Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


DIAGNOSA LIPOMA DIRUANG INSTALASI BEDAH SENTRAL
RSUD KOTA TANJUNGPINANG TANGGAL 4 DESEMBER 2023

STASE KEPERAWATAN DEWASA

DISUSUN OLEH :

SYARMILA NASELDI S. Kep

NIM. 202314903001

Preseptor Akademik Preseptor Klinik

Rizki Sari Utami Muchtar, Ns.M.Kep Ns. Muhammad Ishak, S.Kep


NIDN.1007088703 NIP.197904102006041018

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS AWAL BROS
TA GANJIL 2023/2024
LAPORAN PENDAHULUAN
LIPOMA

A. Definisi
Lipoma adalah suatu tumor (benjolan) jinak yang berada dibawah kulit yang terdiri dari
lemak. Biasanya lipoma dijumpai pada usia lanjut (40-60 tahun), namun juga dapat dijumpai
pada anak-anak. Karena lipoma merupakan lemak, maka dapat muncul dimanapun pada tubuh
ini. Jenis yang paling sering adalah yang berada lebih ke permukaan kulit (superficial).
Biasanya lipoma berlokasi di kepala, leher, bahu, badan, punggung, atau lengan. Jenis yang lain
adalah yang letaknya lebih dalam dari kulit seperti dalam otot, saraf, sendi, ataupun tendon.
Gejala Klinis Lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan, dan tidak nyeri.
Pertumbuhannya sangat lambat dan jarang sekali menjadi ganas. Lipoma kebanyakan berukuran
kecil, namun dapat tumbuh hingga lebih daridiameter 6 cm (Robbbins, 2016). Pada dasarnya
lipoma tidak perlu dilakukan tindakan apapun, kecuali berkembang menjadi nyeri dan
mengganggu pergerakan. Biasanya seseorang menjalani operasi bedah untuk alasan kosmetik.
Operasi yang dijalani merupakan operasi kecil, yaitu dengan cara menyayat kulit diatasnya dan
mengeluarkan lipoma yang ada (Sjamsuhidajat, 2016).

B. Penyebab dan Faktor predisposisi


Penyebab lipoma belum dapat diketahui dengan pasti, tetapi ada beberapa hal yang diduga
berkaitan dengan peningkatan risiko untuk mendapatkan lipoma, diantaranya:
1. Riwayat keluarga yang menderita lipoma
2. Luka atau fisik seperti hantaman benda tumpul pada bagian tubuh tertentu dapat memicu
pertumbuhan lipoma
3. Orang berusia 40-60 tahun berisiko lebih besar terkena lipoma karena di rentang usia ini
diduga kerap mengalami perubahan sistem Metabolisme serta gaya hidup.
4. Obesitas
5. Mengkonsumsi alkohol
6. Kurangnya aktivitas

C. Anatomi Kulit
Kulit merupakan merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang membungkus otot-
otot dan organ-organ dalam. Kulit merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf dan
kelenjar yang tidak berujung, semuanya mempunyai potensi terserang penyakit. Kulit pun
menjadi aksesoris bagi seseorang di mana keutuhan dan kehalusan kulit menambah rasa percaya
diri seseorang dalam penampilan dan pergaulan. Salah satu jaringan yang berada di bawah
lapisan kulit merupakan jaringan lemak. Pada jaringan ini dapat tumbuh kelainan berupa tumor
yang dikenal dengan lipoma.

a. Fungsi Kulit
Kulit melindungi tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri,
virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi
pembuluh darah kulit atausekresi kelenjar keringat. Setelah kehilangan seluruh kulit, maka
cairan tubuh yang penting akanmenguap dan elektrolit-elektrolit akan hilang dalam
beberapa jam seperti pada luka bakar. Kulit juga merupakan tempat sensasi raba, tekan,
suhu, nyeri dan nikmat, berkat jalinan ujung-ujung saraf yangsaling berpautan.
b. Struktur kulit
Secara mikroskopis, kulit terdiri dari tiga lapisan: epidermis, dermis dan lemak subkutan.

1) Epidermis

Epidermis merupakan yang terluar dari ketiga lapisan kulit. Ketebalannya tergantung di
mana ia berada di tubuh. Misalnya, lapisan tipis di kelopak mata (0,5 milimeter). Lapisan Ini
paling tebal di telapak tangan dan telapak kaki (1,5 milimeter).

Ada lima lapisan epidermis, yaitu:

 Stratum basale: Dikenal juga sebagai lapisan sel basal, yang memiliki sel-sel basal
berbentuk kolom yang membelah dan mendorong sel-sel tua ke permukaan kulit. Sel-sel tua
menjadi rata dan akhirnya mati dan luruh. Begitulah siklus seterusnya.
 Stratum spinosum: Disebut juga sel skuamosa, merupakan lapisan kulit yang paling tebal.
Lapisan ini juga mengandung sel langerhans yang dapat mencegah infeksi.
 Stratum granulosum: Lapisan ini mengandung lebih banyak keratinosit yang bergerak ke
permukaan.
 Stratum lucidum: Lapisan ini hanya ada di telapak tangan dan telapak kaki.
 Stratum korneum: Merupakan lapisan terluar yang akan luruh setiap dua minggu.

Epidermis juga mengandung tiga sel khusus, yaitu:

 Melanosit yang menghasilkan pigmen (melanin).


 Sel Langerhans yang bertindak sebagai garis pertahanan pertama dalams istem kekebalan
kulit.
 Sel Merkel yang memiliki fungsi yang belum sepenuhnya dipahami.

2) Dermis

Dermis adalah lapisan tengah yang terletak di antara epidermis dan jaringan subkutan.
Lapisan kulit ini berisi jaringan ikat, kapiler darah, kelenjar minyak dan keringat, ujung
saraf, serta folikel rambut. Lapisan ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

 dermis papiler, yang merupakan lapisan atas yang tipis.


 dermis retikuler, yang merupakan lapisan bawah yang tebal.
Ketebalan dermis bervariasi tergantung pada lokasinya di tubuh. Di kelopak mata, tebalnya
0,6 milimeter. Di bagian belakang, telapak tangan, dan telapak kaki setebal 3 milimeter.
Dermis adalah rumah bagi tiga jenis jaringan berbeda yang ada di seluruh:

 kolagen.
 jaringan elastis.
 serat retikuler.

Dermis juga mengandung beberapa sel dan struktur khusus, termasuk:

 Folikel rambut.
 Kelenjar sebaceous.
 Kelenjar apokrin dan endokrin.
 Pembuluh darah dan ujung saraf.
 Sel-sel Meissner dan sel-sel pipih yang mentransmisikan sensasi sentuhan dan tekanan.

3) Subkutan

Lapisan terdalam dari kulit adalah jaringan subkutan, hipodermis, dan subkutis. Secara
teknis ini bukan bagian dari kulit, tapi membantu menempelkan kulit ke tulang dan otot.
Jaringan subkutan juga menyediakan kulit dengan saraf dan suplai darah.

Hipodermis mengandung sebagian besar lemak, jaringan ikat, dan elastin, yang
merupakan protein elastis yang membantu jaringan kembali ke bentuk normal setelah
peregangan.

Tingginya kadar lemak membantu melindungi tubuh dan mencegah tubuh kehilangan
terlalu banyak panas. Lapisan lemak juga bertindak sebagai pelindung, bantalan tulang dan otot.

Lipoma termasuk salah satu tumor jinak yang terdiri dari sel-sel lemak yang matur. Lipoma
mempunyai karateristik berwarna kuning, bersimpai, permukaannya berlobus-lobus dan mudah
untuk dikeluarkan. Bentuknya bulat, oval, bila dipegang terasa lunak sampai kenyal atau padat.
(Abul K. Abbas,Vinday Kumar, 2014) Lipoma ini dapat tumbuh dibagian tubuh mana saja,
mulai dari ujung kepala sampai telapak kaki, dapat mengenai kulit, jaringan bawah kulit, otot
bahkan tulang. Tumor-tumor jinak ini pada dasarnya tidak terlalu berbahaya bila dibandingkan
dengan tumor ganas atau kanker.
Lipoma akan tumbuh ditempat dimana tumor berasal tumbuh dan tidak akan merusak
jaringan sekitarnya dan tidak akan menyebar jauh ke paru, otak atau organ vital lainnya seperti
halnya yang terjadi pada kanker. Pertumbuhannyapun relatif lambat, dimana tumor membesar
memerlukan waktu yang lama. (M. Aleq Sander, 2008). Lipoma dapat single atau multipel,
jumlahnya bisa mencapai puluhan.Pengobatan Tumor jinak pada umumnya harus diobati
dengan cara operasi, yaitu pengangkatan tumornya. Operasi dapat dilakukan dengan pembiusan
lokal, kecuali pada keadaan tidak memungkinkan seperti pada anak kecil atau pada orang
dewasa yang takut disuntik dan tidak tahan nyeri, atau juga karena tumornya ukurannya sangat
besar sebaiknya dilakukan dengan bius umum.

D. Manifestasi Klinis (Tanda dan gejala)


Lipoma berbentuk seperti benjolan dengan diameter 2-10 cm, ,terasa kenyal dan lembut.
Serta bergerak bebas di kulit (free mobility of overlying skin), namun overlying skin ini secara khas
normal. Sering terdapat pada leher, lengan dan dada. Tetapi bisa muncul di bagian tubuh manapun.
Pada umumnya orang-orang tidak menyadari jika mereka mengidap lipoma sampai benjolannya
tumbuh besar dan terlihat.

Lipoma bersifat lunak pada perabaan, dapat digerakkan, dan tidak nyeri. Pertumbuhannya
sangat lambat dan jarang sekali menjadi ganas. Lipoma kebanyakan berukuran kecil, namun dapat
tumbuh hingga mencapai lebih dari diameter 6 cm. Memiliki batas dengan jaringan yang tidak
nyata. Kapsul yang membungkus merupakan pseudokapsul yang berasal dari jaringan normal yang
terdesak oleh pertumbuhan jaringan tumor. Oleh karena berasal dari jaringan lemak yang tidak rata
maka akan muncul gambaran pseudolobulated pada palpasi. Oleh karena sifat sel lemak yang lunak
seperti cairan maka sering dikatakan sebagai pseudokistik.

E. Patofisiologi
Lipoma adalah neoplasma jaringan lunak jinak yang paling sering terjadi pada orang
dewasa, yaitu sekitar 1% populasi. Lipoma paling sering ditemukan antara usia 40-60 tahun.1
Neoplasma ini jinak tumbuh lambat yang terdiri dari sel-sel lemak matang. Dimana tampak
metabolik sel-sel lipoma berbeda dari sel normal meskipun sel-sel tersebut secara histologis serupa.
Jaringan lemak berasal dari jaringan ikat yang berfungsi sebagai depot lemak. Jaringan
lemak ini adalah jaringan yang spesial terdiri dari sel spesifik yang mempunyai vaskularisasi tinggi,
berlobus dan berfungsi sebagai depot lemak untuk keperluan metabolisme. Sel-sel lemak primitif
biasanya berupa butir-butir halus di dalam sitoplasma. Sel ini akan membesar seperti mulberry
sehingga akhirnya derajat deposisi lemak menggeser inti ke arah perifer. Jaringan lemak berasal
dari sel-sel mesenkim yang tidak berdifferensiasi yang dapat ditemukan di dalam tubuh. Beberapa
sel-sel ini menjadi jaringan sel lemak yang matang membentuk lemak dewasa.
Terjadinya suatu lipoma dapat juga disebabkan oleh karena adanya gangguan metabolisme
lemak. Pada lipoma terjadi proliferasi baik histologi dan kimiawi, termasuk komposisi asam lemak
dari jaringan lemak normal. Metabolisme lemak pada lipoma berbeda dengan metabolisme lemak
normal, walaupun secara histologi gambaran sel lemaknya sama.
Pada lipoma dijumpai aktivitas lipoprotein lipase menurun. Lipoprotein lipase penting untuk
transformasi lemak di dalam darah. Oleh karena itu asam lemak pada lipoma lebih banyak
dibandingkan dengan lemak normal. Hal ini dapat terjadi bila seseorang melakukan diet, maka
secara normal depot lemak menjadi berkurang, tetapi lemak pada lipoma tidak akan berkurang
bahkan bertambah besar. Ini menunjukkan bahwa lemak pada lipoma bukan merupakan lemak yang
dibutuhkan oleh tubuh. Apabila lipoma membesar akan tampak sebagai suatu penonjolan yang
dapat menekan jaringan di sekitarnya.
E.Pathway Keperawatan

F. Penatalaksanaan
Untuk suatu lipoma, sebenarnya tidak ada perawatan pada umumnya. Namun jika lipoma
tersebut sudah mengganggu, menyakitkan atau bertambah besar, penatalaksanaan dapat berupa :
1. Steroid Injection
Perawatan ini mengecilkan lipoma tetapi idak dengan sepenuhnya menghilangkan tumor itu.
Tetapi ini mungkin tidak berguna untuk lipoma yang sudah berukuran besar.
2. Liposuction
Perwatan ini menggunakan suati jarum dan suatu semprotan besar untuk memindahkan
lipoma yang besar. Tindakan ini dilakukan dalam keadaan pasien terbius local. Liposuction
biasa dilakukan untuk menghindari suatu jaringan parut yang besar. Namun masih tetap
sukar untuk memindahkan keseluruhan lipoma dengan menggunakan tehnik ini.
3. Surgical Removal
Perawatan ini dilakukan dengan operasi lebih besar yaitu lipoma dipindahkan dengan
memotong lipoma tersebut. Pasien yang menjalani tehnik ini dilkukan pembiusan secara
local maupun general anesthesia. Dan biasanya lipoma hilang setelah pembedahan.

G. Pemeriksaan Penunjang
Dalam kebanyakan kasus, dokter dapat mendiagnosa lipoma dengan pemeriksaan fisik
sederhana. Namun, jika lipoma yang besar dan atau menyakitkan, dokter akan melakukan tes untuk
mengkonfirmasi bahwa benjolan tersebut tidak bersifat kanker. Tes-tes ini mungkin termasuk
biopsi, computed tomography (CT scan), atau Magnetic Resonance Imaging (MRI).
1. Biopsi
Biopsi adalah prosedur di mana sepotong kecil jaringan lemak akan diambil dari lipoma
sehingga dapat diperiksa di bawah mikroskop untuk tanda-tanda kanker.
2. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI menggunakan magnet, gelombang radio, dan komputer untuk mengambil serangkaian
gambar yang sangat jelas, detil gambar. MRI telah terbukti akurat dalam pemeriksaan,
namun pemeriksaan ini mahal. Dengan MRI, jaringan lunak seperti lipoma dapat terlihat
dengan jelas. MRI dapat menunjukkan hasil yang 100% sensitif, spesifik dan akurat dalam
mengidentifikasi adanya tumor jaringan lunak.
3. Computed Tomography (CT scan)
Seperti MRI, CT scan (CAT atau scan) adalah prosedur yang juga dapat membuat
serangkaian gambar yang mendetail, namun tidak lebih akurat dari MRI. Pemeriksaan
dengan CT scan dilakukan berkali-kali dari sudut yang berbeda.

H. Pengkajian Fokus
Asuhan Keperawatan merupakan serangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
yang diberikan secara langsung kepada pasien/klien diberbagai tatanan pelayanan kesehatan.
Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam
melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok, dan masyarakat yang berfokus
pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien terhadap penyakitnya (Tarwoto
& wartonah, 2010).
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses dinamis yang terorganisasi yang meliputi tiga aktivitas
dasar, yaitu mengumpulkan data secara sistematis, memilah dan mengatur data yang
dikumpulkan, mendokumentasikan data dalam format yang dapat dibuka kembali (Tarwoto
& wartonah, 2010) .
Pengkajian pada klien post operasi lipoma yaitu sebagai berikut :
a. Identitas klien dengan penanggungjawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan, agama, alamat, status
perkawinan, ruang rawat, nomor medikal record,diagnosa medik, yang mengirim, cara
masuk, keadaan umum tanda vital.
b. Keluhan utama : nyeri pada area post operasi
c. Riwayat kesehatan sekarang
Meliputi keluhan atau yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit yang dirasakan
saat ini dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Meliputi penyakit lain yang dapat mempengaruhi penyakit sekarang
e. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien ada juga yang
mempunyai riwayat penyakit sama.

2. Pola pengkajian ADL


a. Pola nutrisi
Biasanya mengalami penurunan nafsu makan, mual muntah, dan kehilangan sensasi pada lidah .
b. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya klien tidak akan mampu melakukan aktivitas dan perawatan diri secara mandiri karena
kelemahan anggota gerak,kekuatan otot berkurang, mengalami gangguan koordinasi, gangguan
keseimbangan mudah lelah.
c. Pola tidur dan isrtahat
Klien biasanya akan lebih banyak tidur dan istirahat karena semua sistem tubuh akan mengalami
penurunan kerja dan penurunan kesadaran sehingga lebih banyak diam.

3. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran umum Keadaan secara umum yang tampak dari fisik klien ketika perawat melakukan
pengkajian misalnya, pasien tampak lemah, tampak kotor, dan lain-lain. Kesadaran secara kualitatif
(composmentis, somnolen, apatis dll).
b. Pemeriksaan tanda- tanda vital Tanda- tanda vital yang di periksa meliputi :
a) Tekanan darah (TD) : hipotensi atau hipertensi
b) Nadi : terjadi perubahan denyut nadi
c) Suhu : hipertermi/hipotermi
d) Respiratory Rate (RR) : biasanya pasien mengalami sesak

4. Pemeriksaan sistem saraf


a. Menguji tingkat kesadaran dengan GCS (Glasgow Coma Scale ): (compos mentis / apatis / samnolen/
delirium/ sporo coma / coma )
b. Memeriksa tanda- tanda rangsangan otak Apakah ada peningkatan suhu tubuh, nyeri kepala, kaku
kuduk, mula muntah, kejang, penurunan tingkat kesadaran.
c. Memeriksa reflex kedalaman tendom Reflex fisiologis : R. Bisep, R. trisep, R. brachioradialis, R.
patella, R. achiles. reflex pathologis : bila di jumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-
kasus tertentu. Yang di periksa adalah Refleks. Babinski, Refleks. chaddok, Refleks. Schaefer,
Refleks Oppenheim, Refleks Gordon, Refleks Bing, Refleks gonad.
d. Pemeriksaan ekstemitas / musculoskeletal Periksa adanya kelemahan, gangguan sensorik, tonuas otot,
atropi, tremor, gerakan tak terkendali, kekuatan otot, kemampuan jalan, kemampuan duduk,
kemampuan berdiri, nyeri sendi, kekakuan sendi

5. Pengkajian kebutuhan dasar aktivitas


Menanyakan pada pasien/ klien kegiatan rutin sebelum saktit dan stelah Sakit, menayakan waktu
senggang sebelum dan setelah sakit, kemampuan berjalan sebelum sakit dan setelah sakit,
kemampuan merubah posisi : baring ke duduk sebelum dan setelah sakit, kemampuan
mempertahanakan posisi duduk sebelum dan setelah sakit, kemampuan merubah posisi : duduk ke
beridir sebelum dan setelah sakit , kemampuan memperetahankan posisi berdiri sebelum dan setelah
sakit, kemampuan berjalan sebelum dan setelah sakit, pengunaan alat bantu dalam pergerakan
sebelum dan setelah sakit, dyspnea setalah beraktivitas sebelum dan setelah sakit, ketidak nyamanan
beraktivitas sebelum dan setelah sakit, pergerakan lambat sebelum sakit dan setelah sakit

I. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status masalah kesehatan actual dan
potensial. Tujuannya adalah mengidentifikasi masalah actual berdasarkan respon klien terhadap
masalah. Manfaat diagnose keperawatan adalah sebagai pedoman pemberian asuhan keperawatan dan
menggambarkan suatu masalah kesehatan dan penyebab adanya masalah.
Masalah-masalah atau diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien post operasi
lipoma diantaranya sebagai berikut :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (prosedur bedah)
b. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan adanya lukas eksterpasi.
c. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri d.d mengeluh sulit menggerakkan ekstermitas, nyeri,enggan
melakukan pergerakan, kekuatan otot menurun, rentang gerak menurun.
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan d.d keluhan aktivitas terbatas, mengeluh lelah, merasa lemah,
tekanan darah berubah >20 % dari kondisi istirahat.
e. Kurang pengetahuan tentang perawatan kulit yang berhubungan dengan kurang informasi
J. Perencanaan Keperawatan

No. Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi (SIKI) Rasional
(SDKI) (SLKI)
1. Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji karakteristik nyeri (lokasi, lama, i 1.Data membantu menentukan tindakan terhadap
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam ntensitas). nyeri.
diharapkan nyeri berkurang
agen cedera fisik 2.Observasi tanda-tanda vital. 2.Nyeri hebat ditandai dengan peningkatan
dengan kriteria hasil:
(prosedur bedah) 1. Pasien bebas dari rasa 3.Ajarkan latihan napas dalam tekanan darah dan nadi.
nyeri. 4.Beri terapi analgetik sesuai pesanan 3.Menurunkan tegangan otot.
2. Pasien tampak rileks, medik. 4.Analgetik menghilangkan nyeri
bisa tidur dan istirahat
2. Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji keadaan luka (kering, bawah, ke 1.Luka yang basah dan kemerahan menunjukkan
kulit yang keperawatan selama 3x24 jam merahan). adanya infeksi
diharapkan luka berkurang
berhubungan dengan 2) Rawat luka dengan teknik steril. 2. Perawatan secara steril mengurangi
dengan kriteria hasil:
faktor mekanis 1. Kulit utuh. 3) Anjurkan pasien untuk tidak menggar kontaminasi dan meminimalkan risiko infeksi.
2. Tidak infeksi uk kulit. 3.Garukan menimbulkan pelebaran luka
4) Anjurkan pasien untuk menjaga tubu 4.Melancarkan sirkulasi
h dengan cara mandi dua kali sehari. 5. Suhu meningkat tanda infeksi
5) Observasi suhu. 6. Antibiotik untuk mematikan kuman penyebab
6) Beri terapi antibiotik sesuai pesanan infeksi.
medik.

3. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Observasi


1. Identifikasi adanya nyeri atau
fisik b.d nyeri d.d keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan mobilitas fisik baik keluhan fisik lainnya
mengeluh sulit 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan
dengan kriteria hasil:
pergerakan
menggerakkan 1.Pergerakan ekstremitas dari 3. Monitor frekuensi jantung dan
ekstermitas, menurun menjadi meningkat tekanan darah sebelum memulai
2.Kekuatan otot dari menurun mobilisasi
nyeri,enggan
menjadi meningkat 4. Monitor kondisi umum selama
melakukan 3.Rentang gerak (ROM) dari melakukan mobilisasi
pergerakan, menurun menjadi meningkat
Terapeutik
4.Kaku sendi dari meningkat
kekuatan otot 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan
menjadi menurun alat bantu (mis. Pagar tempat tidur
menurun, rentang 5.Gerakan tidak terkoordinasi
2. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
gerak menurun. dari meningkat menjadi perlu
menurun 3. Libatkan keluarga untuk membantu
6.Gerakan terbatas dari pasien dalam meningkatkan pergerakan
meningkat menjadi menurun
Edukasi
7.Kelemahan fisik dari
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
meningkat menjadi menurun mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. Duduk di tempat
tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi)

4. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Observasi


1. Identifikasi difisit tingkat aktivitas
b.d kelemahan d.d keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan aktivitas baik dengan 2.Identifikasi kemampuan berpartisipasi
keluhan aktivitas dalam aktivitas tertentu
kriteria hasil:
3.Identifikasi sumber daya untuk
terbatas, mengeluh 1.frekuensi nadi dari menurun
aktivitas yang di inginkan
lelah, merasa lemah, menjadi meningkat 4.Identifikasi strategi meningkatkan
2.saturasi oksigen dari menurun partisipasi dalam aktivitas
tekanan darah
menjadi meningkat 5.Identifikasi makna aktivitas rutin
berubah >20 % dari 3.kemudahan dalam melakukan (mis. Bekerja) dan waktu luang
aktivitas sehari- hari dari 6.Monitor respons emosional, fisik,
kondisi istirahat.
sosial dan spiritual terhadap aktivitas
menurun menjadi meningkat
4. kecepatan berjalan dari Terapeutik
menurun menjadi meningkat 1.Fasilitasi fokus pada kemampuan,
5.Jarak berjalan dari menurun bukan difisit yang dialami
menjadi meningkat 2.Sepakati komitmen untuk
6.Kekuatan tubuh bagian atas meningkatkan frekuensi dan rentang
dari menurun menjadi aktivitas
meningkat 3.Fasilitasi memilih aktivitas dan
7.kekuatan tubuh bagian bawah tetapkan tujuan aktivitas yang konsisten
dari menurun menjadi sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan
sosial.
meningkat
4.Koordinasikan pemilihan aktivitas
8.Toleransi dalam menaiki sesuai usia
tangga dari menurun menjadi 5.Fasilitasi makna aktivitas yang di pilih
meningkat 6.Fasilitasi transportasi untuk
9.Keluhan lelah dari meningkat menghadiri aktivitas, jika sesuai
menjadi menurun 30 7.Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
10.Dispnea saat aktivitas dari menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang dipilih
meningkat menjadi menurun
8.Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis.
11.Dispnea setelah aktivitas dari Ambulasi, mobilisasi, dan prawatan diri
meningkat menjadi menurun ), sesuai kebutuhan
12.Sianosis dari meningkat 9.Fasilitasi aktivitas penganti saat
menjadi menurun mengalami keterbatasan waktu, energy,
13.Warna kulit dari memburuk atau gerak
menjadi membaik 10.Fasilitasi aktivitas motoric kasar
untuk pasien hiperaktif
14.Tekanan darah dari
11.Tingkatkan aktivitas fisik untuk
memburuk menjadi membaik memelihara berat badan, jika sesuai
15.Frekuensi nafas dari 12.Fasilitasi aktivitas motoric untuk
memburuk menjadi membaik merelaksasi otot
16.EKG iskemia dari memburuk 13.Fasilitasi aktivitas dengan komponen
menjadi membaik memori implisit dan emosional (mis.
Kegiatan keagamaan khusus) untuk
pasien demensia, jika sesusai

Edukasi
1. Jelaskan metode aktivitas sehari- hari
, jika perlu
2. Ajarkan cara melakukan aktivitas
yang dipilih
3. Anjurkan cara melakukan aktivitas
fisik, sosial, spiritual, dan koknitif
dalam menjaga fungsi dan kesehatan
4. Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelonmpok atau terapi jika sesuai
5. Anjurkan keluarga untuk memberi
penguatan positif atas partisipasi dalam
aktivitas

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan terapis dalam
merencanakan dan memonitor program
aktivitas, jika sesuai
2. Rujuk pada pusat atau program
aktivitas komunitas , jika perlu
5. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1.Kaji pengetahuan klien/ tanyakan
keperawatan selama 3x24 jam proses penyakit dan harapan klien.
tentang penyakit
diharapkan nyeri berkurang 2.Jelaskan faktor penyebab, tanda dan
kulit yang berhubun gejala
dengan kriteria hasil:
penyakit dengan bahasa yang mudah di
gan dengan kurang 1.Dapat mengungkapkan proses pahami klien
informasi penyakit.Mengenali tanda dan 3.Beri penyuluhan tentang pentingnya
perawatan kulit yang baik.
gejala serta faktor penyebab 4.Libatkan keluarga
penyakit. dalam rencana pengobatan
5.Beri penjelasan pasien untuk
2.Pasien dapat berpartisipasi
mengidentifikasi perubahan-perubahan
dalam perawatan
kulit.
6.Jelaskan prosedur pengobatan dan
perubahan gaya hidup.
J. Implementasi
Implentasi keperawatan adalah perawat melaksanakan rencana atau intervensi yang sudah di
laksanakan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam implementasi terdapat tatanan
pelaksanaan yang mengatur kegiatan asuhan keperawatan yang di sesuaikan dengan
diagnose dan intervensi yang telah ditetapkan. Implementasi keperawatan meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksanaan tindakan dan menilai data yang baru (Tim Pokja SIKI PPNI, 2018), misalnya
pada Ambulasi dini di lakukan 6 jam pada pasien pasca operasi di mulai dari latihan
tungkai, latihan kaki dan miring kanan dan kiri secara bertahap dan sesuai kemampuan
pasien. Kemudian 24 jam setelah operasi mulai melakukan latihan duduk di tempat tidur dan
duduk di sisi tepi tempat tidur. lalu 48 jam setelah operasi mulai dengan latihan turun dari
tempat tidur, berdiri di sisi tempat tidur di lanjutkan dengan latihan berjalan secara bertahap
dengan tetap memperhatikan keadaan umum responden.

K. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah penilaian hasil dan proses, penilaian dilakukan untuk
menentukan seberapa jauh keberhasilan yang telah dicapai sebagai luaran dari tindakan,
evaluasi di lakukan berdasarkan krikteria yang telah ditetapkan sebelumnya dalam
perencanaan yang telah di berikan berdasarkan tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Tujuan
evaluasi yaitu mengakhiri rencana tindakan keperawatan, modifikasi rencana tindakan
keperawatan, dan meneruskan rencana tindakan keperawatan (Deswani, 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Crago AM, Dickson MA. Liposarcoma: Multimodality Management and Future Targeted
Therapies. Surg Oncol Clin N Am. 2016 Oct;25(4):761-73. doi: 10.1016/j.soc.2016.05.007. Epub
2016 Jul 30. PMID: 27591497; PMCID: PMC5010855.

Fisher, Cyril & Montgomery, E.A. & Thway, Khin. (2015). Biopsy interpretation of soft tissue
tumors: Second edition. Jernigan E. W., Esther R. J., 2015, Orthopedic Clinics of North America E-
Book: Soft Tissue Masses for The General Orthopedic Surgeon, Vol. 46, Issue 3, pp. 417-428,
Elsevier Health Sciences

McTighe, S. & Chernev, I. Intramuscular Lipoma: A Review of the Literature. Orthop Rev (Pavia).
2014. 6(4), pp. 5618 5.

Nickloes TA. Lipomas. Emedicine. 2010. Available at:


http://emedicine.medscape.com/article/191233-overview#a0102.

Robbins, Stephen P. and Mary Coulter. 2016. Manajemen, Jilid 1 Edisi 13, Alih Bahasa: Bob
Sabran Dan Devri Bardani P, Erlangga, Jakarta.

Stock N. Tumeurs adipeuses [Adipocytic tumors]. Ann Pathol. 2015 Jan;35(1):41-53. French. doi:
10.1016/j.annpat.2014.12.001. Epub 2014 Dec 20. PMID: 25533918 6.

Shankar, V. Soft Tissue Adipose Tissue Lipoma. 2021. available from:


http://ilovepathology.com/pathology-of-lipoma/ 7.

Tarwoto, & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 5. Jakarta:
Salemba Medika

Thway K. Well-differentiated liposarcoma and dedifferentiated liposarcoma: An updated review.


Semin Diagn Pathol. 2019 Mar;36(2):112-121. doi: 10.1053/j.semdp.2019.02.006. Epub 2019 Feb
28. PMID: 30852045.
FORMAT PENGKAJIAN PERIOPERATIF
KAMAR BEDAH

I. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama Pasien : Tn.D
b. Tgl lahir/ Umur : 24-04-2000 / 23 Tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : Sarjana
e. Alamat : Jl.Taman bahagia
f. No CM : 00025960
g. Diagnosa Medis : Lipoma

2.IDENTITAS ORANG TUA/ PENANGGUNG JAWAB


a.Nama : Dedi
b.Umur : 30 Tahun
c.Agama : Islam
d.Pendidikan : Sarjana
e.Pekerjaan : PNS
f. Hubungan dengan pasien :

Asal pasien □ Rawat Jalan


◻ Rawat Inap
□ Rujukan
A. PRE OPERASI
1. Keluhan Utama : adanya benjolan di bagian punggung
2. Riwayat Penyakit : □ DM □ Asma □ Hepatitis □ Jantung □ Hipertensi □ HIV □ Tidak ada
3. Riwayat Operasi/anestesi : □ Ada □ Tidak ada
4. Riwayat Alergi : □ Ada, sebutkan.................. □ Tidak ada
5. Jenis Operasi : Eksisi
6. TTV :Suhu : 360C,Nadi : 82 x/mnt,Respirasi : 19x/mnt,TD : 115/65 mmHg
7. TB/BB :
8. Golongan Darah : B Rhesus : Positif

RIWAYAT PSIKOSOSIAL/SPIRITUAL
9. Status Emosional
□ Tenang □ Bingung □ Kooperatif □ Tidak Kooperatif □ Menangis □ Menarik diri

10. Tingkat Kecemasan : □ Tidak Cemas □Cemas


11. Skala Cemas : □ 0 = Tidak cemas
□ 1 = Mengungkapkan kerisauan
□ 2 = Tingkat perhatian tinggi
□ 3 = Kerisauan tidak berfokus
□ 4 = Respon simpate-adrenal
□ 5 = Panik
12. Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )

Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri tak tertahan
□ 0-1 □ 2-3 □4-5 □ 6-7 □ 8-9 □ 10

13. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:


Normal
YA TIDAK Jika Tidak normal, jelaskan
 - Rambut berwarna hitam (bersih tidak berketombe dan
Kepala
tidak romntok). Kepala bentuk mesosepal, tidak ada
pembesaran. Mata Simetris, Penglihatan tidak kabur,
Tidak ada kotoran dimata,Konjungtiva
ananemis, sklera anikterik.

Telinga Simetris, Tidak ada kotoran ditelinga, Tidak


ada kotoran di hidung,
Tidak ada kotoran dimulut
 - Tidak ada edema, tidak ada pembesaran
Leher kelenjer tyroid, JVP normal, kaku kuduk tidak ada
Dada  - Dada simetris, tidak ada bekas luka.Pengembangan
didnding dada kiri dan kanan sama,bunyi nafas
vesikuler.

 - Dada simetris, tidak ada bekas luka.Pengembangan


Abdomen
didnding dada kiri dan kanan sama,bunyi nafas
vesikuler Pada punggung bagian kiri teraba benjolan
dengan diameter +- 2cm, nyeri saat
diraba (+)
 - Daerah penis bersih,tidak terdapat luka,
Genitalia tidak ada kelainan dan tidak ada haemoroid

 - Kulit sawo matang, Turgor kulit baik,


Integumen tidak ada luka lesi

Ekstremitas  - Tidak ada varises, tidak ada tanda hooman, tidak ada
edema dan tidak ada kelemahan pada ekstremitas.

Terpasang cairan infus RL 20tts/menit di


tangan kiri

14. Hasil data Penunjang

15. Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Unit Nilai rujukan

Hematologi
 Hemoglobin 16,5 g/dL 13.5 - 17.5
 Lekosit 9.90 10^3/ul 4.50 - 11.00
 Eritrosit 5.89 10^6/ul 5.89

Hematokrit 49.1 10^3/u 35.0-45.0


83.4 fL 80 – 100
 MCV
28.0 pg 268- 36
 MCH
33.6 g/dL 32 -36
 MCHC
Hitung Jenis
 Masa Perdarahan 2.00 menit 1-3

(BT)
6.30 menit 5-8
 Masa pembekuan
(CT)

Non Reaktif - Non Reaktif


Imuno Serologi
Non Reaktif Non Reaktif
-
 Anti HIV Skrining
 HbsAg
B. INTRA OPERASI
1. Anastesi dimulai jam : 12.30
2. Pembedahan dimulai jam : 12.45
3. Jenis anastesi :
□Spinal □ Umum/general anastesi □ Lokal □ Nervus blok □……………
4. Posisi operasi :
□terlentang □ litotomi □ tengkurap/knee chees □ lateral : □ kanan □ kiri □ lainnya......
5. Catatan Anestesi : Anestesi Lokal
6. Pemasangan alat-alat : Infus RL 20 tetes per menit
0
7. TTV : Suhu C , Nadi x/mnt, Teraba □ kuat, □ Lemah, □ teratur, □ tidak
teratur, RR x/mnt, TD mmHg, Saturasi O2 %
8. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas
Normal
YA TIDAK Jika Tidak normal, jelaskan
 - Rambut berwarna hitam (bersih tidak berketombe dan
Kepala
tidak romntok). Kepala bentuk mesosepal, tidak ada
pembesaran. Mata Simetris, Penglihatan tidak kabur,
Tidak ada kotoran dimata,Konjungtiva
ananemis, sklera anikterik.

Telinga Simetris, Tidak ada kotoran ditelinga, Tidak


ada kotoran di hidung,
Tidak ada kotoran dimulut
 - Tidak ada edema, tidak ada pembesaran
Leher kelenjer tyroid, JVP normal, kaku kuduk tidak ada
Dada  - Dada simetris, tidak ada bekas luka.Pengembangan
didnding dada kiri dan kanan sama,bunyi nafas
vesikuler.

 - Dada simetris, tidak ada bekas luka.Pengembangan


Abdomen
didnding dada kiri dan kanan sama,bunyi nafas
vesikuler Pada punggung kiri teraba benjolan dengan
diameter +- cm, nyeri saat
diraba (+)
 - Daerah penis bersih,tidak terdapat luka,
Genitalia tidak ada kelainan dan tidak ada haemoroid

 - Kulit sawo matang, Turgor kulit baik,


Integumen tidak ada luka lesi

Ekstremitas  - Tidak ada varises, tidak ada tanda hooman, tidak ada
edema dan tidak ada kelemahan pada ekstremitas.

Terpasang cairan infus RL 20tts/menit di


tangan kiri
Total cairan masuk
□ Infus : cc
□ Tranfusi : cc

Total cairan keluar


□ Urine : cc
□ Perdarahan : cc

Balance cairan : cc

C. POST OPERASI
1. Pasien pindah ke :
# Pindah ke ICU/PICU/NICU, jam Wib
# RR , jam Wib
2. Keluhan saat di RR : □ Mual □ Muntah □pusing □ Nyeri luka operasi □ Kaki terasa baal
□ Menggigil □lainnya…..
3. Keadaan Umum : □Baik □ Sedang □ Sakit berat
4. TTV :
0
Suhu C, Nadi x/mnt, Rr x/mnt, TD mmHg, Sat O2 %
5. Kesadaran : □ CM □ Apatis □ Somnolen □ Soporo □ Coma
6. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:
Normal
YA TIDAK Jika Tidak normal, jelaskan
 - Rambut berwarna hitam (bersih tidak berketombe dan
Kepala
tidak romntok). Kepala bentuk mesosepal, tidak ada
pembesaran. Mata Simetris, Penglihatan tidak kabur,
Tidak ada kotoran dimata,Konjungtiva
ananemis, sklera anikterik.

Telinga Simetris, Tidak ada kotoran ditelinga, Tidak


ada kotoran di hidung,
Tidak ada kotoran dimulut
 - Tidak ada edema, tidak ada pembesaran
Leher kelenjer tyroid, JVP normal, kaku kuduk tidak ada
Dada  - Dada simetris, tidak ada bekas luka.Pengembangan
didnding dada kiri dan kanan sama,bunyi nafas
vesikuler.

 - Dada simetris, tidak ada bekas luka.Pengembangan


Abdomen
didnding dada kiri dan kanan sama,bunyi nafas
vesikuler Pada punggung bagian kiri teraba benjolan
dengan diameter +- 2cm, nyeri saat
diraba (-)
 - Daerah penis bersih,tidak terdapat luka,
Genitalia tidak ada kelainan dan tidak ada haemoroid

 - Kulit sawo matang, Turgor kulit baik,


Integumen tidak ada luka lesi

Ekstremitas  - Tidak ada varises, tidak ada tanda hooman, tidak ada
edema dan tidak ada kelemahan pada ekstremitas.

Terpasang cairan infus RL 20tts/menit di


tangan kiri
Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )

Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat Nyeri Nyeri tak
tertahankan
□ 0-1 □ 2- □ 4-5 □ 6-7 □ 8-9 □ 10
3

II. ANALISA DATA


Symptom Problem Etiologi
Pre Operasi Ansietas Lipoma
DS :
klien Pre operasi
mengatakan
takut akan Kurang Informasi
dioperasi
DO : Ansietas
- kesadaran compos mentis
-TD: 114/88 mmhg
N: 70 x/menit
S: 36,6 0C
RR : 21 x/menit

Intra Operasi Resiko Infeksi Lipoma


DS : -
Pembedahan
DO :
- kesadaran compos mentis Adanya luka terbuka
-TD: 120/90 mmhg
N: 90 x/menit
S: 36,5 0C Terpajan bakteri
RR : 20 x/menit

Ketidakadekuatan
Pertahanan sistem imun

Resiko Infeksi
Post Operasi Nyeri Akut Lipoma
DS:
 Klien mengatakan nyeri Intervensi bedah Lipoma

di luka operasi terasa


berdenyut Kontinuitas jaringan terputus
DO:
 Wajah tampak meringis Mengaktivasi Reseptor Nyeri

menahan sakit
Nyeri Akut
 Skala nyeri 4
 Terdapat luka operasi di
punggung sepanjang 5cm
 TD : 110/76 mmHg
 N : 80x/menit
 RR : 20x/menit

 S : 36oC
Saturasi O2 : 98%

III. DIAGNOSA
KEPERAWATAN

Pre operasi :
1.Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar Informasi

Intra Operasi :
1. Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan invasi

Post Operasi :
1. Nyeri Akut berhubungan dengan prosedur operasi

IV. Rencana Keperawatan (meliputi pre,intra dan post operasi)


Diagnosa
Keperawatan (SDKI) Tujuan dan kriteria hasil (SLKI) Intervensi (SIKI)
Pre operasi Setelah dilakukan tindakan Terapi Relaksasi
keperawatan selama 1 jam diharapkan Observasi
Ansietas b/d kurang
Tingkat ansietas berkurang dengan
pengetahuan tentang kriteria hasil:  Identifikasi teknik relaksasi yang
prosedur pembedahan  Perilaku pernah efektif digunakan
Dibuktikan dengan: Tegang menurun  Periksa ketegangan otot, frekuensi
DS:  Tingkat nadi, tekanan darah dan suhu
 Klien mengatakan Cemas menurun sebelum dan sesudah latihan
cemas  Monitor respon terhadap terapi
akan dilakukan relaksasi
operasi Terapeutik
 Klien mengatakan  Ciptakan lingkungan tenang
jantungnya dan tanpa gangguan
berdebar-  Gunakan pakaian longgar
debar karena Edukasi
takut
 Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
DO:
jenis relaksasi yang tersedia ( mis:
 Klien musik, meditasi, napas dalam,
tampak tegang relaksasi otot progresif)
 Skala cemas = 3  Anjurkan rileks dan merasakan
 kesadaran compos
sensasi relaksasi
mentis
 TD: 114/88 mmhg  Demonstrasikan dan latih teknik
 N: 70 x/menit napas dalam
 S: 36,6 0C
 RR : 21 x/menit
 Anjurkan sering mengulangi atau
melatih teknik yang dipilih
Intra Operasi : Setelah dilakukan tindakan Observasi :
Resiko Infeksi berhubungan keperawatan 1 jam diharapkan tingkat  Pantau tanda-tanda vital
dengan tindakan invasi infeksi menurun dengan kriteria hasil : Monitor tanda dan gejala infeksi
 Monitor karakteristik luka
 Kerusakan lapisan kulit
Ds: - Terapeutik :
menurun
DO :  Atur posisi pasien
- Terdapat Luka sayatan di  Luka tidak tampak kemerahan
belakang punggung senyaman mungkin
sepanjang +5cm
 Suhu tubuh normal
 Bebaskan area insisi
-TD: 120/90 mmhg  Pertahankan teknik aseptik
N: 90 x/menit
S: 36,5 0C Edukasi :
RR : 20 x/menit  Dukung perawatan kebersihan diri
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara memeriksa kondisi
luka operasi
 Anjurkan meningkatkan
supan nutrisi dan cairan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian antibiotik
bila perlu
Post operasi : Setelah dilakukan intervensi Manajemen
Nyeri akut berhubungan keperawatan selama 3x24 jam maka nyeri
dengan agen cedera fisik Tingkat Nyeri Observasi
(prosedur bedah) menurun dengan Kriteria  Identifikasi lokasi, durasi,
Hasil: karakteristik, frekuensi, kualitas,
 Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri

 Wajah meringis menurun  Identifikasi skala nyeri


 Frekuensi nadi membaik (60-  Identifikasi faktor
100 x/menit) yang memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
 Berikan tekhnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
 Ajarkan tekhnik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Pemberian analgetik, jika perlu

V. Implementasi Keperawatan
Tanggal/jam No Implementasi Tanda tangan
Dx
04 des 2023
09.30 1 Mengkaji keluhan klien
Respon: klien mengatakan cemas akan dilakukan
Operasi, klien mengatakan jantungnya berdebar-debar
dan takut apakah tumor yang dideritanya ganas atau
Tidak

09.40 1 Mengganti pakaian klien dengan pakaian operasi yang


Longgar
Respon: klien tampak nyaman

10.00 1 Memonitor TTV

 TD: 114/88 mmhg


 N: 70 x/menit
 S: 36,6 0C
 RR : 21 x/menit

10.20 1 Memberikan edukasi pada klien mengenai teknik

relaksasi napas dalam


Respon: klien dapat melakukannya

Mengatur posisi pasien terlungkup sesuai tindakan


operasi yang akan dilakukan
Respon : klien tampak tenang

10.30 2 Monitor TTV


TD: 120/90 mmhg
N: 90 x/menit
S: 36,5 0C
RR : 20 x/menit

Mengobservasi dan memonitor tanda-tanda infeksi dan


11.00 2 karakteristik luka operasi
Hasil : luka operasi bersih,tidak ada kemerahan

Memindahkan pasien keruang pemulihan (RR)


11.30 2 Hasil : kesadaran baik

Monitor TTV
11.35 1,2,3  TD : 110/76 mmHg
 N : 80x/menit
 RR : 20x/menit

 S : 36oC
Saturasi O2 : 98%

Mengkaji kesadaran pasien


11.40 3 Respon : Kesadaran Compos Mentis, klien mengatakan nyeri di
luka operasi, klien tampak meringis
P : Pasien mengatakan nyeri saat telentang
Q : Nyeri seperti berdenyut-denyut
R : Nyeri didaerah punggung kiri
S : Skala Nyeri 5
T : Nyeri hilang Timbul

Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam


11.45 3 Respon : klien mengatakan nyeri sedikit berkurang tetapi masih
terasa nyeri

Kolaborasi : memberikan injeksi Analgesik ketorolac amp IV


11.50 3 Respon : obat masuk via IV

Mengkaji Nyeri
11.55 3 Respon : klien mengatakan nyeri berkurang
P : pasien mengatakan nyeri saat terlentang
Q : nyeri berdenyut-denyut
R : nyeri di bagian punggung sebelah kiri
S : Skala nyeri 2
T : nyeri hilang timbul

VI. EVALUASI (MELIPUTI PRE, INTRA DAN POST OP)


No Tanggal/jam No Evaluasi
Dx

05 Des 2023 1 S : Klien mengatakan cemas berkurang


11.55 O: Perilaku tegang menurun
TD : 114/88 mmHg
N : 70 x/menit
RR : 21 x/menit

S : 36,6 oC
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi klien
- Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang
dipilih

S:-
O:
 Kasa yang menutup luka operasi bersih, tidak terdapat
rembesan cairan ataupun darah di luka bekas operasi
TD : 120/90 mmHg
2
N : 90 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5oC
SpO2 : 98%
A : Masalah tidak terjadi
P : Monitor TTV dan tanda-tanda infeksi

3
S : Klien mengatakan nyeri didaerah luka operasi
O:
 klien tampak meringis, klien tampak lemah
 TD : 110/76 mmHg
 N : 80x/menit
 RR : 20x/menit

 S : 36oC
 Saturasi O2 : 98%
 Skala nyeri 3
A : Nyeri teratasi sebagian

P:
Observasi
 Identifikasi lokasi, durasi,karakteristik, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan
nyeri
Terapeutik
 Berikan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Edukasi
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
 Ajarkan tekhnik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
Pemberian analgetik, jika perlu

Anda mungkin juga menyukai