapat terjadi melalui beberapa mekanisme,
termasuk pemisahan antara serat dan matriks, pembelahan serat, atau deformasi matriks di
sekitar ujung retak.

Studi yang dilakukan oleh Willenborg et al. menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
retak pada material komposit dapat bervariasi tergantung pada sifat-sifat matriks dan serat
yang digunakan. Mereka menemukan bahwa material komposit dengan matriks yang lebih
lemah cenderung memiliki laju pertumbuhan retak yang lebih tinggi dibandingkan dengan
material komposit dengan matriks yang lebih kuat.

Selain itu, orientasi serat juga dapat mempengaruhi rambatan retak pada material
komposit. Studi yang dilakukan oleh Bell dan Wolfman menunjukkan bahwa orientasi serat
yang lebih paralel dengan arah tegangan dapat menghasilkan laju pertumbuhan retak yang
lebih tinggi dibandingkan dengan orientasi serat yang lebih tegak lurus terhadap arah
tegangan.

Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi rambatan retak pada material komposit.
Studi yang dilakukan oleh Suresh menunjukkan bahwa kondisi lingkungan, seperti
kelembaban atau suhu, dapat mempercepat laju pertumbuhan retak pada material komposit.

#Perbedaan antara Ductile dan Brittle crack growth

Perbedaan utama antara rambatan retak yang terjadi pada material lentur dan
material getas terletak pada mekanisme rambatan retak dan respons material terhadap
retakan tersebut.

Pada material lentur, rambatan retak terjadi melalui mekanisme rambatan retak
akibat kelelahan (fatigue crack growth). Retakan awal terbentuk pada titik kelemahan atau
cacat mikroskopis pada material, dan retakan tersebut akan tumbuh secara perlahan melalui
siklus tegangan siklik yang diterapkan pada material. Material lentur memiliki kemampuan
untuk menahan deformasi plastis yang lebih tinggi, sehingga retakan dapat tumbuh melalui
deformasi plastis di sekitarnya.

Sementara itu, pada material getas, rambatan retak terjadi melalui mekanisme
rambatan retak akibat kekuatan tarik (brittle fracture). Retakan pada material getas
cenderung tumbuh dengan cepat dan tanpa adanya deformasi plastis yang signifikan.
Material getas memiliki kekuatan tarik yang tinggi, tetapi memiliki ketangguhan retak yang
rendah, sehingga retakan dapat menyebar dengan cepat melalui material.

Perbedaan ini juga mempengaruhi respons material terhadap retakan. Pada material
lentur, retakan cenderung tumbuh secara perlahan dan dapat dideteksi sebelum mencapai
ukuran kritis yang menyebabkan kegagalan material. Hal ini memberikan kesempatan untuk
melakukan pemantauan dan perawatan preventif untuk mencegah kegagalan. Sementara itu,
pada material getas, retakan cenderung tumbuh dengan cepat dan dapat menyebabkan
kegagalan material secara tiba-tiba dan tanpa peringatan.

Analisa Rambatan

1. Amplitudo Konstan

Nyatanya beban yang terjadi pada material tidak lah selalu konstan, tentunya ada
terjadinya perubahan amplitude gelombang serta gaya berbeda yang terjadi pada sistem.
Beberapa parameter yang patut dikaji karena mempengaruhi rambatan retak patut dianalisis
dan dijelaskan seperti dibawah;

Konsep dari amplitude konstan yang terjadi pada rambatan retak adalah bahwa
tegangan yang diterapkan pada material tetap konstan selama siklus beban. Dalam analisis
rambatan retak, tegangan amplitudo (a) dan tegangan rata-rata (am) digunakan untuk
menggambarkan siklus tegangan konstan. Dalam kasus ini, hanya dua parameter yang
diperlukan untuk menggambarkan tegangan dalam siklus beban konstan.

Dalam analisis rambatan retak untuk beban amplitudo konstan, digunakan


persamaan Paris yang menghubungkan laju pertumbuhan retak (da/dN) dengan perubahan
amplitudo tegangan (da) dan faktor intensitas tegangan (ΔK). Persamaan Paris dapat
dituliskan sebagai:

di mana C dan m adalah konstanta material yang bergantung pada sifat material dan kondisi
pengujian.

Untuk menghitung panjang rambatan retak pada beban amplitudo konstan,


dilakukan integrasi numerik menggunakan persamaan Paris. Integrasi ini dapat dilakukan
dengan menggunakan komputer atau secara manual dengan mengambil langkah-langkah
kecil dalam perubahan panjang retak (Δa) dan perubahan faktor intensitas tegangan (ΔK).

2. Retardasi/ Perlambatan akibat Beban Overload

Konsep retardasi pada pertumbuhan retak mengacu pada fenomena di mana laju
pertumbuhan retak menurun setelah terjadi beban berlebih atau tegangan tinggi. Retardasi
teramati pada banyak material dan secara signifikan dapat mempengaruhi sisa umur dan
perilaku kegagalan struktur.
Retardasi terjadi karena beberapa mekanisme, termasuk penutupan retak, tegangan
sisa, dan perubahan yang disebabkan oleh plastisitas pada material. Ketika terjadi beban
berlebih atau tegangan tinggi, permukaan retak dapat bersentuhan, yang menyebabkan
penutupan retak. Penutupan ini mengurangi panjang retak efektif dan membatasi
pertumbuhan retak. Selain itu, deformasi plastis yang disebabkan oleh beban berlebih dapat
menimbulkan tegangan sisa di sekitar retakan, yang dapat menghambat pertumbuhan
retakan lebih lanjut.

Konsep retardasi penting dalam analisis mekanika fatik dan fraktur, karena
membantu dalam memprediksi perilaku pertumbuhan retakan di bawah kondisi
pembebanan amplitudo yang bervariasi. Berbagai model telah diusulkan untuk menjelaskan
dan memperhitungkan efek retardasi, tetapi tidak ada satu model pun yang dapat mencakup
seluruh aspek dari fenomena tersebut.

3. Amplitudo Bervariasi
Konsep dari amplitude bervariasi yang terjadi pada rambatan retak adalah bahwa
tegangan yang diterapkan pada material berfluktuasi atau berubah-ubah selama siklus beban.
Dalam analisis rambatan retak untuk beban amplitudo bervariasi, perubahan amplitudo
tegangan (da) dan faktor intensitas tegangan (ΔK) pada setiap siklus beban harus
diperhitungkan.

Dalam kasus beban amplitudo bervariasi, persamaan Paris yang menghubungkan laju
pertumbuhan retak (da/dN) dengan perubahan amplitudo tegangan (da) dan faktor
intensitas tegangan (ΔK) masih dapat digunakan. Namun, karena tegangan berfluktuasi,
perubahan amplitudo tegangan (da) dan faktor intensitas tegangan (ΔK) harus dihitung untuk
setiap siklus beban yang berbeda.

Untuk menghitung panjang rambatan retak pada beban amplitudo bervariasi,


diperlukan analisis yang lebih kompleks. Metode yang umum digunakan adalah metode
elemen hingga (finite element method) atau metode numerik lainnya untuk memodelkan
tegangan dan deformasi pada setiap siklus beban. Selanjutnya, persamaan Paris dapat
digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan retak pada setiap siklus beban, dan integrasi
numerik dilakukan untuk menghitung panjang rambatan retak secara keseluruhan.

4. Ketebalan
Ketebalan material memiliki efek signifikan terhadap rambatan retak. Studi yang
dilakukan oleh Suresh menunjukkan bahwa ketebalan material dapat mempengaruhi laju
pertumbuhan retak pada material. Pada material dengan ketebalan yang lebih besar, laju
pertumbuhan retak cenderung lebih lambat dibandingkan dengan material yang lebih tipis
pada intensitas tegangan yang sama.

Efek ketebalan material terhadap rambatan retak dapat dijelaskan oleh adanya
perbedaan dalam ukuran zona plastis yang terbentuk di sekitar ujung retak. Pada material
yang lebih tipis, zona plastis yang terbentuk akan lebih besar dan lebih mempengaruhi laju
pertumbuhan retak. Namun, pada material yang lebih tebal, zona plastis yang terbentuk
akan lebih terlokalisasi di sekitar ujung retak, sehingga laju pertumbuhan retak menjadi lebih
lambat.
Selain itu, ketebalan material juga dapat mempengaruhi distribusi tegangan di
sekitar retakan. Pada material yang lebih tipis, tegangan cenderung lebih terkonsentrasi di
sekitar retakan, yang dapat mempercepat laju pertumbuhan retak. Namun, pada material
yang lebih tebal, tegangan cenderung lebih terdistribusi secara merata, yang dapat
menghambat laju pertumbuhan retak.

Penutup

Hasil utama dari Analisa rambatan retak adalah grafik hubungan antara intensitas tegangan
(K) dengan laju pertumbuhan retak (da/dN) atau pertambahan panjang retak dalam siklusnya.
Adapun yang dapat dianalisis dari grafik tersebut adalah;

1. Laju pertumbuhan retak: Dari grafik tersebut, dapat dianalisis laju pertumbuhan retak
pada berbagai nilai intensitas tegangan. Hal ini dapat memberikan informasi tentang
kecepatan rambatan retak pada material yang sedang dianalisis.

2. Sensitivitas terhadap intensitas tegangan: Dengan melihat kemiringan grafik, dapat


dianalisis sensitivitas rambatan retak terhadap perubahan intensitas tegangan. Jika
kemiringan grafik curam, maka sensitivitasnya tinggi, sedangkan jika kemiringan grafik landai,
sensitivitasnya rendah.
3. Titik ambang retak: Pada grafik tersebut, dapat dianalisis titik ambang retak, yaitu nilai
intensitas tegangan di mana rambatan retak dimulai. Titik ini dapat digunakan untuk
memprediksi umur sisa retak pada material.

4. Efek faktor geometri: Jika grafik tersebut menggambarkan variasi lebar retak (b) dengan
intensitas tegangan (K), maka dapat dianalisis hubungan antara faktor geometri (C) dan
intensitas tegangan. Hal ini dapat memberikan wawasan tentang pengaruh geometri retak
terhadap rambatan retak.

Daftar Pustaka

-David Broek. (1989). The practice use of fracture mechanics

-Suresh, S. (1998). Fatigue of Materials. Cambridge University Press.

-Ritchie, R. O. (2011). Fatigue and fracture of materials. Annual Review of Materials Research, 41,
269-292.

-Ashby, M. F., & Jones, D. R. H. (2006). Engineering materials 1: an introduction to properties,


applications, and design. Butterworth-Heinemann.

-Willenborg, J., et al. (1971). A crack growth retardation model using an effective stress concept.
AFFDL-TM-71-1-FBR.

-Bell, P. D., & Wolfman, A. (1976). Mathematical modeling of crack growth interaction effects. ASTM
STP 595, 157-171.

-Milne, I. Ritche, R.O. Karihaloo, B. (2003), Comprehensive Structural Integrity, volume 4: Cyclic
Loading and Fatigue.

Anda mungkin juga menyukai