Anda di halaman 1dari 7

Memaksimalkan Literasi 15 Menit, Dapatkan Prestasi

Unlimited, kok Bisa?

Ditulis untuk Mengikuti Lomba Penulisan Karya Ilmiah Populer

BPAD BABEL

Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah

Provinsi Kepulauaan Bangka Belitung

Oleh :

Siti Aghnina Nurmaulidiyah

NISN / NIS : 0030793397 / 7169

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

DINAS PENDIDIKAN SMAN 2 PANGKALPINANG

Jln. Kalamaya, Pangkalpinang, Prov.Kep.Bangka Belitung

Tlp : (0717)-421279 Fax : 0717-424967

Website : www.smadapkp.sch.id

1
Memaksimalkan Literasi 15 Menit, Dapatkan Prestasi
Unlimited, kok Bisa?

Sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan tahun 2015 tentang terselenggaranya Gerakan Literasi Sekolah
(GLS) yang diharapkan dapat memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti
yang saat ini dirasa sangat menurun drastis. Gerakan literasi sekolah sekarang
menjadi perbincangan hangat dalam dunia pendidikan, terutama pelajar. Salah
satu kegiatan dari gerakan tersebut adalah kegiatan 15 menit membaca buku non
pelajaran sebelum waktu belajar dimulai. Secara sederhana, literasi dapat diartikan
sebagai sebuah kemampuan membaca dan menulis. Kita mengenalnya dengan
melek aksara atau keberaksaraan. Namun sekarang ini literasi memiliki arti luas,
sehingga keberaksaraan bukan lagi bermakna tunggal, melainkan mengandung
beragam arti (multi literacies). Ada bermacam keberaksaraan atau literasi ,
misalnya literasi komputer (computer literacy), literasi media (media literacy),
literasi teknologi (technology literacy), literasi ekonomi (economy literacy),
literasi informasi (information literacy), bahkan ada literasi moral (moral
literacy). Seorang dikatakan literat jika ia sudah bisa memahami suatu bacaan
karena membaca informasi yang tepat dan melakukan sesuatu berdasarkan
pemahamannya terhadap isi bacaan tersebut.

Lalu, apa itu Gerakan Literasi Sekolah? Gerakan Literasi Sekolah (GLS)
adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah, guru, peserta
didik, orang tua/wali murid, dan masyarakat sebagai bagian dari ekosistem
pendidikan. Gerakan adalah suatu usaha atau kegiatan yang bergerak langsung di
lapangan. Gerakan literasi sekolah menjadi salah satu upaya yang diperlukan
dalam menumbuh kembangkan budi pekerti siswa. Sebagaimana telah diupayakan
pemerintah melalui Kemendikbud, untuk mencetak siswa berbudaya dan berbudi
luhur; kegiatan membaca dan menulis merupakan proses pembelajaran sepanjang
hayat. Gerakan literasi sekolah wajib bagi semua warga sekolah. Tidak hanya
guru atau siswa yang berada di kelas, tetapi juga karyawan dan masyarakat

2
sekolah. Apabila waktu literasi 15 menit dimulai, semua di lingkungan sekolah
harus ikut kegiatan ini tanpa kecuali.

Lantas, apakah benar Indonesia kurang berliterasi? Ya, dari


data Association for the Educational Achievement (IAEA), mencatat bahwa pada
tahun 1992 Finlandia dan Jepang sudah termasuk negara dengan tingkat membaca
tertinggi di dunia. Sementara itu, dari 30 negara Indonesia masuk pada peringkat
dua terbawah. Sedangkan, sebuah survey dari Program for International Students
Assessment (PISA) dalam pertama kali keikutsertaannya pada tahun 1997
Indonesia survey tentang budaya literasi. Indonesia menempati peringkat 40 dari
41 negara yang berpartisipasi. Selanjutnya, pada tahun 2000 dalam survey yang
sama Indonesia menempati peringkat 64 dari 65 negara partisipan. Survey
tersebut sudah cukup menjelaskan kurangnya budaya literasi di Indonesia, bahkan
kita kalah tingkat literasinya dengan negara-negara ASEAN yang lain sekalipun
Vietnam, negara yang jauh lebih muda dibandingkan Indonesia.

Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah, menyerap apa


yang dilihat, didengar, dan diperbincangkan, menganalisis, mengatasi, berbicara,
menanggapi, memahami, mengkritisis, dalam melakukan proses membaca dan
menulis. Alasan kenapa harus literasi 15 menit adalah kegiatan rutin ini
dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta dalam rangka
meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara
lebih baik. Literasi 15 menit juga sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan
kualitas manusia Indonesia. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat
mendapatkan hasil maksimal serta memperoleh prestasi gemilang. Materi baca
dapat berisi nilai-nilai budi pekerti berupa kearifan lokal, nasional, dan global
yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik di sekolah. Sekolah
merupakan institusi yang diharapkan dapat mencetak manusia Indonesia yang
pandai, berbudi luhur, dan berakhlak mulia. Dengan membaca buku nonpelajaran,
memang berpengaruh terhadap kemampuan secara umum. Artinya, siswa tidak
hanya pandai dalam bidang ilmu pelajaran, tetapi juga lainnya. Tidak salah jika

3
ada istilah dengan membaca bisa menggenggam dunia. Apabila banyak waktu
dihabiskan untuk membaca, maka semakin banyak ilmu yang diperoleh.
Sehingga, tanpa membaca seseorang tidak tahu apa-apa. Akhirnya, membaca
merupakan tuntutan hidup untuk melanjutkan arah dan prestasi masa depannya.
Demikian halnya, di dalam lingkungan pendidikan seperti sekolah.
Penyelenggaraan gerakan literasi sekolah di suatu sekolah adalah sangat penting
dan diwajibkan pemerintah. Ibaratnya tubuh, literasi 15 menit adalah organ
jantung yang bertugas memompa darah ke seluruh tubuh agar organ-organ tubuh
lainnya dapat bekerja dan berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Tetapi,
kadang kala fungsi literasi 15 menit sebagai organ jantung tersebut tidak
dimanfaatkan sebagaimana mestinya. Hal ini bukan karena waktu yang diberikan
sedikit atau terbatas, tetapi dari segi kemampuan siswa lemah dalam berpikir
kritis, menganalisis, menyimpulkan, menanggapi, memberi saran dan solusi, serta
berbicara di depan kelas untuk menceritakan kembali apa yang telah dibaca. Hal
ini masih menjadi faktor kecenderungan kurangnya literasi di Indonesia yang
memang lemah dalam aspek tersebut, tetapi dalam mengingat Indonesia lebih
kuat. Masalah ini datang langsung dari sebagian siswa yang penulis tanyakan
tentang ‘Mengapa tidak bisa menjelaskan apa yang telah dibaca?’, hal tersebut
juga pernah penulis alami. Sehingga, timbul rasa tidak percaya diri yang dapat
memicu ketidakmaksimalan dalam menjalani program literasi 15 menit di sekolah
oleh pemerintah.

Dari permasalah di atas, penulis mengusulkan kepada pemerintah atau


instansi terkait khususnya dunia pendidikan, agar lebih memaksimalkan literasi 15
menit kepada seluruh pelajar sekolah di Indonesia tanpa terkecuali, supaya
Indonesia lebih percaya diri dan mampu mengukir prestasi yang tidak terbatas
(unlimited), serta mengalahkan negara maju di era global ini. Bahkan, tidak ada
lagi alasan jika pelajar Indonesia sulit atau tidak bisa untuk berprestasi.

Tujuan literasi 15 menit dalam dunia pendidikan yaitu menginginkan


ukiran prestasi dari peserta didiknya, baik itu ukiran prestasi dalam bidang

4
akademik (intelektual), kepribadian (emosional), maupun spiritual dan sosial.
Setiap anak didik dilahirkan berbeda, memiliki kemampuan yang berbeda, dan
memiliki minat yang berbeda pula. Maka dari itu, bahan bacaan yang disediakan
sebaiknya juga beragam, semakin banyak ragamnya, semakin memenuhi semua
kebutuhan anak yang beragam. Prestasi berasal dari bahasa Belanda yang artinya
hasil dari usaha (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedi bebas). Prestasi
diperoleh dari usaha yang telah dikerjakan. Prestasi tidak terbatas (unlimited)
dapat dicapai dengan mengandalkan kemampuan intelektual, emosional, dan
spiritual serta ketahanan diri dalam menghadapi situasi segala aspek kehidupan
yang dapat diasah dengan adanya kegemaran membaca. Unlimited berasal dari
bahasa Inggris yang artinya tidak terbatas. Prestasi unlimited artinya dalam
menggapai prestasi merupakan hak setiap orang yang dibebaskan atau tidak
terbatas. Setiap orang bisa berkarya dan berprestasi. Salah satu cara yang paling
sederhana untuk berprestasi unlimited ialah dengan memaksimalkan literasi 15
menit di sekolah. Semakin banyak buku yang kita baca, semakin banyak pula ilmu
yang kita serap demi menunjang prestasi unlimited.

Oleh sebab itu, literasi 15 menit adalah suatu jalan menuju pada suatu
perubahan dan peningkatan prestasi anak bangsa dengan metode dan teknik
pengajaran literasi 15 menit yang mencerdaskan, serta dalam pembengkelan
bahasa (baca-tulis) dibutuhkan yang namanya keterampilan dimulai dari bahasa
ibu, bahasa Indonesia, juga bahasa asing. Dengan lebih memaksimalkan peran dan
pelaksanaan literasi 15 menit, diharapkan literasi 15 menit di sekolah bisa
mencetak siswa untuk senantiasa terbiasa dengan aktivitas membaca, memahami
setiap informasi, menganalisis, mengkritisi, dan memberi tanggapan, serta mampu
berprestasi unlimited. Sehingga, pada akhirnya prestasi unlimited pun relatif bisa
untuk diraih dalam membentuk generasi cerdas dan berkualitas karena tidak ada
yang tidak bisa jika kita berliterasi. Literasi 15 menit tidak bisa bekerja sendiri.
Dukungan pemerintah, instansi terkait, dan sekolah, terutama melalui kebijakan
pimpinan (kepala sekolah), dan guru dalam pengadaan atau pemaksimalan literasi
15 menit di sekolah demi menunjang prestasi unlimited setiap siswa.

5
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia,


Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Tahun 2015

Irwansyah S.Pd, 2018, Klasifikasi dalam Literasi dan Alasan Harus Literasi,
SMAN 2 PANGKALPINANG

Pihak dan Warga Sekolah, Teman-Teman beserta Guru, SMAN 2


PANGKALPINANG

Wikipedia bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, Literasi Media

Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring (KBBI Daring), Kementrian Pendidikan


dan Kebudayaan

gln.kemdikbud.go.id › Data Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Literasi Nasional

6
Biodata Penulis

Nama Lengkap : Siti Aghnina Nurmaulidiyah

NISN/NIS : 0030793397 / 7169

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal, Tanggal Lahir : Pangkalpinang, 21 Mei 2003

Alamat : Jln. Raya Koba KM.11

No Hp : 082376299695

Email : dkafkhaghninan@gmail.com

Status : Pelajar

Tempat Pendidikan : SMA Negeri 2 Pangkalpinang

Tlp. Sekolah : (0717)-421279

Pangkalpinang, 27 September 2018

Siti Aghnina Nurmaulidiyah

Anda mungkin juga menyukai