Anda di halaman 1dari 2

Tugas Tambahan Ujian Pasien & Mini-CX Stase Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin

RSUD Cut Meutia


Periode 30 Oktober – 1 Desember 2023

Nama : Muhammad Dicky Firenza (2206111025)

1. Golongan Jamur, Malassezia termasuk golongan apa?


 Berdasarkan sifat koloni, hifa, dan spora yang dibentuk oleh kapang atau khamir,
jamur dibagi menjadi beberapa kelas, yaitu:
1) Actinomycetes, tergolong bakteri, tetapi karena penyakit yang ditimbulkannya
mirip dengan beberapa penyakit jamur, maka secara tradisional dimasukkan dalam
mikologi.
2) Myxomycetes, bentuk vegetatif terdiri atas sel-sel yang motil. Pada stadium lanjut
sel-sel tersebut bergabung dan membentuk bagianbagian sporulasi jamur.
3) Chytridiomycetes, mempunyai hifa senositik yaitu hifa yang mengandung banyak
inti dan tidak mempunyai sekat melintang.
4) Zygomycetes, bersama dengan oomycetes, patogen untuk binatang air dan
tumbuh-tumbuhan. Kelas kapang ini juga mempunyai hifa senositik.
5) Ascomycetes, membentuk askospora dalam askus. Meskipun sebagian besar
merupakan saprofit atau penyebab penyakit tumbuh-tumbuhan, penyebab penyakit
jamur sistemik pada manusia juga termasuk dalam kelas ini.
6) Basidiomycetes, membentuk basidiospora. Meskipun sebagian besar kapang dari
kelas ini patogen untuk pohon-pohon dan sejenis gandum, satu spesies yaitu
Filobasidiella neoformans (Stadium seksual dari Cryptococcus neoformans)
merupakan salah satu jenis patogen yang penting pada manusia.
 Adapun klasifikasi jamur Malassezia furfur sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Filum : Basidiomycota
Subfilum : Ustilaginomycotina
Kelas : Exobasidiomycetes
Ordo : Malasseziales
Famili : Malasseziaceae
Genus : Malassezia
Species : Malassezia furfur

2. Patogenesis Folikulitis Malassezia


 Patofisiologi folikulitis malassezia (fungal acne) timbul akibat respons inflamasi
terhadap invasi jamur pada folikel rambut disertai hidrolisis trigliserida oleh aktivitas
enzim lipase dan fosfolipase jamur.
 Hidrolisis trigliserida dapat menyebabkan kerusakan pada sawar epitel kulit dan
sensitisasi terhadap alergen yang dihasilkan Malassezia. Respons inflamasi juga
timbul karena Malassezia dapat menstimulasi keratinosit menghasilkan sitokin
inflamasi melalui toll-like receptor-2 (TLR-2). Sitokin inflamasi yang dihasilkan; IL-1α,
IL-6, IL-8, IL-12, dan TNF-α.
 Beberapa kondisi yang dapat mengganggu keseimbangan unit pilosebasea dan
berkontribusi dalam patogenesis fungal acne:
o Gangguan respons imun yang ditandai dengan peningkatan prevalensi fungal
acne pada pasien imunokompromais
o Peningkatan produksi sebum yang terjadi pada kehamilan dan acne
o Gangguan flora normal kulit yang disebabkan oleh penggunaan antibiotik
spektrum luas
o Sumbatan unit pilosebasea akibat penggunaan kosmetik atau pakaian ketat

3. Pembagian Komedo
 Komedo putih (Whitehead) : komedo yang dikenal dengan komedo tertutup ini
muncul ketika kelenjar atau folikel rambut di kulit tersumbat.
 Komedo hitam (blackhead) : komedo yang dikenal dengan komedo terbuka ini
terbentuk ketika pigmen kulit terbentuk di permukaan pori-pori.
 Komedo besar : komedo ini sebenarnya jenis kista yang terbentuk ketika ada luka
terbuka dengan lubang yang berisi komedo.
 Makro-komedo : komedo putih atau tertutup yang ukurannya lebih dari tiga
milimeter.
 Mikro-komedo : komedo yang ukurannya sangat kecil, nyaris tidak terlihat dengan
mata telanjang.
 Komedo matahari : komedo yang biasanya muncul di pipi ini terjadi karena wajah
sering terpapar sinar matahari terkadang, seseorang memiliki satu jenis komedo di
wajahnya

4. Terapi Topical pada Malassezia Follikulitis


 Pemberian ketokonazol topikal dapat memperbaiki klinis 85% pasien fungal acne.
Ketokonazol 2% topikal 2 kali sehari selama rata-rata 27 hari dapat menyembuhkan
pasien fungal acne. Tidak ada efek samping yang muncul, dan sebagian besar pasien
merupakan pasien sehat tanpa kondisi imunokompromais. Pemberian mikonazol
dan ekonazol topikal sebagai monoterapi dilaporkan memiliki angka kesembuhan
secara berurutan sebesar 10-12% dan 10-80%.
 Terapi topikal lain selain antijamur golongan azol adalah selenium dan propilen
glikol, yang memiliki efek keratolitik dan antijamur. Penggunaan selenium sulfida 2%
topikal 1 kali setiap minggu dan propilen glikol 50% 2 kali seminggu menunjukkan
resolusi lesi pada 80% dan 75% pasien secara berurutan pada akhir minggu keempat.
Akan tetapi, sebagian besar pasien mengalami relaps setelah pengobatan bila tidak
dilakukan terapi pemeliharaan/pencegahan.

Anda mungkin juga menyukai