Anda di halaman 1dari 10

Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 25-34

KONTROVERSI SERTIFIKASI TANAH “KONFLIK TANAH JENGGAWAH”


TAHUN 1999-2001
(STUDI KASUS KONFLIK TANAH DI KECAMATAN JENGGAWAH
KABUPATEN JEMBER)
THE CONTROVERCY OF THE MUNIMENTS “LAND AFFAIRS OF JENGGAWAH “ YEAR 1999-2001
A CASE STUDY OF LAND AFFAIRS IN JENGGAWAH DISTRICT JEMBER REGENCY

Mohamad Il Badri, Edi Burhan Arifin, Hendro Sumartono


Program Studi Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra, Universitas Jember
Jl. Blitung Raya 24, Jember 68121
Email : Dieng48@yahoo.com

ABSTRAK
Fenomena yang menonjol pada masyarakat petani di pedesaan adalah masalah yang selalu berkaitan
dengan tanah. Di Kabupaten Jember terjadi konflik agraria yang melibatkan petani dan negara, salah
satunya konflik tanah Jenggawah. Tanah perkebunan Ajunggayasan Jenggawah yang terletak di
Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur. Pemberian surat tanda bukti hak milik atau sertifikat yang
selama ini diperjuangkan oleh petani Jeggawah merupakan ukuran berhasilnya perjuangan yang
dilakukan bertahun-tahun. Namun dalam perjalanannya terjadi banyak kontroversi ditengah-tengah
masyarakat ketika dikeluarkannya sertifikat. Masyarakat Jenggawah yang telah menerima sertifikat
mengganggap bahwa pemerintah masih setengah hati memberikan tanah yang mereka perjuangkan
selama ini.
Kata kunci: Kontroversi pemberian sertifikat hak milik.

ABSTRACT
A main phenomenon of agricultural society in a rural area is a problem related to land. There is
agrarian affairs in Jember district which involve farmers and government, one of them is agrarian
affair in Jenggawah, Ajunggayasan plantation land which is located in Jember district, east Java. The
issuig of the muniments they have struggled is a measurment of the succes of struggle they have done
for years. However in the way, A lot of controversies happened when the certificates issued. Jenggawah
inhabitants who have received the muniments think that government is not wishfully give the land they
have struggled.

Keywords: The controversies, of issuing the muniments.

1. Pendahuluan
Dinamika masyarakat yang terjadi agraria adalah politik agraria yang di anut
dipedesaan yang terpolarisasi dalam strata yang pemerintah yang berkuasa (Setiawan, 2010: 355-
timpang, dan perubahan status sosial dan 356).
pekerjaan. Konflik agraria pada umumnya terjadi Di Kabupaten Jember terjadi konflik agraria
dari proses “negarasiasi” tanah yang sudah lama yang melibatkan petani dan negara, salah satunya
dikuasai dan di duduki rakyat baik sebagai tempat konflik tanah Jenggawah. Tanah perkebunan
tinggal maupun lahan pertanian. Atas nama hak Ajunggayasan Jenggawah yang terletak di
menguasai dari negara kemudian pemerintah Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur adalah
melakukan klaim atau pemanfaatan baru bagi tanah perkebunan bekas hak Erfpach, tercatat atas
badan-badan usaha seperi PTP. Akar dari konflik nama Landbouw Maatschappij Oud Djember
(LMOD) dan berdasarkan Undang-Undang nomor

Fakultas Sastra Universitas Jember 25


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 25-34

86 tahun 1958 tanah tersebut terkena Nasionalisasi kurang lebih 15 km dari pusat kota. Secara
sehingga menjadi tanah negara yang penguasaanya geografis wilayah tersebut mayoritas penduduknya
dipegang oleh PT. Perkebunan XXVII Jember. adalah beretnis Madura. Secara spesifik sengketa
Konflik agraria yang melibatkan ratusan petani agraria ini terjadi di 4 kecamatan, 9 desa, Adapun
terjadi di Jenggawah pada tahun 1979, dan nama-nama daerah yang berkonflik tersebut
merupakan masalah nasional dengan ciri meliputi : Kecamatan Rambipuji Desa
kekerasan massa yang menyertainya. Kekerasan Kaliwining, Kecamatan Jenggawah Desa
pada tanggal 2 Juni 1979, ditandai dengan adanya Cangkring Baru, Kecamatan Ajung Desa
pengroyokan petani terhadap karyawan PTP yang Pancakarya dan Sukamakmur. Kecamatan
berusaha mentraktor tanah garapan milik seorang Mumbul Sari Desa Lengkong, dengan luas tanah
petani penggarap di Desa Cangkring Baru. yang disengketakan sekitar 3.250 ha dan
peristiwa serupa juga terjadi Di Desa Klompangan melibatkan 5.537 orang. Kata Jenggawah menjadi
pada tanggal 4 Juni 1979. Dengan adanya pertanda bagi salah satu konflik agraria di
peristiwa tersebut Kecamatan Jenggawah mulai Kabupaten Jember. Hal ini dikarenakan, manakala
terusik, Sebagian warga lebih memilih berdiam kita menyebut konflik agraria yang bernama
diri di rumah karena takut kekerasan itu kembali Jenggawah Pemicu awal persoalannya adalah
terjadi (Arifin, 1989:6). adanya disharmonisasi hubungan antara pihak
Ada beberapa sebab yang melahirkan pengelola Perkebunan (PTP XXVII) dan petani
ketegangan di antara keduanya. Salah satu rakyat penggarap.
penyebab utamanya, pengelola perkebunan dalam Seiring dengan berjalannya waktu dan
hal ini PTP XXVII berkepentingan untuk proses yang cukup panjang selama HGU
peningkatan produksi tembakau. Namun di sisi berlangsung kurang lebih 25 tahun, isu konflik
lain sangat merugikan tanah rakyat yang digarap antara petani dan PTP XXVII kembali terjadi pada
turun temurun. Selain itu, terjadi penyempitan tahun 1994-1995, pada tahun inilah konflik
lahan yang menyebabkan pendapatan panen petani kembali pecah dan menjadi isu baik di Jember
rakyat berkurang untuk memenuhi kebutuhan maupun nasional. Konflik ini melibatkan beberapa
subsistennya. PTP XXVII mengadakan her- Desa di Kecamatan Jenggawah antara lain Desa
kaveling dan her-registrasi lahan, hal tersebut Ajung, Cangkring, Jenggawah, Kaliwining,
mendapat dukungan dari pemerintah daerah Pancakarya, Mangaran, Sukamakmur, dan
Kabupaten Jember, pada tanggal 15 Juli 1978. Lengkong. Kemarahan petani lahir kembali karena
Rakyat sama sekali tidak diajak berunding dan tanah mereka yang semula dikelola PTP yang
bermusyawarah (Hafid, 2001, 41). menggunakan hak guna usaha (HGU) akan
Padahal petani menganggap tanah tersbut diperpanjang oleh pihak PTP. Tulisan ini akan
adalah tanah hak milik yang telah digarap secara melihat sisi-sisi konflik tanah Jenggawah yang
turun-temurun hasil kerja keras para orang tua memfokuskan pada kontroversi pemberian
mereka membabat hutan belantara sejak jaman sertifikat tanah. Berdasarkan latar belakang di atas
penjajahan Belanda. Mereka tidak setuju dengan penulis tertarik melakukan penelitian skripsi
adanya her-kavelig dengan alasan, karena dengan judul Kontroversi Sertifikasi tanah
pelaksanaannya banyak terdapat penyelewengan, “Konflik Tanah Jeggawah ” Tahun 1999-2001
ketidakadilan serta penyempitan lahan produksi ( Studi Kasus Konflik Tanah di Kecamatan
yang dilakukan PTP XXVII. Akibatnya Jenggawah Kabupaten Jember). Meskipun areal
ketegangan di antara keduanya terus berkembang konflik ini berada dibeberapa Kecamatan, namun
di tahun-tahun berikutnya, sehingga dapat konflik ini lebih dikenal sebagai kasus tanah
dikatakan menjadi potensi konflik horisontal yang Jenggawah. Mengapa dikenal demikian? Hal ini
laten. Konflik ini merupakan konflik nasional dikarenakan pada permulaannya persengketaan ini
yang mempunyai dampak yang sangat besar dan terjadi dan berkembang menjadi persengketaan
mengundang perhatian banyak pihak (wawancara terbuka yang melibatkan tindak kekerasan fisik
dengan H. Imam Mashuri, 2011). maupun protes yang lebih terfokus di Kecamatan
Kecamatan Jenggawah merupakan daerah Jenggawah Kabupaten Jember (Hafid, 2001: 3).
yang berada di wilayah selatan kota Jember,

Fakultas Sastra Universitas Jember 26


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 25-34

2. Rumusan Masalah penulis menggunakan sejarah lisan, penggunaan


Rumusan masalah yang dibahas di artikel ini sumber lisan sangat penting untuk memperoleh
adalah: data yang otentik, sumber lisan dapat
1. Apakah sertifikat tanah Jenggawah itu mendekatkan para sejarawan dengan masyarakat,
merupakan pertanda bagi berakhirnya sejarah lisan juga membuka kemugkinan
konflik ? pengembangan penelitian mengenai konflik.
2. Kontroversi-kontriversi keluarnya sertifikat? Penelitian lisan sebagai salah satu metode dalam
3. Apakah dengan sertifikat tanah bagi merumuskan kumpulan bahan-bahan melalui
masyarakat Jenggawah benar-benar metode wawancara, untuk memperoleh data
mendapatkan hak atas tanahnya? secara langsung dari informan (Morrison,
2000:3).
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk:
1. Untuk mengetahui bentuk perjuangan 5. Hasil dan Pembahasan
masyarakat Jenggawah dalam Pemberian surat tanda bukti hak milik atau
memperjuangkan sertifikat tanah. sertifikat yang selama ini diperjuangkan oleh
2. Untuk mengetahui letak kontroversi sertifikat. petani Jeggawah merupakan ukuran berhasilnya
3. Mendiskripsikan dampak yang ditimbulkan perjuangan yang dilakukan bertahun-tahun.
akibat adanya kontroversi sertifikat tanah Legalisasi adalah jembatan penghubung antara
tersebut. penguasaan tanah secara langsung (de Facto)
menuju pegesahaan secara (de jure), serta
4. Metode Penelitian menjamin keadilan agraria ditingkat pedesaan.
Metode penulisan yang dipakai oleh Menteri Negara Agraria atau kepala Badan
penulis milik Louis Gottschalk yaitu Pertanahan Nasional (Basri Durin) memutuskan
menggunakan kemampuan mengadaptasikan dan menetapkan usulan tersebut dengan mencabut
proses tersebut agar tercipta penulisan yang pendaftaran Hak Guna Usaha (HGU) atas tanah
obyektif perkebunan Ajunggayasan Jenggawah, terletak di
1. Heuristik adalah tahap awal dari proses Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur.
penulisan sejarah atau proses dalam meletakkan Menyatakan sertifikatnya tidak berlaku lagi
pencarian sumber sejarah yang sesuai dengan sebagai tanda bukti hak yang sah, serta tanahnya
topik yang akan dibahas dan kemudian dikuasai langsung oleh negara.
mengumpulkannya baik dalam, bahan tercetak, Untuk menunjang pemberian hak milik,
tertulis dan lisan yang relevan. Kepala Kantor Badan Pertanahan Kabupaten
2. Kritik terhadap data atau sumber kritik ini di Jember juga mengirimkan surat kepada F.X
bagi menjadi dua yaitu kritik ektern dan Suekarno Direktur Pengadaan Tanah Instansi
intern.kritik ektern digunakan untuk Pemerintahan Badan Pertanahan Nasional (BPN)
mengkritisi data atau sumber sejarah yang telah Jakarta dengan Nomer 500.135.34-1308, tanggal
ditemukan dalam bentuk fisik sedangkan kritik 17 Juni 1998 agar proses pendaftaran tanah dapat
intern digunakan dalam bentuk untuk segera dilakukan. Petani dihimbau memberikan
mengkritisi data atau sumber sejarah dilihat data persyaratan sementara masing-masing kepala
dari isi atau substansi data atau sumber sejarah. keluarga beserta luas tanah yang akan diajukan
3. Interpretasi merupakan proses analisis dari data sebagai hak milik. Selain membahas tentang
atau sumber sejarah yang telah didapat, proses pemberian hak milik, surat ini juga membahas
ini dapat disebut dengan proses penafsiran data kelangsungan penanaman tembakau kedepan agar
atau sumber sejarah. produksi tanaman perkebunan meningkat serta
4. Historiografi merupakan penyusunan sumber menjaga kualitas tanaman tembakau dengan pola
yang di anggap otentik dan telah melalui tiga kerjasama kemitraan (SK Menteri Negara Agraria
tahap di atas (Gotscalk dan Louis dalam atau Kepala Badan Pertanahan Nasional, nomor
Susanto, 1986:32) 33-VIII-1999).
Untuk mempertajam metode penelitian Pola kerjasama kemitraan adalah suatu

Fakultas Sastra Universitas Jember 27


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 25-34

hubungan kerjasama terpadu antar pihak dalam dengan konflik “menang kalah”, dimana salah satu
suatu hubungan kerja sama yang saling pihak telah mencapai apa yang diinginkannya
menguntungkan, saling menghormati masing- yaitu pemberian hak milik kepada petani
masing pihak dan saling membutuhkan. Forum penggarap, dilain sisi oknum-oknum yang menjadi
musyawarah kemitraan merupakan wadah atau karyawan PTPN X merasa dikalahkan dan
proses musyawarah antara pihak pertama dengan dirugikan karena lahan yang dikelola selama ini
pihak kedua yaitu PTPN X dengan petani akan diberikan hak milik kepada petani penggarap
penggarap (Arsip petani, Perjanjian kerjasama (Winardi, 1994:1).
berdasarkan pola kemitraan antara PTPN X Pada awal perjuangan hak milik atau proses
(persero) berkedudukan di Surabaya dengan Inventarisasi tahun 1999 tercatat beberapa
penerima hak milik atas tanah perkebunan tindakan kekerasan dan pengrusakan yang terjadi.
Ajunggayasan Jenggawah Kabupaten Jember, 1 Minggu pertama bulan januari tahun 1999
Oktober 1998). sejumlah orang-orang PTPN X mengancam akan
Peluang mencapai tujuan perjuangan membakar rumah tokoh petani Jenggawah H.
ahirnya menjadi kenyataan, hal ini ditandai Imam Mashuri di Desa Cangkring. Ancaman
dengan turunya surat pelepasan serta pembatalan tersebut seolah-olah mengingatkan kepada
hak guna usaha (HGU) dan dilakukannya proses peristiwa tahun 1979. Ancaman demi ancaman
sertifikasi hak milik kepada petani penggarap. terus datang tiada henti. Pada hari rabu 13 Januari
Dalam proses pengesahan hak milik atau tahun 1999 sekelompok karyawan PTPN X yang
sertifikasi tidak semata-mata berjalan dengan dimotori oleh Abdul Bari (Asisten Sinder atau
lancar sesuai yang diharapkan para petani pengawas) mengumpulkan beberapa tanda tangan
penggarap. Perlakuan intimidasi dan tindakan yang kemudian hasil tanda tangan tersebut dikirim
kekerasan bahkan pengrusakan kembali dilakukan kepada M. Rofik Azmy Camat Jenggawah. Isi
oleh orang-orang yang kurang setuju dengan surat tersebut menuntut agar perjuangan petani
tuntutan petani penggarap. Hambatan dalam Jenggawah dalam memperjuangkan sertifikat
proses penuntasan sertifikat hak milik terhadap dihentikan karena dinggap mengganggu situasi
petani masih selalu terjadi meskipun kesepakatan dan stabilitas masyarakat sekitar. Surat itu
antara ke dua belah pihak sudah disepakati ditanggapi M. Rofik Azmy Camat Jenggawah,
bersama. Hambatan ini muncul dari oknum- dengan memanggil perwakilan petani untuk
oknum yang tidak bertanggung jawab, terutama mengklarifikasi surat asisten Sinder tersebut.
dari para karyawan PTPN X dan kelompok pro Dalam proses klarifikasi Wakil petani Jenggawah
PTP. Para kelompok pendukung PTP merupakan membantah bahwa dalam perjuangan sertifikat
suatu kelas sosial seperti buruh tani, Mandor, dan hak milik situasi masyarakat masih tetap stabil,
Centang. Buruh tani ini adalah buruh yang bekerja proses inventarisasipun berjalan dengan lancar
diperkebunan dan sangat mempunyai tanpa mengganggu hak-hak orang lain dan tidak
ketergantungan pada PTP karena sebagai tenaga ada suatu permasalahan. Wakil Petani
harian. Oleh sebab itu mereka selalu menjadi menganggap sebaliknya, bahwa yang mengganggu
musuh tandingan bagi para pejuang kasus tanah situasi dan stabilitas masyarakat sekitar adalah
Jenggawah (Nurhasim, 1997:90). kelompok-kelompok PTPN yang tidak rela
Dua kelompok yang saling bertentangan tanahnya yang semula dikelola PTPN diberikan
antara karyawan PTPN X dengan petani kepada petani penggarap. Rencana pengrusakan
penggarap Jenggawah, jika dilihat dari menejemen infrastruktur jalan terjadi pula pada keesokan
konflik pertentangan antara dua kelompok ini harinya Pukul 10.00 WIB sekelompok orang
disebabkan adanya pertentangan pendapat, PTPN X dengan menggunakan satu unit mobil
perebutan sumber daya alam antara kelompok Pik-up bermaksud merusak sarana jalan yang
yang satu dengan kelompok yang lain. menghubungkan Desa Cangkring dengan
Diberikannya hak milik kepada petani Jenggawah Jenggawah, namun tindakan ini gagal karena telah
merupakan suatu berhasilnya perjuangan yang dihadang massa yang mengetahui akan ada
dilakukan oleh petani Jenggawah, dapat dikatakan tindakan pengrusakan infrastruktur oleh orang-
pula bahwa konflik kedua kelompok ini, disebut orang PTPN, peristiwa ini terjadi pada hari Kamis

Fakultas Sastra Universitas Jember 28


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 25-34

14 Januari tahun 1999 (Hafid, 2001:140-141). tersebut. Kekerasan yang dilakukan ditanggapi
Selain dalam bentuk pengrusakan, tindakan dengan lapang dada dengan tidak membalas
provokasi juga dilakukan terhadap petani dengan kekerasan pula. Proses sertifikasi tanah
Jenggawah yang terlibat dalam konflik kasus terus berjalan dengan dukungan penuh dari pihak
tanah Jenggawah, kali ini dilakukan oleh Zainal Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten
Komandan Pos 527 yang bertugas di Jenggawah. Jember, mulai dari proses pengukuran,
Zainal mencoba memprovokasi warga Jenggawah inventarisasi, sampai diterbitkannya SKPT (Surat
dengan menginformasikan kepada sebagian wakil Keterangan Pendaftaran Tanah).
petani bahwa akan ada penyerangan menggunakan Dalam proses persiapan pelaksanaan
20 unit sepeda motor ke rumah wakil petani inventarisasi Badan Pertanahan Nasional (BPN)
Jenggawah. Namun isu tersebut hanyalah isu Kabupaten Jember, mengirimkan surat
belaka dengan tujuan menakut-nakuti masyarakat pemberitahuan yang ditujukan kepada Kepala
dan menghambat proses inventarisasi yang telah Desa Kaliwinig Kecamatan Rambipuji, Kepala
dilaksanakan di Desa Cangkring dan sebagian Desa Ajung, Pancakarya dan Sukamakmur
desa lain, peristiwa ini terjadi pada hari minggu Kecamatan Ajung, Kepala Desa Jenggawah dan
malam tanggal 23 Januari 1999. Desa Cangkring Kecamatan Jenggawah, Kepala
Sebulan kemudian pada tanggal 24 Pebruari Desa Lengkong Kecamatan Mumbulsari. Surat
1999. Pengrusakan Surau milik H. Imam Mashuri tersebut berisi tentang perihal pelaksanaan
tiba-tiba dilempari batu oleh sekelompok orang- inventarisasi dan pengukuran tanah Hak Guna
orang PTPN X yang dikomandoi oleh Hasan dan Usaha (HGU) PTPN X Kebun Ajunggayasan
Kartono. Surau yang terletak didepan rumah Jenggawah yang akan diberikan hak milik kepada
tersebut mengalami kerusakan. H. Imam Masyuri petani penggarap atau penghuni. Isi surat tersebut
Menganggap tindakan tersebut telah sering menindak lanjuti penyuluhan persiapan
dilakukan semenjak perjuangan tanah Jenggawah. pelaksanaan inventarisasi dan pengukuran tanah
Peristiwa tersebut ditanggapi secara dingin tanpa serta meminta bantuan kepada tim inventarisasi
melakukan aksi pembalasan, H. Imam Masyuri dan semua pihak yang terlibat untuk segera
hanya berharap agar tindakan tersebut tidak mengkoordinir biaya inventarisasi dan
diulangi kembali (Wawancara dengan H. Imam pengukuran, serta menyetor ke Kantor Pertanahan
Masyuri, Cangkring 7, 2013). Kabupaten Jember beserta gambar sket dan daftar
Meskipun kesepakatan sudah tercapai nama para petani penggarap atau penghuni tanah
namun masih banyak hambatan dalam proses yang bersangkutan (Arsip Surat Badan Pertanahan
penuntasan sertifikat hak milik. Orang-orang Nasional Kantor Pertanahan Kabupaten Jember
PTPN X rupanya masih belum rela melepaskan Nomor 410.353.4-1163. Tanggal 6,3,1999.).
tanah untuk dijadikan hak milik kepada petani Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II
penggarap. Karyawan PTPN X yang terlibat dalam Jember No 10 tahun 1999 tentang biaya
tindakan pengrusakan diatas, merupakan bentuk pelaksanaan inventarisasi subyek dan obyek atas
perlawaan meluapkan sakit hati yang mendalam tanah (HGU) kebun Ajunggayasan Jenggawah
terhadap petani penggarap yang akan diberikan PTPN X Jember yang kan diberikan hak milik
hak milik. Konflik yang terjadi diatas antara kepada para petani penggarap. Di pandang perlu
karyawan PTPN X yang sangat mempunyai menetapkan biaya pelaksanaan inventarisasi
ketergantungan kepada perusahaan dengan petani subyek dan obyek atas tanah HGU tersebut.
penggarap kasus tanah Jenggawah, merupakan Inventarisasi dan pengukuran tanah mulai
dualisme kelompok kepentingan yang saling dilakukan pada bulan April 1999 diawali dari
bertentangan. Dahrendorf mengatakan jika Desa Cangkring Baru Kecamatan Jenggawah.
kelompok konflik itu muncul disertai dengan Inventarisasi dan pengukuran di Desa Cangkring
kepentingan dan tindakan kekerasan maka akan adalah pertanda awal dimulainya proses
terjadi suatu disintegrasi dan perubahan sosial inventarisasi dan dilanjutkan di desa lain secara
masyarakat (Ritzer dan Goodman, 2004:157). serentak. Petugas inventarisasi yang ditunjuk
Dari beberapa peristiwa di atas, petani langsung oleh Badan Pertanahan Nasional.
Jenggawah tidak terpancing emosi atas kejadian Sementara Bidang-bidang tanah yang akan di

Fakultas Sastra Universitas Jember 29


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 25-34

inventarisasi meliputi, Desa Kaliwining sebanyak 2 Juni 2000).


1.493 bidang tanah, Desa atau kecamatan Ajung Keputusan Kepala Kantor Pertanahan
sebanyak 1.172 bidang tanah, meliputi Desa Kabupaten Jember Nomor 01-420.335.34-2001
Pancakarya 734 bidang tanah, Desa Sukamakmur tentang pemberian hak milik dalam rangka
sebanyak 901 bidang. Kecamatan Jenggaah Redistribusi tanah objek pengaturan penguasaan
sebanyak 1.918 bidang dan Desa Lengkong tanah. Sesuai dengan hasil Inventarisasi atau
sebanyak 1.174 bidang tanah. pendaftaran tanah yang telah dilaksanakan sejak
Upaya penyelesaian konflik telah bulan April 1999. Petani penggarap atau calon
dilaksanakan dengan melakukan inventarisasi dan penerima hak milik redistribusi tanah tersebut,
pengukuran yang telah disetujui dan disepakati dengan mengacu pada surat keputusan Bupati
berbagai pihak, namun pernyataan Direktur Utama Kepala Daerah Tingkat II Jember Nomor 20-10-
PTPN X (Sofyan Raz) kembali memancing 1988 tentang tim inventarisasi tanah HGU Kebun
kemarahan petani, dengan mengatakan dan Ajunggayasan PT. Nusantara X Jember yang akan
menegaskan “bahwa tanah HGU Ajunggayasan diberikan hak milik kepada petani penggarap
Jenggawah masih dalam status Quo”, padahal sesuai degan berita acara sidang panitia
sejak tanggal 14 April 1999 mulai dilakukan pertimbangan Landreform tanggal 22-09-2000
inventarisasi. Sofyan Raz juga mengatakan kasus Nomor 02/BA.PPL/2000.
tanah Jenggawah masih dibahas di tingkat Menteri Sesuai hasil inventarisasi yang telah
Dalam Negeri, Agraria, dan Menteri keuangan dilakukan dan memenuhi segala syarat yang telah
untuk mencari solusi terbaik. Sofyan Raz juga ditentukan dan disepakati dalam proses
menegaskan tidak melarang warga memakai tanah inventarisasi antara Badan Pertanahan Nasional
bekas HGU ajunggayasan Jenggawah sepanjang dan calon penerima hak milik maka, Badan
PTPN X tidak menggunakannya “ kita pinjamkan Pertanahan Nasional memberikan hak milik pada
boleh tetapi jangan dirusak”. Sofyan Raz juga tahun 2001 kepada petani penggarap sejumlah 20
membantah jika dirinya tidak setuju jika tanah (Dua puluh) orang karena telah memenuhi syarat
tersebut dijadikan hak milik petani, sebab PTPN sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
X tetap berusaha mencari jalan terbaik yang tidak Pemerintah Nomor 224 tahun 1961. Tanah-tanah
merugikan masing-masing pihak bahkan PTPN X yang akan di restribusikan tersebut sepanjang
bersifat kompromis terhadap warga. untuk pertanian adalah tanah negara yang telah
Pernyataan Sofyan Raz ditanggapi keras oleh ditegaskan menjadi objek redistribusi pengaturan
wakil petani jenggawah Joko S. Hafid dan wakil penguasaan tanah berdasarkan Keputusan Menteri
petani lainnya, dia dengan tegas mengatakan apa Negara Agraria atau Kepala Badan Pertanahan
yang telah dikatakan Sofyan itu setidaknya Nasional tanggal 1 Oktober 1999 diatas
mengundang kembali reaksi petani untuk Perkebunan Ajunggayasan Jenggawah Kabupaten
melakukan tindakan yang akan menjurus kepada Jember.
tindakan kekerasan, kalo itu yang di mauni Sofyan Pemberian hak milik dalam rangka
berarti dia sengaja memancing kemarahan petani Redistribusi tanah yang diputuskan oleh Badan
Jenggawah. Pernyataan Sofyan tersebut telah Pertanahan Nasional Kabupaten Jember pada
menunjukkan indikasi bahwa persoalan tanah tanggal 5 Januari 2001 adalah bentuk awal
Jenggawah akan disurutkan kebelakang dan akan terwujudnya cita-cita petani yang selama ini
melahirkan konflik. Pernyataan Sofyan telah terpendam. Pemberian hak milik tersebut yang
melanggar kesepakatan yang telah disepakati diputuskan oleh Badan Pertanahan Nasional
antara petani dan PTPN X serta pihak lain yang Kabupaten Jember sebanyak 20 orang, yang
terlibat pada tanggal 25 September dan 1 Oktober meliputi 25 bidang masing-masing merupakan
1998 tentang pengelolaan tanah secara langsung tanah pertanian bekas HGU seluas 62.515 M2.
akan diserahkan kepada pihak petani. Hal itu Dari ke 20 orang tersebut masing-masing berada
ditandai dengan kesepakatan bersama dengan pola di Desa Cangkring Kecamatan Jenggawah
kerja sama kemitraan dan dikeluarkannya surat kabupaten Jember. (Arsip Badan Pertanahan
keterangan pendaftaran tanah (SKPT) untuk petani Nasional atau Kepala Kantor Pertanah Kabupaten
yang ada di Desa cangkring (Radar Jember, Jumat, Jember Mas Darwito, tanggal 5,1, 2001,1.)

Fakultas Sastra Universitas Jember 30


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 25-34

Penerbitan sertifikat hak milik atau perjuangkan selama ini. Sedangkan proses
legalisasi asset tanah objek Landreform bekas perjuangan yang memakan waktu yang cukup
HGU PTPN X kebun Ajunggayasan Jenggawah panjang dengan keadaan konflik yang begitu
baru dilaksanakan pada tahun 2001. Tanah-tanah mencekam dan berkepanjangan, serta memakan
yang diterbitkan sertifikatnya dan telah diberikan biaya yang cukup besar untuk mengurus sertifikat
hak milik dalam bentuk sertifikat kepada petani hak milik. Rasa kecewa kembali dirasakan oleh
penggarap kasus tanah Jenggawah pada bulan petani Jenggawah dengan kejadian tersebut.
Januari, Pebruari, dan Maret tahun 2001 Seharusnya Pemerintah tidak lagi malakukan
berjumlah sekitar 367,77 Ha (Diolah dari data tindakan manipulatif kepada petani Jenggawah,
kantor Pertanahan (BPN) Jember tanggal 8,2, jika memang tanah yang diperjuangkan oleh
2013). petani Jenggawah selama bertahun-tahun akan
Dari hasil pertemuan 1 Oktober 1998 diberikan hak milik dalam bentuk sertifikat
diantaranya oleh Kasdam, Kapolwil Besuki, kepemilikan yang legal, dan diakui oleh hokum,
Pemerintah Daerah Jawa Timur, Pemerintah maka sertifikat tersebut menjadi bukti tanda
Daerah Kabupaten Jember, Direktur PTPN X, dan kepemilkan tertinggi yang seharusnya dijamin
Perwakilan petani Jenggawah telah di oleh Negara.
tandatangani perjanjian dan kesepakatan bersama. Wakil petani menyikapi masalah yang
Kesepakatan tersebut yaitu pertama, Pemerintah timbul dengan melakukan koordinasi dengan
melepaskan status HGU untuk kemudian pihak yang terkait agar maslah tersebut dapat
diberikan kepada petani penggarap. Kedua, diselesaikan. Pelarangan bagi pemegang hak milik
disepakati kerjasama dalam bentuk kemitraan untuk mengalihkan haknya kepada pihak lain
antara PTPN X dengan petani penggarap tanah dinilai sangat merugikan petani sebagai pemegang
bekas HGU PTPN X. hak milik. Dimana hak milik merupakan hak
Namun kenyataan di lapangan setelah tertinggi dan bagi pemegangnya berhak untuk
keluarnya sertifikat petani penggarap mengalihkan kepada siapapun. Petani
mendapatkan perlakuan manipulatif karena dalam menganggap itu merupakan tindakan diskriminasi
Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan (BPN) yang dilakukan Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten Jember, disebutkan bahwa mengeluarkan kebijakan tersebut (Wawancara
“Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Kantor dengan H. Imam Masyhuri, Cangkring, 7 Oktober
Pertanahan Kabupaten Jember tgl. 08-02-2001 No 2012.).
.02-420.335.34-2001 tanah yang di berikan Kontroversi yang semakin memanas
dilarang dialihkan kepada pihak lain baik sebagian dikalangan masyarakat Jenggawah menuai
atau seluruhnya kecuali diperoleh ijin dari Kepala kegelisahan dan tandatanya besar apakah sertifikat
Kantor Pertanahan Kabupaten Jember (Arsip yang telah diberikan benar-benar legal dan diakui
Sertifikat Hj. Siti Qomariah). secara sah sebagai bukti hak tertinggi kepemilikan
Surat keputusan tersebut menunjukkan tanah. Kontroversi dan kegelisahan masyarakat
bahwa, para petani penggarap tidak memiliki hak Jenggawah ditanggapi serius oleh Yayasan
penuh atas tanah yang telah diberikan hak milik Bantuan Hukum Surabaya Jawa Timur. Yayasan
dalam bentuk sertifikat. Dengan adanya keputusan tersebut mencoba melihat dan mengkaji mengenai
tersebut petani penggarap kasus tanah Jenggawah kontroversi isi sertifikat yang telah menyebar luas
mulai menuai kontroversi dan mengalami gejolak dikalangan petani penggarap, dari segi hukum
mengenai isi sertifikat yang telah diserahkan yang berlaku di indonesia. Lembaga bantuan
kepada petani penggarap. Anggapan masyarakat Hukum Surabaya Jawa timur, memberikan
bahwa sertifikat yang dikeluarkan Badan pernyataan sehubungan dengan dikeluarkannya
Pertanahan Nasional Kabuapaten jember adalah sertifikat hak milik atas tanah, yang kemudian
palsu, semakin menyebar luas dikalangan diikuti dengan keluarnya ijin tentang pembebanan
masyarakat petani Jenggawah. hak atas tanah oleh Kantor Badan Pertanahan
Masyarakat Jenggawah yang telah menerima Nasional Kabupaten Jember kepada warga Desa
sertifikat mengganggap bahwa pemerintah masih Cangkring Kecamatan Jenggawah Kabupaten
setengah hati memberikan tanah yang mereka Jember. Sedangkan inti dari isi ijin pembebanan

Fakultas Sastra Universitas Jember 31


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 25-34

hak atas tanah yang dikeluarkan oleh Badan angka 1 jo pasal 4 ayat 1 huruf a dan 4 yang
Pertanahan Nasional Kabupaten Jember mengatur masalah objek hak tanggungan, bukan
sebagaimana tercantum dalam SK BPN No. yang telah ditentukan dalam ijin pembebanan di
410.08.04. IpbH-02 adalah : atas.
1. Pelarangan bagi pemeang hak milik untuk Diskriminasi yang dilakukan oleh Badan
mengalihkan haknya kepada orang lain. Pertanahan Nasional Kabupaten Jember, dalam
2. Pemberian kewajiban kepada petani sebagai mengeluarkan kebijakan sangat mengecewakan
pemegang hak milik untuk tetap menyewakan petani Jengawah yang terlibat dalam konflik. Oleh
tanah kepada PTPN X. sebab itu masyarakat Jenggawah dan dan
3. Kewajiban petani untuk mematuhi ketentuan- Lembaga Bantuan Hukum Surabaya menyatakan
ketentuan dalam perjanjian kerjasama Surat ijin pembebanan hak atas tanah yang
kemitraan yang telah disepakati oleh petani dikeluarkan dan ditandatangani oleh Kepala
maupun pihak PTPN X pada tanggal 1-10-1998 Kantor Badan Pertanahan Nasional bertentangan
di Kator Pemerintah Daerah Kabupaten jember. dengan Undang-Undang Pokok Agraria dan
4. Kewajiban petani untuk mematuhi ketentuan- undang-undang no 4 tahun 1996 sehingga
ketentuan dalam perjanjian kerjasama keputusan Badan Pertanahan Nasional dan
kemitraan yang telah disepakati oleh petani pencantuman syarat dalam sertifikat hak milik atas
maupun pihak PTPN X pada tanggal 1-10-1998 tanah batal demi hukum.
di Kator Pemerintah Daerah Kabupaten Terdapat kesalahan fatal dari Badan
Jember. Pertanahan Nasional kabupaten Jember dalam
Dari ketentuan-ketentuan diatas yang melaksanakan tugasnya sebagai instansi yang
terdapat di dalam isi sertifikat hak milik dan ijin mengatur masalah pertanahan oleh karenanya,
pembebanan hak dinilai sangat merugikan petani Badan Pertanahan Nasional harus segera
sebagai pemegang hak milik yang sah. Hal ini mempertanggung jawabkan secara hukum
dikarenakan terdapatnya pelarangan bagi kesalahan yang telah diperbuat dengan mencabut
pemegang hak milik untuk mengalihkan haknya SK tentang pemberian ijin pembebanan hak atas
kepada pihak lain. Ketentuan ini jelas tanah dan menghapus pencantuman sarat
menyimpang dari Undang-Undang pokok Agraria pembebanan hak atas tanah dalam sertifikat
nomor 5 tahun 1960 kususnya pasal 20 ayat 1 dan (Lembaga Bantuan Hukum Surabaya Jawa Timur
2 dimana hak milik merupakan hak tertinggi dan 19 Pebruari 2003).
bagi pemegangnya berhak untuk mengalihkan
kepada pihak lain (Undang Undang No. 5 Tahun 6. Kesimpulan
1960 Tentang : Peraturan Dasar Pokok-pokok Dengan perjuangan keras dan proses yang
Agraria pasal 20 ayat 1 dan 2). cukup panjang akhirnya petani dapat dikatakan
Pemaksaan bagi petani pemegang hak milik berhasil dalam memperjuangkan tanahnya
untuk selalu menyewakan tanahnya kepada PTPN meskipun dalam jangka waktu yang lama, hal
X, ini merupakan tindakan manipulatif, sebab tersebut dibuktikan dengan turunya surat
telah dijelaskan dalam Undang-Undang Pokok pelepasan dan pembatalan perpanjangan HGU.
Agraria bahwa pemegang hak adalah pemegang Hal tersebut merupakan suatu sejarah baru
hak tertinggi, konsekwensinya adalah kewenangan terbentuknya resolusi konflik meredam resistensi
sepenuhnya dari petani untuk menyewakan, atau yang terjadi antara PTPN X dengan petani
untuk tidak menyewakan tanahnya kepada Jenggawah.
siapapun. Kekeliruan pemahaman mengenai ijin Pelepasan tersebut merupakan langkah awal
pembebanan hak atas tanah yang dimaksud dalam penyelesaian konflik tanah Jenggawah menuju
dalam undang-undang adalah berupa penjaminan prosesi kejelasan hak milik. Tanah yang
tanah dalam bentuk hak tanggungan seperti yang disengketakan akan diberikan hak milik kepada
telah diatur dalam Undang-Undang Pokok Agraria petani penggarap yang terlibat dalam kasus tanah
pasal 25 jo UU No 4 tahun 1996 tentang hak Jenggawah. Proses pemberian hak milik yang
tanggungan atas tanah serta benda-benda yang ditandai dengan inventarisasi merupakan langkah
berkaitan dengan tanah kususnya pada pasal 1 awal yang dilakukan pemerintah agar konflik yang

Fakultas Sastra Universitas Jember 32


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 25-34

berkepanjangan dapat segera diselsaikan. Pertanahan Nasional Kabupaten Jember mengenai


Perjuangan hak milik yang begitu rumit, memakan isi sertifikat yang menuai kontroversi dikalangan
waktu yang cukup panjang serta membutuhkan masyarakat Jenggwah tersebut.
konsistensi, ketahanan mental, dan tekat Dari peraturan dan perundangan, maka
perjuangan yang kuat meskipun terkadang pencantuman atau pencatatan didalam sertifikat
moncong senjata yang harus dihadapi. Bentuk hak milik bertujuan, agar memperkuat
konsistensi perjuangan yang tinggi dilakukan kepemilikan serta melindungi pemegang hak atas
masyarakat Jenggawah menjadi suatu keberhasilan tanah yang bersangkutan beserta ahli warisnya.
cita-cita perjuangan. Tujuan lain agar tanah yang telah diperjuangkan
Diberikannya sertifikat tanah kepada petani bertahun-tahun tidak jatuh kepada spekulan tanah
penggarap kasus tanah jenggawah adalah puncak yang dapat merugikan petani serta mengurangi
pencapaian berhasilnya perjuangan hasil produksi pertanian petani penggarap yang
memperjuangakan tanah bekas hak Erpacht yang telah mendapatkan sertifikat. Meskipun adanya
dipersengketakan dengan PTPN X. Sertifikat yang pencatatan ijin peralihan hak tanah yang
diberikan adalah bentuk penyelesaian konflik serta bersangkutan tetap dapat dialihkan ataupun
niat baik pemerintah kepada masyarakat dijaminkan sesuai dengan prosedur dan ketentuan
Jenggawah. Pemberian sertifikat hak milik yang berlaku.
menajdi pertanda bahwa konflik yang Sejak diberikannya sertifikat hak milik
berkepanjangan tersebut segera berakhir. kepada petani yang terlibat dalam kasus tanah
Namun pencapaian atau pemberian sertifikat Jenggawah selama tahun 2001, dapat dikatakan
tanah masih terdapat suatu kontroversi yang bahwa perjuangan petani Jenggawah yang begitu
termuat didalam isi sertifikat yang telah diberikan, panjang tidak sia-sia. Sertifikat yang telah
kontroversi ini merupakan masalah baru yang diberikan merupakan keberhasilan yang sangat
harus dihadapi masyarakat Jenggawah yang luar biasa meskipun dalam perjalanannya masih
terlibat dalam konflik. Kontroversi dalam isi menuai kontroversi-kontroversi dikalangan
sertifikat menyebutkan bahwa “Berdasarkan masyarakat tentang isi sertifikat tersebut. Namun
Surat Keputusan Kepala Kantor Pertanahan hal tersebut tidak menyurutkan semangat
Kabupaten Jember tgl. 08-02-2001 No .02- perjuangan yang selama ini dilakukan dan tidak
420.335.34-2001 tanah yang di berikan dilarang mengganggu aktifitas pertanian masyarakat.
dialihkan kepada pihak lain baik sebagian atau Masyarakat jenggawah dengan leluasa
seluruhnya kecuali diperoleh ijin dari Kepala mengerjakan lahan pertaniannya tanpa hambatan
Kantor Pertanahan Kabupaten Jember” apapun dan kepemilikan tanah benar-benar
pernyataan ini kembali meresahkan petani dirasakan meskipun sempat menuai kontroversi.
Jenggawah yang telah mendapat sertifikat. Sejak diberikan sertifikat hak milik, masyarakat
Rupanya perjuangan petani Jenggawah tidak Jenggawah merasakan keberhasilan perjuangan,
berhenti sampai pada pemberian sertifikat hak bahwa tanah yang diperjuangkan selama ini
milik saja, namun mereka harus berjuang kembali mendapatkan tanda bukti yang sah.
mengenai berbagai kontroversi yang termuat
dalam isi sertifikat. Resolusi konflik kasus tanah Daftar Pustaka
Jenggawah menunjukkan sebuah potensi konflik Buku dan Surat Kabar
baru, karena terjadi pengingkaran dan pelemahan Arifin, Edy Burhan. 1989. “Emas Hijau” di
bentuk hak milik yang diperjuangkan oleh Jember Asal Usul, Pertumbuhan, dan
masyarakat. Pengaruhnya dalam Kehidupan Sosial
Dari berbagai macam kontroversi yang Ekonomi Masyarakat 1860-1980. Tesis,
beredar ditengah masyarakat kemudian wakil UGM.
petani berkoordinasi dengan wakil petani lain Hafid, Joko S. 2001. Perlawanan Petani Kasus
dimasing-masing desa untuk meluruskan Tanah Jenggawah. Jakarta : Latin.
kontroversi mengenai isi sertifikat yang sedang Komnas Ham-KPA-HuMa-Walhi-Bina Desa.
diperbincangkan oleh petani penggarap. Wakil 2004. Pokok Pokok Pikiran Mengenai
petani menanyakan secara langsung kepada Badan Konflik Agraria. Cerita Banten.

Fakultas Sastra Universitas Jember 33


Volume 1 (1) November 2013 PUBLIKA budaya Halaman 25-34

Nurhasim. 1997. Konflik Tanah di Jenggawah.”


tipologi dan pola penyelesaiannya”, Prisma 7
Radar Jember, Jumat, 2 Juni 2000.
Ritzer, George dan Goodman, Douglas. J. 2004.
Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Prenada
Media.
Setiawan, Usep. 2010. Kembali ke agraria.
Yogyakarta: STPN Press.
Undang Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang :
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria pasal
20 ayat 1 dan 2.
Winardi. 1994. Menejemen Konflik (konflik
perubahan dan pengembangan), Mandar
Madju.

Arsip
Hafid, Jos. ” Kasus Tanah Jenggawah Refleksi
Kasus Pertanahan Nasional”. (Jakarta:
Papanjati korwil Ex. Karisidenan Besuki di
Jember, Lembaga Alam Tropika Indonesia
Bogor, Lembaga Studi Pers dan
Pembangunan Jakarta, 2000).
Surat Keputusan Menteri Negara Agraria atau
kepala Badan Pertanahan Nasional, nomor
33-VIII-1999, tentang pembatalan HGU atas
tanah perkebunan Ajunggayasan Jenggawah
tercatat atas nama PTPN XVII terletak di
Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur,
Jakarta 1 Oktober 1999.
Arsip petani, Perjanjian kerjasama berdasarkan
pola kemitraan antara PTPN X (persero)
berkedudukan di Surabaya dengan penerima
hak milik atas tanah perkebunan
Ajunggayasan Jenggawah Kabupaten
Jember, 1 Oktober 1998.
Arsip Surat Badan Pertanahan Nasional Kantor
Pertanahan Kabupaten Jember Nomor
410.353.4-1163. Tanggal 6 Maret 1999.
Arsip Badan Pertanahan Nasional atau Kepala
Kantor Pertanah Kabupaten Jember Darwito,
tanggal 5 Januari 2001.
Arsip sertifikat Hj. Siti Qomariah.
Lembaga Bantuan Hukum Surabaya Jawa Timur
19 Februari 2003.

Wawancara
1. Wawancara dengan H. Imam Mashuri, 7,10,
2011.
2. Wawancara dengan Joko Tarup, 19,3,2012.

Fakultas Sastra Universitas Jember 34

Anda mungkin juga menyukai