MBI AMANATUL
UMMAH PACET,
MOJOKERTO 2016
“BIOCOMPACT SEASON 7”
Mengetahui,
Ketua Kelompok
Guru Peinbimbing
Isti
Yuni Hani ah, S.Pd. NIS. 1482
NIP. 1141219010925
Menyetujtii,
ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA
BIOCOMPACT SEASON 7
2. Ria Fajrin
Sekolah
: MBI Amanatul Ummah
“Pemanfaatan Strobilus Pinus (Pinus merkusii) sebagai Carbon Activated dengan Katalis
ZnC 2 untuk Sintesis “SANGARTIF” Sabun Tangan Arang Aktif’
Adalah benar-benar hasil karya sendiTl dan bukan merupakan plagiat atau saduran
dari karya tulis orang lain serta belum pemah dikompetisikan dan/atau dipublikasikan
dalam bentuk apapun.
Apabila dikemudian hari terdapat kesalahan dari pernyataan yang kami sampaikan,
maka kelompok siap menerima konsekuensi dari pihak panitia.
9 Oktober 2016
A9AEF0g42
(Istighfary Utami)
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga
penulis mampu menyelesaikan karya ilmiah dalam rangka mengikuti lomba BioCompact
Season 7. Melalui proses pembelajaran yang sangat berarti, sehingga akhirnya penulis mampu
menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul “Eksplorasi Limbah Strobilus Pinus (Pinus
merkusii) sebagai Activated Carbon dengan Katalis ZnCl2 untuk Sintesis “SANGARTIF”
Sabun Tangan Arang Aktif”. Keberhasilan dalam penyelesaian karya ilmiah ini tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. DR. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA., selaku pengasuh Pesantren Nurul Ummah
Kembang Belor Kecamatan Pacet Kabupaten Mojokerto.
2. Bapak Mujiono, M.Pd., selaku kepala Madrasah Aliyah Unggulan Amanatul Ummah
Surabaya.
3. Bapak H. Achmad Churdori, S.Si., M.Pd., selaku koordinator pesantren, dan seluruh
pembimbing, santri di Pesantren Nurul Ummah Kembang Belor Kecamatan Pacet
Kabupaten Mojokerto,
4. Ibu Yuni Hanifah, S.Pd., selaku pembimbing yang telah banyak membantu dalam
pembuatan dan penyelesaian karya ilmiah ini, serta semua pihak yang turut membantu
dalam penyusunan karya ilmiah ini.
Semoga Allah SWT berkenan melimpahkan karunianya sebagai balasan yang setimpal
atas semua budi baik yang telah mereka berikan kepada penulis. Penulis berharap tulisan ini
dapat bermanfaat bagi masyarakat dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Mengingat
adanya kelemahan, dan keterbatasan, serta masih jauhnya karya tulis ini dari kesempurnaan,
maka semua saran dan kritik yang inovatif serta membangun sangat kami harapkan untuk
menjadikan karya tulis ini lebih baik.
Pacet, 10 Oktober 2016
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS.......................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL, DAFTAR GAMBAR..............................................................vi
ABSTRAK.............................................................................................................vii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan....................................................................................................3
D. Manfaat.................................................................................................3
BAB II. TELAAH PUSTAKA.................................................................................4
A. Teori yang Melandasi............................................................................4
B. Penelitian Terdahulu yang Relevan.......................................................9
BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................10
A. Nama Produk.......................................................................................10
B. Bahan Utama.......................................................................................10
C. Jenis Penelitian....................................................................................10
D. Variabel...............................................................................................10
E. Waktu dan Tempat...............................................................................10
F. Alat dan Bahan.....................................................................................11
G. Prosedur...............................................................................................12
H. Rancangan Penelitian..........................................................................13
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................14
A. Data Penelitian....................................................................................14
B. Analisis Data.......................................................................................14
C. Pembahasan.........................................................................................14
D. Manfaat Produk secara Lingkungan, Ekonomi, dan Sosial................19
E. Keunggulan dan Kekurangan Produk..................................................19
F. Ciri Khas Produk.................................................................................20
BAB V. PENUTUP................................................................................................21
A. Simpulan.............................................................................................21
B. Saran....................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22
LAMPIRAN 1........................................................................................................24
LAMPIRAN 2........................................................................................................26
v
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
vi
EKSPLORASI LIMBAH STROBILUS PINUS (Pinus merkusii) SEBAGAI
ACTIVATED CARBON DENGAN KATALIS ZnCl2 UNTUK SINTESIS
“SANGARTIF” SABUN TANGAN ARANG AKTIF
Istighfary Utami, Dinda Siti Fatimah, dan Ria Fajrin
MBI AMANATUL UMMAH, PACET
ABSTRAK
Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki wilayah hutan seluas
mencapai 162 juta hektar. Salah satu hasil dari perhutanan adalah tanaman pinus.
Tanaman pinus memiliki alat reproduksi jantan dan betina yang sering disebut dengan
strobilus. Pemanfaatan strobilus pinus masih sangat terbatas. Limbah strobilus pinus
dapat diubah menjadi arang aktif yang dapat dimanfaatkan menjadi Sabun Tangan
Arang Aktif “SANGARTIF” yang dapat mengatasi kulit tangan yang kotor dan kusam
karena sifat absorbsi atau daya serap yang sangat tinggi terhadap polutan dan kotoran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan sabun tangan arang aktif
cair dengan memanfaatkan limbah strobilus pinus, menganalisis perbandingan
komposisi penambahan arang aktif pada sabun cair yang sesuai, hasil uji kualitas
arang aktif, dan uji organoleptik (warna, aroma, kekentalan, dan respon panelis).
Manfaat penelitian, dapat memberikan kontribusi ilmiah, pengembangan penelitian dan
pengetahuan dalam usaha pemanfaatan limbah organik, menciptakan lapangan usaha
baru dengan varian baru pada industri sabun. Metode penelitiannya adalah dengan
menjadikan limbah strobilus pinus menjadi arang aktif dan digunakan untuk
pembuatan sabun tangan cair. Dilakukan uji kadar air dan uji organoleptik pada
tangan manusia. Hasil penelitian adalah proses pembuatan sabun cair dengan
menggunakan arang aktif dari strobilus pinus dilakukan dengan 3 tahap yaitu
pengaktivan arang, pembuatan sabun cair, dan penambahan arang aktif strobilus
pinus. Perbandingan komposisi penambahan arang aktif strobilus pinus pada sabun
yang sesuai yaitu 10%. Pada percobaan diperoleh uji kualitas arang aktif pada
strobilus pinus berupa kadar air sebesar 2,745%. Berdasarkan uji organoleptik
responden lebih menyukai sabun dengan penambahan arang aktif strobilus pinus 10%.
vii
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hutan tropis di Indonesia sangat bervariasi dari hutan di pegunungan, dataran
rendah, sampai hutan pantai. Hutan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar,
luasnya mencapai 99,6 juta hektar atau 52,3% dari luas wilayah Indonesia. Luas hutan
yang besar tersebut saat ini masih dapat dijumpai di Papua, Kalimantan, Sulawesi, dan
Sumatra. Di Pulau Jawa, luas hutan telah berkurang karena terjadi alih fungsi untuk
pertanian dan permukiman penduduk. Sedangkan, di Sumatra dan Kalimantan banyak
ditemukan alih fungsi hutan menjadi pertanian dan perkebunan (Tribun, 2022).
Salah satu hasil dari perhutanan adalah mimba. Merupakan pohon yang tingi
batangnya dapat mencapai 20 m. Kulit tebal, batang agak kasar, daun menyirip genap,
dan berbentuk lonjong dengan tepi bergerigi dan runcing, sedangkan buahnya
merupakan buah batu dengan panjang 1 cm. Buah mimba dihasilkan dalam satu sampai
dua kali setahun, berbentuk oval, bila masak daging buahnya berwarna kuning, biji
ditutupi kulit keras berwarna coklat dan didalamnya melekat kulit buah berwarna putih.
Batangnya agak bengkok dan pendek, oleh karena itu kayunya tidak terdapat dalam
ukuran besar (Heyne, 1987).
Indonesia merupakan negara beriklim tropis dengan, suhu kamar 21◦C dengan
kelembaban relative 40-80% sehingga mempermudah perkembangan bakteri, parasit
dan jamur. Kondisi ini memicu timbulnya berbagai macam penyakit kulit bila tidak
diimbangi dengan kebersihan diri yang baik, salah satunya adalah skabies yang sering
dialami oleh para santri. Skabies atau penyakit kudis adalah penyakit kulit menular yang
disebabkan oleh infeksi parasit jenis tungau (mite) Sarcoptes scabiei varietas hominis
dan produknya. Tanda gejala yang muncul akibat infeksi tungau adalah terdapat gatal-
gatal dirasakan pada saat malam hari. Pada kondisi cuaca hangat atau saat berkeringat.
Gatal terjadi pada lesi, tetapi pada skabies kronis gatal terjadi di seluruh badan. Lesi
kulit dapat berupa papula, vesikel dan urtikaria, selain itu lesi dapat berupa bula hingga
gambaran klinisnya menyerupai dermatosis vesikobulosa.
3
Minyak Mimba (Neem Oil) hasil ekstraksi biji Mimba dapat digunakan sebagai
bahan pembuatan sabun. Dalam daun dan minyak biji Mimba diketahui mengandung
senyawa azadirachtin, nimbin, nimbidin, salanin dan meliantriol yang memiliki aktivitas
antibakteri, antijamur, antivirus (antimikroba), dan aktivitas pestisidal (Nazir Javed et
al., 2007; Carlo Pasini et al., 1997; Prarthana Thakurta et al, 2007; Balasubramanian et
al., 2007). Menurut Morrison et al. (2005) kadar minyak Mimba 1,5% memiliki
aktivitas sebagai antibakteri (Rahayu dan Bogoriani, 2011).
Maka dari itu minyak mimba bisa digunakan sebagai bahan pembuatan sabun
yaitu “SACIMBIES” Sabun Cair Mimba untuk mengatasi penyakit kulit Skabies.
Penelitian ini diharapkan akan memberi nilai tambah bagi pemanfaatan daun mimba
yang masih kurang daya gunanya. Sabun arang aktif yang dihasilkan diharapkan dapat
menjadi salah satu sabun yang dapat memberikan inovasi dan meningkatkan kebersihan
lingkungan.
4
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah:
1. Bagaimana proses pembuatan sabun cair dengan memanfaatkan minyak mimba?
2. Bagaimana perbandingan komposisi penambahan minyak mimba pada sabun cair
yang sesuai?
3. Bagaimana hasil uji kualitas arang aktif strobilus pinus berdasarkan SNI 06-3730-
1995?
4. Bagaimana hasil uji organoleptik meliputi warna, banyak busa, kekentalan, dan
respon setelah pemakaian sabun cair yang dihasilkan
5
C. TUJUAN
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui proses pembuatan sabun cair dengan memanfaatkan minyak mimba
(Neem Oil).
2. Menganalisis perbandingan komposisi penambahan minyak mimba pada sabun
cair yang sesuai.
3. Menganalisis hasil uji kualitas arang aktif strobilus pinus berdasarkan SNI 06-
3730-1995.
4. Mengetahui hasil uji organoleptik meliputi warna, aroma, kekentalan, dan respon
panelis setelah pemakaian sabun cair.
D. MANFAAT
Secara garis besar, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Secara teoritis dapat memberikan kontribusi ilmiah yang dapat membantu
pengembangan penelitian dan pengetahuan terutama pemikiran dalam usaha
pemanfaatan limbah organik untuk meningkatkan daya nilai ekonomisnya, daya
dukungnya terhadap lingkungan, dan sosial.
2. Secara praktis untuk masyarakat luas dan khususnya masyarakat daerah
pegunungan, penelitian ini bermanfaat untuk menciptakan lapangan usaha baru
dengan varian baru pada industri sabun, yaitu membuat produk sabun cair dengan
memanfaatkan limbah daun mimba.
5
BAB II
TELAAH PUSTAKA
2. Arang Aktif
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan pemanasan
pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan agar tidak terjadi
kebocoran udara di dalam ruangan pemanasan, sehingga bahan yang mengandung
karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak teroksidasi. Arang selain digunakan
sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya
serap ditentukan oleh luas permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi
lebih tinggi jika terhadap arang tersebut dilakukan aktivasi dengan aktif faktor
bahan-bahan kimia ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan
demikian, arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang
demikian disebut sebagai arang aktif. Permukaan arang aktif yang semakin luas
berdampak semakin tingginya daya serap bahan terhadap gas atau cairan.
Tabel 2.1 Penggunaan Arang Aktif
No. Pemakai Kegunaan Jenis,/Mesh
1. Industri obat dan Menyaring, penghilang bau 8x30, 325
Makanan dan rasa
2. Minuman keras dan Penghilangan warna dan bau 4x8, 4x12
ringan pada minuman
3. Kimia perminyakan Penyulingan bahan mentah 4x8, 4x12, 8x30
4. Pembersih air Penghilangan warna, bau,
penghilangan resin
5. Budi daya udang Permurnian, penghilangan 4x8, 4x12
ammonia, netrite phenol dan
logam berat
Meilita.T. Sembiring, ST dan Tuti. S. Sinaga, ST (2003)
3. Sabun Cair
Sabun merupakan bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi
yang terdiri dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C 16
dan sodium atau potasium. Sabun merupakan pembersih yang dibuat dengan reaksi
kimia antara kalium atau natrium dengan asam lemak dari minyak nabati atau
lemak hewani (Nuraeni, 2014).
Pada prinsipnya, sabun terbuat dari bahan dasar lemak (fatty acid) dan basa
kuat melalui proses kimia yang disebut reaksi substitusi. Reaksi substitusi
merupakan reaksi penggantian atom/gugus atom oleh atom/gugus atom yang lain,
secara khusus reaksi substitusi pada proses pembuatan sabun disebut Reaksi
saponifikasi (penyabunan). Reaksi saponifikasi yaitu reaksi hirolisis asam lemak
(lemak hewan atau minyak nabati) oleh adanya basa kuat (NaOH/KOH/NH 4OH).
Saponifikasi merupakan salah satu metode pemurnian secara fisik. Saponifikasi
dilakukan dengan menambahkan basa pada minyak yang akan dimurnikan.
Penambahan basa pada proses saponifikasi akan bereaksi dengan asam lemak bebas
membentuk sabun yang mengendap dengan membawa serta lendir, kotoran dan
sebagian zat warna. Saponifikasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam
lemak bebas dari minyak atau lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas
dengan basa atau pereaksi lainnya sehingga membentuk sabun (soap stock)
(Zulkifli, 2014).
Sabun umumnya dibagi menjadi 2 jenis, yaitu sabun pada dan sabun cair.
Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap),
sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap).
Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air.
Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak. Asam
lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat,
1
0
asam palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam
minyak goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat. Asam lemak
tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C
lebih dari 6). Gaya tarik antara dua molekul polar (gaya tarik dipol-dipol)
menyebabkan larutan polar larut dalam larutan polar. Molekul polar mempunyai
dipol yang permanen sehingga menginduksi awan elektron non polar sehingga
terbentuk dipol terinduksi, maka larutan non polar dapat larut dalam non polar. Hal
tersebut dapat menjelaskan proses yang terjadi saat kita mencuci tangan. Saat
pencucian tangan, air yang merupakan senyawa polar menginduksi awan elektron
sabun sehingga dapat membantu larutnya asam lemak yang juga merupakan
senyawa non polar. Maka dari itu, bila kita mencuci tangan dengan menggunakan
sabun, lemak yang menempel pada tangan akan melarut bersama sabun dengan
bantuan air (Arifin 2007).
Tabel 2.2 Syarat Mutu Sabun
SNI 06-4085-1996
G. Prosedur
1. Pembuatan Arang Aktif Strobilus Pinus (Pinus merkusii)
20 gram KOH
33 mL larutan KOH
- Ditambahkan 10 mL akuades
- Ditambahkan 5 mL gliserin
- Dipanaskan sampai homogen (suhu 70-80oC)
- Didiamkan sampai hangat kuku
- Ditambah arang aktif limbah strobilus pinus
- Ditambahkan pewangi
- Dipanaskan dan diaduk rata hingga homogen
- Didinginkan (suhu 25-40oC)
- Dituang ke dalam botol kemasan
H. Rancangan Penelitian
Adapun diagram alir pemecahan masalah yang digunakan dapat dilihat pada
gambar berikut,
Rumusan Masalah
Landasan Teori
Penelitian
Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Pemecahan Masalah
A. Data Penelitian
1. Hasil Uji Laboratorium
Pada hasil pengujian terhadap kualitas arang aktif strobilus pinus yang
dilakukan di Laboratorium Anorganik, Jurusan Kimia, FMIPA Unesa pada
tanggal 30 September 2016. Kami mendapatkan hasil sebagai berikut:
14
15
aktif, menganalisis perbandingan komposisi penambahan arang aktif pada sabun cair
yang sesuai, menganalisis hasil uji kualitas arang aktif strobilus pinus, dan
mengetahui hasil uji organoleptik meliputi warna, aroma, kekentalan, dan respon
panelis setelah pemakaian sabun tangan arang aktif cair. Pada percobaan pertama
bertujuan untuk mengetahui proses pembuatan arang aktif strobilus pinus dengan
katalis ZnCl2. Percobaan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan limbah strobilus
pinus dan dijemur sampai kering. Setelah itu, limbah disangrai hingga menjadi arang
berwarna hitam. Arang yang diperoleh, setelah itu dihaluskan dan diayak
menggunakan ayakan. Lalu, arang limbah strobilus pinus yang telah diperoleh,
direndam dengan katalis ZnCl2 10% selama 24 jam. Setelah 24 jam, arang yang telah
diaktivasi disaring dan dicuci dengan aquades. Kemudian, residu atau atau arang
aktif yang dihasilkan dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40oC selama 24 jam.
Percobaan kedua, yaitu membuat sabun tangan cair. Percobaan ini dilakukan
dengan cara membuat larutan KOH 20% terlebih dahulu. Setelah itu, memasukkan
25 gram minyak kelapa sawit ke dalam gelas kimia 250 ml. Kemudian ditambah 33
mL KOH. Selanjutnya campuran dipanaskan sampai terbentuk larutan homogen.
Fungsi pemanasan adalah agar KOH cepat melarut dalam minyak. Pemanasan yang
dilakukan tidak boleh melebihi suhu 70-80oC karena jika suhu pemanasan terlalu
tinggi maka minyak akan teroksidasi sehingga warnanya akan menjadi coklat dan
minyak menjadi rusak, sehingga kualitas sabun yang dihasilkan kurang bagus.
Setelah homogen, campuran didinginkan sampai suhu 50oC. Fungsi penambahan
KOH adalah untuk membentuk sabun, hal ini sesuai dengan prinsip saponifikasi.
Reaksi yang terjadi adalah:
(C15H31COO)3C3H5(s) + 3KOH(aq) C3H5(OH)3(aq) + 3C15H31COOK(s)
Sabun
homogen dan suhunya jangan sampai terlalu panas, karena jika terlalu panas akan
menyebabkan sabun rusak. Selanjutnya, sabun didiamkan sampai hangat, kemudian
dibagi menjadi 2 bagian dengan volume yang sama. Pada sabun yang pertama
ditambahkan arang aktif sebanyak 5%. Sedangkan pada sabun yang kedua
ditambahkan arang aktif 10%. Setelah ditambahkan arang aktif strobilus pinus, sabun
diaduk sehingga menghasilkan sabun yang berwarna abu-abu kehitaman. Sabun
dengan penambahan 10% arang aktif strobilus pinus warnanya lebih gelap
dibandingkan sabun dengan penambahan 5% arang aktif strobilus pinus. Selanjutnya,
ditambahkan pewangi dan diaduk sampai homogen. Setelah homogen dan dingin,
sabun dituang ke dalam botol kemasan. Sabun yang terbentuk berupa sabun cair yang
siap digunakan sebagai sabun cuci tangan. Sabun cair ini dapat mengatasi kulit
tangan yang kusam dan kotor secara alami karena sabun mengandung arang aktif
strobilus pinus yang memiliki daya absorbsi atau daya serap yang sangat tinggi
terhadap polutan dan kotoran.
Selanjutnya sabun yang telah terbentuk, diuji kualitas arang aktifnya,
meliputi kadar air, kadar abu, kadar zat mudah menguap, dan kadar karbon terikat.
Dalam penelitian ini, untuk uji kualitas arang aktif hanya pada kadar air. Sebanyak
2,2722 gram arang aktif strobilus pinus yang dihasilkan ditempatkan dalam cawan
penguapan, yang telah diketahui massa keringnya. Setelah itu, cawan penguapan
yang telah berisi sampel, dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 40 oC selama 5
jam. Kemudian, ditimbang dan diukur kadar airnya dengan persamaan:
Kadar air (%) = ( )
dengan:
a= massa sampel sebelum pemanasan
b= massa sampel sesudah pemanasan
=
= 2,745%
17
Tabel 4.3 Kapasitas dan Energi Adsorpsi pada Arang Aktif Strobilus Pinus
Kapasitas Energi Adsorpsi
Adsorben
Adsorpsi (cm3/g) (kJ/mol)
Arang Strobilus Pinus 0,0267 5,941
Arang Aktif Srobilus Pinus 0,1027 13,268
Arang Aktif Tempurung Kelapa 0,0686 9,2908
Arang Aktif Tongkol Jagung 0,0554 7,5822
Arang Aktif Serbuk Gergaji Kayu Jati 0,0620 8,2923
(Kalensun et al, 2012)., (Poha, 2011)., (Wijaya, 2011)., (Yadnyana, 2011)
Energi adsorpsi adalah kemampuan untuk melepas ikatan antara adsorben
(arang aktif) dengan adsorbat. Hampir sama seperti kapasitas adsorpsi, data pada
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa arang yang diaktivasi dengan aktivator ZnCl 2
mempunyai energi adsorpsi yang lebih besar dibandingkan dengan arang tanpa
pengaktivasi maupun arang aktif lain. Pengotor dapat menyebabkan luas permukaan
arang menjadi rendah, menutupi pori dalam struktur arang, dan menghalangi interaksi
antara arang aktif dan toluena. Dengan tersingkirnya pengotor dari permukaan arang
maka luas permukaan arang menjadi lebih besar, pori-pori dalam struktur arang
terbuka, dan interaksi antara arang aktif dan toluena menjadi lebih kuat. Interaksi
antara adsorben dengan adsorbat yang kuat akan menghasilkan energi adsorpsi yang
lebih besar. Berdasarkan data penelitian tersebut, maka arang aktif strobilus pinus
dapat dimanfaatkan sebagai sabun cuci tangan.
Berdasarkan uji organoleptik diperoleh hasil, responden lebih menyukai warna,
pada sabun dengan penambahan arang aktif strobilus pinus sebanyak 10% yaitu
dengan persentase sebesar 76%. Sedangkan untuk parameter banyak busa lebih
menyukai sabun dengan penambahan arang aktif strobilus pinus sebanyak 10% yaitu
dengan persentase sebesar 76% dan untuk parameter kekentalan sama-sama menyukai
sabun dengan penambahan 5% dan 10%, yaitu dengan persentase 64%. Kemudian,
untuk pemakaian, responden lebih merasakan khasiatnya dengan menggunakan sabun
dengan penambahan arang aktif strobilus pinus sebanyak 10% dengan persentase
sebesar 56%. Hal ini menunjukkan sabun dengan penambahan arang aktif strobilus
pinus sebanyak 10% lebih disukai responden dibandingkan sabun dengan penambahan
arang aktif sebanyak 5% ditinjau dari warna, banyak busa, kekentalan, dan khasiat.
19
C. Manfaat Produk
1. Lingkungan
Pemanfaatan daun mimba masih sangat terbatas dengan hanya dijadikan sebagai
hiasan dan berakhir sebagai limbah. Dengan memanfaatkan minyak dari daun
mimba untuk pembuatan sabun cair, maka secara tidak langsung dapat
mengurangi limbah organik dan dapat meningkatkan daya guna daun mimba.
Selain itu, dapat menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
2. Ekonomis
Dengan memanfaatkan minyak daun untuk pembuatan sabun cair, dinilai sangat
ekonomis karena bahan dasar sabun berasal dari limbah organik, yaitu strobilus
pinus yang selama ini belum optimal dimanfaatkan oleh masyarakat, khususnya
masyarakat yang tinggal di sekitar pegunungan. Selain itu, jika dijual di pasaran
dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar.
3. Sosial
Dengan memanfaatkan minyak daun mimba untuk pembuatan sabun cair, dapat
memberikan kontribusi ilmiah yang dapat membantu pengembangan penelitian
dan pengetahuan terutama pemikiran dalam usaha pemanfaatan limbah organik,
yaitu daun mimba. Selain itu, bermanfaat untuk menciptakan lapangan usaha baru
dengan varian baru pada industri sabun.
2. Kekurangan Produk
Produk SANGARTIF (Sabun Tangan Arang Aktif) sementara ini masih diuji
cobakan ke tangan manusia. Diharapkan penelitian selanjutnya, dapat
dilakukan pengujian kualitas sabun untuk penggunaan dalam jangka waktu
yang lama dan dapat digunakan untuk sabun cuci anggota tubuh yang lain.
A. Simpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan yaitu:
1. Proses pembuatan sabun cair dengan menggunakan arang aktif dari strobilus pinus
dilakukan dengan 3 tahap yaitu pengaktivan arang strobilus pinus, pembuatan
sabun cair, dan penambahan arang aktif strobilus pinus.
2. Perbandingan komposisi penambahan arang aktif strobilus pinus pada sabun yaitu
5% dan 10% dengan hasil warna sabun dengan penambahan arang aktif strobilus
pinus 10% lebih gelap dan menarik dibandingkan warna sabun dengan penambahan
arang aktif strobilus pinus 5%.
3. Pada percobaan diperoleh, massa sampel sebelum pemanasan adalah 2,2722 gram
dan massa sampel sesudah pemanasan adalah 2,2115 gram, sehingga diperoleh uji
kualitas arang aktif pada strobilus pinus berupa kadar air sebesar 2,745%. Hal ini
menunjukkan kadar air pada strobilus pinus hampir sesuai dengan SNI yaitu
maksimal 15%.
4. Berdasarkan uji organoleptik responden lebih menyukai sabun dengan penambahan
arang aktif strobilus pinus 10% responden dibandingkan sabun dengan penambahan
arang aktif strobilus pinus sebanyak 5% ditinjau dari persentase parameter warna
dan banyak busa sebesar 72% untuk komposisi 5% dan 76% untuk komposisi 10%.
Selain itu, perhitungan parameter kekentalan diperoleh persentase yang sama yaitu
64%. Sedangkan respon setelah pemakaian, sebesar 52% untuk komposisi 5% dan
56% untuk komposisi 10%.
B. SARAN
1. Sebaiknya dilakukan uji kualitas arang aktif yang lebih bervariasi, selain kadar air.
2. Dilakukan penelitian lebih lanjut untuk sampel dan variasi jenis pengaktivasinya.
3. Selain itu, juga segera memastikan tempat pengujian kualitas sabun untuk
penggunaan dalam jangka waktu yang lama dan dapat digunakan untuk sabun cuci
anggota tubuh lainnya.
21
22
fDAFTAR PUSTAKA
Tribun, 2022
Heyne, 1987
Backer dan Van der Brink, 196(
Heukelbach, jog;Feldmeier,Herman2006
(Murniati dan Rohmawati, 2018
Rahayu dan Bogoriani, 2011
Gambar 2.1 Tanaman Mimba (Azadirachta indica)
Sumber: (http://ciriciripohon.com) (b) Sumber: (http://tabloidsinartani.com)
Akbar, 2010
Tjitrosoepomo, 1996
Nuraeni, 2014
Arifin S. 2007. CHE Around Us: Sabun. http://www.majarikanayakan.com/2007 /12/che-
around-us-sabun/. Diakses tanggal 1 Oktober 2016.
Asbahani. 2013. Pemanfaatan Limbah Ampas Tebu Sebagai Karbon Aktif untuk Menurunkan
Kadar Besi pada Air Sumur. Jurnal Teknik Sipil. Vol. 13, Tanjung Pura.
Bansal, C.R., Donnet, J.B., Stoekli, F. 1988. Active Carbon. New York: Marcel Dekker Inc.
Cheremisinoff; Morresi. 1978. Carbon Adsorption Applications, Carbon Adsorption
Handbook, Ann Arbor Science Publishers, Inc, Michigan; 7-8.
Febryanti et al. Potensi Arang Aktif Sekam Padi sebagai Adsorben Emisi Gas CO, NO, Nox
pada Kendaraan Bermotor. Sulawesi Selatan: Kimia FMIPA Universitas
Hasanudin Makassar.
Harahap, R dan Izudin. 2002. Keragaman Sifat dan Uji Asal Benih Pinus merkusii di
Sumatera. Siantar: Buletin Penelitian Kehutanan Pematang Siantar.
Hernani, Tatik K, dan Fitriati. 2010. Formula Sabun Transparan Antijamur dengan Bahan
23
Aktif Ekstrak Lengkuas. Bul. Litro. Vol. 21 No. 2. 192-205.
Jamilatun, Siti dan Martomo S. 2014. Pembuatan Arang Aktif dari Tempurung Kelapa dan
Aplikasinya untuk Penjernihan Asap Cair . Spektrum Industri. Vol. 12. No. 1. 1-
112.
Kalensun, Andre G, at al. 2012. Isoterm Adsorpsi Toluena pada Arang Aktif Strobilus Pinus
(Pinus Merkusii). Jurnal Ilmiah Sains Vol. 12 No. 2.
Kompas Nasional. 2015. Sebelum Hutan menjadi Kenangan.
http://nasional.kompas.com/read/2015/03/21/11422271/Sebelum.Hutan.Menjadi.
Kenangan. Diakses tanggal 1 Oktober 2016.
Nofenda, Tri Selo, F. R. 2014. Pemanfaatan Konus Pinus merkusii sebagai Briket Bahan
Bakar Alternatif Bagi Masyarakat Sekitar Hutan. Purwokerto: Gerakan Pramuka
Kwartir Daerah XI Jawa Tengah.
Nurhadi, Siely Cicilia. 2012. Pembuatan Sabun Mandi Gel Alami dengan Bahan Aktif
Mikroalga dan Minyak Atsiri. Malang: Teknik Industri Univrsitas MA Chung.
Pari, G. dan I. Sailah, 2001. Pembuatan Arang Aktif Dari Sabut Kelapa Sawit Dengan Bahan
Pengaktif NH4HCO3 dan (NH4)2CO3 Dosis Rendah. Buletin Penelitian Hasil
Hutan, Bogor.
Poha, L 2011. Isoterm Adsorpsi Toluena pada Karbon Aktif Tempurung
Kelapa. Skripsi. Manado: FMIPA UNSRAT
24
Priani, Sani. 2010. Pembuatan Sabun Transparan Berbahan Minyak Jelantah serta Hasil
Iritasinya pada Kelinci. Universitas Islam. Bandung.
Rohman, Saepul. 2009. Bahan Pembuatan Sabun. http://majarimagazine.com/2009/07/bahan-
pembuatan-sabun/. Diakses tanggal, 30 September 2016.
Sembiring, Meilita Tryana, ST dan Tuti Sarma Sinaga, ST. 2003. Arang Aktif (Penge-nalan
dan Proses Pembuatannya). USU digital library 1
http://library.usu.ac.id/download/ft/industri-meilita.pdf. Diakses tanggal 2 Oktober
2016.
Standar Nasional Indonesia. 1995. SNI 06-3730-1995: Kualitas Arang Aktif. Jakarta: Dewan
Standarisasi Nasional.
Standar Nasional Indonesia. 1996. SNI 06-4085-1996: Syarat Mutu Sabun Cair. Jakarta:
Dewan Standarisasi Nasional.
Sudibandriyo, Mahmud., Lydia. 2011. Karakteristik Luas Permukaan Karbon Aktif Dari
Ampas Tebu Dengan Aktivasi Kimia. Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknik
Universitas Indonesia vol.10, no 3. Depok.
Sudiono, J., K. Soemarna dan A. Su-harlan. 1993. Tabel Tegakan Sepu-luh Jenis Kayu
Industri. Pusat Pe-nelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor: Departemen
Kehutanan.
Suryani A. M. 2009. Pemanfaatan Tongkol Jagung Untuk Pembuatan Arang Aktif Sebagai
Adsorben Pemurnian Minyak Goreng Bekas . Skripsi. Bogor: FMIPA IPB.
Tauqit, Imam. 2013. Pengertian Sabun Beserta Proses dan Jenis-jenisnya (Online).
http://www.pojokpedia.com/pengertian-sabun-beserta-proses-dan-jenis-
jenisnya.html. Diakses tanggal 8 Oktober 2016.
Wijaya, Julianto. 2014. Pengolahan Minyak Jelantah menjadi Sabun Batang dengan Ekstrak
Kunyit, Lidah Buaya, dan Pepaya. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian Vol. 2
No. 4.
Yadnyana, I. P. 2011. Adsorpsi Toluena Pada Arang Aktif Serbuk Gergajian Kayu jati
(Tectona grandis). Skripsi. Manado: FMIPA UNSRAT.
Zulkifli, Mochamad dan Estiatih, Teti. 2014. Sabun dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit:
Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Argoindustri Vol. 2 No. 4.
25
LAMPIRAN
1
CONTOH ANGKET PENGUJIAN ORGANOLEPTIK
SANGARTIF (SABUN TANGAN ARANG AKTIF)
Berilah tanda (√) pada kolom yang tersedia sesuai keterangan di bawah tabel!
Komposisi Penambahan Arang Aktif
Strobilus Pinus (Pinus merkusii)
Parameter Pengamatan
5% 10%
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Warna
Banyak Busa
Kekentalan
Respon Setelah Pemakaian
Keterangan Tambahan:
DOKUMENTASI
Gambar 1 : Strobilus Pinus Gambar 2. Strobilus Pinus Gambar 3. Pengayakan Gambar 4. Arang Strobilus
disangrai Pinus
B. Pembuatan Arang Aktif Strobilus Pinus (Pinus merkusii) dengan Katalis ZnCl2
Gambar 6. Alat dan Bahan Gambar 7. Perendaman Gambar 8. Penyaringan Gambar 9. Pengovenan
Arang dengan ZnCl2
C. Pembuatan SANGARTIF
Gambar 12. Larutan KOH Gambar 13. KOH dilarutkan Gambar 14.
dalam minyak Penambahan
gliserin, pewangi,
D. Uji Organoleptik pada Tangan Manusia dan arang aktif Gambar 17. Penambahan
Arang Aktif 10%
LAMPIRAN II
27