SKRIPSI
DISUSUN OLEH:
DWI ANDRI
NIM.191010350481
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat Dalam Rangka Memperoleh GelarSarjana Teknik
Disusun oleh :
DWI ANDRI
NIM. 191010350481
i
ABSTRAK
Graphene atau grafena adalah alotrof karbon dalam bentuk kisi heksagonal
2D, dimana satu atom membentuk setiap simpul dengan hibridisasi sp2. Panjang
ikatan karbon-karbon adalah sekitar 0,142 nm. Grafena memiliki banyak potensi
aplikasi seperti di bidang baterai, pengisi polimer, sensor, konversi energi, dan
perangkat penyimpanan energi lain nya. Penelitian dilakukan untuk mengetahui
bagaimana karakteristik grafena yang dibuat dari material arang tempurung kelapa
yang dipanggang dengan suhu 200°C dan pirolisis dengan suhu 650°C dan 750°C
ini diaplikasikan untuk katoda baterai. Penelitian juga dilakukan dengan
pengujian konduktivitas listrik untuk mengetahui proses yang terbaik untuk
menghasilkan material yang berkualitas paling baik. Pengujian menggunakan
metode pirolisis dan sonikasi dimana pengujian dilakukan dengan alat yang
terkalibrasi. Dari pengujian yang dilakukan dengan Spektroskopi Raman
didapatkan hasil paling optimal adalah pada suhu pirolisis 650°C yang
menghasilkan dengan ID/IG 0,925 nm. Dan dari pengujian konduktivitas listrik
didapatkan hasil paling optimal pada sampel dengan suhu pirolisis 650°C yaitu
pada V : 40 VDC, I : 9,4 A, DHL : 321,36 µS/cm.
ix
ABSTRACT
x
DAFTAR ISI
xi
2.12 Spektroskopi Raman............................................................................... 21
2.13 Uji Konduktivitas Listrik........................................................................ 27
2.14 Penelitian Terdahulu ............................................................................... 28
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 32
3.1 Diagram Alir Penelitian.......................................................................... 32
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 34
3.3 Alat dan Bahan ....................................................................................... 36
3.4 Langkah Proses ....................................................................................... 43
3.5 Karaktirisasi Spektroskopi Raman ......................................................... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 50
4.1 Hasil Pengujian Spektroskopi Raman .................................................... 50
4.2 Hasil Pengujian Daya Hantar Listrik (DHL) .......................................... 53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 54
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 54
5.2 Saran ....................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 55
LAMPIRAN ...........................................................................................................58
xii
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
portabel, baterai isi ulang lithium (li)-ion yang diperkenalkan ke pasar sejak
lama. Untuk baterai lithium-ion (lib) pertama kali dikomersialkan pada tahun
1991. (Ahmad Hidayat, et al., 2019).
Upaya dan penelitian yang ketat memungkinkan baterai lithium-ion (lib)
memainkan peran utama dalam pasar baterai portabel. Serta, baterai sodium-ion
(sib), baru- baru ini di bawah penelitian yang ekstensif, membuka kemungkinan
untuk memulai perjalanan komersialnya sebagai pengganti lib. Selain itu,
munculnya bahan nano berbasis tempurung kelapa, seperti serat karbon,
graphene, dll. Sebagai elektroda baterai telah memajukan bidang penelitian ini ke
tahap yang lebih baik dan bagus diantaranya: graphene memiliki potensi paling
besar untuk menghadapi tantangan pada sektor energi dan penyimpanan.
Kebutuhan baterai primer di dunia mencapai 11,0 juta pertahun, diperkirakan
akan mengalami kenaikan tiap tahun (±63%) di Benua Asia. Saat ini baterai
primer komersial yang sering digunakan oleh masyarakat adalah baterai
Znklorida, Zn-karbon, Lithium dan baterai Alkalin. Baterai primer lebih banyak
diperjual belikan di pasaran dibandingkan baterai sekunder, dikarenakan baterai
perimer memiliki kapasitas muatan yang lebih besar, kemampuan menyimpan
muatan yang lebih baik, lebih ramah lingkungan saat didaur ulang, daya tahan
lebih baik dari kebocoran, tidak memerlukan perlakuan khusus, dan harga yang
lebih murah. (C Simanjuntak, et al., 2020).
Graphene adalah zat baru yang ditemukan pada tahun 2004. Versi karbon 2
dimensi dengan karakteristik kelistrikan yang luar biasa disebut graphene.
Mobilitas besar pembawa muatan lebih dari 200,00 cm2/Vs merupakan salah satu
karakteristik ini. Selain memiliki konduktivitas yang tinggi, graphene juga
merupakan zat terkuat di dunia. University of Manchester melakukan penelitian
yang menetapkan bahwa graphene memiliki kekuatan tarik 1 TPa (terapascal).
Hasilnya, graphene adalah zat khusus yang menawarkan optimisme bagi
pertumbuhan sektor kelistrikan, penerbangan, dan industri. Meskipun demikian,
belum banyak penelitian di Indonesia yang menggunakan graphene sebagai bahan
pengganti meskipun memiliki potensi yang besar. (Azizah, L.N., & Susanti, D,.
2014).
3
BAB I. PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang, perumusan masalah,
pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika
penulisan.
BAB V. PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan yang merupakan rangkuman dari seluruh
hasil pembahasan dan penelitian yang dilakukan serta saran atau masukan
bagi pihak-pihak lain yang membutuhkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karbon
Karbon/Zat arang merupakan salah satu material yang sangat berlimpah
keberadaannya di alam. Dan karbon merupakan material penyusun utama pada
bahan bakar fosil seperti: batubara, petroleum, dan gas alam.
6
7
2.2 Graphene
Graphene menurut definisi adalah alotrof karbon dalam bentuk kisi
heksagonal 2D, dimana satu atom membentuk setiap simpul dengan hibridisasi
sp2. Panjang ikatan karbon-karbon adalah sekitar 0,142 nm. Terdapat tiga ikatan
σ disetiap kisi dengan sambungan kuat yang membentuk struktur heksagonal yang
stabil.
Konduktivitas listrik graphene Sebagian besar dikaitkan dari ikatan π yang
terletak secara vertikal ke bidang kisi. Stabilitas graphene disebabkan oleh atom
karbonnya yang padat dan hibridisasi orbital sp2- kombinasi orbital s, px, dan py
yang membentuk ikatan σ. Elektron pz terakhir membentuk ikatan π. Ikatan π
menghibridisasi bersama untuk membentuk pita π dan pita π.
Pita ini bertanggung jawab atas sebagian besar properti elektronik grafena
yang terkenal, melalui pita setengah terisi yang memungkinkan electron bergerak
bebas. (Kurniasari, et al., 2017). Kisi heksagonal graphene disajikan pada
Gambar 2.2 dibawah ini.
Graphene merupakan suatu material lapisan tipis yang berasal dari alotrop
karbon yaitu graphene dan memiliki struktur heksagonal yang membentuk
susunan seperti sarang lebah (honeycomb) dengan hibridisasi orbital atom.
(Gusminar Sitompul, et al., 2020). Struktur graphene kisi sarang lebah disajikan
pada Gambar 2.3 dibawah ini.
8
Gambar 2.3 Struktur Graphene Kisi Sarang Lebah. (Gusminar Sitompul, et al.,
2020).
Graphene adalah susunan lapisan tunggal dari atom karbon yang tersusun
dalam bentuk dua dimensi (2D) dengan kisi berbentuk sarang lebah, dan
merupakan bahan dasar dalam susunan material graphite. Untuk bentuk dimensi
lainnya yaitu dikemas dalam bentuk 0D fullerens, dalam 1D nanotube dan dalam
bentuk 3D graphite. Struktur graphite dan struktur graphene disajikan pada
Gambar 2.5 dibawah ini.
Gambar 2.6 Struktur Graphene nanosheet. (Zahra Najafi Rad, et al., 2022).
2.5 Graphite
Graphite atau grafit merupakan material yang terdiri dari banyak lembaran
graphene yang ditumpuk secara bersama. Material ini termasuk dalam alotrop
karbon yang dapat menghantarkan arus listrik dan panas dengan baik. Karena
sifat inilah grafit biasanya digunakan sebagai elektroda pada sel elektrolisis.
Dalam struktur grafit setiap atom karbon membentuk ikatan kovalen dengan
tiga atom karbon lainnya membentuk susunan heksagonal dengan struktur
berlapis seperti tumpukan kartu. Karena atom karbon memiliki 4 elektron valensi
maka pada setiap atom karbon masih terdapat satu elektron yang belum berikatan
(elektron bebas).
Graphite memiliki struktur lapisan yang terdiri atas cincin atom karbon yang
beranggotakan 6 atom yang mirip benzene yang terkondensasi tanpa atom
hidrogen. Jarak karbon-karbon dalam lapisan adalah 142 pm (pikometer) dan
ikatannnya memiliki karakter ikatan rangkap, analog dengan senyawa aromatik.
Karena jarak antar lapisan adalah 335 pm dan lapis-lapis tersebut diikat oleh
ikatan yang relatif lemah yakni gaya Van der waals (gaya tarik menarik yang
relatif lemah), lapisan-lapisan ini dengan mudah akan saling menggelincir bila
dikenai gaya. Hal inilah yang merupakan asal mula sifat lubrikasi graphite.
Berbagai molekul seperti logam alkali, halogen, halida logam, dan senyawa
organik dapat menginterkalasi lapisan graphite dan membentuk senyawa
interkalasi (penyisipan molekul atau ion ke dalam bahan berlapis dengan struktur
berlapis). Graphite memiliki sifat semi-logam, konduktivitasnya 10-3 Ωcm
paralel dengan lapisan dan hantarannya sekitar 100 kali lebih kecil dalam arah
gerak lurus lapisan. Struktur material graphite disajikan pada Gambar 2.7
dibawah ini.
13
1. Memiliki titik leleh tinggi, sama seperti intan. Hal ini disebabkan ikatan
kovalen yang terbentuk sangat kuat sehingga diperlukan energi yang tinggi
untuk memutuskannya.
2. Memiliki sifat lunak, terasa licin dan digunakan pada pensil setelah
dicampur tanah liat.
3. Tidak larut dalam air dan pelarut organik, karena tidak mampu melarutkan
molekul grafit yang sangat besar.
4. Dibandingkan intan, grafit memiliki massa jenis yang lebih kecil, karena
pada strukturnya terdapat ruang-ruang kosong antar lipatannya.
5. Berupa konduktor listrik dan panas yang baik.
memiliki kandungan karbon yang lebih tinggi sehingga berpotensi sebagai sumber
karbon aktif.
Karakteristik karbon aktif berbahan arang tempurung kelapa dinyatakan
dengan ukuran partikel arang atau luas permukaan partikel, struktur pori dan rapat
massanya. Sebagai bahan penyerap, struktur pori dan distribusinya didalam bahan
karbon arang tempurung kelapa merupakan faktor yang penting. Mula-mula,
pori-pori bahan karbon terisi oleh bahan hidro karbon atau tar dan keduanya akan
menguap selama proses pemanasan berlangsung sehingga membentuk pori-pori
yang terbuka. Pori-pori terbuka ini penting karena larutan atau partikel akan
terdifusi kedalam dan kemudian terserap oleh dinding-dinding pori. Namun
demikian proses penyerapan ini pada dasarnya merupakan proses yang rumit
karena melibatkan gaya-gaya Van der Waals, Coulomb dan sebagainya. (Ginting
et al., 2017).
Kandungan Kimia dari tempurung kelapa adalah: selulosa (34%),
hemiselulosa (21%) dan lignin (27%) sedangkan komposisi unsur terdiri atas
karbon (74.3%), Oksigen (21.9%), Silikon (0.2%), Kalium (1.4%) dan Sulfur
(0.5%) dan Posfor (1.7%). Berikut ini adalah tabel perbandingan perubahan
komponen dan kandungan bahan tempurung kelapa dan arang tempurung kelapa.
(Tamado et al., 2013). Tabel perbandingan tempurung dan arang tempurung
kelapa serta karakteristik tempurung kelapa dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan 2.2
dibawah ini.
Moisture 10,46
Volatile 67,67
Tempurung kelapa
Karbon 18,29
Abu 3,58
16
Volatile 10,60
Abu 13,08
2.7 Pyrolysis
Pyrolysis atau devolatilisasi adalah proses fraksinasi material oleh suhu.
Proses pyrolysis dimulai pada temperature sekitar 230 ℃, ketika komponen yang
tidak stabil secara termal dan volatile matters pada sampah akan pecah dan
menguap bersamaan dengan komponen lainnya. Produk cair yang menguap
mengandung tar dan polyaromatic hydrocarbon. Produk phirolysis umumnya
terdiri dari tiga jenis, yaitu: gas (H2, CO, CO2, H2O, dan CH4) tar (pyrolytic oil)
dan arang.
Parameter yang berpengaruh pada kecepatan reaksi pyrolysis mempunyai
hubungan yang sangat kompleks, sehingga model matematis persamaan kecepatan
reaksi pyrolysis yang diformulasikan oleh setiap peneliti selalu menunjukan
rumusan empiris yang berbeda.
Pyrolysis berasal dari kata pyro (fire/api) dan lyo (loosening/pelepasan) untuk
komposisi termal dari suatu bahan organik. Pyrolysis merupakan suatu bentuk
penguraian/perengkahan (cracking) bahan organik secara kimia melalui
pemanasan tanpa atau dengan sedikit oksigen.
17
Ukuran bahan terkait jenis bahan dan alat yang digunakan. Semakin kecil
ukuran bahan luas permukaan per satuan massa semakin besar, sehingga dapat
mempercepat perambatan panas keseluruh umpan dan frekuensi tumbukan
meningkat misalnya serbuk dipirolisis dengan diameter 1,5 cm ukuran bahan juga
berpengaruh terhadap kapasitas pengolahan. Suhu proses yang tinggi akan
menurunkan hasil arang, sedangkan hasil cair dan gas meningkat. Hal ini
disebabkan karena semakin banyaknya zat-zat yang terurai dan teruapkan.
Proses pemanasan pada tempurung kelapa akan menghasilkan perubahan
yang bertahap. Tahap awal, material yang dibakar akan kehilangan air, hidrogen,
dan oksigen dalam jumlah banyak, sehingga mereduksi ukurannya hingga 10%
dari massa awal. Kemudian karbon akan cenderung berkembang menjadi grafit
dan menghasilkan arang yang memiliki struktur teratur. (Annisa Anugraini et al,
2018). Difraksi kristal tempurung kelapa tua hasil pembakaran disajikan pada
Gambar 2.9 dibawah ini.
Hasil pembakaran tempurung kelapa yang telah menjadi arang dan ditumbuk
akan menghasilkan fasa rGO. Dapat terlihat bahwa hasil pembakaran tempurung
kelapa menghasilkan fasa rGO dengan puncak 25Ɵ dan 45Ɵ dalam pemanasan
1000°C dalam lingkungan udara. Difraksi kristal tempurung kelapa tua hasil
pembakaran. (Annisa Anugraini, et al., 2018).
19
2.8 Penggilingan
Setelah Proses pyrolysis tempurung kelapa selesai dilakukan dan tempurung
kelapa berubah menjadi arang, maka proses selanjutnya adalah proses
penggilingan arang tempurung kelapa menjadi serbuk menggunakan alat yaitu:
Hammer Mill merupakan jenis mesin penepung yang digunakan untuk
menghancurkan dan menghaluskan bahan-bahan yang keras sampai menjadi
tepung.
Bahan bahan yang bisa dijadikan tepung dengan mesin hammer mill ini
antara lain: kayu jati, tempurung / batok kelapa, cangkang kerang, biji jagung,
tulang ikan dan sebagainya. Halus lembutnya tepung yang dihasilkan bisa diatur
dengan ukuran screen yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan.
2.9 Penyaringan
Peroses penyaringan ini bertujuan untuk mendapatkan serbuk dari arang
tempurung kelapa yang sudah melalui proses penggilingan menghasilkan serbuk
yang benar-benar halus menggunakan saringan yang berukuran 200 mesh. Untuk
sistem pengayakan/penyaringan ini dapat dibedakan menurut ukuran pori dalam
meshnya, yang dapat ditunjukan pada gambar di bawah ini.
28 30 0.589 0.023
30 35 0.495 0.020
35 40 0.417 0.016
42 45 0.351 0.014
48 50 0.295 0.012
2.11 Sonikasi
Sonikasi adalah suatu metode modifikasi material dengan memanfaatkan
gelombang ultrasonik. Penggunaan sonikasi dapat menyebabkan perubahan massa
molekul rata-rata viskositas (Mv) dengan adanya degradasi viskositas akibat
pemberian gelombang ultrasonik. Teknik gelombang ultrasonik telah digunakan
pada larutan kitosan. Pengaruh sonikasi menyebabkan penurunan berat molekul
dengan semakin lamanya pemberian gelombang ultrasonik.
Sonikasi merupakan teknologi yang memanfaatkan gelombang ultrasonik.
Ultrasonik adalah suara atau getaran dengan frekuensi yang terlalu tinggi untuk
bisa didengar oleh manusia, yaitu kira-kira di atas 20 kHz.
Sonikasi dapat digunakan untuk mempercepat proses pelarutan suatu materi
dengan prinsip pemecahan reaksi intermolekuler, sehingga terbentuk suatu
partikel yang berukuran nano. Sonikasi berarti pemberian perlakuan ultrasonik
suatu bahan pada kondisi tertentu, sehingga menyebabkan bahan tersebut
mengalami reaksi kimia sebagai akibat perlakuan teyang diberikan. Prosesnya
dengan menggunakan gelombang ultrasonik pada rentang frekuensi 20 KHz-10
MHz atau yang dikenal dengan istilah ultrasonikasi. (Candani, et al,. 2018).
Proses ultrasonikasi betujuan untuk proses pengelupasan grafit Oksida
menjadi lembaran-lembaran graphene oksida dengan memutuskan ikatan Van der
Walls pada interlayer. Perbedaan lama pancaran gelombang ultrasonik sebelum
21
Teknik ini bergantung pada hamburan inelastik atau hamburan Raman, pada
cahaya monokrom, biasanya dari suatu laser dalam rentang kasat mata, dekat
inframerah, atau dekat ultraviolet. Cahaya laser berinteraksi dengan vibrasi
molekul, fonon atau eksitasi lainnya dalam sistem, menghasilkan energi pada
foton laser mengalami pergeseran naik atau turun. Pergeseran energi memberikan
informasi tentang mode vibrasional dalam sistem. Spektroskopi
inframerah memberi hasil yang serupa, tetapi mendukung, informasi tersebut.
Perubahan frekuensi foton datang dan foton tersebar ini dikenal sebagai
pergeseran Raman. Ketika foton yang tersebar memiliki lebih sedikit energi,
maka panjang gelombang yang lebih panjang dari foton datang, itu disebut
hamburan Stokes. Ketika foton yang tersebar memiliki lebih banyak energi, maka
panjang gelombang yang lebih pendek dari foton datang, itu disebut hamburan
anti-stokes.
Setiap puncak menunjukkan energi vibrasi spesifik yang terkait dengan ikatan
molekul. Dengan cara ini, Spektroskopi Raman membantu menafsirkan struktur
kimia suatu molekul. Spektroskopi Raman bekerja disajikan pada Gambar 2.13
dan identifikasi alotrop karbon dapat dilihat pada Gambar 2.14 dibawah ini.
heptagon dan pentagon ring, vacancy, edge effect, dan lain-lain. Cacat juga
disebabkan oleh pembentukan kerut dan adanya gugus fungsi. Gambar 2.15 (b)
adalah spektrum Raman dari GO dan rGO. Berdasarkan spektrum ini dipastikan
bahwa nilai dalam penelitian ini berkisar dari rGO. Spektrum Raman dari sampel
pada suhu pemanasan yang berbeda dibuat dari batok kelapa tua. (Drewitt,
J.W.E., et al., 2022).
Puncaknya sekitar 1590 cm̵¹ adalah G band. Pita G adalah karakteristik dari
semua struktur grafit, yang timbul karena gerakan peregangan ikatan dalam
bidang sp2atom karbon hibridisasi. Nilai D dan G memuncak pada 400℃, 700℃
dan 1000℃ masing-masing sebesar 1348,5 cm̵¹; 1585 cm̵¹; 1332,5 cm̵¹; dan
1582,5 cm̵¹; 1310 cm̵¹; 1580,5 cm̵¹. Terjadi sedikit pergeseran puncak D dan G
pada suhu panas yang berbeda. Intensitas Raman yang dihasilkan pada suhu yang
berbeda juga tidak sama. Jika suhu meningkat, nilai intensitas Raman akan
menurun. Artinya jika temperatur meningkat, sampel akan rusak dan dapat
menimbulkan cacat. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya nilai ID/IG dalam
suhu naik. ID/IG rasio meningkat dari 1,22 pada 400℃ menjadi 1,75 pada
1000℃, yang menunjukkan bahwa lebih banyak sp2 domain terbentuk,
menunjukkan bahwa cacat pada rGO meningkat. Meningkatnya pengaruh defect
terhadap sifat magnetik dari rGO. Spektroskopi Raman adalah teknik dalam
mengukur yang digunakan untuk mengamati mode vibrasional, rotasional, dan
mode frekuensi-rendah lainnya dalam suatu sistem. Spektrometer Raman terdiri
dari sumber cahaya, monokromator, pemegang sampel dan detektor. Ilustrasi
raman dapat dilihat pada Gambar 2.15 dibawah ini
MULAI
STUDI LITERATUR
32
33
PROSES PENGGILINGAN
PROSES PENCUCIAN
PROSES SONIKASI
KARAKTERISASI DENGAN
PENGAMATAN SPEKTROSKOPI
RAMAN
SEMPEL 1 SEMPEL 2
(200℃-650℃) (200℃-750℃)
PENGUMPULAN DATA
KESIMPULAN
SELESAI
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Adapun tahap penelitian
ialah sebagai berikut :
35
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan ini meliputi pengajuan judul penelitian, penyusunan,
permohonan penelitian beserta konsultasi permasalahan kepada dosen
pembimbing, mempersiapkan bahan pengujian dan kebutuhan lainnya.
Dimulai pada bulan November 2022.
b. Tahap Penelitian
Tahap penelitian meliputi kegiatan yang berlangsung di lapangan yakni
mengukur variasi suhu yang dilakukan, pengambilan data dari
eksperimen maupun dokumentasi kegiatan ini merupakan kelanjutan
setelah tahap persiapan dan dilaksanakan pada bulan April 2023.
c. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi kegiatan analisis data dan penyusunan
laporan, kegiatan ini dilaksanakan pada bulan April – Juli 2023.
1 Pengajuan judul
Penyusunan BAB
2
I
Penyusunan BAB
3
II
Penyusunan BAB
4
III
5 Sidang Proposal
6 Revisi Proposal
7 Pengambilan data
Analisis dan olah
8
data
Penyusunan BAB
9
IV
Penyusunan BAB
10
V
11 Sidang Skripsi
12 Revisi Skripsi
36
proses pencucian /
pemurnian.
25 Pengujian pertama 2
menggunakan Bulan
Spektroskopi Raman
untuk mengetahui
karakteristik dari graphene
nanosheet.
26 Serbuk dipadatkan di 10
dalam tabung fuse kosong Menit
untuk dilakukan uji
konduktifitas listrik nya.
Pengujian ini untuk mengukur berapa Daya Hantar Listrik yang dapat di
hantarkan dari sampel tersebut. Pengujian ini menggunakan alat Multimeter
Digital dan Regulated DC Power Supply. Regulated DC Power Supply digunakan
sebagai sumber listrik dengan variasi tegangan 40, 45, 50, 55 Volt. Selanjutnya
akan di ukur dengan multimeter melalui serangkaian kabel yang di sambung
dengan fuse yang sudah di isi oleh sampel serbuk grafena yang di padatkan
sebanyak 0,25 gram.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan adanya gugus fungsi karbon yang terdeteksi dan diamati dengan
karakterisasi Raman. Spektrum Graphene Nano Sheet (GNS) terekam dan lebar
puncaknya antara 1337,51cm̵¹ sampai 1592,87 cm̵¹ menunjukkan adanya gugus
fungsi C seperti terlihat pada Gambar 4.1. Puncak D antara 604,927 Cm̵¹ sampai
1352,82 Cm̵¹ dan Puncak G antara 677,987Cm̵¹ sampai 1457,67 Cm̵¹ terjadi
karena C asimetris dan simetris bentangan G masing-masing, sedangkan
puncaknya sekitar 1620 Cm̵¹ dikaitkan dengan peregangan C=C, 1087 Cm̵¹ sesuai
dengan CO peregangan getaran COC.
50
51
puncak tersebut adalah D (defect) dengan rentang nilai 1345,76 cm̵¹, 1352,82 cm̵¹,
dan puncak G dengan rentang nilai 1592,87 cm̵¹, 1457,67 cm̵¹. Grafik nya dapat
dilihat pada Gambar 4.2.
Berdasarkan spectrum Raman yang dihasilkan dari masing-masing sample
terlihat terdapat puncak D dan G dimana tinggi dari puncak G lebih besar nilainya
dibandingkan dengan puncak D. Tingginya nilai puncak G mengindikasikan
bahwa kualitas material cukup baik.
Hasil
Tegangan Arus R Hambatan DHL (σ) = (1/R)
Pengukuran
(V) (A) (Ω) (μS/cm)
(μA)
40 9.4 1392 2.925 x 10-3 321.36
45 9.4 1541 3.150 x 10-3 298.41
50 9.4 1630 3.260 x 10-3 288.34
55 9.4 1825 3.312 x 10-3 283.81
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Daya Hantar Listrik pada suhu pirolisis 750°C
Hasil
Tegangan Arus R Hambatan DHL (σ) = (1/R)
Pengukuran
(V) (A) (Ω) (μS/cm)
(mA)
40 9.4 1206 4.145 x 10-3 226.77
45 9.4 1250 4.357 x 10-3 215.74
50 9.4 1274 5.435 x 10-3 172.95
55 9.4 1361 5.952 x 10-3 157.93
Seperti dalam tabel 4.1 dan 4.2, hasil pengujian Daya Hantar Listrik yang
menggunakan 2 Sampel yang berbeda menghasilkan Daya Hantar Listrik (DHL)
dengan besaran voltase yang berbeda, yaitu 40V, 45V, 50V, dan 55V. Sampel
yang dipanaskan dengan suhu 750°C menghasilkan daya hantar listrik lebih kecil
dibandingkan dengan sampel suhu 650°C. Pada tegangan 40 V, sampel dengan
suhu 750°C menghasilkan daya hantar listrik sebesar 241.25 μS/cm lebih kecil
dari sampel dengan suhu 650°C sebesar 341.88 μS/cm. Pada tegangan 45 V,
sampel dengan suhu 750°C menghasilkan daya hantar listrik sebesar 229.52
μS/cm lebih kecil dari sampel dengan suhu 650°C sebesar 317.46 μS/cm. Pada
tegangan 50 V, sampel dengan suhu 750°C menghasilkan daya hantar listrik
sebesar 183.99 μS/cm lebih kecil dari sampel dengan suhu 650°C sebesar 306.75
μS/cm. Pada tegangan 55 V, sampel dengan suhu 750°C menghasilkan daya
hantar listrik sebesar 168.01 μS/cm lebih kecil dari sampel dengan suhu 650°C
sebesar 301.93 μS/cm.
54
Dari hasil pengambilan data pengujian diatas maka dapat kita lihat grafik
nya pada Gambar 4.4 dibawah ini.
Gambar 4.4 Grafik Pengujian Daya Hantar Listrik (DHL). (Dokumen pribadi)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa:
1. Dari proses pemanggangan dengan suhu 200°C dan pirolisis dengan
suhu 650°C dan 750°C, Batok kelapa telah berhasil di olah menjadi
Grafena yang bisa di gunakan sebagai elektroda baterai.
2. Dari pengujian dengan pirolisis 650°C didapatkan hasil dengan kualitas
material paling baik dan defect yang rendah.
3. Dari pengujian dengan pirolisis 750°C didapatkan hasil dengan defect
yang lebih tinggi.
4. Dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa material dengan
pemanasan yang lebih tinggi akan merusak struktur material sehingga
defect semakin tinggi.
5. Semakin tinggi suhu yang digunakan saat proses pirolisis maka semakin
kecil Daya Hantar Listrik (DHL) yang dapat dialiri pada Grafena
tersebut.
6. Korelasi antara manfaat dan kesimpulan pengujian adalah kita dapat
membuat serbuk grafena secara mekanikal tanpa harus menggunakan
bahan campuran kimia, sehingga dapat lebih efisiensi biaya pembuatan
nya.
5.2 Saran
Dari kesimpulan penelitian yang telah dilakukan maka bisa disarankan
sebagai berikut:
1. Melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggabungkan beberapa
metode untuk melengkapi dan menguatkan data Spektroskopi Raman.
2. Melakukan pengujian lanjutan dengan suhu yang lain yang mendekati
suhu terbaik sehingga bisa menemukan suhu paling optimal.
55
56
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Hidayat, Soni Setiadji, & Eko Prabowo Hadisantoso. (2019). Sintesis
Oksida Grafena Tereduksi (rGO) dari Arang Tempurung Kelapa (Cocos
nucifera). Al - Kimiya, Vol. 5, No. 2 (68-73).
Azizah, L. N., & Susanti, D. (2014). Pengaruh Variasi Kadar Zn dan Temperatur
Hydrotermal Terhadap Struktur dan Nilai Konduktivitas Material
Graphene. Jurnal Teknik POMITS, 3(2), 209–214.
Candani, D., Ulfah, M., Noviana, W., & Zainul, R. (2018). A Review
Pemanfaatan Teknologi Sonikasi. INA-Rxiv, 26, 1–9.
Drewitt, J. W. E., Hennet, L., & Neuville, D. R. (2022). From Short to Medium
Range Order in Glasses and Melts by Diffraction and Raman Spectroscopy.
Reviews in Mineralogy and Geochemistry, 87, 55–103.
Gusminar Sitompul, F., Ilmu, D. A. N., Alam, P., & Utara, U. S. (2020).
KINERJA ELEKTRODA MAGNESIUM ( Mg )/ GRAFENA BERLAPIS
NANO PADA ANODA BATERAI PRIMER KINERJA ELEKTRODA
MAGNESIUM ( Mg )/ GRAFENA BERLAPIS NANO PADA ANODA
BATERAI PRIMER.
57
Novia Alfiyansyah Putri et al., 2021) Budi, E., Nasbey, H., Budi, S., Handoko, E.,
Suharmanto, P., Sinansari, R., Fisika, J., & Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, J. (2012). Kajian Pembentukan Karbon Aktif
Berbahan Arang Tempurung Kelapa. Seminar Nasional Fisika, 62–66.
Puji Kumala Pertiwi, Tri Oktafiana, Luthfiyati Ningsih, dan Gontjang Prajitno
M.Si; Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
(ITS). (2015). Uji Konduktivitas Listrik pada CaCO3 dan Arang Kayu
dengan Metode Four Point Probe. FISIKA LABORATORIUM – LAB.
MATERIAL -1-5.
dan Jinakuntuk Menghasilkan Lembar Nano Graphene Skala Besar. Jil. 39,
No. 6.
Tamado, D., Budi, E., Wirawan, R., Dwi, H., Tyaswuri, A., Sulistiani, E., Asma,
E., Fisika, J., & Mesin, J. T. (2013). Sifat Termal Karbon Aktif Berbahan
Arang Tempurung Kelapa.
Zahra Najafi rad, Farzaneh Farzad, & Leila Razavi. (2022). Surface
functionalization of graphene nanosheet with poly (l‑histidine) and its
application in drug delivery: covalent vs non‑covalent approaches.
59
LAMPIRAN