Ulkus Kaki Diabetes
Ulkus Kaki Diabetes
0
December 3, 2009
by yuda handaya
ulkus adalah luka terbuka pada permukaan kulit atau selaput lendir dan Ulkus adalah ke-matian
jaringan yang luas dan disertai invasif kuman saprofit. Adanya kuman saprofit tersebut
menyebabkan ulkus berbau, ulkus diabetikum juga merupakan salah satu gejala klinik dan
perjalanan penyakit DM dengan neuropati perifer.
Ulkus kaki diabetes (UKD) merupakan komplikasi yang berkaitan dengan morbiditas akibat
diabetes mellitus. Ulkus kaki diabetes merupakan komplikasi serius akibat diabetes.
Ulkus terjadi karena arteri menyempit dan selain itu juga terdapat gula berlebih pada jaringan
yang merupakan medium yang baik sekali bagi kuman, ulkus timbul pada daerah yang sering
mendapat tekan-an ataupun trauma pada daerah telapak kaki ulkus berbentuk bulat biasa
berdiameter lebih dari 1 cm berisi massa jaringan tanduk lemak, pus, serta krusta di atas.
gambaran neuropatik
§ gangguan sensorik
§ ulkus plantar
§ sepsis (bakteri/jamur)
gambaran iskemia
§ sepsis ( bakteri/jamur)
1. Kronik hipoglikemia
2. Ketoasidosis untuk DM tipe I
3. Koma hiperosmolar nonketotik untuk DM Tipe II
b. Komplikasi kronik
Pengobatan dan perawatan ulkus dilakukan dengan tujuan pada penyakit yang mendasar dan
terhadap ulkusnya sendiri yaitu :
§ Usaha yang ditujukan terhadap ulkusnya antara lain dengan antibiotika atau
kemoterapi. Pemberian luka dengan mengompreskan ulkus dengan larutan
klorida atau larutan antiseptik ringan. Misalnya rivanol dan larutan kalium
permanganat 1 : 500 mg dan penutupan ulkus dengan kassa steril.
Alat-alat ortopedi yang secara mekanik yang da -pat merata tekanan tubuh
terhadap kaki yang luka. Am-putasi mungkin diperlukan untuk kasus DM
1. Jika penanganan kaki diabetik kurang intensif / kurang hati hati, maka akan menimbulkan
?
ketoasidosis diabetik
Lakukan :
jangan dilakukan :
Selusitis
§ Masalah aliran masuk arteri utama diobati secara konvensional sebagai POVD
§ Antibiotika
§ Amputasi
?nfeksi paronikia
§ Drainase pus
§ Podiatri
Gangren diabetik akibat mikroangiopatik disebut juga gangren panas karena walaupun nekrosis,
daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan, dan biasanya teraba pulsasi
arteri di bagian distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik pada telapak kaki.
Proses makroangiopati menyebabkan sumbatan pembuluh darah, sedangkan secara akut emboli
akan memberikan gejala klinis 5 P, yaitu :
a. Pain (nyeri).
b. Paleness (kepucatan).
c. Paresthesia (parestesia dan kesemutan).
d. Pulselessness (denyut nadi hilang).
e. Paralysis (lumpuh).
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari Fontaine, yaitu 4 :
Menurut berat ringannya lesi, kelainan kaki diabetik dibagi dalam enam derajat menurut Wagner,
yaitu ;
Klasifikasi lesi kaki diabetik juga dapat didasarkan pada dalamnya luka dan luasnya daerah
iskemik yang dimodifikasi oleh Brodsky dari klasifikasi kaki diabetik menurut Wagner.
A Tanpa iskemia
B Iskemia tanpa gangren
C Partial gangrene
D Complete foot gangrenen
a. Setiap infeksi meskipun kecil merupakan masalah penting sehingga menuntut perhatian penuh.
b. Kaki harus dibersihkan secara teliti dan dikeringkan dengan handuk kering setiap kali mandi.
c. Kaki harus diinspeksi setiap hari termasuk telapaknya, dapat dengan menggunakan cermin.
e. Kaki harus dilindungi dari kepanasan,batu atau pasir panas dan api.
f. Sepatu harus cukup lebar dan pas.
h. Kaus kaki harus cocok dan dikenakan secara teliti tanpa lipatan.
k. Berhenti merokok.
1. Apa prognosis yang bisa kita pahami pada masalah kaki diabetik ?
Prognosis :
Prognosis penderita kaki diabetik sangat tergantung dari usia karena semakin tua usia penderita
diabetes melitus semakin mudah untuk mendapatkan masalah yang serius pada kaki dan
tungkainya, lamanya menderita diabetes melitus, adanya infeksi yang berat, derajat kualitas
sirkulasi, dan keterampilan dari tenaga medis atau paramedis
Penanganan meliputi edukasi kepada pasien tentang alas kaki khusus dan pelengkap alas kaki
yang dianjurkan. Sepatu atau sandal yang dibuat secara khusus dapat mengurangi tekanan yang
terjadi. Bila pada kaki terdapat tulang yang menonjol atau adanya deformitas, biasanya tidak
dapat hanya diatasi dengan penggunaan alas kaki buatan umumnya memerlukan tindakan
pemotongan tulang yang menonjol (exostectomy) atau dengan pembenahan deformitas.
b) Tingkat I.
Memerlukan debridemen jaringan nekrotik atau jaringan yang infeksius, perawatan lokal luka
dan pengurangan beban.
c) Tingkat II.
Memerlukan debridemen, antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur,perawatan lokal luka dan
teknik pengurangan beban yang lebih berarti.
d) Tingkat III.
Memerlukan debridemen jaringan yang sudah menjadi gangren, amputasi sebagian, imobilisasi
yang lebih ketat, dan pemberian antibiotik parenteral yang sesuai dengan kultur.
e) Tingkat IV.
Pada tahap ini biasanya memerlukan tindakan amputasi sebagian atau amputasi seluruh kaki.
Referensi :
· Umami, Vidhia, Dr. 2007. At a Glance Ilmu Bedah , Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga
· Persatuan ahli penyakit dalam indonesia. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Ketiga.
Jakarta : Gaya Baru.
· Kamus Saku Kedokteran Dorland, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,1998. Hal 309.
· Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah. 2004. Ilmu Penyakit Endokrin dan Metabolik, Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal 571-705