Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH WAWASAN DUNIA KRISTEN 2

KRITIK TERHADAP PLURALISME AGAMA

Disusun Oleh:

Angel Maria Mawikere / 010331800019


Cherry Cecilia / 01033180002
Michael Hutama Karjono / 01033180039
Nicole Kusdenia / 01033180024

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

TANGERANG

2020
BAB I
ANALISA MASALAH

Sebelum penulis memaparkan tanggapan dan kritikan terhadap pluralisme agama,


alangkah baiknya jika penulis menjelaskan pengertian dan informasi mengenai pluralisme
agama terlebih dahulu. “Pluralism expresses the simple fact that there are many religions,…
Christianity must be view as only one religion among many, and Jesus as only one saviour
among others (John Stott, 1993 dalam Yushak Soesilo, 2011)1.” Artinya adalah pluralisme
menyatakan fakta yang simpel di mana agama ada banyak, Kristen pasti hanya dilihat sebagai
salah satu dari banyak agama dan Yesus sebagai salah satu penyelamat di antara yang lain.
Masih dalam pembahasan yang sama namun menurut Stanley R. Rambitan (2017)2
pluralisme agama artinya adalah saat kita memahami, menghayati, dan menerima bahwa ada
agama lain yang berbeda dan di dalam agama itu sendiri terdapat Allah yang menyatakan
dirinya secara khusus dan mendapat berkat keselamatan dari-Nya menurut. Kesimpulan yang
dapat diambil dari kedua definisi tersebut adalah bahwa keselamatan dalam Yesus bukanlah
satu- satunya jalan keselamatan melainkan hanyalah salah satu opsi dari beberapa pilihan dan
terdapat keselamatan dalam semua agama.
Menurut Bedjo (2007)3, pluralisme agama dapat terbagi menjadi 3 kategori
pemahaman yaitu kategori sosial, kategori etika atau moral, dan kategori teologi- filosofi.
Kategori sosial ini bermaksud untuk melihat pluralisme dari segi sosial di mana manusia
harus bersikap toleran dan menghormati kepercayaan agama lain karena setiap agama berhak
ada. Kategori etika atau moral bermaksud agar dalam pluralisme agama manusia tidak
menghakimi manusia lain yang memunyai pandangan moral dan etika yang berbeda karena
hal tersebut bersifat relaitf seperti isu aborsi, eutanasia, pernikahan, dan lain- lain. Terakhir,
kategori teologi- filosofi menganggap ada banyak jalan menuju Roma yang artinya setiap
agama mempunyai caranya dan jalannya masing- masing namun pada akhirnya semua agama
tetap menuju kepada Tuhan dan keselamatan.

1
Yushak Soesilo, “Gereja Dan Pluralisme Agama Dalam Konteks di Indonesia,” Antusias 1, no. 2
(2011): 81-93, file:///D:/Documents/Google%20Drive/Downloads/88-263-1-PB.pdf.
2
Stanley R. Rambitan, “Pluralitas Agama Dalam Pandangan Kristen Dan Implikasinya Bagi Pengajaran
Pak,” Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen 1, no. 1 (2017),
http://repository.uki.ac.id/69/1/Pluralitas%20AGama%20dalam%20PAndangan%20Kristen...%20-
%20Stanley%20R%20Rambitan%20-%20hal%2093-108_.pdf.
3
Bedjo, Pluralisme Agamadalam Perspektif Kristen (Surabaya: Ricki Chandra, 2007),
1, https://www.academia.edu/30985559/PLURALISME_AGAMA_DALAM_PERSPEKTIF_KRIST
EN.
Dewasa ini, banyak konflik mengenai kurangnya toleransi antar agama yang ada pada
masyarakat. Haryatmoko (1999) dalam Zainuddin (2013)4 juga mengutarakan bahwa terdapat
tiga poin dalam toleransi dan kebebasan beragama yang dicetuskan oleh John Locke yaitu: 1.
Hanya terdapat satu ajaran, satu jalan, atau satu agama yang benar; 2. Tidak ada satu manusia
pun yang akan diselamatkan jika tidak berteguh dan percaya pada agama yang benar; 3.
Keselamatan diperoleh manusia melalui akal budi dan bukan kemampuan kita untuk
menyebarluaskan berita tentang kebenaran dan keselamatan. Artinya sebelum mempercayai
sesuatu, manusia akan menggunakan akal budinya untuk berpikir sehingga dapat
mempercayai suatu kepercayaan atau suatu agama yang membuatnya berteguh pada
kepercayaan sampai akhirnya percaya akan keselamatan agama tersebut. Maka dari itu, tentu
banyak agama yang berkembang karena dipercayai oleh akal budi manusia dan menyebabkan
adanya paham pluralisme untuk mencegah adanya konflik sosial yang berlandaskan agama
seperti yang dikatakan oleh Charles Sherlock (1996) dalam Yushak Soesilo (2011)5 bahwa
“Pluralism is usually made in search for security, or the desire to be comfortable in life.”
Menurut Anselm Min (2007) dalam Yushak Soesilo (2011)6, Pluralisme memiliki 6
paradigma yaitu phenomenalist plurarism, universalist pluralism, soteriosentrik pluralism,
pluralisme ontologis, Kristosentris pluralis, dan Kristologi yang soteriosentris. Phenomenalist
pluralism adalah paradigma dimana agama yang berbeda hanya dilihat sebagai respon yang
berbeda pada realita transenden yang satu yaitu Allah. Universalist pluralism adalah
paradigma yang menekankan keperluan dibuatnya satu teologi yang universal berdasarkan
sejarah agama-agama. Soteriosentrik pluralism adalah paradigma dimana keadilan dipercayai
sebagai ukuran dan praxis antar umat beragama lain yang ditujukan untuk mendorong agar
umat yang berbeda agama dapat bekerjasama dalam menangani persoalan sosial dan politik.
Pluralisme ontologis adalah paradigma yang menekankan bahwa pluralisme tidak sekedar
pengetahuan tetapi juga keberadaan serta hakikat hidup manusia, melalui pendekatan ini
Kristus dianggap mewujudkan diri dalam agama lain sebagai pribadi yang berbeda.
Kristosentris pluralis adalah paradigma yang menegaskan bahwa seorang Kristen harus
menghargai agama lain, tetapi juga harus mengakui identitas dan finalitas Yesus Kristus
sebagai juru selamat dunia. Terakhir adalah paradigma Soteriosentris dimana paradigma ini

4
Zainuddin, “PERDEBATAN DI SEPUTAR PLURALISME AGAMA,” UIN MAULANA MALIK
IBRAHIM MALANG, November 11, 2013, https://uin-malang.ac.id/r/131101/perdebatan-di-seputar-
pluralisme-agama.html#_ftn4.
5
Soesilo, Loc.Cit.
6
Soesilo, Loc.Cit.
menekankan bahwa seorang Kristen belum sepenuhnya Kristen jika belum meneladani ajaran
dan sikap hidup Kristus.
BAB II
TANGGAPAN DAN KRITIK

Menurut Yushak Soesilo (2011)7, pluralisme adalah paham di mana semua agama
khususnya dalam konsep keselamatan dianggap sama dan saling melengkapi. Kaum ini juga
menganggap bahwa agama yang satu tidak lebih dari agama yang lain. Jadi, pluralisme
menganggap bahwa jalan keselamatan itu beragam dari tiap-tiap agama namun tujuannya
sama atau dengan kata lain jalan keselamatan bisa dengan berbagai cara dan melalui beberapa
tuhan tetapi tujuannya tetap sama. Namun, pada Jurnal “Pluralisme Agama dalam Perspektif
Kristen” oleh Bedjo (2007)8, dikatakan bahwa dalam setiap kitab suci agama dapat
ditemukan klaim-klaim eksklusif yang jika dibandingkan dengan agama lain, bukan bersifat
saling melengkapi, tapi saling bertentangan. Jadi, bagaimana mungkin jalan keselamatan itu
dikatakan sama jika konsep-konsep keselamatan setiap agama berbeda.
Beberapa orang berpikir bahwa ada banyak cara agar diselamatkan. Padahal Alkitab
sendiri yang merupakan firman Allah dan kebenaran menyatakan bahwa Allah adalah satu-
satunya jalan keselamatan. Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, kita tidak bisa
menyelami pikiran Allah. Dalam kristen sendiri, ada hal-hal yang tidak bisa diterima hanya
dengan pikiran manusia contohnya kepribadian Allah.
Berbeda dengan kaum pluralis dalam jurnal “Mengenal Apologetika Kristen
Temporer” oleh Dorothy (1993)9, dikatakan bahwa mereka percaya akan adanya realitas
ilahi.. Namun yang harus kita tahu bahwa dalam iman kristen, “realitas ilahi” itu tidak ada.
Kepribadian Allah tidak bisa dipahami hanya dengan mengandalkan pikiran manusia sendiri.
Manusia diciptakan Allah dengan akal budi namun manusia masih memiliki keterbatasan.
Manusia yang terbatas tidak bisa memahami Allah yang tak terbatas. Hanya karena kasih dan
anugerahNya kita bisa dimampukan untuk mengenal Dia lewat iman kita. Jika seseorang
dapat percaya maka itu bukan karena keputusan orang tersebut namun karena Allah yang
terlebih dahulu memilih dia menjadi anakNya.
Berdasarkan Yushak Soesilo (2011)10, dalam iman Kristen sendiri terdapat orang-
orang yang memiliki pemahaman pluralisme. Saat gereja pluralis memandang Alkitab dengan
sikap yang berdasarkan humanis di mana mereka tidak ingin berpecah belah sehingga mereka
7
Soesilo, Loc.Cit.
8
Bedjo, Loc.Cit.
9
Dorothy Irene Marx, “Mengenal Apologetika Kristen Kontemporer,” Jurnal Pelita Zaman 8, no. 1
(1993), https://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=341&res=jpz.
10
Soesilo, Loc.Cit.
menyatukan dan menganggap sama semua ajaran atau agama, gereja yang benar memandang
Alkitab sebagai satu-satunya firman Allah yang selalu benar dan akan terus relevan dengan
kehidupan manusia dari masa lalu, masa kini, hingga masa yang akan datang. Dasar gereja
yang benar adalah Firman Allah yang menyatakan bahwa sejarah keselamatan berpusat pada
Yesus Kristus dan bukan allah lain. Tidak ada allah lain atau jalan lain yang dapat
menyelamatkan manusia selain Yesus Kristus sendiri. Kaum pluralis mungkin melihat Yesus
hanyalah seorang manusia yang sekadar baik, seorang pemimpin agama Kristen, dan salah
satunya jalan keselamatan. Namun Alkitab sendiri menyatakan bahwa Ia adalah Tuhan dan
manusia yang sejati dan hanya Dialah jalan satu-satunya yang menuntun manusia kepada
keselamatan (Yoh 14:6) dan tidak ada keselamatan lain selain di dalam nama Tuhan Yesus
(Kis 4:12).
Kritik lain juga diungkapkan oleh Pendeta Dr. Stevri I.Lumintang (2004), seorang
pendeta di Gereja Keesaan Injil Indonesia pada bukunya yang berjudul ”Theologia Abu-Abu”
mengatakan bahwa teologi kaum pluralis merupakan integrasi dari berbagai warna kebenaran
dari semua agama.11 Di Teologi Abu-Abu, klaim keabsolutan dan kefinalitasan kebenaran
dari masing-masing agama dianggap sebagai batu sandungan yang harus dihancurkan. Dalam
konteks Kekristenan, batu sandungan yang dimaksud adalah keyakinan dan pengajaran
bahwa Yesus Kristus adalah Juru Selamat yang diutus Allah. Pluralisme membuat Kristus
bukan lagi satu-satunya penyelamat, melainkan salah satu penyelamat. 12
Dalam menghadapi segala ketidakpahaman akan beragam opini manusia, hendaknya
kita sebagai umat Kristiani, kembali berpegang teguh kepada Alkitab yang merupakan dasar
dari seluruh doktrin Kekristenan, juga menjadi standar dan dasar hidup orang Kristen. Karena
Alkitab sendiri merupakan inspirasi Allah yang absolut inerrancy dan infallibility yang
berarti kebenarannya tidak dapat diragukan sedikitpun bahkan terhadap hal-hal sekuler
lainnya yang terjadi di dalam dunia ini. 13
Dalam Dokumen Keesaan Gereja-Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (DKG-PGI)
ditegaskan bahwa Gereja harus memberitakan Injil kepada segala makhluk, dalam Tata Dasar
Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia pasal 3 (pengakuan) disebutkan: ”Persekutuan
Gereja-gereja di Indonesia mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamat

11
ADIAN HUSAINI, Bahaya Pluralisme Agama (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2005),
10, https://www.academia.edu/39140914/BAHAYA_PLURALISME_AGAMA
12
Stevri I. Lumintang, Theologia Abu-abu: Tantangan Dan Ancaman Racun Pluralisme Dalam Teologi
Kristen Masa Kini (Malang: Gandum Mas, 2004), 235-36.
13
Wisma Pandia, Teologi Pluralisme Agama- Agama (Pennsylvania: SEKOLAH TINGGI TEOLOGI
INJILI PHILADELPHIA, 2002),
85, https://www.academia.edu/5451840/Sekolah_Tinggi_Theologi_Injili_Philadelphia.
dunia serta Kepala Gereja, sumber kebenaran dan hidup, yang menghimpun dan
menumbuhkan gereja, sesuai dengan Firman Allah dalam Alkitab, yaitu Perjanjian Lama dan
Perjanjian Baru (1 Kor. 3 :11) : ”Karena tidak ada seorang pun yang dapat meletakkan dasar
lain daripada dasar yang telah diletakkan yaitu Yesus Kristus.”14 Dalam Yohanes 14:6
”Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa,
kalau tidak melalui Aku.” Masih banyak ayat-ayat Alkitab yang dengan jelas menegaskan
bahwa hanya melalui Yesus, satu-satunya jalan keselamatan. Yesus adalah satu-satunya
penyelamat yang diutus Allah untuk menyelamatkan manusia.15
Tanggapan orang percaya dalam menyikapi pluralisme ini harusnya dengan
menjadikan hidup ini sebagai alat kesaksian Tuhan. Sebagai orang percaya yang sudah
ditebus dan diselamatkan tentunya kita sudah menjadi pribadi-pribadi baru yang berbuah.
Karena ketika kita sudah diselamatkan maka Tuhan menginginkan kita untuk menjadi pribadi
baru dan meninggalkan dosa yang lama. Oleh sebab itu, orang percaya perlu meneladani
sikap Tuhan Yesus. Seperti yang terlihat dalam Perjanjian Baru ketika Tuhan Yesus memulai
karya-Nya di tengah agama Yahudi yang sudah ada sebelumnya dan meskipun dalam
Perjanjian Baru terlihat keeksklusifan dari Tuhan Yesus sendiri dalam Yohanes 14:6 yang
menyatakan bahwa Dialah satu-satunya jalan kebenaran dan hidup, namun sikap Tuhan
Yesus di tengah-tengah ajaran lain adalah penerimaan terhadap eksistensi mereka. Jadi,
orang-orang tersebut tetap dikasihi-Nya dan Ia memperlakukan orang-orang tersebut dengan
baik sesuai dengan inti ajaran-Nya yaitu kasih. Dari sini juga Tuhan Yesus dapat
membagikan kabar sukacita kepada orang-orang tersebut atau bahkan berita keselamatan.
Jadi, maksudnya sebagai orang percaya hendaklah kita meneladani sikap Tuhan
Yesus yang tetap menerima dan mengakui eksistensi mereka namun pemahaman mereka atas
ajaran tersebut tentunya tidak bisa ditoleransi karena memang jelas dalam Alkitab tertulis
bahwa hanya Yesus satu-satunya Juru Selamat. Yang harus dilakukan oleh orang percaya
adalah menjadi alat kesaksian Tuhan dan juga tidak boleh bersifat fanatik.

14
Weinata Sairin, Dokumen Keesaan Gereja-Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (DKG-
PGI) (Jakarta: BPK, 2006), 1.
15
Bedjo, Loc.Cit.
BAB III
KESIMPULAN DAN REFLEKSI

Untuk definisi, pemahaman, paradigma, dan informasi seputar pluralisme dari


berbagai sumber dapat disimpulkan menjadi adanya kehebatan dan keselamatan dari tiap
agama masing- masing sehingga Yesus bukanlah satu- satunya jalan keselamatan melainkan
hanyalah salah satu opsi dari beberapa pilihan dan terdapat keselamatan dalam semua agama.
Namun kelompok kami tidak sepaham dengan pandangan tersebut karena menurut Alkitab
yang merupakan firman Allah dan dasar dari seluruh doktrin Kekristenan menyatakan bahwa
Allah adalah satu-satunya jalan keselamatan. Selain itu setiap kitab suci agama dapat
ditemukan klaim-klaim eksklusif yang jika dibandingkan dengan agama lain, bukan bersifat
saling melengkapi, tapi saling bertentangan. Jadi, bagaimana mungkin jalan keselamatan itu
dikatakan sama jika konsep-konsep keselamatan setiap agama berbeda. Sebagai orang
yangberiman kepada Yesus, kita dapat meneladani sikap Tuhan Yesus yang tetap menerima
dan mengakui eksistensi agama lain namun pemahaman mereka atas ajaran tersebut tentunya
tidak bisa ditoleransi karena memang jelas dalam Alkitab tertulis bahwa hanya Yesus satu-
satunya Juru Selamat. Yang harus dilakukan oleh orang percaya adalah menjadi alat
kesaksian Tuhan dan juga tidak boleh bersifat fanatik.

Refleksi Michael:
Sering kali di luar aku sering mendengar, semua agama itu sama, memiliki jalan
masing masing yang pada akhirnya menuju keselamatan. Dalam proses pembuatan tugas ini
aku semakin menyadari bahwa banyak sekali ajaran pluralisme dengan segala paradigma
yang ada yang seringkali menjadi tantangan bagi diriku sendiri. Maka dari itu aku sadar,
memang pluralisme itu ada dan berkembang untuk menjauhkan kita dari adanya konflik
sosial, tetapi kita juga harus tahu bahwa Yesus Kristus yang kita panuti adalah jalan
keselamatan satu-satunya. Dengan tugas ini aku paham akan adanya ajaran-ajaran yang
kurang cocok seperti paham pluralis yang bisa menggoyahkanku. Sekaligus, dengan adanya
tugas ini aku merasa bahwa aku menjadi lebih teguh mengimani Yesus Kristus sebagai juru
selamatku. Aku juga merasa bahwa firmanNyalah merupakan tuntunan hidup yang harus aku
ikuti. Aku pun juga menyadari akan sulitnya membenarkan konsep-konsep tersebut yang
salah karena begitu banyak ragamnya agama serta kepercayaan di dunia ini. Tetapi bagi saya
pribadi menjauhkan diri dari ajaran-ajaran yang dapat menggoyahkanku dan tetap berteguh
kepada ajaranNya sudah cukup untuk menuntunku ke Tuhan Yesus Kristus yang
menyelamatkan.
Refleksi Angel:
Ketika mengerjakan tugas ini saya menyadari bahwa tantangan menjadi orang kristen
sangatlah banyak salah satunya adalah pluralisme. Sehingga saat teduh merupakah hal yang
penting agar iman kita tidak mudah tergoyahkan. Kemudian yang saya pelajari juga adalah
ketika kita sudah mengetahui suatu hal yang benar tetapi kita tidak melakukannya maka itu
juga disebut dosa. Oleh sebab itu ketika kita sudah mengetahui Yesus adalah satu-satunya
jalan keselamatan maka saya tidak boleh bersikap sama seperti kaum pluralis yang
mengabaikan fakta tersebut. Tetapi satu hal yang pasti adalah saya tidak boleh menghakimi
mereka melainkan merangkul mereka dan menjadikan diri kita sebagai alat kesaksian. Saya
belajar untuk meneladani Tuhan yang tetap rendah hati dan mau mengasihi orang-orang
tersebut dan ketika orang tersebut juga masih berkeras hati terhadap fakta bahwa Yesus
adalah satu-satunya jalan keselamatan, yang bisa saya lakukan hanyalah mendoakannya dan
biarkan Roh Kudus yang berkarya.
Refleksi Nicole :
Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, kadang kita menemukan pandangan-
pandangan lain yang berbeda dengan pandangan hidup Kristiani kita. Salah satunya adalah
paham pluralisme. Namun hendaknya kita sebagai umat Allah, menjadi anak yang setia untuk
Bapa. Bukan malah menjadi linglung dan bingung mengenai banyak konsep-konsep di dunia
ini. Hendaknya menjadikan Firman Allah menjadi penguatan untuk iman kita, karena dari
sanalah kebenaran berasal.
Refleksi Cherry:
Saat mengerjakan tugas ini saya mendapat banyak wawasan mengenai eksistensi
pemahaman lain yang ternyata mempunyai argumen yang menurut mereka kuat, valid, dan
beragam. Namun saya sama sekali tidak meragukan konsep keselamatan yang hanya ada
pada Tuhan Yesus karena sudah tertulis dalam buku panduan hidup saya, Alkitab. Selain itu
dengan mengetahui pandangan mereka, saya bisa mengambil tindakan yang lebih kristis,
berhati- hati, namun tetap menghormati dan jangan fanatik agar mereka tidak hilang hormat
dengan agama saya dan justru saya bisa membuktikan ke mereka bahwa agama saya spesial
melalui perbuatan saya. Selain itu saya sangat bersyukur karen Tuhan memberi saya Anugrah
untuk dapat menerima ajaran dan kebenaran Tuhan sepenuh hati.
BIBLIOGRAPHY

R. Rambitan, Stanley. “Pluralitas Agama Dalam Pandangan Kristen Dan Implikasinya Bagi
Pengajaran Pak.” Shanan Jurnal Pendidikan Agama Kristen 1, no. 1
(2017). http://repository.uki.ac.id/69/1/Pluralitas%20AGama%20dalam%20PAndang
an%20Kristen...%20-%20Stanley%20R%20Rambitan%20-%20hal%2093-108_.pdf.
Soesilo, Yushak. “Gereja Dan Pluralisme Agama Dalam Konteks di Indonesia.” Antusias 1,
no. 2 (2011): 81-93. file:///D:/Documents/Google%20Drive/Downloads/88-263-1-
PB.pdf.
Bedjo. Pluralisme Agamadalam Perspektif Kristen. Surabaya: Ricki Chandra,
2007. https://www.academia.edu/30985559/PLURALISME_AGAMA_DALAM_PE
RSPEKTIF_KRISTEN.
Zainuddin. “PERDEBATAN DI SEPUTAR PLURALISME AGAMA.” UIN MAULANA
MALIK IBRAHIM MALANG. November 11, 2013. https://uin-
malang.ac.id/r/131101/perdebatan-di-seputar-pluralisme-agama.html#_ftn4.
Marx, Dorothy Irene. “Mengenal Apologetika Kristen Kontemporer.” Jurnal Pelita Zaman 8,
no. 1 (1993). https://alkitab.sabda.org/resource.php?topic=341&res=jpz.
Pandia, Wisma. Teologi Pluralisme Agama- Agama. Pennsylvania: SEKOLAH TINGGI
TEOLOGI INJILI PHILADELPHIA,
2002. https://www.academia.edu/5451840/Sekolah_Tinggi_Theologi_Injili_Philadelp
hia.
HUSAINI, ADIAN. Bahaya Pluralisme Agama. Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
2005. https://www.academia.edu/39140914/BAHAYA_PLURALISME_AGAMA.
Lumintang, Stevri I. Theologia Abu-abu: Tantangan Dan Ancaman Racun Pluralisme Dalam
Teologi Kristen Masa Kini. Malang: Gandum Mas, 2004.
Sairin, Weinata. Dokumen Keesaan Gereja-Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (DKG-
PGI). Jakarta: BPK, 2006.

Anda mungkin juga menyukai