Anda di halaman 1dari 13

Schiffman dan Kanuk (2008) berpendapat bahwa motivasi dapat digambarkan sebagai tenaga

pendorong dalam diri individu yang memaksa mereka untuk bertindak. Tenaga pendorong tersebut
dihasilkan oleh keadaan tertekan, yang timbul sebagai akibat kebutuhan yang tidak terpenuhi. Individu
secara sadar maupun tanpa sadar berjuang untuk mengurangi ketegangan ini melalui perilaku yang
mereka harapkan akan memenuhi kebutuhan mereka dengan demikian akan membebaskan mereka dari
tekanan yang mereka rasakan.
Terdapat tiga teori motivasi, yaitu:
a. Teori motivasi Freud mengasumsikan bahwa kekuatan-kekuatan psikologi yang membentuk perilaku
pembeli sebagian besar berasal dari bawah sadar.
b. Teori motivasi Maslow mengatakan bahwa bila seseorang berhasil dalam memuaskan suatu
kebutuhan yang penting, maka kebutuhan tersebut bukan merupakan motivasi lagi, dan orang tersebut
akan berusaha memuaskan kebutuhan yang paling penting berikutnya.
c. Teori motivasi Herzberg mengembangkan teori motivasi menjadi dua teori yaitu faktor-faktor yang
menyebabkan ketidakpuasan dan faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan.

Kehendak seseorang dalam membeli suatu barang atau jasa muncul karena faktor kebutuhan maupun
keinginan. Kebutuhan adalah segala sesuatu yang harus dipenuhi atau diperlukan. Sedangkan keinginan
adalah hasrat atau harapan seseorang yang jika dipenuhi belum tentu meningkatkan kesempurnaan
fungsi manusia ataupun suatu barang (Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam, 2008:130).
Mannan (1995) menjelaskan bahwa kebutuhan digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu: keperluan
yang meliputi semua hal yang diperlukan untuk memenuhi segala kebutuhan yang harus dipenuhi,
kesenangan yang didefinisikan sebagai komoditi yang penggunaannya menambah efisiensi pekerja, dan
kemewahan menunjuk kepada komoditi serta jasa yang penggunaannya tidak menambah efisiensi
seseorang bahkan mungkin menguranginya. Dalam membandingkan konsep kepuasan dengan
pemenuhan kebutuhan perlu membandingkan tingkatan-tingkatan, yaitu Darruriyah, Hajiyyah,
Tahsiniyyah. (Nasution, 2002:64).Dapat disimpulkan bahwa motivasi merupakan suatu tindakan yang
diakibatkan adanya kebutuhan dan keinginan seseorang sehingga memaksa mereka untuk bertindak.
Kemudian dalam Islam kebutuhan seseorang memiliki tingkatan yaitu Darruriyah, Hajiyyah, Tahsiniyyah.
2. Aspek Motivasi
Maslow menyusun teori motivasi manusia yang diterima secara luas berdasarkan pada gagasan
mengenai hierarki kebutuhan manusia yang universal. Kebutuhan pada urutan yang lebih tinggi menjadi
kekuatan penggerak jika kebutuhan yang lebih rendah sudah terpuaskan dan ketidakpuasan itu akan
memotivasi perilaku. Hierarki tersebut dijelaskan sebagai berikut (Schiffman dan Kanuk, 2008:88-93):

a. Kebutuhan Fisiologis
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang paling dasar dimana kebutuhan ini diperlukan untuk
menunjang kehidupan biologis. Menurut Maslow, kebutuhan fisiologis menonjol jika kebutuhan
tersebut terus-menerus tidak dapat dipenuhi. Bagi kebanyakan orang kebutuhan biogenis pada
umumnya telah terpenuhi.
b. Kebutuhan Keselematan dan Keamanan
Kebutuhan akan keamanan dan perlindungan menjadi kekuatan pendorong di belakang perilaku
individu. Kebutuhan ini jauh lebih besar dari sekedar keamanan fisik, meliputi ketertiban, stabilitas
kebiasaan sehari-hari, dan pengendalian atas kehidupan diri dan lingkungan.
c. Kebutuhan Sosial
Kebutuhan ini meliputi cinta, kasih sayang, pemilikan, dan penerimaan. Orang mencari kehangatan dan
memenuhi kebutuhan hubungan antar manusia dengan orang lain dan didorong oleh cinta kepada
keluarga mereka.
d. Kebutuhan akan kepentingan diri sendiri
Kebutuhan ini dapat berorientasi ke dalam maupun ke luar diri, atau kedua-duanya. Kebutuhan yang
terarah ke dalam diri mencerminkan kebutuhan individu akan penerimaan diri, harga diri, dan
kepuasanpribadi atas pekerjaan yang dilaksanakan dengan baik. Sedangkan, kebutuhan yang terarah ke
luar diri meliputi kebutuhan akan martabat, nama baik, dan pengakuan dari orang lain.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Kebutuhan ini mengacu pada keinginan individu untuk melengkapi kemampuannya untuk menjadi apa
saja yang mampu ia raih.

Schiffman dan Kanuk. 2008. Perilaku konsumen. Edisi 7. Jakarta: Indeks

Pusat Pengkajian dan pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) UII. 2008, Ekonomi
Nasution, 2002. Metode Research : Penelitian ilmiah, Jakarta, PT.Bumi Aksara

Islam,Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Sikap

Kotler (2009:238) berpendapat bahwa sikap adalah evaluasi, perasaan emosi, dan kecenderungan
tindakan yang menguntungkan atau tidak menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap
objek tertentu atau gagasan tertentu. Orang memiliki sikap terhadap hampir semua hal,seperti agama,
politik, pakaian. Sikap menempatkan semua itu ke dalam kerangka pemikiran menyukai atau tidak
menyukai objek tertentu, yang bergerak menjauhi objek tersebut. Oleh karena itu, sikap sangat sulit
berubah atau konsisten.
Engel (1995) mengemukakan bahwa sikap menunjukkan apa yang konsumen sukai dan yang tidak
disukai. Definisi tersebut menggambarkan pandangan kognitif dari psikolog sosial dimana sikap dianggap
memiliki tiga unsur, yaitu kognitif, afektif, dan kognatif.
Berdasarkan pengertian sikap di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan tindakan seseorang
dalam mengevaluasi, menyukai atau tidak menyukai objek tertentu yang terdiri dari tiga komponen,
yaitu komponen kognitif, afektif, dan kognatif.
2. Aspek Sikap

Engel (1995) dalam Suwito (2007), berpendapat bahwa karakteristik sikap terdapat lima dimensi
didalamnya, yaitu:
a. Arah
Dimensi ini berkaitan dengan kecenderungan pada sikap ke arah yang positif, negatif, atau netral.

b. Eksternitas
Dimensi ini berkaitan dengan perasaan suka atau tidak suka yang memiliki tingkatan-tingkatan.

c. Resistensi
Dimensi ini berkaitan dengan kekuatan sikap untuk tidak berubah. Sikap memiliki perbedaan konsistensi
dimana ada sikap yang mudah berubah dan nada yang sulit untuk berubah.

d. Persistensi

Kotler, Phillip. (2009). Manajemen Pemasaran, Edisi 13. Jakarta; Erlangga

Schiffman dan Kanuk. 2008. Perilaku konsumen. Edisi 7. Jakarta: Indeks

Dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan keputusan, suatu organisasi harus mampu untuk
memahami perilaku konsumen (Behavior). Perilaku konsumen adalah kegiatan seseorang dalam
membeli dan menggunakan barang atau jasa. David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta mengemukakan
bahwa Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas
individu secara fisik yang dilibatkan dalam proses mengevaluasi, memperoleh, menggunakan atau dapat
mempergunakan barang-barang dan jasa.

140 140 Loudon, David L., and Albert J. Della Bitta. Consumer behavior: Concepts and

applications. New York, NY: McGraw-Hill, 1993

Mempelajari perilaku konsumen bertujuan untuk mengetahui dan memahami menggambarkan


mengenai model perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan yang akan digunakan dalam
menyusun strategi pemasaran yang berhasil. Menurut peter dan olson dalam (Etta Mamang Sangadji)
pengambilan keputusan konsumen adalah proses pemecahan masalah yang diarahkan pada sasaran,
dimana inti dari pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang
mengombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua perilaku alternatif atau lebih, dan memilih
salah satu diantaranya. Pengambilan keputusan konsumen meliputi semua proses yang dilalui
konsumen untuk mengenali masalah mencari solusi, mengavaluasi altenatif, dan memilih di antara
pilihan-pilihan.141
Keputusan umumnya dibuat untuk memilih satu dari beberapa alternatif yang ada. Menurut keputusan
penggunaan jasa adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk
mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya.142 Swasta dan
Handoko menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan merupakan suatu pendekatan
penyelesaian masalah dimana proses tersebut terdiri dari lima tahap yaitu pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pemakaian, perilaku setelah pemakaian.143

141 Etta Mamane Sangadji, Perilaku Konsumen : Pendekatan Praktis Disertal Himpunan Jurnal Penelitian
(Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2013), h. 332.
142 Olson J. Consumer Behavlor: Perilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran (Jakarta: Erlangga, 2000),
h. 162.
143 Basu Swastha Dharmmesta, dan Handoko, Manajemen Pemasaran: Analisa dan Perilaku Konsumen
(Yogyakarta: BPFE, 2000).

Beberapa ahli beranggapan bahwa perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan dipengaruhi oleh
dorongan psikologis, individu dan lingkungan. Berikutnya Engel, Blackwell dan Miniard dalam Karsino
menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor-faktor dengan katagorinya yang dapat memberikan
pengaruh terhadap keputusan konsumen membeli dan memilih sebuah jasa adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh individu terdiri dari beberapa kategori yaitu: sumberdaya konsumen, pengetahuan, sikap,
motivasi; dan kepribadian, nilai yang dianut dan gaya hidup.

2. Pengaruh lingkungan, meliputi budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi;, pengaruh keluarga dan situasi.
3. Proses psikologi, terdiri dari pengolahan informasi, pembelajaran, dan perubahan sikap dan prilaku.

Dalam menganalisa keputusan konsumen, Kotler mendifinisikan bahwa terdapat 4 (empat) indikator
dari pengambilan keputusan, yaitu: 144

1. Kemantapan pada sebuah produk;

2. Kebiasaan dalam menggunakan produk;

3. Memberikan rekomendasi kepada orang lain; dan

4. Melakukan penggunaan ulang.145

144 Karsino, Peluang Kesediaan Karyawan untuk Dipungut Zakat Profesi dengan Metode Withholding
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya (Penelitlan Terhadap Karyawan Swasta DI Jakarta). Jakarta:
Tesis Program Pascasarjana, Program Studi Timur Tengah dan Islam, Kekhususan Ekonomi dan Keuangan
Syari'ah, Universitas Indonesia, (2009).
145 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran Analisa, Perencanaan, Implementasi, dan Kegunaan Edisi-8
(Jakarta: Salemba Empat, 2000), h. 203.
Definisi keputusan pembelian yang diberikan oleh Kotler & Amstrong (2018) menekankan pada studi
tingkah laku konsumen, yang melibatkan individu, kelompok, dan organisasi dalam proses pemilihan,
pembelian, penggunaan, dan pembuangan produk, layanan, ide, atau pengalaman untuk memenuhi
kebutuhan serta keinginan mereka. Keputusan pembelian merupakan bagian integral dari tingkah laku
konsumen, dan karena tiap konsumen memiliki ciri-ciri, kebiasaan, dan preferensi yang berlainan, maka
proses pengambilan keputusan pembelian juga akan berbeda-beda di antara satu individu dengan yang
lainnya.p

Menurut Firmansyah & M. Anang (2019) keputusan pembelian adalah aktivitas yang melibatkan
pemecahan masalah saat individu memilih perilaku yang paling sesuai dari beberapa alternatif perilaku
yang ada. Ini adalah tindakan yang dianggap paling tepat dalam proses pembelian setelah melalui
tahapan pengambilan keputusan.pemikiran di mana individu mengevaluasi berbagai pilihan dan memilih
produk dari berbagai alternatif yang ada.

Secara keseluruhan, keputusan pembelian merupakan tahapan penting dalam tingkah laku konsumen di
mana individu, kelompok, atau organisasi mengevaluasi, memilih, serta memutuskan produk atau jasa
yang akan dibeli sesuai dengan kebutuhan serta keinginan mereka. Proses ini melibatkan pertimbangan
yang cermat dan dapat

dipengaruhi oleh beragam faktor seperti preferensi pribadi, pengalaman masa lalu, dan faktor-faktor
eksternal.

b. Dimensi Keputusan
Kotler & Armstrong (2018) menguraikan bahwa keputusan pembelian memiliki beberapa dimensi yang
mencakup:

(a) Pilihan produk


Konsumen memiliki opsi untuk membeli produk tertentu atau mengalokasikan uang mereka untuk
tujuan lain. Dalam hal ini, perusahaan perlu fokus pada orang-orang yang berminat membeli produk dan
alternatif produk yang mereka pertimbangkan.

(b) Pilihan merek


Konsumen harus memutuskan merek mana yang akan mereka beli, dengan setiap merek memiliki
perbedaan tersendiri.Perusahaan perlu memahami bagaimana konsumen membuat keputusan terkait
merek.

(c) Pilihan penyalur


Konsumen harus memilih dari mana mereka akan membeli produk. Setiap konsumen dapat memiliki
preferensi berbeda dalam memilih penyalur, seperti faktor lokasi, harga, stok barang, kenyamanan
berbelanja, luasnya area, dan lain-lain.
(d) Waktu pembelian
Keputusan konsumen terkait kapan mereka melakukan pembelian dapat berbeda-beda, misalnya, ada
yang berbelanja setiap hari, seminggu sekali, dua minggu sekali, dan sebagainya. Dalam hal ini,
pembelian adalah pembayaran zakat, infak, sedekah melalui digital payment.

(e) Jumlah pembelian


Konsumen dapat memutuskan berapa banyak produk yang akan mereka beli dalam satu waktu.
Mungkin ada pembelian dalam jumlah yang lebih besar daripada satu item. Perusahaan perlu
mempersiapkan stok yang sesuai dengan harapan konsumen. Dalam hal ini, pembelian adalah
pembayaran zakat, infak, sedekah melalui digital payment.

(F) Metode pembayaran


Konsumen memiliki opsi untuk memilih metode pembayaran saat melakukan transaksi pembelian
produk atau jasa. Saat ini, keputusan pembelian tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan
keluarga, tetapi juga oleh teknologi yang digunakan dalam transaksi pembelian.

Kotler, P., & Amstrong, G. (2018). Principles of Marketing (Pearson).

Firmansyah, & M. Anang. (2019). Perilaku Konsumen (Sikap dan Pemasaran). Penerbit

Qiara Media.

Zakat online atau dikenal juga dengan e-zakat adalah proses dimana pembayaran zakat dilakukan
dengan menggunakan sistem digital yang menggunakan internet dan dimana pemberi zakat tidak
berinteraksi secara mendalam dengan pembayar zakat (amil zakat) saat melakukan pembayaran zakat.
Di Indonesia, pembayaran zakat menggunakan platform internet dapat dilakukan melalui website yang
menawarkan layanan zakat online atau bahkan melalui situs e-commerce yang menawarkan
pembayaran zakat. Situs web layanan zakat online adalah jenis teknologi informasi khusus yang
dimaksudkan untuk menghubungkan pembayar zakat dengan donor dan penerima zakat agar mereka
tetap terhubung dan menyederhanakan proses pembayaran zakat melalui layanan online. E-
commerceadalah sistem teknologi informasi yang dikembangkan untuk menjawab kebutuhan bisnis dan
konsumen, mengurangi biaya layanan, dan meningkatkan kualitas dan kecepatan layanan selain
menggunakan situs web yang menawarkan layanan zakat online (Hendratmi, 2019).

Darmawan, D. (2019) “Pengaruh Pengetahuan Nasabah, Teknologi Informasi, Kepercayaan Dan Mutu E-
Banking Informasi, Kepercayaan Dan Mutu E-Banking Terhadap Minat Bertransaksi Online Terhadap
Minat Bertransaksi Online (Studi Kasus Nasabah B,” Journal of Chemical Information and Modeling,
53(9), hal. 1689–1699.

Zakat online merupakan salah satu metode pembayaran zakat yang menggunakan e-payment yang bisa
memudahkan muzakki dalam lmembayarkan zakatnya, di mana muzakki tidak harus langsung datang
menemui amil zakat dalam melakukan pembayaran zakat namun dapatdilakukan melalui media lain
contohnya menggunakan sistem transfer bank.Inovasi ini muncul sebagai bentuk adaptasi pada
dinamisnya zaman, yaitu saat masyarakat menginginkan kemudahan lewat bantuan teknologi
(Hendarsyah, 2011)
Hendarsyah, D. (2011). Pemanfaatan Zakat Online Baznas Bagi Muzaki. 1(1), 485–

512.

Selain dimudahkan dengan tidak harus datang langsung ke gerai zakat untuk membayar zakatnya,
muzakki juga bisa memantau segala kegiatan yang dilakukan oleh pihak LAZ atau BAZ lainnya, sehingga
kita sebagai muzakki dapat mengetahui uang kita diberikan kepada siapa dan digunakan untuk apa. Hal
ini akan membuat muzakki merasa percaya saat

menyalurkan zakat mereka.

b. Hukum Zakat Online


Di era industry 4.0 atau zaman digital, akad penyerahan zakat tidak lagi menjadi cara penyerahan zakat.
Ulama kontemporer zakat Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa muzakki tidak harus menyatakan secara
eksplisit (langsung) bahwa harta yang diserahkan adalah zakat. Sehingga zakat tetaplah sah walaupun
muzakki tidak mengungkapkan bahwa yang mereka berikan adalah zakat.

Maka dari itu jika muzakki menyalurkan zakatnya melalui sistem online kepada LAZ (Lembaga Amil
Zakat) terpercaya, maka sah dandiperbolehkan hukumnya dalam Islam. Umumnya pada pelaksanaan
zakatsecara online terhadap LAZ (Lembaga Amil Zakat) akan disertai dengan konfirmasi penerimaan
zakat secara tertulis, yang nantinya konfirmasitersebut menjadi salah satu bentuk pernyataan zakat.

Dalam DSN MUI Fatwa No. 116/DSN-MUI/IX/2017 Tentang UangElektronik bahwa transaksi ini
diperbolehkan asalkan sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. Dalam pelaksanaannya pun zakat
onlinemenggunakan akad wadiah di mana platform yang bekerja sama hanyadijadikan sebagai tempat
titipan untuk mengumpulkan uang yangdisalurkan muzakki, nantinya BAZ dan LAZ yang akan mengelola
uangtersebut

. ...................

Qardhawi, D. Y. (1999). Fiqh Al Zakah: A Comparative Study Of Zakah, Regulations And Philosophy In The
Light Of Qur’an And Sunnah. Scientific Publishing Centre.

Choudhury, M. A., & Bhatti, I. (2016). Heterodox Islamic Economics: The emergence of an ethico
economic theory. Routledge.
Choudhury, M. A., & Malik, U. A. (1992). ‘Zakat’, the Wealth Tax in Islam. The Foundations of Islamic
Political Economy, 63–102. https://doi.org/10.1007/978-1-349-21973-5_3
Hudaefi, F. A., Beik, I. S., Zaenal, M. H., Choirin, M., Farchatunnisa, H., & Junari, U. L. (2020). How Does
Zakat Institution Respond To Fintech ? Evidence From Baznas,
Musahidah, U., & Sobari, N. (2021). Determinants of the Intentions of Indonesian Muslim Millennials in
Cash Waqf Using E-Payment. Jurnal Ekonomi Dan Perbankan Syariah, 9(2), 65–91.
https://doi.org/10.46899/jeps.v9i2.284Indonesia. International Journal of Zakat and Islamic
Philanthropy, 2(1), 32–40.

Salleh, S. M., Ismail, N. S., Hamazah, M. F. S., Zahari, M. S. A., Mohammed, H. N., & Abdullah, N. (2017).
Knowledge Sharing and Organizational Commitment in Organization. Journal of Applied Environmental
Bio-Sciences, 7(58), 37–40.Yuniar, A. M., Natasya, A., Kasri, R., & Siswantoro, D. (2021). Zakat and
Digitalization: A Systematic Literature Review. 5th International Conference of Zakat Proceedings, 523–
534.

Muthi’ah, S., Syauqi Beik, I., & Endri, D. (2021). Analisis Faktor Penentu Tingkat Kepatuhan Membayar
Zakat (Studi pada BAZNAS DKI Jakarta). Iltizam Journal of Shariah Economics Research, 5(1), 48–62.
www.pusat.baznas.go.id

Dalam kitab yang ditulis oleh (Qardhawi, 1999) bahwa zakat secara makna bahasa, memiliki berbagai
arti dalam konteks istilah sastra, seperti berkah, pertumbuhan, perkembangan, kemurnian dan kerapian.
Namun , dalam pandangan Islam, zakat dapat diartikan sebagai sebagian dari harta yang dimiliki
kemudian diberikan kepada orangyang layak menerima zakat menurut ajaran Islam. Karena hal tersebut,
zakat disebut sebagai instrumen Islam yang menyalurkan zakat (muzakki) kepada penerima zakat yang
telah ditentukan oleh Alquran (mustahik), serta pendistribusiannya didasarkan pada tata cara dan
pertimbangan fikih tertentu.
Dalam Islam, zakat menjadi salah satu dalam lima pilar islam yang dianggap sebagai salah satu institusi
utama pada ekonomi Islam yang bertujuan untuk menyaluran kembali pendapatan dan memastikan
adanya keadilan bagi penerimanya (Choudhury & Malik, 1992). Lalu, berdasarkan etika Islam yang
bersumber dari kesatuan pengetahuan monoteistik, zakat dianggap sebagai lembaga ekonomi-etis.
(Choudhury & Bhatti, 2016).

Dalam teori yang dikembangkan oleh (Tlemsani & Matthews, 2020) keberadaan zakat dimaksudkan
untuk membantuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat muslim, sehingga melalui dampak
yang diterima atas adanya zakat, pengembangan berbasis teknologi pada penghimpunan zakat menjadi
suatu hal yang dibutuhkan (Yuniar et al., 2021)
Individu dan masyarakat kini telah merasakan keberadaan zakat. Hal ini membuktikan, bahwa secara
individual, zakat yang menjadi pemberian atas harta pribadi melalui zakat diharapkan dapat mensucikan
akal manusia dari sifat mementingkan diri sendiri dan penimbunan harta, sebagaimana disebutkan
dalam Al-Qur'an pada Surah At-Taubah ayat 34 dan 35, serta mengurangi kecenderungan keserakahan
(Qardhawi, 1999)
Namun, pada tingkat masyarakat luas, zakat juga turut serta dalam mengatasi kemiskinan dan
ketimpangan pendapatan, mampu meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi penerima manfaat dan
membangun fasilitas pendidikan dan kesehatan yang berkualitas (Muthi’ah et al., 2021)
Dalam mewujudkan tujuan serta fungsi zakat di masyarakat yang memiliki dampak positif, maka
masyarakat Muslim melakukan upaya untuk mengelola zakat tersebut secara profesional. Pada
perkembangan zaman yang diikuti dengan kemajuan teknologi, organisasi zakat secara global secara
bertahap mengadopsi konsep teknologi dalam menjalankan kegiatan operasionalnya (Salleh et al.,
2017). Teknologi digital juga semakin banyak digunakan oleh lembaga zakat di Indonesia, mulai dari
penghimpunan, pendistribusian, pengelolaan zakat dan edukasi terkait literasi zakat.
Melalui Laporan Rencana Strategi oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Tahun 2016 - 2020,
dijelaskan bahwa akan menerapkan teknologi informasi dalam pembayaran zakat. Dalam rencana
strategis tersebut teknologi digital diharapkan dapat membantu peningkatan pengumpulan zakat secara
efektif dan efisien. Adanya teknolog digital juga termasuk inovasi untuk meningkatkan potensi
penghimpunan dan penyaluran zakat. Munculnya program zakat digital menandai adanya teknologi
dalam pembayaran zakat. Beberapa lembaga zakat bekerjasama dengan platform crowdfundinguntuk
menyediakan layanan pembayaran zakat secara daring (Hudaefi et al., 2020)

Platform Pembayaran Zakat Pembayaran elektronik atau sering disebut e-payment merupakan
pembayaran yang dilakukan secara elektronik. Dalam e-payment uang disimpan, diproses, dan diterima
dalam bentuk informasi digital dan proses transfer diinisialisasi melalui alat pembayaran elektronik.
Komponen utama pembayaran elektronik meliputi aplikasi pengiriman uang, infrastruktur jaringan, dan
aturan serta prosedur yang mengatur sistem keuangan. Pembayaran elektronik dapat secara drastis
meningkatkan efisiensi pembayaran dengan mengurangi biaya transaksi dan melakukan transaksi
barang dan jasa dengan nilai yang sangat rendah (Musahidah & Sobari, 2021).

Di Indonesia, terdapat beberapa aspek hukum dari Islamic crowdfunding yang dikeluarkan oleh otoritas
pemerintah, yakni:
a. Fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia NO: 117/DSN-MUI/II/2018 Tentang Layanan
Pembiayaan Berbasis Teknologi Informasi Berdasarkan Prinsip Syariah.
b. Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/12/Pbi/2017 Tentang Penyelenggaraan Teknologi Finansial

c. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 77 /Pojk.01/2016 Tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang
Berbasis Teknologi Informasi.

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) merupakan lembaga pemerintah Indonesia yang diatur oleh
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat dimana hal
tersebut membuat BAZNAS memiliki tanggung jawab utama untuk mengontrol tata kelola zakat
(termasuk pengumpulan dan pendistribusian) dalam praktik nasional (Hudaefi et al., 2020). Saat ini,
BAZNAS terus berinovasi dalam pelayanannya baik dalam pengumpulan maupun penyaluran dana zakat
dengan hasil yang terpercaya. Kemudian, keberadaan platform crowdfunding berbasis zakat telah
dikembangkan oleh Lembaga zakat Indonesia atau BAZNAS

Selain itu, BAZNAS telah menjalin kerja sama dengan e-commerce lokal, seperti Elevenia.co.id,
Blibli.com, Shopee.co.id, Tokopedia.com, Lazada.com, Mataharimall.com, JD.id, dan Bukalapak.com,
untuk mewujudkan potensi zakat dari generasi milenial pembayar zakat (muzakki) dalam negeri. Untuk
layanan pembayaran, platform online yang dikembangkan oleh BAZNAS juga telah berkolaborasi dengan
perusahaan fintech lokal seperti Go-Pay, OVO, dan LinkAja yang telah bermitra untuk menawarkan
pembayaran zakat menggunakan kode QR (Hudaefi et al., 2020)

Pembayaran zakat melalui online atau e-payment bertujuan untuk membuat kemudahan bagi mereka
(muzakki) yang memiliki intensitas aktivitas tinggi, dimana hal tersebut dapat meningkatkan kemudahan
pembayaran dengan membuat transaksi tersebut menjadi lebih cepat dan efisien/praktis dari berbagai
alat yang terhubung dengan jaringan global. Oleh karena itu, keberadaan pembayaran zakat secara
online atau melalui e-payment, maka semua transaksi menjadi lebih mudah dilakukan, serta lebih
fleksibel bagi siapa saja dan di mana saja (Yuniar et al., 2021)

Penelitian terdahulu

Faktor yang Mempengaruhi Minat Muzaki dalam Membayar Zakat Melalui Kitabisa.com: Pendekatan
Technology Acceptance Modeldan Theory of Planned Behavior
Identitas Windi Astuti & Budi Prijanto (2020) dalam Al-Muzara’ah Vol. 9 No. 1 (Sinta 2)
Hasil Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa persepsi tentang kemudahan penggunaan, norma
subjektif, sikap, dan persepsi kontrol perilaku memiliki dampak yang signifikan pada minat muzakki
(orang yang berzakat). Penelitian ini juga menegaskan bahwa persepsi kemudahan penggunaan secara
signifikan memengaruhi persepsi tentang kegunaan. Selanjutnya, persepsi tentang kegunaan dan
persepsi kemudahan penggunaan memilikipengaruh yang signifikan pada sikap. Namun, persepsi
tentang kegunaan tidak memiliki pengaruh yang signifikan pada minat untuk menggunakan layanan
zakat digital Kitabisa.com. Selain itu, persepsi tentang kemudahan penggunaan, sikap, norma subjektif,
dan persepsi kontrol perilaku secara signifikan memengaruhi minat untuk menggunakan layanan zakat
digital Kitabisa.com.

Nurdin, Azizah, W. N., & Rsuli. (2020). Pengaruh Pengetahuan, Kemudahan, dan Risiko Terhaap Minat
Bertransaksi Menggunakan Financial Technology

Salsa Dinda Sulisdika, Teuku Muhammad Syahrizal, dan Eka Nurlina (2022)

Determinasi Intensi Perilaku Muslim Kota Banda Aceh Beronasi Melalui Digtal PaymentDalam penelitian
ini menunjukkan hasil bahwa secara parsial variabel pengetahuan dan motivasi berpengaruh signifikan
terhadap intensi masyarakat berdonasi melalui digital payment. Sedangkan variabel kepercayaan dan
kemudahan tidak berpengaruh signifikan terhadap intensi berdonasi masyarakat Kota Banda Aceh
melalui digital payment

Sulisdika, S. D., Syahrizal, T. M., & Nurlina, E. (2022). Determinasi Intensi Perilaku Muslim Kota Banda
Aceh Berdonasi Melalui Digital Payment. AT-TASRI' Jurnal Ilmiah Prodi Muamalah Vol. 14, No. 2 , 87-99.
Penelitian yang di lakukan Deasy Tantriana and Lilik Rahmawati dengan judul: The Analysis of Surabaya
Muzaki's Preference for Zakat Paymentthrough Zakat Digital Method. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi tingkat preferensi masyarakat Surabaya dalam menentukan cara Zakat dengan
menggunakan variabel pengetahuan, tingkat kepastian dan tingkat kepuasan. 194 Dalam penelitian ini
objek penelitian yang akan membedakan penelitian.

194 Deasy Tantriana, Lilik Rahmawati, The Analysis of Surabaya Muraki's Preference for Zakat Payment
through Zakat Digital Method". Proceedings, International Conference of Zalat, Vol. 23, (2018), h. 83-89.

Kurniaputri, et al. (2020) Intensi perilaku dan religiusitas generasi millenials terhadap keputusan
pembayaran ZIS melalui platformdigitalMuzaki dan munfiq yang termasuk generasi milenial
Dependen: KZ (Y) Independen:

1. IP (X1)
2. RG (X2)
SmartPLS
3.0
 IP (X1) berpengaruh signifikan terhadap KZ (Y)  RG (X2) tidak berpengaruh signifikan terhadap KZ (Y)

S.martono ahmad, Nurkhin F atimah Lutfhiyah Fachrurrozie, Ahmad Rofiq & Sumiadj
Knowledge, Trust, Intention to Pay Zakah,and Zakah-Paying Behavior
Menggunakan indikator pengetahuanLebih merinci dengan menambah variabel preferensi Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan dan kepercayaan memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap niat karyawan untuk membayar zakat dan perilaku membayar zakat mereka. Niat membayar
zakat tidak berdampak pada perilaku membayarzakat. Pengetahuan memiliki efek positif yang tinggi
pada niat untuk membayar zakat dan perilaku membayar zakat.
Penelitian ini menunjukkan bahwa organisasi zakat harus meningkatkan kepercayaan mereka dengan
meningkatkan kinerja dan kualitas layanan mereka. Mereka harus menyelenggarakan kegiatan
pendidikan dan diseminasi untuk meningkatkan pengetahuan pembayar zakat

Analisis Faktor-Faktor Preferensi yang Mempengaruh I Keputusan Metode

Affan Irhamsyah(Irhamsyah, 2019)


Pada penelitianini terdapat hasil yang menunjukkan bahwa secara parsial variabel independent
Terdapat persamaan diantarapenelitian ini dan penelitian terdahulu,yaitu terdapatDalam penelitian ini
yang menjadisubjek penelitianyaitu generasimilenial di Pembayaran Zakat Bagi Muzakki di Era Digital
yang digunakan yaitu variabel Pengetahuan teknologi dan zakat, variabel Gaya hidup dan variabel
kepuasaan berpengaruhpositif dan signifikan terhadap variabel dependent (Keputusan preferensi
metode pembayaran zakat bagi Muzakki di era digital). variabel Pengetahuan Teknologi. Selain itu,
metode yang digunakan pada penelitian inindan terdahulu menggunakan pendekatan kuantitatif.
Jabodetabek berbeda dengan subjek penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya, dan dalam
penelitian ini mencari tingkat kepengaruhanpengetahuan teknologi terhadap preferensi generasi
milenial dalam membayar zakat,infaq dan sedekahmelalui platform digital.

Penelitian Khalla & Akmila (2020) yang melakukan penelitian terhadap motivasi mahasiswa akuntansi
Universitas Islam Indonesia dalam membayar Zakat, Infaq dan Shadaqah. Penelitian ini menggunakan
100 sampel mahasiswa akuntansi, Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Pengetahuan Zakat&
Shadaqah memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Motivasi Pelajarmembayar Zakat &
Shadaqah, Pengetahuan literasi keuangan Islam memilikipengaruh positif yang signifikan terhadap
Motivasi Pelajar membayar Zakat & Shadaqah. Shadaqah dan kesadaran diri berpengaruh positif
signifikan terhadap Motivasi Siswa membayar Zakat & Shadaqah. Khalla Octa Dega L, & Akmila, F.
(2020). Motivation of Paying Zakat & Sadaqah. In Fakultas Bisnis dan ekonomika. Universitas Islam
Indonesia.

Penelitian yang dilakukan oleh Sedjati dkk. (2018) ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan
hal-hal yang mempengaruhi kemauanmasyarakat di DKI Jakarta dalam membayar Zakat. penelitian ini
menggunakan model pengetahuan teoritis, sikap, religiusitas, motivasi, dan pendapatan umat Islam
dalam membayar zakat. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa faktor pengetahuan, sikap,
religiusitas, motivasi, dan pendapatan masyarakat muslim memiliki pengaruh secara signifikan terhadap
meningkatkan kesediaan masyarakat untuk membayar zakat. Sedjati, D. P., Basri, Y. Z., & Hasanah, U.
(2018). Analysis of Factors Affecting the Payment of Zakat in Special Capital Region (DKI) of Jakarta.
International Journal of Islamic Business & Management, 2(1), 24–34.
https://doi.org/10.46281/ijibm.v2i1.50

Penelitian yang dilakukan oleh Nenie Sofyawati dan Situ Nur Halimah dalam jurnalnya yang berjudul
“Perilaku Muzakki Dalam Menyalurkan Zakat Di Era Digital”. Hasil peneltian ini menunjukan bahwa
perilaku muzakki yang menyalurkan zakat secara konvensional dipengaruhi oleh faktor budaya (budaya,
subbudaya), faktor sosial (keluarga, peran dan status), faktor psikologis (motivasi, keyakinan, sikap,
pembelajaran), pribadi (gaya hidup), sedangkan dorongan perilaku muzakki yang menyalurkan zakatnya
melalui kanal digital yaitu deipengaruhi oleh faktor psikologis (keyakinan, sikap), psikologis
(pembelajaran), dan pribadi (gaya hidup). 36

Nenie Sofyawati dan Situ Nur Halimah, “Perilaku Muzakki dalam Menyalurkan Zakat di Era Digital”,
Jurnal Anida 22, no. 1 (2022): 45-64

Pengaruh Technology Acceptance Model Terhadap Keputusan Muzakki Membayar Zakat Melalui Fintech
Gopay Identitas Afiful Ichwan & Ruslan Abdul Ghofur (2020) dalam JIEI: Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam Vol.
6 No. 2 (Sinta 3)
Hasil Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa Model Penerimaan Teknologi, khususnya variabel
persepsi kegunaan dan persepsi kemudahan penggunaan, berpengaruh baik secara parsial maupun
simultan terhadap keputusan untuk melakukan pembayaran zakat melalui Fintech Gopay.
Persamaan Grand Theory Technology Acceptance Model (TAM)Variabel X Persepsi kemudahan dan
persepsi kegunaanVariabel Y Keputusan membayar zakat
Metode Penelitian Teknik purposive sampling Perbedaan Objek Penelitian Gopay Alat Analisis SPSS
20.0Responden Muzakki di wilayah DKI Jakarta

Anda mungkin juga menyukai