Anda di halaman 1dari 4

Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

“Implementasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Untuk Peningkatan Kekayaan Intelektual”


Universitas Muhammadiyah Semarang, 30 September 2017

Implementasi Alat Pengering Cabinet Dryer untuk Mengatasi Masalah


Pengeringan Kerupuk pada Usaha Kecil Kerupuk
Oleh :
Purnomo(1), Dwi Sulistyaningsih (2), R. Ery Wibowo A(3)

(1). Program Studi Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Semarang


(2). Program Studi Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Semarang.
(3). Program Studi Akuntansi, Universitas Muhammadiyah Semarang.

ABSTRACT
Crackers "Sarah" and "Barokah" have decreased cracker production due to, firstly, low speed of
chopping because it is still done manually, and second is the failure of drying crackers as a result
of the absence of the sun. The purpose of community service is to improve the quantity and quality
of cracker production. The method applied is by implementing chopper machine and dryer dryer
machine on dry cracker cracker. The results show that the use of chopper machine is able to
remind the speed of chopping while improving the quality of the grain. The use of cracker dryer
machine can accelerate drying so as to increase the production of crackers.

Keywords: chopper machine, drying machine, crackers

I. PENDAHULUAN perekonomiannya pada usaha kerupuk


Alih fungsi lahan pertanian ke “BAROKAH” dan “SARAH”.
pemukiman di Kelurahan Sendangmulyo dan Kerupuk yang diproduksi di kedua
Kelurahan Mangunharjo Kecamatan mitra terbuat dari bahan dasar gandum.
Tembalang Kota Semarang telah mengubah Keseluruhan proses produksi kerupuk di
mata pencaharian penduduk asli dari petani kedua mitra, mulai dari pengadukan bahan
ke mata pencaharian non-petanian. Penduduk mentah, perajangan hingga
asli paling merasakan dampak ini adalah pengemasan/pembungkusan, dilakukan
penduduk di Ketileng RT. 04 RW 25 secara manual. Proses produksi secara
Kelurahan Sendangmulyo dan di Gendong keseluruhan belum memanfaatkan teknologi
RT 03 RW 05 Kelurahan Mangunharjo. tepat guna.
Untuk menopang hidup, kepala keluarga Jumlah produksi kerupuk setiap
bekerja sebagai tukang ojek, kuli bangunan, harinya mengalami fluktuasi, mulai dari 30
pekerja kontrak, usaha warung kecil-kecilan, kg/hari hingga 40 kg/hari. Fluktuasi ini
dan ada juga yang menjalankan usaha dipengaruhi oleh adanya pesanan yang tidak
produksi kerupuk. Usaha produksi kerupuk dapat diprediksi sebelumnya. Secara umum
yang masih bertahan yaitu usaha kerupuk kapasitas produksi selama 1 tahun terakhir
“BAROKAH” dan “SARAH”. Usaha mengalami peningkatan sekitar 10% - 15%.
kerupuk “BAROKAH” dikelola oleh Bapak Peningkatan ini sebenarnya mampu
Masrokhan yang tinggal di Gendong RT. 03 diperbesar lagi jika proses perajangan
RW 05 Kelurahan Mangunharjo, sedangkan kerupuk mampu dipersingkat waktunya.
“SARAH” dikelola oleh Bapak Sarah Selama ini perajangan kerupuk masih
Kamyadi yang tinggal di Ketileng RT. 04 menggunakan peralatan pisau dapur.
RW 25 Kelurahan Sendang mulyo. Di tengah Akibatnya, proses perajangan menjadi lama
makin menurunnya kondisi perekonomian, dan ketebalan rajangan menjadi tidak
kedua usaha kerupuk ini menjadi tumpuan seragam. Kondisi ini dirasakan menjadi
ekonomi keluarga dan masyarakat sekitarnya penghambat dalam upaya untuk
yang ikut bekerja dan menggantungkan meningkatkan kapasitas produksi khususnya

606
Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
“Implementasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Untuk Peningkatan Kekayaan Intelektual”
Universitas Muhammadiyah Semarang, 30 September 2017

jika ada pesanan yang jumlahnya cukup pendingin selama 12 jam. Kerupuk mentah
banyak. yang sudah dingin dan kaku diumpankan ke
Upaya peningkatan produksi juga pisau yang menempel di lengan berayun
makin terhambat oleh lambatnya kerupuk pada mesin. Tebal dan tipisnya kerupuk
terjual di pasaran, bahkan karena hal ini rajangan dapat disetel melalui penyetelan
diantara mereka terkadang ada yang pisau perajang. Pada proses pengeringan,
memproduksi kerupuk 4 hari sekali dalam kerupuk mentah yang sudah dirajang
satu minggu. Padahal dalam keadaan diletakkan pada rak-rak (cabinet). Panas
normal, produksi kerupuk dilakukan setiap pengeringan dihasilkan dari nyala api
hari dan hasilnya pun cepat laku di pasaran. kompor gas yang diletakkan di bagian
Kapasitas produsi kerupuk mengalami bawah alat pengering. Asap pembakaran
penurunan sekitar 10% di saat musim dihalangi oleh sekat sehingga tidak bisa
penghujan. Kondisi ini sebagai akibat bersinggungan dengan kerupuk. Pemerataan
proses pengeringan kerupuk mentah pengeringan pada rak-rak yang berbeda
dilakukan dengan memanfaatkan terik dilakukan dengan mengatur/mengganti
matahari dan menjadi terganggu oleh cuaca posisi kerupuk di rak yang berbeda.
yang tidak cerah. Pada saat musim
penghujan, pengeringan kerupuk bisa III. HASIL DAN PEMBAHASAN
mencapai 3 hari, bahkan tidak jarang Alat perajang kerupuk yang
pengeringan gagal sehingga kerupuk pun dihasilkan disajikan pada Gambar 1, yaitu
banyak ditumbuhi jamur. Kondisi ini banyak sebuah alat perajang kerupuk manual yang
dikeluhkan oleh pengusaha kerupuk dioperasikan sambil duduk. Pada alat
mengingat pada musim penghujan tersebut disediakan pula tempat duduk bagi operator.
justru permintaan kerupuk mengalami Kerangka penegak alat dibuat dari kayu. Alat
peningkatan sekitar 10% dari hari-hari biasa perajang ini mampu merajang kerupuk 40 kg
di luar musim penghujan. dalam waktu 3 jam. Sebelumnya, 40 kg
Tujuan program pengabdian kerupuk dirajang secara manual dalam waktu
masyarakat ini adalah mengembangkan 10 jam, dengan demikian terdapat efisiensi
usaha kerupuk di usaha kerupuk “SARAH” waktu perajangan 333%.
dan “BAROKAH” sehingga keduanya dan
orang yang bekerja padanya menjadi mandiri
secara ekonomi melalui penggunaan
teknologi tepat guna dalam perajangan dan
pengeringan kerupuk.

II. METODE DAN PELAKSANAAN


Gambar 1. Mesin perajang kerupuk yang
Metode yang diterapkan untuk
dihasilkan
mengatasi permasalahan mitra adalah (1)
meningkatkan fasilitas perajangan kerupuk
Kehadiran mesin perjang ini telah
dengan menerapkan teknologi tepat guna
mengubah teknik perajangan, semula
berupa mesin perajang kerupuk sehingga
perajangan dilakukan secara manual
waktu perajangan bisa diperpendek dan
(Gambar 2) namun setelah itu dilakukan
target produksi tercapai, (2) perbaikan
menggunaan alat perajang (Gambar 3).
metode pengeringan dengan memanfaatkan
Sebelum diimplementasikan, mitra dilatih
mesin pengering jenis cabinet dryer
mengenai bagian-bagian alat, cara
sehingga pengeringan kerupuk tidak di
penggunaan dan pemeliharaan alat (lihat
udara terbuka, tidak tergantung terik
Gambar 3).
matahari, dan kerupuk menjadi bersih dari
debu dan kotoran lain yang ada di udara.
Pada perajangan, pisau perajang pada
mesin perajang kerupuk digerakkan oleh
tangan (manual). Kerupuk yang sudah
direbus didinginkan di dalam mesin
2

607
Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
“Implementasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Untuk Peningkatan Kekayaan Intelektual”
Universitas Muhammadiyah Semarang, 30 September 2017

(Gambar 5). Mesin pengering yang


dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 6a.
Mesin pengering bertipe cabinet dryer,
kerupuk yang dikeringkan diletakan di atas
rak (cabinet). Sumber panas (nyala api
kompor) diletakkan di bagian bawah dari
mesin.

Gambar 2. Perajangan dilakukan secara


manual

. Gambar 5. Pengeringan di udara terbuka di


Gambar 3. Pengenalan dan praktek dekat jalan umum dan di terik matahari
penggunaan alat perajang kerupuk
Mesin pengering ini mempunyai
Setelah diberi pelatihan, mitra kapasitas pengeringan 8 kg/jam, sehingga
mengimplementasikan alat untuk merajang produksi kerupuk mitra sebanyak 40 kg
kerupuk. Hasil perajangan kerupuk dengan dapat dikeringkan dalam waktu 5 jam,
dan tanpa menggunakan alat disajikan pada sebelumnya, saat pengeringan tanpa mesin,
Gambar 4. Dari gambar tersebut, terlihat dikeringkan selama 16 jam (2 hari). Kondisi
dengan jelas bahwa kerupuk yang dirajang ini menunjukkan adanya efisiensi waktu
menggunakan alat mempunyai keseragaman sebesar 320%. Kelebihan lain dari
ukuran, ketebalan bisa diatur sesuai penggunaan mesin pengering ini adalah (1)
kebutuhan, sedikit yang rusak dan lebih hasil pengeringan bersih, terlindungi dari
menarik. debu dan kotoran lain di udara, (2)
pengeringan dapat dilakukan kapan saja,
tidak tergantung dari cuaca dan terik
matahari, dan (3) tidak membutuhkan
ruangan yang luas.

(a)
(b)
Gambar 4 Hasil perajangan kerupuk; (a)
manual, dan (b) menggunakan mesin (a) (b)
perajang Gambar 6. Konstruksi mesin pengeringan (a)
dan penataan kerupuk dalam mesin
Selain mesin perajang, kegiatan pengering (b)
pengabdian ini juga menghasilkan mesin
pengering yang diserahkan ke mitra. IV. SIMPULAN
Keberadaan mesin pengering ini menjadi Permasalahan mitra dalam hal
solusi masalah pengeringan pada mitra, yaitu perajangan dan pengeringan kerupuk teratasi
ketergantungan pada cuaca/terik matahari dengan menerapkan mesin perajang dan
dan dikeringkan dialam terbuka berdekatan pengering kerupuk. Mitra dapat
dengan jalan raya yang banyak debu meningkatkan kapasitas produksi kerupuk
3

608
Prosiding Seminar Nasional Publikasi Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
“Implementasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Untuk Peningkatan Kekayaan Intelektual”
Universitas Muhammadiyah Semarang, 30 September 2017

karena proses perajangan makin dan


pengeringan makin cepat dilakukan.
Kerupuk yang dihasilkan pun memiliki
kualitas yang lebih baik.

V. UCAPAN TERIMA KASIH


Ucapan terima kasih disampaikan
kepada Direktorat Riset dan Pengabdian
kepada Masyarakat yang telah memfasilitasi
pendanaan pada program pengabdian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Bappeda kota Semarang dan Biro
Satatistik Kota Semarang, 2014.
Kecamatan Tembalang dalam
angka, ( diunduh di
http://bappeda.semarangkota.go.id/
v2/?p=200,pada tanggal 16 April
2014)

Walujodjati. A dan Darmanto, 2005,


Rancang Bangun Mesin Pengering
Kerupuk Untuk Industri Kecil
Kerupuk, Momentum, Vol. 1, No.
1, April 2005 : 27- 32

609

Anda mungkin juga menyukai