Penyusun,
TAHUN PELAJARAN
2022 / 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Esa, karena atas rahmatnya yang
telah memberikan kami hikmat untuk menyusun Laporan Pelaksanaan Program Layanan
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri Bateti dengan baik. Layanan Bimbingan dan
Konseling merupakan salah satu program yang bertujuan membantu dan memberikan layanan
kepada peserta didik/konseli baik secara individu maupun kelompok agar mandiri dan
berkembang secara optimal dalam hubungan pribadi, sosial, belajar dan karier melalui dan
berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung.
Demikian Laporan Pelaksanaan Program Layanan Bimbingan dan Konseling ini dibuat
untuk digunakan seperlunya.
Guru Mapel BK
2
LEMBAR PENGESAHAN
Tahun Pelajaran 2021 – 2022 ini telah disetujui dan disahkan pada :
Hari : Kamis
3
DAFTAR ISI
Cover i
Kata Pengantar ii
Lembar Pengesahan iii
Daftar Isi iv
BAB I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Pelaporan 2
BAB II. PELAKSANAAN 3
A. Kegiatan Layanan Yang Dilakukan 3
1. Layanan Dasar 3
a) Kelas X 3
b) Kelas XI 3
c) Kelas XII 4
2. Layanan Responsif Bimbingan dan Konseling 4
3. Layanan Perencanaan Individual 4
4. Layanan Dukungan Sistem 5
B. Hasil Analisis Pencapaian Keberhasilan Dalam Kegiatan Evaluasi 5
C. Hambatan Dan Cara Mengatasinya 5
1. Hambatan 5
a) Hambatan Internal 5
b) Hambatan Eksternal 5
2. Cara Mengatasi Hambatan 7
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN 9
A. Kesimpulan 9
B. Saran 9
1. Sekolah 9
2. Siswa 9
3. Orang Tua 9
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan Konseling sebagai bagian integral dari proses pendidikan
memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam pengembangan kualitas manusia
Indonesia yang telah diamanatkan dalam tujuan pendidikan nasional di dalam :
Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yaitu : (1) beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) Berakhlak mulia, (3) Memiliki pengetahuan dan
keterampilan, (4) Memiliki kesehatan jasmani dan rohani, (5) Memiliki kepribadian
yang mantap dan mandiri, serta (6) Memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan. Tujuan tersebut mempunyai implikasi imperatif (yang mengharuska n)
bagi semua tingkat satuan pendidikan untuk senantiasa memantapkan proses
pendidikannya secara bermutu ke arah pencapaian tujuan pendidikan tersebut.
Dengan demikian, pendidikan yang bermutu adalah suatu proses yang
menghantarkan peserta didik kearah pencapaian perkembangan diri yang optimal. Hal
ini karena peserta didik sedang berkembang ke arah kematangan atau kemandirian.
Untuk mencapai kematangan tersebut, peserta didik memerlukan layanan
Bimbingan dan Konseling karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau
wawasan tentang dirinya. Perkembangan peserta didik tidak lepas dari pengaruh
lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkunga n
adalah perubahan. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar
jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku
peserta didik, seperti terjadinya stagnasi (kemandengan) perkembangan, masalah-
masalah pribadi atau penyimpangan perilaku. Upaya menangkal dan mencegah
perilaku-perilaku yang tidak diharapkan tersebut dapat ditempuh dengan cara
mengembangkan potensi peserta didik dan memfasilitasi mereka secara sistematik dan
terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Hal tersebut senada
dengan tujuan Bimbingan dan Konseling secara umum, yakni membantu peserta didik
untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dan
meneguhkan kehidupan beragama untuk membantu perkembangan dan pemecahan
masalah.
1
Di SMA Negeri Bateti, Bimbingan Siswa memiliki porsi yang cukup untuk
melaksanakan Bimbingan Siswa, Meskipun memiliki beberapa kekurangan dalam
pelaksanaannya, namun sudah berjalan cukup baik.
B. Tujuan Pelaporan
Adapun Tujuan Pelaporan Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling ini
yaitu :
⮚ Guru BK mampu mengevaluasi Program Bimbingan dan Konseling secara
menyeluruh
⮚ Guru BK perlu mengembangkan instrumen Evaluasi terhadap proses dan hasil
layanan
⮚ Guru BK menentukan kegiatan tindak lanjut hasil Evaluasi Program Bimbingan
dan Konseling
2
BAB II
PELAKSANAAN
b) Kelas XI
Semester Ganjil
Pola Hidup Bersih dan Sehat (Bidang Pribadi)
3
Dampak Positif dan Negatif Game Online (Bidang Pribadi)
Stop Bully (Bidang Sosial)
Membentuk Kebiasaan Belajar di Masa Pandemi Covid-19 (Bidang Belajar)
Semester Genap
Dampak Pacaran Di Kalangan Remaja (Bidang Sosial)
Mind Mapping (Bidang Belajar)
Meraih Sukses Lewat Hobi (Bidang Karier)
Mengatasi Masalah Dalam Pilihan Karier (Bidang Karier)
c) Kelas XII
Semester Ganjil
Pola Hidup Bersih dan Sehat (Bidang Pribadi)
Dampak Positif dan Negatif Game Online (Bidang Pribadi)
Stop Bully (Bidang Sosial)
Membentuk Kebiasaan Belajar di Masa Pandemi Covid-19 (Bidang Belajar)
Semester Genap
Membangun Kerja Sama Antar Umat Beragama (Bidang Sosial)
Kiat Sukses Ujian Nasional (Bidang Belajar)
Kiat Sukses Studi Lanjut Ke Perguruan Tinggi (Bidang Karier)
Memilih Profesi Dengan Cara “SMART” (Bidang Karier)
4
perencanaan individual adalah konsultasi dan siswa, sedangkan isi dari layanan ini
meliputi bidang pendidikan, bidang karier dan bidang sosial pribadinya.
(Terlampir)
4. Layanan Dukungan Sistem
Ketiga komponen program merupakan pemberian layanan BK kepada siswa secara
langsung. Sedangkan dukungan sistem merupakan komponen layanan dan kegiatan
manajemen yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada siswa atau
memfasilitasi kelancaran perkembangan siswa. Dukungan sistem adalah kegiatan-
kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara dan
meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembanga n
professional, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf
ahli/penasehat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program. Kerjasama antara
Guru BK dan Wali Kelas. (Terlampir)
5
“benar”, jika Bimbingan dan Konseling dianggap sebagai pekerjaan yang
mudah dan dapat dilakukan secara amatiran belaka. Sedangkan jawaban
“tidak”, jika Bimbingan dan Konseling itu dilaksanakan berdasarkan
prinsip-prinsip keilmuan dan teknologi (yaitu mengikuti filosofi, tujuan,
metode dan asas-asas tertentu), dengan kata lain dilaksanakan secara
profesional. Salah satu ciri keprofesionalan Bimbingan dan Konseling
adalah bahwa pelayanan itu harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli
dalam bidang Bimbingan dan Konseling. Keahlian itu diperoleh melalui
pendidikan dan latihan yang cukup lama di Perguruan Tinggi, serta
pengalaman-pengalaman.
▪ Bimbingan dan Konseling hanya untuk orang yang bermasalah saja.
Sebagian orang berpandangan bahwa BK itu ada karena adanya masalah,
jika tidak ada maka BK tidak diperlukan dan BK itu diperlukan untuk
membantu menyelesaikan masalah. Tetapi sebenarnya juga peranan BK
itu sendiri adalah melakukan tindakan preventif agar masalah tidak timbul
dan antisipasi agar ketika masalah yang sewaktu-waktu datang tidak
berkembang menjadi masalah yang besar.
▪ Keberhasilan layanan BK tergantung kepada sarana dan prasarana. Sering
kali kita temukan pandangan bahwa kehandalan dan kehebatan seorang
Guru BK itu disebabkan dari ketersediaan sarana dan prasarana yang
lengkap dan mutakhir. Seorang Guru BK yang dinilai tidak bagus kinerja,
seringkali berdalih dengan alasan bahwa ia kurang didukung oleh sarana
dan prasarana yang bagus. Sebaliknya pihak siswa pun terkadang juga
terjebak dalam asumsi bahwa Guru BK yang hebat itu terlihat dari sarana
dan prasarana yang dimiliki Guru BK. Pada hakikatnya kehebatan Guru
BK itu dinilai bukan dari faktor luarnya, tetapi lebih kepada faktor
kepribadian Guru BK itu sendiri, termasuk didalamnya pemahama n
agama, tingkah sehari-hari, pergaulan dan gaya hidup.
▪ Guru BK harus aktif, sedangkan siswa pasif. Masih sering ditemuka n
bahwa siswa sering menyerahkan sepenuhnya penyelesaian masalahnya
kepada Guru BK, mereka menganggap bahwa memang itulah kewajiban
Guru BK.
▪ Menganggap hasil pekerjaan Bimbingan dan Konseling harus segera
terlihat. Seringkali siswa (orang tua / wali siswa) dan guru memaksak an
6
kehendak kepada Guru BK untuk dapat menyelesaikan masalahnya
secepat mungkin.
▪ Guru Bimbingan dan Konseling di Sekolah adalah “polisi sekolah”. Masih
banyak anggapan bahwa Bimbingan dan Konseling adalah “polisi
sekolah”. Hal ini disebabkan karena seringkali beberapa Guru
menyerahkan sepenuhnya masalah pelanggaran kedisiplinan dan
peraturan sekolah lainnya kepada Guru BK. Bahkan banyak guru BK yang
diberi wewenang sebagai eksekutor bagi siswa yang bermasalah.
Sehingga banyak sekali kita temukan di sekolah-sekolah yang
menganggap guru BK sebagai guru “killer” (yang ditakuti). Guru BK itu
bukan untuk ditakuti tetapi untuk disegani, dicintai dan diteladani. Jika
kita menganalogikan dengan dunia hukum. Guru BK harus mampu
berperan sebagai pengacara, yang bertindak sebagai sahabat yang bisa
dipercaya, tempat mencurahkan isi hati dan pikiran. Guru BK adalah
kawan pengiring, penunjuk jalan, pemberi informasi, pembangun
kekuatan dan pembina perilaku-perilaku positif yang dikehendak i
sehingga siapa pun yang berhubungan dengan bimbingan siswa akan
memperoleh suasana sejuk dan memberi harapan. Kendati demikian, Guru
BK juga tidak bisa membela/melindungi siswa yang memang jelas
bermasalah, tetapi Guru BK boleh menjadi jaminan untuk penangguhan
hukuman/pe- maaf-an bagi siswanya. Yang salah tetaplah salah tetapi
hukuman boleh saja tidak diberikan, bergantung kepada besar kecilnya
masalah itu sendiri.
7
e. Jalin kerja sama yang solid antar Guru BK melalui komunikasi intensif dalam
forum MGBk, ABKIN dan forum-forum lain yang dapat meningkatkan kinerja
BK.
f. Jangan memaksakan diri untuk menangani kasus yang bukan menjadi
tanggung jawab anda seperti narkotika, kasus-kasus kriminal atau kasus-kasus
kelainan jiwa, ingat bahwa bertanggung jawab sebatas siswa yang normal. Dan
jika hal ini terjadi di sekolah, maka segera koordinasi dengan pihak terka it
untuk segera di “Refferal” atau alih tangan kasus.
g. Tumbuhkan niat dan mantapkan hati bahwa “saya akan mejadi Guru BK yang
professional.
8
BAB III
A. Kesimpulan
B. Saran
1. Sekolah
Sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses
layanan bimbingan dan konseling. Tentu antara Kepala Sekolah, Guru BK, Wali
Kelas, Guru Mapel dan seluruh unsur sekolah saling bersinergi agar visi misi sekolah
mampu dilaksanakan dengan baik. Maka dari itu kerjasama yang baik sela lu
diharapkan oleh Guru BK terhadap seluruh jajaran Sekolah.
2. Siswa
Siswa atau konseli diharapkan agar dapat mempercayai masalahnya kepada Guru BK
dan bersedia terbuka dengan masalah yang dihadapi tanpa ada rasa takut atau malu
agar siswa atau konseli dapat dibantu hingga terentaskan masalah yang dihadapi.
3. Orang Tua