Anda di halaman 1dari 5

TUGAS

KOMUNIKASI PELAYANAN
LABORATORIUM

A Eka Gandara ( E622031 )


Asep Syafa’at M ( E623001 )
Ema Setiawati ( EF23001 )

D4 Alih Jenjang Teknologi Laboratorium Medik

INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI


2023
HANDLING COMPLAINT PELAPORAN NILAI KRITIS

INTRODUCTION :
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah
sakit. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit
yaitu: keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas
kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa
berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan
(green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan
keselamatan “bisnis” rumah sakit yang terkait dengan kelangsungan hidup rumah
sakit. Ke lima aspek keselamatan tersebut sangatlah penting untuk dilaksanakan di
setiap rumah sakit. Namun harus diakui kegiatan institusi rumah sakit dapat berjalan
apabila ada pasien. Karena itu keselamatan pasien merupakan prioritas utama untuk
dilaksanakan, dan hal tersebut terkait dengan isu mutu dan citra rumah sakit.
“Keselamatan Pasien adalah suatu sistem dimana Rumah Sakit memberikan
asuhan kepada pasien secara lebih aman, mencegah cidera akibat kesalahan karena
melakukan tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan yang
merupakan bagian dari penerapan manajemen mutu pelayanan serta manajemen
risiko dalam keselamatan pasien perlu adanya suatu keterbukaan dengan
mengembangkan komunikasi yang efektif dengan pasien. “Safety is a fundamental
principle of patient care and a critical component of Quality Management”.
Mengingat keselamatan pasien sudah menjadi tuntutan masyarakat maka
pelaksanaan program keselamatan pasien perlu dilakukan. Salah satu sasaran
Keselamatan Pasien adalah Peningkatan Komunikasi Yang Efektif. Komunikasi
dikatakan efektif, apabila pesan tersampaikan dan dipahami serta tidak terdapat
miskomunikasi pada saat melakukan perintah/ tindakan.
Dalam hubungan kerja antar profesi di Rumah Sakit, kerap kali terjadi potensi
miskomunikasi dalam proses pelayanan pasien sehingga diperlukan penanganan
yang baik terhadap keluhan atau complaint dari para mitra kerja.

Berikut kami persembahkan skenario Handling Complaint terkait miskomunikasi


penyampaian nilai kritis pasien.
SITUATION :
dr. Eka adalah Dokter Spesialis Jantung di RSUD Pameungpeuk Garut
sebaqgai DPJP dari pasien a.n Tn. Ridwan/ CM.5678/ ICU
ATLM Asep Syafa’at adalah PJ Shift Malam yang tengah berdinas di
Laboratorium RSUD Pameungpeuk Garut
Suster Ema adalah perawat baru yang tengah berdinas di ruang ICU RSUD
Pameungpeuk Garut sebagai PJ pasien a.n Tn. Ridwan/ CM.5678/ ICU
Ketiga PPA lintas profesi ini terlibat dalam persetruan terkait nilai kritis
pemeriksaan Magnesium a.n Tn. Ridwan/ CM.5678/ ICU dengan nilai pemeriksaan
12.5 mg/dL (nilai kritis) sementara nilai normal adalah 1.8 - 3.0 mg/dL

BACKGROUND :
Pasien a.n Tn. Ridwan/ CM.5678 telah dirawat inap di ICU karena mengalami
serangan jantung. Riwayat diagnosis penyakit saat ini adalah AMI. Kami telah
melakukan tindakan dan memberikan terapi MgSO4. Pemantauan teraphy dilakukan
dengan ketat termasuk penilaian kadar Magnesium dalam darah pasien.
Jum’at 14 Desember 2023 pkl. 01;20 WIB atas advice dr.Eka, SpJ kepada Zr.
Ema untuk dilakukan pengambilan darah dan pengiriman spesimen ke Laboratorium
dengan permintaan pemeriksaan Natrium, Kalium, Chlorida, Calsium Total, Calsium
Ion dan Magnesium.
ATLM Asep Syafa’at menerima spesimen pasien pada pkl. 01:45 WIB,
melakukan kegiatan pre-analitik, analitik dan post-analitik yang sesuai hingga hasil
divalidasi pkl. 02:15 WIB dan segera dilaporkan kepada Zr. Ema terkait nilai kritis
Magnesium yang tinggi pkl. 02:17 WIB.

ASSESMENT :
Zr. Ema mengatakan bahwa “menurut penilaian saya, kondisi pasien
mengarah ke Hipermagnesemia. KU pasien sesuai dan akan dilaporkan kepada DPJP.
Magnesium termasuk mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar. Mineral
ini berperan penting dalam penghantaran sinyal saraf, kesehatan tulang dan
pembuluh darah, fungsi jantung, serta keseimbangan elektrolit tubuh.
Kadar magnesium darah kurang dari 4 miligram per desiliter (mg/dL) biasanya
hanya menimbulkan gejala ringan atau tidak menimbulkan gejala sama sekali.
Kurang dari 7 mg/dL, gejala yang muncul yakni mual, pusing, kebingungan, dan
tubuh melemah.
Jika kadar magnesium darah mencapai 7 – 12 mg/dL, kemungkinan terjadi
penurunan refleks, sakit kepala, flushing, dan sembelit. Penderita juga bisa
mengalami tekanan darah rendah, kebingungan yang semakin parah, dan
penglihatan kabur.
Kadar magnesium darah di atas 12 mg/dL menyebabkan kelumpuhan otot,
penurunan tekanan darah dan laju pernapasan, serta penyumbatan usus. Bila kadar
magnesium mencapai 15 mg/dL, penderita dapat mengalami serangan jantung dan
koma.
COMPLAINT :
dr. Eka, Sp.J marah besar karena petugas Lab dianggap tidak melakukan
pelaporan nilai kritis sesuai prosedur. Melalui telpon kepada ATLM Asep Syafa’at
beliau mengkonfirmasi terkait hal tersebut. Fakta yang terjadi adalah Zr. Ema lupa
melaporkan nilai kritis kepada dr. Eka

RECOMMENDATION :
Tindakan penanganan Hipermagnesemia :

1. Pemberian Obat Diuretik. Jenis obat ini bertujuan meningkatkan produksi urine
sehingga magnesium yang tidak diperlukan bisa terbuang. Infus cairan garam
dapat diberikan untuk mencegah terjadi dehidrasi akibat meningkatnya produksi
urine. Perlu diingat, pengobatan ini hanya ditujukan untuk mereka yang
produksi urinenya masih dalam taraf normal dan memiliki fungsi ginjal yang
baik.
2. Infus Kalsium Glukonat. Pengobatan ini ditujukan kepada pengidap
hipermagnesemia yang mengalami masalah pernapasan dan jantung. Kalsium
glukonat bekerja menetralkan efek dari magnesium.
3. Cuci Darah atau Dialisis. Jenis pengobatan ini disarankan untuk dijalani oleh
mereka yang memiliki kondisi, seperti: Gangguan fungsi ginjal; Keluhan jantung
dan saraf yang berat; Hipermagnesemia berat (>4 mmol/L atau 10 mg/dL).

KESIMPULAN :
1. Laporan data insiden keselamatan pasien sangat penting karena insiden
keselamatan pasien yang valid dan akurat akan menentukan evaluasi program
dan pelayanan kesehatan selanjutnya yang berbasis keselamatan serta
mendasari perbaikan system pelayanan dan pencegahan terjadinya insiden
keselamatan pasien berulang.
2. Komplain adalah bentuk ketidakpuasan informasi atau pelayanan yang diterima.
Sehingga, keluhan dapat menjadi dasar dalam menyelesaikan masalah
ketidakpuasan pelanggan dalam pelayanan di rumah sakit untuk meningkatkan
kualitas rumah sakit.
3. Manajemen komplain adalah strategi yang digunakan instansi dalam menangani
keluhan konsumen. Melihat keluhan konsumen merupakan peluang bagi
instansi untuk mepertahankan konsumen. Melalui proses penanganan keluhan
yang efektif akan didapatkan informasi yang berasal dari pelanggan sebagai
masukan dalam meningkatkan dan mengembangkan kegiatan pelayanan
instansi.
Referensi :
1. https://rsud.tulungagung.go.id/inilah-6-sasaran-keselamatan-pasien-di-rumah-
sakit-yang-perlu-diketahui//diakses 13/12/2023
2. https://journal.ugm.ac.id/v3/JMPK/article/download/4253/1530/Penanganan
Komplain Di Rumah Sakit/ diakses 13/12/2023
3. https://hellosehat.com/nutrisi/fakta-gizi/hipermagnesemia/diakses 13/12/2023

Anda mungkin juga menyukai