Tahun : 2022
Fenomena
Dalam hal kesiapan dan ketahanan AI, ASEAN saat ini masih tertinggal,
sedangkan negara-negara yang lebih maju berada di posisi terbaik untuk
mendapatkan keuntungan dari teknologi Al yang canggih. Ketahanan Al adalah
kapasitas ekonomi untuk menyesuaikan diri dengan reformasi struktural yang
disebabkan oleh Al dan inovasi teknis, sedangkan persiapan Al adalah kapasitas
perusahaan dan konsumen untuk memanfaatkan peluang yang diberikan oleh Al (Pau
et al., 2017). Dengan demikian, pengeluaran dan keterlibatan dalam teknologi Al,
kapasitas untuk berinovasi dalam Al, literasi digital, sumber daya manusia, data, dan
infrastruktur dapat menjadi faktor dalam menentukan tingkat kesiapan organisasi
untuk Al.
Permasalahan
Beberapa tantangan yang saat ini dihadapi adalah kurangnya pendanaan industri
dalam bidang Al, keterbatasan VISI sektor pemerintah serta kurangnya kapasitas dan
fleksibilitas digital, lambatnya adopsi sektor bisnis dan pemerintah terhadap teknologi
Al yang terus berkembang, dan meningkatnya jumlah pengguna AI.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini mengambil data dari database perbankan Bank Dunia yang
mencakup negara-negara ASEAN dari tahun 2001 hingga 2017 untuk pengujian
hipotesis. PDB negara digunakan untuk menghitung EG, sedangkan investasi asing
langsung digunakan untuk mengukur FD (FDI). Selain itu. ROA menghitung FP.
Simpulan
Tujuan dari artikel ini adalah untuk menguji bagaimana EG, FD, dan FP
mempengaruhi adopsi kecerdasan buatan di negara-negara ASEAN. Menurut temuan,
EG, FD, dan FP berhubungan positif dengan penyerapan kecerdasan buatan di
negara-negara ASEAN. Perusahaan dan negara dengan EG, FD, dan FP yang lengkap
mungkin dapat mengadopsi inovasi dan kecerdasan buatan di tempat kerja, yang
dapat menjelaskan hasil ini. Hasilnya, sistem perbankan di negara-negara ASEAN
memiliki EG, FD, dan FP yang kuat, dan itulah sebabnya mereka menerapkan
kecerdasan buatan dalam sistem mereka.
Beberapa tantangan yang saat ini dihadapi adalah kurangnya pendanaan industri
dalam bidang AI, keterbatasan VISI sektor pemerintah serta kurangnya kapasitas dan
fleksibilitas digital, lambatnya adopsi sektor bisnis dan pemerintah terhadap teknologi
Al yang terus berkembang, dan meningkatnya jumlah pengguna AI. Pemerintah harus
membangun strategi Al nasional untuk mengatasi masalah ini, dengan menekankan
adopsi Al di industri penting sambil mempercepat pengembangan kerangka kerja
kebijakan inti AL Pemerintah juga dapat mendorong sektor korporat untuk
berpartisipasi dalam Al melalui skema insentif seperti bantuan keuangan dan
pengembangan lingkungan online yang aman. Terakhu, untuk lebih mempercepat
adopsi teknik Al di seluruh sektor swasta dan publik, pendekatan-pendekatan ini
dapat diperkuat dengan implementasi. inisiatif pendidikan dan pengembangan
kapasitas yang memperkenalkan pemahaman tentang AI.