Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MATA KULIAH MANAJEMEN BENCANA

“DENAH CAMP PENGUNGSIAN”

Dosen Pembimbing: Dwi Purwanti, S.ST., S.Kp., M.Kes

Disusun Oleh :
1. Ika Agustina Pratiwi ( P278244191 66 )
2. Tasmini ( P278244191 86 )

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA
MANUSIA KESEHATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN ALIH JENJANG
2019
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia pada umumnya memiliki tiga unsur kebutuhan dasar dalam
kehidupannya, yaitu kebutuhan sandang, pangan dan papan. Dari ketiga
kebutuhan dasar manusia tersebut, ada dua unsur yang terpenting yaitu
terpenuhinya kebutuhan pangan dan tersedianya hunian yang layak.
Kedua unsur ini akan sangat sulit terwujud tatkala terjadi bencana yang
cukup besar disuatu daerah, seperti bencana gempa bumi, bencana tsunami,
bencana banjir dan lain sebagainya. Kemudian untuk mengatasi kesulitan tersebut
maka perlu dipahaminya bagaimana mengatur pola-pola hunian sementara
(shelter) agar dapat mudah dikontrol dan sesuai dengan kebutuhan pengungsi.
Pengaturan manajemen shelter yang harus diperhatikan adalah tersedianya
fasilitas-fasilitas publik didalam lingkup blok hunian seperti sekolah, tempat
ibadah, unit mandi cuci kakus (MCK) yang terpisah, area bermain anak-anak, area
olah raga, dapur umum, dan klinik. Tujuannya agar hak-hak hidup pengungsi
tidak ada yang tereduksi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa kebidanan mampu merencanakan/mengatur pembuatan
penampungan sementara atau denah camp yang memadai .
1.2.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa kebidanan dapat memahami sebagai berikut:
(1) Pengertian camp pengungsian.
(2) Prinsip dasar camp pengungsian.
(3) Perhitungan kemampuan dapur umum.
(4) Pembangunan dan penempatan korban bencana.
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Camp Pengungsian

Denah adalah gambar yang menujukkan lokasi atau letak dari suatu
tempat .(www.pengertian ahli .com)
Camp pengungsian adalah sebuah tempat penampungan untuk
memudahkan para relawan untuk mengurusi para pengungsi dan sebagai
tempat pengungsi untuk tempat tinggal sementara. .(www.pengertian
ahli .com)
Jadi, denah camp pengungsian adalah gambar yang menujukkan
lokasi atau letak dari suatu tempat sebuah tempat penampungan untuk
memudahkan para relawan untuk mengurusi para pengungsi dan sebagai
tempat pengungsi untuk tempat tinggal sementara.

2.2 Prinsip Dasar Camp Pengungsian


a. Pengelolaan, Pembangunan dan Penempatannya menganut pendekatan
pada faktor-faktor:
1) Kemudahan geografis/medan.
2) Kemampuan dapur umum/kapasitas memasak.
3) Kemudahan dalam mengendalikan/menjaga kebersihan dari limbah-
limbah akibat penampungan atau shelter.
4) Hygienisitas Hunian:
a) Tidak boleh mengganggu lingkungan/permukiman yang telah ada
sebelumnya
b) Menata dan mengelola camp atau hunian sementara/Penampungan
tidak dapat dipisahkan dengan kemampuan dapur umum, begitu juga
sebaliknya.

1) Kemudahan Geografis
Pemilihan Lokasi Harus Tepat dan Mudah Untuk:
1) Dijangkau karena faktor medan (terrain) dan akses jalan/transpotasi yang
baik dan relatif baik.
2) Setidaknya punya koneksitas masuk dalam sistem jaring ekonomi level
kecamatan à untuk memudahkan recovery.
3) Akan lebih baik bila bisa menempatkan area shelter pada daerah aliran
sungai namun pada elevasi dataran di atas 10 meter dari muka sungai dan
mempunyai kondisi tanah yang stabil.
4) Tidak mudah banjir dan segera kering setelah hujan.
5) Bukan lokasi yang mudah longsor atau daerah yang mudah tertimbun
longsor.
.
2) Kemampuan Dapur Umum
Secara mudah cara menentukannya adalah sebagai berikut, misal:
Sebuah perangkat kerja dapur umum lapangan memilki kemampuan sebagai
berikut:
Kemampuan dalam tiap kali memasak adalah: 750 Porsi makanan siap saji
maka apabila jumlah pengungsi di tempat tersebut:
Kurang dari 750 orang : 1 dapur umum
750 – 1500 orang : 2 dapur umum, dst
Pengertian 750 orang atau 750 porsi untuk sekali memasak matang siap saji,
harus sudah termasuk makanan untuk petugas pengurus camp.
Semua aktivitas memasak makanan siap saji harus dilakukan dalam “satu
kali masak” untuk tiap periode waktu makan. Periode makan yaitu: sarapan pagi,
makan siang dan makan sore/malam.
Sedangkan kegiatan memasak diluar periode waktu makan hanya dilakukan
untuk:
1) Makanan tambahan bagi lansia dan pekerja ekstra dalam tugas-tugas bencana.
2) Makanan untuk balita (support facility).
3) Masak air minum.
Standar makanan untuk hunian sementara/shelter harus mengacu kepada
1) Standard SPHERE.
2) Standar BNPB.

2.3 Pembangunan dan Penempatan Korban Bencana

Di dalam tata kelola hunian sementara/shelter/camp pada tahap


pengungsian, di Indonesia selalu digunakan sebagai berikut:
1) Tenda peleton.
2) Tenda regu.
3) Tenda rumah.
Di dalam mengatur tata kelola hunian sementara menggunakan tenda
Peleton maka yang perlu diperhatikan adalah:
1) Kapasitas tenda (yang layak) dapat diisi 30 orang dengan veltbed / 45 org
tanpa velbed menggunakan alas tidur
2) Tenda regu digunakan untuk kantor sementara/posko.
9

10

11

10 11

9 9

10
11

11
10

9. Tempat jemuran
10. Bilik Khusus
11. Kamar Mandi Wanita
Gambar Skema Blok Hunian

2.4 Blok Hunian


Blok Hunian terdiri dari:
à sepasang tenda
26 org Wanita dan anak-anak 18 orang
30 org Pria
à Jadi totalnya 26+18+30 = 74 org pengungsi dapat tinggal di tenda dengan
menggunakan veltbed/orang
8 10

9 5 5 5 4 4 4 9

7 7 6

1 3

Keterangan
1.Posko Lapangan 6. Kamar Mandi Pria
2.Dapur Umum 7. Kamar Mandi Wanita
3.Unit Kesehatan Lapangan 8. Bilik Khusus
4.Tenda Pria 9. Jemuran
5.Tenda Wanita dan anak2 10.Tempat Ibadah

Standar Fisik dan Indikator Tenda


Standar Fisik
No Penjelasan
dan Indikator
1. Luasan Area Tenda dapat menampung cukup besar keluarga yang tinggal didalam sana.
- 21 m2 untuk keluarga dengan 6 orang.
- 1,75 m2 untuk keluarga dengan 5 orang.
- 14 m2 untuk keluarga dengan 4 orang.
2. Volume Tenda harus memiliki bentuk yang tepat guna. 33 % dari luas lantai harus
mempunyai tinggi minimal 1,8 m.
3. Daya Tahan Struktur dan penutup pada tenda harus memiliki daya tahan.
- struktur dan penutup tenda harus dapat bertahan hingga 18 bulan.
- penutup tenda harus dapat menahan sinar ultra violet yang terbuat dari terpal plastik
: maksimum 5% kerugian dari kekuatan terpal asli dengan tarikan dibawah ISO 1421
setelah 1500 jam UV
mampu menahan suhu antara 25’ C – 45’ C tanpa melemahkan struktur.
4. Integritas Struktur dan penutup tenda harus dapat menahan kondisi cuaca buruk yang
kemungkinan akan terjadi.
- struktur harus cukup mereduksi sehingga jika salah satu komponen gagal maka
tenda akan tetap berdiri.
- tenda tidak akan rusak akibat kecepatan angin hingga 75 km/jam ( 21 m/2 ), atau
kekuatan dengan angka 8 pada skala Beaufort ( Gale Force ).
- air tidak akan bocor melalui penutup tenda pada berbagai kondisi.
5. Lantai Tenda harus disediakan dengan lapisan atau lantai.
- air tidak akan bocor melalui lapisan lantai pada berbagai kondisi.
- lantai yang diisolasi, karpet atau matras harus terbuat dari bahan dengan suhu rata-
rata dibawah 0’ C semalam.
6. Ventilasi Ventilasi pada tenda harus dapat beradaptasi dengan penghuninya.
- pintu, jendela dan kipas harus dapat dibuka untuk mengatur panas.
- bukaan pada tenda harus mempertahankan minimum ventilasi, untuk mencegah
sesak nafas dan mengurangi resiko akibat polusi udara dan penyakit menular.
7. Pencegahan Orang harus memiliki waktu untuk melarikan diri dari kebakaran tenda.
kebakaran - tenda memiliki 2 bukaan untuk memfasilitasi pelarian diri dari api.
- memungkinkan untuk keluar dari tenda dalam 2 menit ketika semua pintu tertutup.
- api dari rokok tidak akan tersebar di seluruh penutup atau struktur.
8. Faktor Dapat melindungi penduduk dari nyamuk, lalat dan faktor penyakit lainnya. Kelambu
Pengendalian disegel ditanah dan menutupi semua bukaan.
9. Lingkungan Bahan komponen tenda tidak menjadi racun bagi perakit, penduduk atau lingkungan.
- tenda tidak harus melibatkan material yang akan mempengaruhi penduduk, bahkan
memiliki kemudahan untuk digunakan kembali ketika dimodifikasi.
- ketika dibuang, tenda tidak menggunakan bahan yang beracun akibat pembakaran
dan tidak mencemari permukaan air tanah.
- harus meminimalkan dampak negatif pada lingkungan dari pabrik atau pembuangan
dari tenda.
10. Warna Tenda harus menggunakan warna yang sesuai, baik luar maupun dalam.
- budaya dan politik yang sensitif harus dapat mengambil bagian sebagai contoh
penggunaan warna dari bendera kebangsaan, militer atau kamuflase tidak seharusnya
digunakan, tenda harus memasukkan cahaya siang hari agar orang dapat membaca.

Standar Sosial dan Indikator Tenda


Standar Sosial
No Penjelasan
dan Indikator
1. Tahap Tenda harus mudah untuk dibangun
Pembangunan - keterangan merakit tenda harus dapat di kemas setiap masing-masing
tenda, atau dicetak pada tenda atau tas tenda, termasuk ilustrasi dan
penjelasan dengan bahasa yang tepat.
- memungkinkan dua orang untuk merakit Tent saat tahap konstruksi.
- tenda harus dapat didistribusi dengan lengkap, siap untuk di bangun,
termasuk semua komponen dan perlengkapan yang lengkap.
2. Tahap Tenda yang pantas diperbaiki dengan keuntungan dan memungkinkan
Perbaikan penghuni untuk meningkatkan adaptasi yang lebih sesuai dengan
kebutuhan penghuni.
- tipe angka perbedaan pada komponen harus dapat dikurangi.
- beberapa komponen harus dapat disimpan seminimal mungkin.
- komponen tidak mungkin ditukarkan dengan komponen lain.
- komponen harus dapat tersedia dari bahan lokal. Material yang tepat
- perbaikan harus dapat memungkinkan penduduk . yang tidak
mempunya kemampuan dan peralatan.
- tenda harus termasuk perbaikan kotak, dengan alat yang tepat,
komponen cadangan dan material.
- beberapa komponen material harus cocok untuk digunakan kembali,
upgrade, modifikasi atau rekonstruksi kembali.
3. Adaptasi Tenda harus dapat beradaptasi dengan pengguna dan memungkinkan
penghuni meningkatkan kemampuan adaptasinya agar dapat sesuai
dengan kebutuhan mereka.
- meminimalkan hambatan seperti tiang, tali harus ditempatkan
didaerah entri untuk membuat adaptasi ruang untuk anak-anak dan
memasak yang mudah.
- pola umum adaptasi dari tenda harus dipertimbangkan dan didukung
dalam desain tenda termasuk sisi pembatas.
4. Modular Memungkinkan untuk menghubungkan tenda dengan mudah sehingga
untuk jumlah orang yang lebih besar dapat ditampung didalam tenda.
- harus ada penghubung penutup tenda dan struktur yang ideal,
penghubung tenda yang tepat dengan tipe yang sama.
- poin penghubung juga harus beradaptasi dengan tenda yang memiliki
berbagai tipe dan pemanjangan, perluasan atau menambah dengan
lokal material yang ada.
5. Privasi Tenda harus memberikan kenyamanan privasi penghuni yang berada
didalam tenda.
- itu harus memungkinkan pembagian kebutuhan ruang didalam tenda.
- ketika tersedia, ruang-ruang harus dapat meningkatkan privasi secara
visual.

2.5 Fasilitas Pendukung


Dilokasi evakuasi membutuhkan fasilitas-fasilitas pendukung yang juga sangat
penting. Fasilitas itu antara lain:

2.5.1 MCK
MCK di lapangan evakuasi/penampungan pengungsi. MCK ini berfungsi
untuk melayani para pengungsi yang mengungsi akibat terjadi bencana, sehingga
lokasinya harus berada tidak jauh dari lokasi pengungsian (dalam radius +/- 50 m
dari lapangan evakuasi). Bangunan MCK dibuat typical untuk kebutuhan 50
orang, dengan pertimbangan disediakan lahan untuk portable MCK.

Komponen MCK terdiri dari :


1. Bilik MCK (bilik untuk mandi, cuci dan keperluan buang air besar atau
kakus).
2. Pengolahan limbah yang terdiri dari: mikroorganisme tersuspensi dalam
cairan.
3. Sumber air bersih (termasuk water toren)
4. Utilitas pelengkap seperti listrik untuk penerangan dan kebutuhan pompa
listrik dan drainase air bekas mandi dan cuci. Pada kondisi tertentu MCK
bisa diberi pagar.

Cara mendesain toilet juga menentukan terhadap resiko terjadinya perkosaan .


Toilet yang aman adalah toilet yang :
1. Terpisah antara laki-laki dan perempuan
2. Memiliki penerangan yang cukup
3. Bisa dikunci
4. Ada patrol keamanan sekitar toilet sehingga tetap aman apabila malam-
malam harus ke toilet
2.5.2 Bilik / Ruangan MCK
Disain bilik/ruang MCK dilaksanakan dengan mempertimbangkan
kebiasaan dan budaya masyarakat penggunanya sehingga perlu dimusyawarahkan.
Hal hal tersebut biasanya terkait dengan antara lain tata letak, pemisahan
pengguna laki laki dan perempuan, jenis jamban dan lain lain. Perlu
dipertimbangkan disain untuk pengguna yang menggunakan kursi roda (defabel).
Untuk kapasitas pelayanan, semua ruangan dalam satu kesatuan dapat
menampung pelayanan pada waktu (jam-jam) paling sibuk dan banyaknya
ruangan pada setiap satu kesatuan MCK untuk jumlah pemakai tertentu tercantum
dalam tabel dibawah.

Tabel Jumlah Ruang untuk MCK


Jumlah Banyak Bilik / Ruangan
Pemakai Mandi Cuci Kakus
10 – 20 2 1 2
21- 40 2 2 2
41- 80 2 3 4
81- 100 2 4 4
101- 120 4 5 4
121- 160 4 5 6
161-200 4 6 6
Sumber : Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum -SNI 03 - 2399 – 2002

Catatan : Jumlah bilik untuk mandi dan kakus bisa digabungkan menjadi
satu dan didiskusikan dengan warga pemakai. Tempat cuci dalam kondisi lahan
terbatas, dapat ditempatkan di dekat sumur dengan memperhitungkan rembesan
air limbah cucian tidak kembali masuk ke sumur.
Lantai luasan minimal 1,2 m2 (1,0 m x 1,2 m) dan dibuat tidak licin
dengan kemiringan kearah lubang tempat pembuangan kurang lebih 1 %. Pintu,
ukuran: lebar 0,6 - 0,8 dan tinggi minimal 1,8 m, untuk pengguna kursi roda
(defabel) digunakan lebar pintu yang sesuai dengan lebar kursi roda.
Dengan jumlah pengungsi 37.000 orang , maka ; dibutuhkan 74 kamar
mandi.
Pembuatan toilet sebanyak ini akan disesuaikan dengan jumlah pengungsi.
Karena MCK akan digunakan ditempat evakuasi bencana maka MCK harus lebih
fleksibel, murah dan berkelanjutan yaitu blue diversion.
Tabel . Blue Diversion Toilet dengan Toilet Biasa
Blue Diversion Toilet Toilet
Persamaan - Tempat pembuangan Urine, tinja - Tempat pembuangan urine, tinja dan
dan cuci tangan. wastafel.
Perbedaan - Semua pembuangan diolah - Air akan terbuang bersama urin dan
kembali. tinja.
- Urine dan feces di tampung dan - Feces akan ditimbun didalam tanah.
akan diolah kembali.
- Air bekas cuci tangan akan dioleh
lagi sehingga tidak ada yang di
buang.
Proses - Toilet 1 paket - Pembuatan manual
pembuatan - Dibuat di pabrik
- Fleksibel
Proses - Air bekas cuci tangan dr slang air - Air di supply dari sumber air di lokasi.
pengolahan akan diolah langsung dan dapat - Air tidak diolah kembali dan langsung
limbah digunakan kembali. dibuang.
- Urin dan feces akan dipisah dan di - Urin juga akan ditampung dan juga
tampung disebuah tangki. Urin 20 dibuang langsung ke riol atau tempat
liter dan feces 15 liter. pembuangan lainnya kemudian melalui
- Urin dan tinja tidak diolah tahap resapan.
ditempat. - Feces akan ditampung didalam tanah
- Pengolahan air membutuhkan atau ke penampungan lainnya seperti
energi 11,5 Watt. septi tank dan resapan.
Sumber : https://id.scribd.com/document/391394648/Denah-Camp-Pengungsian

Pada tabel dapat dilihat bahwa untuk masalah didaerah yang kekurangan
air maka penggunaan blue diversion dapat menjadi solusi baru karena air yang
digunakan untuk mencuci tangan dan siram urin akan diolah kembali dan
digunakan lagi dengan penyaringan. Sedangkan untuk toilet biasanya akan di
tampung dan diolah didalam septitank untuk feces dan urin akan sama diolah dan
secara alamiah akan melalui tahap resapan kedalam tanah.
Tetapi olahan yang kurang benar akan mencemari tanah dalam proses
resapan. Tetapi jika menggunakan blue diversion, feces dan urin akan pindahkan
dari modul kemudian diolah didalam kontainer atau pesin pengolahan yang
menggunakan energi dari solar panel.
Gambar. Blue Diversion 1
Sumber : http://www.bluediversiontoilet.com/toilet.html diakses 25 September 2019

Gambar . Safe Blue Diversion


Sumber : http://www.bluediversiontoilet.com/toilet.html diakses 25 September 2019

Dapat disimpulkan bahwa untuk MCK dapat menggunakan toilet blue


diversion karena toilet ini memiliki tingkat sustainable yang tinggi pada air bersih
yang diolah ditempat dan urin serta feces ditampung yang kemudian akan diolah
kembali. Pada air kotor dari ruang dapur maka sebelum air terbuang maka perlu
melewati bak kontrol untuk menyaring.

2.5.3 Pembuangan Air dari Dapur


Lokasi evakuasi juga perlu dilengkapi dengan bak dapur untuk mencuci
piring dan alat masak lainnya. agar pembuangan ditampung terlebih dahulu agar
tidak mencemari lingkungan. Bak penampungan biasanya telah didesain agar
dapat menyaring dan memisahkan kotoran, minyak dan air.
Gambar. BioFit
Sumber : https://biofitmarketing.wordpress.com/grease-trap-fibreglass/ diakses 25 September
2019

2.5.4 Penyediaan Air Bersih


Air bersih untuk MCK umum bisa berasal dari: Sambungan air bersih
PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum).
Air tanah : sumber air bersih yang berasal dan air tanah, lokasinya minimal 11 m
dari sumber pengotoran dan pengambilan air tanah dapat berupa :
1. Sumur bor : sekeliling sumur harus terbuat dan bahan kedap air selebar
minimal 1,20 m dan pipa selubung sumur harus terbuat dari lantai kedap air
sampai kedalaman minimal 2,00 meter dari permukaan lantai
2. Sumur gali : sekeliling sumur harus terbuat dari lantai rapat air selebar minimal
1,20 m dan dindingnya harus terbuat dari konstruksi yang aman, kuat dan
kedap air sampai ketinggian ke atas 0,75 m dan ke bawah minimal 3,00 m dari
permukaan lantai .
3. Air hujan : bagi daerah yang curah hujannya di atas 1300 mm/tahun dapat
dibuat bak penampung air hujan
4. Mata air : dilengkapi dengan bangunan penangkap air.
Gambar Penyediaan Air Bersih, MATERI 8 :
PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KEKERASAN SEKSUAL BERBASIS GENDER
PADA KRISIS KESEHATAN
Tetapi jika daerah tersebut sulit mendapatkan air bersih maka dapat
menggunakan unit Reverse Osmosis ( RO ).
Teknologi ini dipakai pada pesawat ruang angkasa, perlengkapan perang
negara-negara maju, penyediaan air pada bencana alam, dan lain-lain. Reverse
Osmosis mampu untuk menyingkirkan beragam kontaminan aestetik yang
menimbulkan rasa yang tidak sedap, warna, dan problem bau seperti rasa asin atau
rasa soda yang disebabkan oleh chlorides atau sulfat.

Gambar From Tap Water To Pure Water 2


Sumber : http://espwaterproducts.com/about-reverse-osmosis.htm#rodo di akses 25 September
2019
Air minum berkualitas seyogianyalah memenuhi persyaratan pokok :
jernih, sehat, dan tidak mengandung bahan kimia. Fungsi utama Unit Penjernih air
RO adalah guna memproses berbagai jenis air baku di atas yang digunakan
sebagai input, dalam rangka menghasilkan sebagai outputnya air berkualitas yang
memenuhi persyaratan pokok tersebut.

2.6 Penyediaan Tenaga Listrik


Listrik untuk penggerak pompa air dan penerangan harus diadakan
tersendiri bukan tergabung dengan sambungan milik pihak lain untuk
menghindarkan kerancuan perhitungan biayanya (tergantung kondisi dan
didiskusikan dengan warga). Listrik harus berasal dari sumber PLN dan dari
golongan tarif sosial agar tidak membebani pengguna yang rata rata kurang
mampu dengan biaya yang dianggap terlalu tinggi.
Tetapi akibat tidak adanya pasokan listrik akibat pemadaman maka dapat
menggunakan Genset kemudian disalurkan menggunakan kabel listrik. Dapat juga
menggunakan pembangkit tenaga surya jika korban harus mengungsi dalam
waktu yang cukup lama.

Gambar Diagram Alur Genset


Sumber : https://id.scribd.com/document/391394648/Denah-Camp-Pengungsian
diakses 25 September 2019.
REFERENSI
1. Base or camp manager, Job Aid, Feb 2004, National Wildfire Coordinating.
2. http://www.bluediversiontoilet.com/ diakses tanggal 25 September 2019
3. Steering Commitee for Humanitarian Response (SCHR). 2004. Sphere Project
Handbook, Humanitarian Charter and Minimum Standars in Disaster
Response. England.
4. Swedish International Development Cooperation Agency (SIDA). 2004.
Assistance to Internally Displaces Persons (IDPs) in Indonesia. Jakarta.
5. Republik Indonesia. 2008. Peraturan Kepala BNPB No. 7 Tahun 2008 tentang
Pedoman Tata Cara Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar.
Sekretariat Negara. BNPB.

Anda mungkin juga menyukai