Anda di halaman 1dari 3

Nama :Ahmad Ghazali Bin Melih

NIM :1231030253

Kelas : IAT 1A

Mata Kuliah :Bahasa Indonesia

RESENSI ARTIKEL
Judul :Pluralisme Sebagai Basis Kerukunan Beragama Perspektif John Hick.
Penulis :Raja Cahaya Islam, Dadang Kuswana, Roro Sri Rejeki Waluyajati.
Jurnal :Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam.
Volume dan Halaman :Vol. 6, No. 1, H. 72-87.
Tahun Terbit :2021
Tanggal :13 Juni
Laman : https://scholar.google.co.id/citations?
view_op=view_citation&hl=id&user=03C1VWoAAAAJ&citation_for_view=03C1VWoAA
AAJ:zYLM7Y9cAGgC

Abstrak
Studi Pustaka adalah metode yang digunakan oleh John Hick yang mana sumber data
akan diambil dari buku dan jurnal yang relevan dengan tema penelitian pluralitas agama.
John Hick merupakan seorang pemikir agama yang menawarkan solutif pada kondisi sebuah
konflik yang bisa mengaktual sehingga pada kondisi tersebut dibutuhkan sebuah sikap yang
tepat agar pluralitas agama dapat dicegah atau diminimalisir. John Hick telah menawarkan
revolusi kopernikan dalam agam yakni mengalihkan keterpusatan-dri kepada keterpusatan-
realitas dalam beragama.

Sinopsis
Artikel tersebut menjelaskan pluralisme sebagai basis kerukunan beragama menurut
perspektif John Hick yang menyatakan bahawa pluralisme itu dapat di tanggapi secara
ekslusif dan inklusif. Namun dua dari pendekatan tersebut kurang radikal dalam merespon
kondisi plural apalagi jika tujuannya untuk mencapai keharmonian di setiap agama yang
wujud. Pluralisme ala Hick telah mendapatkannya dari revolusi kopernikahan dalam agama
yang artinya adalah memusatkan pemerhatian pengalaman keagamaan dengan tidak lagi
mendasarkan pada keterpusatan diri tetapi beralih kepada keterpusatan realitas. Konsep
keterpusatan realitas ini disatukan pula dengan konsep yang diambil dari Immanuel Kant,
yakni distingsi antara noumena dan fenomena. Noumena ia disamakan dengan Yang-Riil
sedangkan fenomena disama ertikan dengan apa yang dipahami oleh seseorang. Yang-Riil itu
sendiri tidak dapat dipahami secara absolut. Manusia yang memahami Yang-Riil hanya akan
berujung dengan kehampiran belaka dalam pengertian pemahaman manusia atas Yang-Riil
bersifat terbatas.
Pemahaman Yang-Riil yang terbatas inilah yang membuka jalan bagi pluralisme
karena pemahaman manusia bersifat terbatas dan kemudian plural, maka tidak adanya alasan
bagi seseorang untuk menuntut pengalaman keagamaannya itu lebih benar daripada yang
lain. Pengalaman keagamaan manusia yang berbeda-beda itu bersifat setara diantara satu
sama lain dan dari perbedaan yang setara inilah konvergensi tiap agama secara spesifik
kerukunan umat beragam menjadi sangat mungkin. Pluralisme keagamaan yang ditawarkan
oleh Hick ini “tidak didasarkan” pada doktrin atau landasan etis belaka, lebih jauh pluralisme
Hick didasarkan pada sebuah justifikasi metasis yang memiliki konsekuensi bahwa
pluralisme merupakan kenyataan yang niscaya dan bukan pilihan lagi.

Keunggulan
Dalam artikel ini, ianyan mempunyai keunggulan atau kelebihan yang dapat
diperolehi, dipahami dan dapat diaplikasikan oleh pembaca dalam kehidupan sehari-hari
karena ada beberapa ayat yang digunakan dalam teks tersebut sangat mudah untuk dipahami.
Ini juga mengakibatkan pembaca mudah mendapatkan informasi dari apa yang dibacanya
seperti dapat memahami apa itu Noumena/Yang-Riil dan Fenomena/Yang-Riil. Ada juga
beberapa contoh yang dimasukkan kedalam artikel tersebut untuk dijadikan contoh kepada
pembaca sebagai bukti untuk menjadikan pembaca lebih yakin dengan apa yang disampaikan
oleh penulis. Artikel itu juga mempunyai perkataan yang miring bagi menunjukkan bahwa
kata itu merupakan kata serapan dari Bahasa Inggeris seperti kata given. Artikel ini
menjelaskan bahawa betapa pentingnya pluralisme dalam beragama yang mana di era
sekarang banyak sekali konflik-konflik baik sesama penganut suatu agama maupun suatu
agama dengan agama lain. Pada artikel ini juga menjelaskan bagaimana perspektif yang
dikemukakan oleh John Hick yang apabila kita aplikasikan akan menimbulkan kerukunan
dalam umat beragama, karena pluralisme merupakan sebuah kepastian dan sudah pasti wujud
dalam kehidupan sehari-hari, pluralisme juga bukan sebuah pilihan melainkan sebuah
keniscayaan.

Kekurangan
Adapun beberapa kekurangan dalam artikel ini adalah penggunaan bahasa yang sukar
dipahami oleh orang-orang yang kurang mengerti akan bahasa-bahasa ilmiah. Artikel ini juga
terlalu panjang yang mana akan menyebabkan kepada beberapa individu untuk tidak
membacanya. Hal ini disebabkan oleh wujudnya individu yang tidak suka membaca apabila
terlihat akan sesuatu bahan bacaan yang begitu panjang. Ini kerana individu sebegini lebih
tertarik kepada visual atau gambaran berbanding tulisan. Ini menyebabkan individu tersebut
tidak tertarik dengan artikel yang panjang ditambah pula dengan bahasa-bahasa asing dan
bahasa-bahasa ilmiah yang sukar untuk dipahaminya. Dalam artikel ini juga terdapat
beberapa kesalahan ejaan.
Saran
Perbaiki judul artikel karena agak sedikit sulit untuk dipahami. Artikel ini akan lebih
mudah dipahami jika bahasa-bahasa ilmiah dikurangkan karena tidak semua orang mampu
memahami bahasa-bahasa ilmiah. Jika ditambahkan lagi sedikit contoh yang sesuai berkaitan
dengan artikel akan menjadikan pembaca lebih memahami dengan apa yang ingin
disampaikan oleh penulis.

Rekomendasi
Artikel ini cukup baik untuk dibaca sebab dapat memberikan wawasan yang luas
terutama tentang pluralisme yang dimana apabila kita pahami serta aplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari misalnya, dapat menimbulkan kerukunan dalam umat beragama. John
Hick telah menawarkan konsep pluralisme agama sebagai solusi untuk mengatasi potensi
konflik yang timbul dari pluralitas agama. Manusia mengalami hubungan dengan Yang-Riil
yang bersifat plural sehingga monopoli klaim kebenaran agama menjadi tidak relevan.
Pluralisme sebagai basis kerukunan beragama menjadi mungkin dengan adanya pengalaman
plural dalam beragama. Pluralisme ini didasarkan pada landasan metafasis yang menjadikan
pluralisme sebagai sebuah keniscayaan bukian sekadar pilihan.

Anda mungkin juga menyukai