Anda di halaman 1dari 4

UJIAN TENGAH SEMESTER 4

Analisis Kasus Sengketa Tanah Serpong - Tangerang Tahun 1979

Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Agraria

Dosen Pengampu : 

Dr. Harto Juwono, M.Hum.

Disusun oleh :

BINTANG MAY HANI

B0421010

PROGRAM STUDI ILMU SEJARAH

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 

2023
SELESAIKAN SECARA MUSYAWARAH : KETUA HKTI MARTONO
MENGENAI KASUS TANAH SERPONG - TANGERANG TAHUN 1979
Latar belakang masalah : Terjadi persengketaan tanah Serpong - Tangerang antara para petani peng
garap dengan Kodam V/ Jaya . Dalam hal ini petani telah dibiarkan dan diberikan kesempatan untuk
menggarap tanah hingga kemudian Kodam V/ Jaya yang mengklaim tanah itu milik Kodam V/ Jaya at
as pernyataan Laksamana TNI Sudomo untuk diambil kembali . Namun dalam proses persengketaan i
ni Kodam V/ Jaya melakukan pematokan pematokan atas tanah tanpa adanya "Kulo Nuwun" Permisi
kepada para petani . Martono selaku ketua HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) angkat bicar
a untuk menyelesaikan sengketa tersebut dengan jalan Musyawarah agar kedua belah pihak menem
ukan kesepakatan yang adil dengan semangat pengertian dari pihak masing masing agar kasus ini da
pat diselesaikan dengan jalan yang baik . Pasalnya dalam hal ini petani selaku orang awam yang tidak
terlalu mengerti mengenai surat menyurat atas tanah .

Analisis : Dalam sengketa ini memang perlu adanya musyawarah untuk di temukannya titik te rang at
au kesepakatan antara para petani dengan Kodam V/ Jaya . Hendaklah penyelesaian sengketa ini di s
elesaikan secara baik baik dan adil, agar petani selaku orang awam diberikan pemahaman mengenai
surat menyurat tanah sangat penting atas kepemilikan dan hak hak mereka terhadap tanah yang me
reka tempati . Menurut Martono seharusnya pemerintah memberikan fasilitas untuk membantu par
a petani bisa mendapatkan "Girik" dan para petani berusaha untuk mendapatkan "Girik" tersebut . K
arena dalam hal ini menyangkut tanah pertanian, menurut saya seharusnya pemerintah mempertim
bangkan kepentingan dan keberlangsungan masyarakat banyak melalui produktifitas tanah . Tanah y
ang di jalankan dengan produktif lebih baik dari pada tanah yang di biarkan tanpa adanya produktifit
as yang justru merugikan bagi negara . Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1960 tentang Peratur
an Dasar Pokok-pokok Agraria, tanah terlantar sebagai salah satu sebab hapusnya hak atas tanah. S
edangkan seseorang yang menguasai fisik tanah selama bertahun-tahun dan secara terus-menerus d
engan beritikad baik dapat menyampaikan permohonan untuk diberikan hak baru atas tanah terseb
ut. Pasal 24 ayat (2) Peraturan Pemerintah (PP)  No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah me
negaskan seseorang yang menguasai fisik tanah selama kurun waktu 20 (dua puluh) tahun secara ter
us-menerus dapat mendaftarkan diri sebagai pemegang hak atas tanah tersebut. Dalam hal ini para
petani memiliki kesempatan untuk mendapatkan hak atas tanah dengan catatan memiliki itikad baik
seperti berjalannya aktifitas pertanian yang justru membawa kesejahteraan terhadap masyarakat da
n negara dibandingkan tanah yang terlantar dan dengan catatan telah memenuhi persyaratan penga
juan .

Anda mungkin juga menyukai