Anda di halaman 1dari 4

Efek samping kontrasepsi oral

Posted on March 27, 2011 by admin

Penggunaan utama estrogen dan progestin ialah untuk kontrasepsi oral. Banyak jenis sediaan
di pasaran yang dikemas sedemikian rupa sehingga penggunaannya mudah. Umumnya sediaan
ini sangat efektif bila digunakan dengan tepat dan menurut aturan, dan kemungkinan konsepsi
sangat kecil. Kehamilan hanya terjadi pada 0,5-1% dengan sediaan kombinasi dan agak lebih
tinggi pada sediaan sekuensial.
Bila preparat ini digunakan tidak menurut aturan dan sate atau 2 kali terlupakan, kemungkinan
untuk hamil cukup besar. Hal ini terutama terjadi pada sediaan sekuensial dibandingkan dengan
sediaan kombinasi. Karena itu, bila ingin menghindari kehamilan, penggunaan sediaan
kombinasi adalah lebih baik dibandingkan sediaan sekuensial.

Pada penggunaan sediaan hormon umumnya dapat timbul efek samping fisiologis atau
farmakologis, padahal tujuannya hanya sebagai kontrasepsi, bukan karena defisiensi. Karena itu,
sebaiknya pilih sediaan yang mengandung jumlah hormon yang lebih sedikit. Sediaan dengan
jumlah estrogen lebih besar cenderung menyebabkan lebih banyak withdrawal bleeding, mual,
dan mastalgia. Sediaan yang mengandung derivat 19-nortestosteron cenderung mengurangi
jumlah perdarahan dan lebih banyak efek anabolik dan androgenik.

Efek Samping
Insiden efek samping pada penggunaan kontrasepsi oral dalah rendah. Perubahan tidak menetap
pada metabolisme intermediet dapat terjadi. Namun, efek dalam waktu lama, seperti peningkatan
trigliserid plasma atau penurunan tolerans glukosa belum dapat diramalkan. Efek samping yang
sering dijumpai ialah efek samping minor dan sering ringan, serta umumnya hanya bersifat
sementara. Meskipun tidak selalu perlu untuk menghentikan pengobatan, sepertiga dari semua
akseptor yang mengonsumsi pil KB tipe kombinasi atau sekuensial menghentikan
penggunaannya. Evaluasi keluhan yang bermakna, atau yang tidak bermakna sulit dilakukan.
Pada pemakaian kontrasepsi oral yang sama, dapat timbul bermacam efek samping pada pasien
yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa efek samping hanya disebabkan oleh hormon.
Namun, tidak pula berarti bahwa efek samping ini dapat diabaikan. Setiap kasus harus dinilai
secara tersendiri.

Efek Samping Ringan


Efek samping ringan dapat berupa:
1. Mual, mastalgia, break through bleeding dan edema yang berhubungan dengan jumlah
estrogen dalam sediaan. Efek samping ini biasanya lebih sering pada sediaan sekuensial karena
sediaan ini lebih banyak mengandung estrogen. Efek samping ini dapat dikurangi dengan cara
beralih ke sediaan yang mengandung estrogen lebih sedikit atau sediaan yang mengandung
progestasional dengan efek seperti androgen.

2. Perubahan pada protein serum dan efek lain pada endokrin (lihat atas) harus diperhatikan bila
mengevaluasi fungsi tiroid, adrenal, dan hipofisis. Peningkatan hematokrit diduga disebabkan
oleh meningkatnya kadar fibrinogen.
3. Perubahan psikologis biasanya bersifat sementara dan tidak bisa diramalkan untuk setiap
sediaan. Pada umumnya, pasien-pasien merasa tenang karena mereka terlepas dari kecemasan
akan kehamilan. Beberapa pasien merasakan gejala yang dirasakan pada masa pramenstrual,
yakni mudah terangsang (iritable) dan depresi sepanjang siklus.

4. Sakit kepala, biasanya ringan dan bersifat sementara. Migrain menjadi lebih buruk, dan pernah
dilaporkan adanya peningkatan cerebrovnscular accident (CVA). Bila hal ini terjadi atau bila
migrain terjadi selama masa terapi dengan pil KB, penggunaan pil KB harus dihentikan.

5. Libido meningkat atau menurun pada beberapa pasien, tetapi kebanyakan tidak berubah.
Perubahan yang sama juga dijumpai pada terapi dengan plasebo.

6. Withdrawal bleeding kadang-kadang tidak terjadi, sering pada preparat kombinasi, yang dapat
dikelirukan dengan kehamilan. Bila hal ini terjadi dan mengganggu pasien, dianjurkan untuk
mengganti sediaan sekuensial atau mengubah cara KB dengan metode lain.

Efek Samping yang Lebih Mengganggu


Efek samping berikut memerlukan penghentian penggunaan pil KB:
1. Break through bleeding lebih sering terjadi pada sediaan sekuensial. Perdarahan yang hebat
kadang-kadang dapat dikurangi dengan mengganti sediaan kombinasi, terutama yang
mengandung androgen mirip-progestin.

2. Bertambahnya berat badan, lebih sering terjadi pada sediaan kombinasi mengandung progestin
androgen. Hal ini dapat dikontrol dengan beralih ke sediaan sekuensial atau dengan diet.

3. Bertambahnya pigementasi kulit, lebih menonjol pada wanita yang berkulit gelap. Biasanya
cenderung meningkat bersamaan dengan waktu. Insidennya 5% pada akilir tahun pertama dan
sekitar 40% pada akhir tahun ke-8. Diduga diperhebat oleh adanya defisiensi vitamin B.
Pigmentasi biasanya tidak menetap dan hilang setelah penghentian pengobatan, tapi pada
beberapa kasus hilangnya pigmentasi sangat lambat.

4. Jerawat, dapat menjadi banyak akibat pemakaian sediaan yang mengandung androgen mirip-
progestin, sedangkan sediaan yang mengandung estrogen dalam jumlah besar sering
menimbulkan penyembuhan jerawat.

5. Hirsutisme, dapat diperhebat oleh derivat 19-nortestosteron. Oleh karena itu, sediaan ini
diganti dengan kombinasi yang mengandung non-androgenik progestin atau sediaan sekuensial.

6. Dilatasi ureter seperti pada masa kehamilan pernah dilaporkan, terapi tidak ada peningkatan
infeksi traktus urinarius.

7. Infeksi vagina lebih sering terjadi dan lebih sulit diobati pada wanita yang minum pil KB.

8. Amenore akibat penghentian terapi. Setelah penghentian pil KB, 95% pasien dengan
anamnesa menstruasi yang normal akan kembali mengalami menstruasi seperti semula, dan
hanya sedikit saja yang menstruasinya akan normal setelah periode beberapa bulan. Namun,
beberapa pasien tetap mengalami amenore untuk beberapa tahun. Kebanyakan pasien tersebut
mengalami galaktore. Pasien yang biasJnya mengalami menstruasi tidak teratur sebelum makan
pil KB, terutama lebih banyak mengalami amenore yang berkepanjangan setelah pil KB-nya
dihentikan.

Efek Samping yang Berat


Ikterus-Banyak kasus ikterus dilaporkan pada pasien yang minum pil KB. Dalam hal ini ada
pengaruh genetik. Ikterus yang disebabkan oleh pil KB, mirip dengan yang disebabkan oleh
steroid yang mengalami substitusi 17 alkil. Hal ini sering dijumpai pada 3 siklus pertama,
terutama pada wanita dengan anamnesa ikterus kolestatik dalam masa kehamilannya. Biopsi
hepar menunjukkan adanya sumba tan empedu sepanjang kanalikuli dan kadangkadang terdapat
nekrosis fokal.

Serum alkalin fosfatase dan SGPT meningkat. Retensi BSP, peningkatan Thymol turbidity
dijumpai pada beberapa pasien yang menunjukkan kerusa k- an struktur hati. Ikterus dan gatal-
gatal lenyap dalam 1-8 minggu setelah pil KB dihentikan.

Kelainan Vaskular
Kelainan yang paling serius yang dijumpai berhubungan dengan peng-gunaan pil KB ialah
tromboflebitis, emboli paru dan serebrovaskular trombosis. Insiden tromboemboli 5-10 kali lipat
pada ibu-ibu yang minum pil KB. Penyebab tromboflebitis ini belum diketahui. Ibu-ibu dengan
golongan darah 0 mempunyai kemungkinan untuk men-derita efek samping vaskular ini lebih
kecil dibandingkan ibu dengan golongan darah A, B, dan AB.

Depresi
Dalam derajat tertentu, depresi dapat terjadi pada 6% ibu dan mungkin memerlukan penghentian
penggunaan pil KB.

Peningkatan Tekanan Darah


Beberapa pasien menunjukkan peningkatan tekanan darah selama mendapat pil KB.

Selain efek-efek samping tersebut di atas, efek samping lain yang penyebabnya masih belum
jelas juga telah dilaporkan—dalam hal ini termasuk alopesia, eritema multiform, eritema
nodosum, dan kelainan kulit lainnya.

Kontraindikasi dan Perhatian


- Kontraindikasi kontrasepsi oral ialah tromboflebitis, fenomena tromboembolik, dan kelainan
serebrovaskular ataupun penderita dengan riwayat penyakit ini sebelumnya.
- Kontrasepsi oral sebaiknya tidak diberikan untuk terapi perdarahan per vaginam bila
penyebabnya tidak diketahui.
- Kontrasepsi oral jangan diberikan pada penderita yang diketahui men-derita tumor pada mamae
atatt neoplasma lain yang bergantung pada estrogen.
- Pasien dengan penyakit hepar, asma, migrain, diabetes, hipertensi, dan gangguan kejang jangan
diberi pil KB karena dapat menimbulkan serangan yang lebih hebat. Karena pil KB dapat
menyebabkan edema, obat ini sebaiknya jangan diberikan; atau diberikan dengan perhatian
khusus pada pasien dengan kelemahan jantung kongestif atau pada penderita dengan edema
sebagai keadaan yang berbahaya.
- Estrogen dapat meningkatkan pertumbuhan fibroid. Karena itu, wanita dengan tumor ini harus
diberikan estrogen dalam jumlah paling kecil atau dipilih progestin dengan efek androgenik
tinggi dan menghindarkan obat sekuensial.
- Pernah dilaporkan bahwa pil KB dapat memperburuk penyakit hepar, asma, eksem, migrain,
epilepsi, diabetes, hipertensi dan neuritis optik, atau neuritis retrobulbair yang sudah ada.

Sekarang pil KB merupakan kontraindikasi untuk remaja yang pertumbuhan epifisenya


(epiphyseal closure) belum lengkap. Dalam penelitian diketahui bahwa baik estrogen maupun
progestin tunggal efektif sebagai kontrasepsi. Klormadinon atau norgestrel diberi per oral dalam
dosis kecil. Medroksiprogesteron atau noretisteron enantat diberikan sebagai suntikan tiga bulan
sekali atau implantasi subkutan suatu silastic capsule yang mengandung megestrol asetat. Semua
obat tersebut dapat mencegah kehamilan. Suntikan pellet sering disertai perdarahan. Estrogen
dalam dosis besar diberi untuk beberapa hari segera setelah koitus (48 jam) pada masa ovulasi
dapat mencegah kehamilan. Namun, dosis besar ini tidak menyenangkan karena menyebabkan
mual dan muntah.

Pustaka
Kumpulan Kuliah Farmakologi Oleh Staf Pengajar Departemen Farmakologi FK UNSRI

http://obstetriginekologi.com/efek-samping-kontrasepsi-oral

Anda mungkin juga menyukai