Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI


EKSTERNA

Disusun oleh :
Nama : Fadhila Maulidyah H. (032100006)
Gea Fitri Pramudya W. (032100009)
Jonatan Manalu (032100011)
Raihan Albaitun Amri (032100021)
Ricko Rachmadillah S. (032100023)
Rika Revina (032100026)
Kelompok :3
Prodi/ Angkatan : Elektro Mekanika/2021
Tgl. Praktikum : 10 November 2023

Dosen Pengampu:.

PRODI ELEKTRO MEKANIKA


POLITEKNIK TEKNOLOGI NUKLIR INDONESIA
BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL
YOGYAKARTA
2023
I. Tujuan Praktikum
1. Menentukan daerah pengendalian dan supervise.
2. Menerapkan fungsi jarak dalam pengendalian radiasi eksterna.
3. Menerapkan fungsi waktu dalam pengendalian radiasi eksterna.
4. Menerapkan fungsi perisai radiasi dalam pengendalian radiasi eksterna.
5. Mampu memilih perisai radiasi yang paling efektif untuk sumber radiasi gamma.
6. Mempergunakan perlengkapan proteksi radiasi dengan benar.

II. Dasar Teori


Aktivitas sumber radiasi gamma diketahui pada saat awal, sehingga perlu
dihitung aktivitas sumber radiasi saat digunakan, dengan persamaan (1a atau 1b).
− λ. t
At = A0 e (1a)
atau

()
2
1 t
At = A0 n= (1b)
2 T 1/ 2
Keterangan :
At =¿Aktivitas saat digunakan (Ci atau Bq)
A0 =¿Aktivitas awal (Ci atau Bq)
 = Konstanta peluruhan ( = 0,693 / T½)
T½ = Umur paro nuklida (satuan waktu)
t = Selang waktu antara waktu awal dan penggunaan (satuan waktu)

Laju dosis di sekitar sumber radiasi tergantung pada geometri sumber tersebut.
Untuk sumber radiasi gamma yang bisa dianggap sebagai titik (jarak r ≥ 10 kali
dimensi sumber radiasi), hubungan antara laju dosis dengan jarak dapat dinyatakan
dengan persamaan (2).
h× A
Ḣ= 2
r
(2)

Ḣ = laju dosis ekivalen (μSv/jam)


h = konstanta laju dosis
A = aktivitas (MBq)
r = jarak (m)
Nilai faktor laju dosis untuk radionuklida Cs-137, Co-60 dan Ir-192 dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Nilai konstanta laju dosis dan energi untuk beberapa radionuklida.
Jenis Nuklida Energi (keV) Konstanta laju dosis
2
μSv ∙ m
jam ∙ MBq
Co-60 1173 , 1332 0,354
Cs-137 662 0,093
Ir-192 317, 468, 308 0,139

Apabila laju dosis ekuivalen pada posisi tertentu dari sumber radiasi sudah
diketahui, maka laju dosisḢ ekuivalen pada posisi lain dapat dihitung menggunakan
persamaan (3).

()
2
r1
Ḣ 2= Ḣ1
r2
Keterangan :
Ḣ 1= laju dosis ekuivalen pada posisi berjarak r1 dari sumber radiasi;
Ḣ 2 = laju dosis ekuivalen pada posisi berjarak r2 dari sumber radiasi.

Radiasi gamma merupakan salah satu jenis radiasi eksterna yang sangat
berbahaya karena mempunyai daya tembus yang sangat besar. Untuk mengurangi laju
dosis radiasi pada posisi tertentu dilakukan dengan menggunakan bahan perisai
radiasi. Jika sumber radiasi dengan aktivitas A pada jarak r diberi perisai radiasi
dengan tebal x, maka laju dosis ekuivalen adalah :

−μ ∙ x
Ḣ 2=Ḣ 1 e (4)

Keterangan :
Ḣ 1= Laju dosis ekuivalen tanpa penahan radiasi (μSv/jam)
Ḣ 2= laju dosis ekuivalen dengan penahan radiasi setebl x (μSv/jam)
µ = koefisien atenuasi linier (= 0,693/HVL)
x = tebal perisai (satuan panjang)
HVL = tebal paro perisai (satuan panjang)
Dosis ekuivalen yang diterima personal tergantung pada laju dosis dan
lamanya berada di daerah radiasi tersebut dan dapat dinyatakan dalam persamaan (5).
H=Ḣ t (5)
Keterangan :
 = Dosis (μSv)
t = waktu (jam)
Ḣ = Laju dosis ekuivalen (μSv/jam)

Dalam Peraturan Kepala BAPETEN No 4 Tahun 2013, ditetapkan NBD, untuk:


1. Pekerja radiasi: dosis efektif rata-rata untuk seluruh tubuh sebesar 20 mSv per
tahun dalam 5 tahun berturut-turut;
2. Anggota masyarakat: dosis efektif untuk seluruh tubuh sebesar 1 mSv per
tahun.

Dalam suatu fasilitas, salah satu cara untuk memastikan NBD dari paparan
radiasi eksterna tidak terlampaui dilakukan pembagian daerah kerja, yang dapat
ditentukan dengan batasan sebagai berikut:
1. Daerah Pengendalian berdasarkan pada potensi penerimaan paparan radiasi
melebihi 3/10 NBD pekerja radiasi. Tindakan Proteksi dan Keselamatan Radiasi
yang diperlukan untuk bekerja di Daerah Pengendalian dari paparan radiasi
eksterna meliputi:
a. menandai dan membatasi Daerah Pengendalian yang ditetapkan dengan tanda
fisik yang jelas atau tanda lainnya;
b. memasang atau menempatkan tanda peringatan atau petunjuk pada titik akses
dan lokasi lain yang dianggap perlu di dalam Daerah Pengendalian;
c. memastikan akses ke Daerah Pengendalian:
i. hanya untuk Pekerja Radiasi;
ii. pengunjung yang masuk ke Daerah Pengendalian didampingi oleh Petugas
Proteksi Radiasi;
d. menyediakan peralatan pemantauan dan peralatan protektif radiasi.
2. Daerah Supervisi mempertimbangkan potensi penerimaan paparan radiasi
individu lebih dari NBD anggota masyarakat dan kurang dari 3/10 NBD pekerja
radiasi. Tindakan Proteksi dan Keselamatan Radiasi yang diperlukan untuk
bekerja di Daerah Supervisi meliputi:
a. menandai dan membatasi Daerah Supervisi yang ditetapkan dengan tanda
yang jelas;
b. memasang tanda di titik akses masuk Daerah Supervisi.
Kaji ulang radiologik secara berkala dilakukan jika terdapat indikasi perlunya
perubahan terhadap batas Daerah Pengendalian atau batas Daerah Supervisi.

Dalam pemanfaatan sumber radiasi pemegang izin harus menetapkan pembatas


dosis untuk pekerja radiasi berdasarkan evaluasi dosis tahun sebelumnya dan
untuk anggota masyarakat ditetapkan oleh BAPETEN sebesar 0,3 mSv per tahun
III. Alat dan Bahan
1. Monitor perorangan : TLD badge dan dosimeter saku
2. Sumber radiasi gamma Cs-137 dan Co-60
3. Surveimeter gamma
4. Perisai radiasi : timbal (Pb), kayu, bata putih (habel), dan bata merah
5. Tanda radiasi, tali kuning, penyangga
6. Pengatur waktu
7. Meteran
8. Kontainer

IV. Langkah Kerja


A. Penetuan Daerah Pengendalian dan Supervisi
Pembagian daerah kerja dilakukan untuk beberapa kondisi pemanfaatan sumber
radiasi gamma.
Identifikasi: peralatan yang digunakan untuk menandai daerah pengendalian dan
daerah supervisi.
Hitung aktivitas sumber pada tanggal saat digunakan.
- Kondisi 1: Area luas dan fasilitas belum menentukan nilai pembatas dosis
untuk pekerja radiasi
a. Beban kerja maksimum personel ditentukan.
b. Lju dosis pada batas luar daerah pengendalian diukur berdasarkan 3/10
NBD pekerja radiasi.
c. Jarak pada posisi tersebut dihitung.
d. Laju dosis pada batas luar daerah supervise dihitung berdasarkan NBD
masyarakat.
e. Jarak pada posisi tersebut dihitung.
- Kondisi 2: Area terbatas dan fasilitas belum menentukan nilai pembatas dosis,
sehingga pembagian daerah kerja mengacu NBD, masyarakat ada di sekitar
lokasi.
a. Jarak maksimum ditentukan sebagai batas luar daerah supervise.
b. Laju dosis pada posisi tersebut dihitung.
c. Jumlah jam pengoperasian peralatan maksimum dihitung berdasarkan
NBD masyarakat.
d. Laju dosis pada batas luar daerah pengendalian dihitung mengacu pada
3/10 NBD.
e. Jarak pada posisi tersebut dihitung.
Pelaksanaan
1. Tali kuning dan tanda radiasi dipasang di delapan titik sekeliling sumber
radiasi pada jarak sesuai batas laju dosis daerah pengendalian dan
supervisi pada kondisi 1.
2. Sumber radiasi dikeluarkan pada lokasi yang telah ditentukan.
3. Laju dosis pada posisi tanda radiasi dan tali kuning diukur. Jika laju dosis
tidak sesuai dengan nilai perhitungan, posisi tanda radiasi dan tali kuning
digeser pada laju dosis yang sesuai dengan hasil pengukuran.
4. Sumber radiasi dimasukkan ke dalam kontainer dan ukur laju dosis pada
permukaan kontainer untuk memastikan sumber radiasi sudah masuk ke
dalam kontainer.
5. Jarak tali kuning dan tanda radiasi diukur berdasarkan hasil pengukuran
dengan surveimeter.
6. Langkah 1 s.d. 6 diulangi untuk kondisi 2.
Tugas:
a. Buat kurva iso laju dosis untuk kondisi 1 dan kondisi 2.
b. Apakah ada perbedaan jarak antara perhitungan dengan pengukuran? Jika
ada sebutkan faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut.
c. Periksa kesesuaian penerapan persyaratan untuk daerah pengendalian dan
supervisi.
B. Pengaruh Jarak terhadap Laju Dosis dan Pengaruh Waktu terhadap Dosis
1. Tiga buah dosimeter diletakkan pada jarak 50 cm, 75 cm, dan 100 cm dari
sumber radiasi.
2. Surveimeter diletakkan pada jarak 50 cm dari sumber radiasi.
3. Pengatur waktu disiapkan untuk mengukur selang waktu pengukuran dosis
4. Sumber radiasi dikeluarkan pada posisi yang telah ditentukan dan pada saat
yang sama pengatur waktu dihidupkan.
5. Laju dosis radiasi dicatat pada jarak 50 cm dari sumber radiasi.
6. Surveimeter diletakkan pada jarak 75 cm dan 100 cm dari sumber radiasi.
7. Laju dosis radiasi dicatat pada jarak 75 cm dan 100 cm dari sumber radiasi.
8. Dosis radiasi yang diterima ketiga dosimeter saku dicatat pada selang waktu 5
menit dan 10 menit.
9. Sumber radiasi ke dalam kontainer dan ukur laju dosis dimasukkan pada
permukaan kontainer untuk memastikan bahwa sumber telah masuk ke dalam
konteiner
Tugas:
Buat grafik :

- hubungan antara jarak dengan laju dosis.

- hubungan antara waktu dengan dosis.

C. Pengaruh Penahan Radiasi terhadap Laju Dosis


1. Bahan perisai radiasi disiapkan: bata merah, bata putih, kayu, dan Pb.
2. Sumber radiasi Cs-137 dikeluarkan pada posisi yang sudah ditentukan.
3. Surveimeter pada jarak atau laju dosis tertentu diletakkan dari sumber radiasi
dan nilai laju dosis dicatat sebagai intensitas mula-mula.
4. Satu lempeng bahan perisai diletakkan pada posisi di antara sumber dan
surveimeter.
5. Laju dosis radiasi dibaca setelah melewati lempeng bahan perisai dan hasilnya
dicatat.
6. Lempeng bahan perisai ditambahkan menjadi dua ketebalan dan laju dosis
diukur setelah melewati bahan perisai tersebut serta hasilnya dicatat.
7. Pengukuran laju dosis dilakukan untuk ketebalan berikutnya, sampai diperoleh
minimal nilai laju dosis menjadi setengah laju dosis mula-mula.
8. Ulangi langkah 4 s.d. 6 untuk jenis bahan perisai radiasi yang lain.
9. Sumber radiasi diganti dengan yang memiliki energi lebih tinggi, seperti Co-
60 dan ulangi langkah 2 sampai dengan 8.
10. Sumber radiasi dimasukkan ke dalam kontainer dan ukur laju dosis pada
permukaan kontainer untuk memastikan sumber radiasi sudah masuk ke dalam
kontainer.

Tugas:
- Tentukan nilai HVL bahan perisai radiasi.
- Urutkan jenis bahan perisai radiasi berdasarkan efektifitasnya.
- Sebutkan faktor yang mempengaruhi nilai HVL suatu bahan perisai radiasi.

V. Data dan Analisis


A. Penentuan Daerah Pengendalian dan Supervisi
1. Aktivitas awal
Sumber : Cs – 137
A0 : 20 mCi
t0 : 29,75 Tahun
T1/2 : 30 Tahun
r : 0,0927 μSv/jam. m2/MBq

Aktivitas saat ini

Tanggal Sekarang : 10 November 2023

t : 30.75 Tahun

At : 364,12 MBq
2. Kondisi 1 : Area luas dan fasilitas belum menentukan nilai pembatas dosis untuk
pekerja radiasi

Sumber radiasi: Cs – 137


Perhitungan:
Laju dosis

6000
=
2000
= 3 mSv/jam (Daerah Pengendali)

1000
=
2000
= 0,5 mSv/jam (Daerah Supervisi)
Jarak

=
√ 0,0927 x 364 , 12
3
= 3,35 m (Daerah Pengendali)

=
√ 0,0927 x 364 , 12
0 ,5
= 8,22 m (Daerah Supervisi)

Penentuan Perhitungan Pengukuran


Beban Kerja maksimum
Laju dosis batas daerah
pengendalian
Jarak batas daerah
pengendalian
Penentuan Perhitungan Pengukuran
Laju dosis batas daerah
supervisi
Jarak batas daerah supervisi

Kondisi 2 : Area terbatas dan fasilitas belum menentukan nilai pembatas dosis,
sehingga pembagian daerah kerja mengacu NBD, masyarakat ada di sekitar lokasi
(ruang tertutup)

Sumber radiasi: Cs-137


Perhitungan:
laju dosis . Aktivitas
Ḣ=
faktor gamma

0,0927 ∙364 ,12


¿ 2
=3 , 75 mSv / jam
3

Waktu penyinaran

1000 mSv/tahun
=
3 ,75 mSv / jam

= 260 jam/tahun

Laju Dosis

H ˙6000 mSv
Ḣ p= =
t 260 jam/tahun

¿ 23 mSv /tahun (Daerah Pengendalian)

Jarak

¿
√ 0,927 ∙ 364 ,12
27
=1 , 2m
Penentuan Perhitungan Pengukuran
Jarak batas daerah supervisi
Laju dosis batas daerah
supervisi
Beban pengoperasian
maksimum
Laju dosis batas dearah
pengendalian
Jarak batas daerah
pengendalian

B. Pengaruh Jarak Terhadap Laju Dosis dan Pengaruh Waktu Terhadap Dosis

Laju dosis Dosis (μSv)


Jarak (μSv/jam) t = 5 Menit t = 10 Menit
(cm)
Pengukuran Perhitungan Pengukuran Perhitungan

50 70 mSv/jam 8,40 5,83 mSv 21,82 1,81 mSv


75 38 mSv/jam 3,60 3,16 mSv 10,82 0,90 mSv
100 21,8 mSv/jam 2,40 1,81 mSv 6 0,5 mSv

H=Ḣ ∙ t
Perhitungan:
t = 5 menit
5
H=70 mSv / jam ∙ =5 ,83 mSv
60

5
H=38 mSv/ jam ∙ =3 ,16 mSv
60

5
H=21, 8 mSv / jam ∙ =1 , 81 mSv
60
t = 10 menit
10
H=131 mSv / jam ∙ =21 , 82 mSv
60
C. PENGARUH PERISAI RADIASI TERHADAP LAJU DOSIS
Sumber radiasi : Co-60
Energi : 1173 keV dan 1332 keV

Bahan : Bata Merah


Tebal : 4 cm

Tebal (cm) Laju Dosis (mSv/jam) HVL (cm)


0 100
4 72
8
8 50
12 35

Bahan : Bata Putih


Tebal : 6 cm

Tebal (cm) Laju Dosis (mSv/jam) HVL (cm)


0 100
6 80
18
12 60
18 50

Bahan : Kayu
Tebal : 6 cm

Tebal (cm) Laju Dosis ( mSv/jam) HVL (cm)


0 100
6 87
12 70
30
18 60
24 55,2
30 50

Bahan : Timbal (Pb)


Tebal : 0,2 cm

Tebal (cm) Laju Dosis ( mSv/jam) HVL (cm)


0 100
0,2 90
0,4 75
0,6 70 1.2
0,8 62
1 55
1,2 50
Sumber radiasi : Cs -137
Energi : 662 keV
Bahan : Bata Merah
Tebal : 4 cm

Tebal (cm) Laju Dosis ( mSv/jam) HVL (cm)


0 100
4 65
8
8 38
12 23

Bahan : Kayu
Tebal : 6 cm

Tebal (cm) Laju Dosis ( mSv/jam) HVL (cm)


0 100
6 80
18
12 65
18 50

Bahan : Bata Putih


Tebal : 6 cm

Tebal (cm) Laju Dosis ( mSv/jam) HVL (cm)


0 100
6 72
18
12 52
18 40
Bahan : Timbal
Tebal : 0,2 cm

Tebal (cm) Laju Dosis ( mSv/jam) HVL (cm)


0 100
0,2 75
0,6
0,4 63
0,6 50

Urutan jenis bahan perisai radiasi berdasarkan efektivitasnya:


a. Sumber radiasi Co-60 (Terendah ke Tertinggi)
Kayu Bata Putih Bata Merah Timbal

b. Sumber radiasi Cs-137 (Terendah ke Tertinggi)


Kayu Bata Putih Bata Merah Timbal

Faktor yang mempengaruhi nilai HVL suatu bahan perisai radiasi:


2. Kerapatan material
3. Nomor atom
4. Energi dari sumber radiasi

Anda mungkin juga menyukai