Anda di halaman 1dari 22

SUMPAH PEMUDA,

PETISI SOETARDJO DAN


MOSI THAMRIN
Oleh :
Kelompok 5
Mefi Zulfitri 1185010076
Muhamad Arsyad Fauzi Azharudin 1185010088
Nur Aji Jaya Rahmadin 1185010103
Priska Marsila 1185010107
SPI VI C

Sejarah Pergerakan Nasional 1


Outline

Sumpah Mosi
Pemuda Thamrin
 Latar Belakang 2  Latar Belakang

 Kronologi  Kronologi

Petisi
1 Soetardjo 3
 Latar Belakang

 Proses Sidang
dan Dampak
SUMPAH PEMUDA
Latar Belakang
Sebelum Sumpah Pemuda terjadi, kondisi
gerakan pemuda bersifat kedaerahan. Pada
sejak tahun 1915, telah berdiri organisasi –
organisasi pemuda seperti; Tri Koro Darmo
yang nantinya berubah menjadi Jong Java
(1915), Jong Soematranen Bond (1917), Jong
Islamieten Bond (1924), Jong Batak, Jong
Celebes, Jong Minahasa, Jong Ambon, Sekar
Roekoen, dan Pemoeda Kaoem Betawi.
Jong Java

Organisasi pemuda yang ingin kemerdekaan Indonesia


dengan semangat Nasionalismenya.
Perhimpunan Pelajar-Pelajar
Indonesia (P.P.P.I)

Indonesia dalam segala persatuan walau beragam golongan


bangsa, bahasa, agama dan lain sebagainya.
Jong Islamieten Bond (JIB)

Pecahan dari Jong Java, karena dinilai dengan


Nasionalismenya yang sekuler, tidak memperhatikan soal
posisi agama. JIB hadir untuk mencintai tanah air
didampingi dengan mencintai agama.
Kronologi Sumpah Pemuda
 Pada tanggal 30 april – 2 mei 1926, di Jakarta diadakan kerapatan besar pemuda pemudi
Indonesia. Peristiwa tersebut kemudian disebut kongres pemuda I
 Kongres tersebut dipimpin oleh Mohammad Tabrani
 Kongres pemuda I dihadiri oleh wakil-wakil dari perkumpulan pemuda antara lain:
 Jong Java dari organisasi pemuda Jawa
 Jong Sumateranen Bond dari organisasi pemuda Sumatera
 Jong Ambon dari organisasi pemuda Maluku
 Jong Bataks Bond dari organisasi pemuda Sumatera Utara
 Pemuda Kaum Betawi dari organisasi Betawi
 Pembicaraan dalam kongres pemuda I masih sulit dicari kesepakatan. Terhambatnya
mencapai cita-cita kesatuan dan persatuan diakibatkan oleh organisasi organisasi
kepemudaan masih menonjolkan kepentingan daerahnya, masalah bahasa, dan juga masih
tampak sifat mementingkan adat istiadat daerah masing-masing.
 Adapun hasil utama yang dicapai dalam kongres pemuda I antara lain sebagai berikut:
 Mengakui dan menerima cita-cita persatuan Indonesia (walaupun dalam hal persatuan
masih belum sepenuhnya terwujud)
 Usaha untuk menghilangkan pandangan adat dan kedaerahan yang kolot
 Sebelum terbentuknya susunan pengurus kongres pemuda II telah terjadi pembicaraan yang
diselenggaakan antara pemuda mantan anggota Perhimpunan Indonesia (PI) yang terdiriatas Mr.
Moh. Nasif, Arnold Mononutu, Mr. Sartono dan Mr. Sunario. Kemudian dari pihak pemuda dan
pelajar Indonesia yaitu Amir Syarifuddin, Sunarko, Moh. Yamin dan Moh. Sigit dalam
pembicaraan tersebut telah diambil kesepakatan sebagai berikut:
 Gerakan pemuda harus membina bangsa Indonesia.
 Membina bangsa Indonesia hanya dapat dilaksanakan dengan melempar dasar kepulauan
dan sebalik nya menanam dasar kesatuan.

Susunan Acara Kongres Pemuda II


Acara tersusun dalam tiga sidang yang terusaikan dalam kegiatan berikut:
Persidangan Pertama
Diadakan pada hari Sabtu malam Minggu tanggal 27 Oktober 1928, dimulai pukul 19:30 WIB
sampai selesai. Bertempatan di Gedung Katholik Jongelingen Bond, Waterlooiten, dan
Weltevreden.
Bahan pembicaraan sebagai berikut:
● Pembukaan, oleh ketua kongres Sugondo Joyopuspito
● Sambutan sambutan
● Pembicaraan perihal persatuan dan kebangsaan Indonesia oleh Moh. Yamin.
Persidangan Kedua
Dilaksanakan hari Minggu tanggal 28 Oktober 1928 dimulai pukul 08:00 WIB hingga selesai.
Bertempat di Gedung Oost Java Bioscoop, Koningplein Noord dan Waltevreden. Bahan
pembicaraan berkaitan tentang pendidikan yaitu:
● Ki Hajar Dewantoro
● S. Mangunsarkoro
● Sarwono
● Nona Purnomo Wulan
Persidangan Ketiga
Dilaksanakan pada hari Minggu malam senin tanggal 28 Oktober 1928 dimulai pukul 20:00
WIB sampai selesai. Bertempatan di Gedung Indonesische Clubgebouw, Kramat No 106
Weltervreden. Sebelum acara sidang para pemuda dari kepanduan mengadakan arak-arak
yang dilanjutkan acara penutupan.
Acara selengkapnya sebagai berikut:
● Arak-arakan Pandu (sekarang pramuka) pukul 17:30-19:30 (akan tetapi tidak jadi karena
ketat nya peraturan yang dikasih oleh kolonial Be00landa)
● Perihal kepanduan oleh Ramelan
● Perihal pergerakan pemuda Indonesia dan pemuda internasional oleh Sunario
● Mengambil keputusan
● Penutup
Peserta Kongres Pemuda II
Peserta kongres kurang lebih 750 orang yang mewakili organisasi-organisasi pemuda seperti PPPI, Jong
Java, Jong Celebes, Jong Ambon dan Pemuda Kaum Betawi. Hadir pula dari pihak kaum dewasa, tokoh partai
politik dan tokoh-tokoh terkemuka.
 Pada sidang pertama Sugondo Joyopuspito sebagai ketua kongres menyampaikan sambutan pembuka
yang menguraikan secara luas tentang sejarah pergerakan bangsa Indonesia. Ia menjelaskan bahwa
sejarah pergerakan pergerakan nasioanl sebenarnya sudah dimulai sejak zaman silam.
 Pada hari berikutnya, Minggu tanggal 28 Oktober 1928 didang kedua dilanjutkan. Karena Ki Hajar Dewantoro
berhalangan hadir, pembicara berikutnya adalah Nona Purnomo Wulan. Ia menyampaikan kondisi
pendidikan anak di Indonesia yang sangat memperhatinkan sehingga perlu perubahan sistem. Ia
mengusulkan agar pendidikan disediakan tempat tempat tersendiri seperti gedung sekolah atau asrama
agar anak-anak dapat bergaul dan bekerja sama dalam belajar.
 Selanjutnya pada sidang terakhir yang diselenggarakan Minggu malam. Pada sidang ini mempunyai sejarah
tinggi karena berhasil memutuskan masalah-masalah yang sesuai harapan bangsa. Yang tampil sebagai
pembicara yaitu: Ramelan, Th. Pangemanan, Mr. Sunario
 Pada waktu istirahat rapat, Wage Rudolf Supratman selaku pencipta lagu Indonesia Raya menghadap
kepada ketua kongres agar meminta izin mendengarkan lagu ciptaan nya.
 Setelah menimbang dan memperhatiakan pidato-pidato para pembicara terdahulu, sidang menghasilkan
keputusan sebagai berikut:
 Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah air Indonesia
 Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia
 Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia
PETISI SOETARDJO
Latar Belakang
Faktor Politik
• Tahun 1930 Pemerintah berusaha melakukan kontrol ketat dengan
memperkuat Politieke Inlichtingen Dienst atau Dinas Rahasia.
• Pergerakan tahun 1930-an telah meninggalkan prinsip nonkooperasi dan
bergerak secara parlementer, artinya menerima dan duduk di dalam dewan
perwakilan.
• ide-ide nasionalis dan perasaan tidak puas terhadap pemerintah kolonial
Belanda juga dirasakan oleh kelompok yang dekat dengan pemerintah.
Mereka adalah orang-orang yang duduk di Volksraad dan perjuangannya dapat
dilihat dari usulan yang mereka ajukan kepada pemerintah Belanda pada
tahun 1936 yang terkenal dengan nama Petisi Soetardjo.
Latar Belakang
Faktor Ekonomi
• Pada tahun 1930-an dunia dilanda depresi perekonomian yang hebat dan
sangat berpengaruh terhadap Hindia Belanda maupun Belanda.
• Keadaaan inilah yang membuat para pekerja diberhentikan dan gaji yang
mereka terima dikurangi hingga 90%.
• Para pekerja Indonesia mulai kembali ke sector pertanian tetapi produksi padi
yang diperoleh tidak sepenuhnya menyediakan kebutuhan mereka di tambah
lagi populasi yang terus menerus bertambah
Faktor Sosial
• Pendidikan hanya menguntungkan pemerintah kolonial saja, karena
mereka yang memperoleh pendidikan dipekerjakan untuk pemerintah
dan bukan untuk membantu perkembangan rakyat Indonesia lebih baik
lagi. Kondisi seperti ini mempertajam garis pemisah antara bangsa
Belanda dan Indonesia
Proses Sidang
• Soetardjo pada sidang Volksraad 15 Juli 1936 mengusulkan petisi yang
ditujukan kepada Volksraad dan ditandatangani oleh anggota lainnya seperti
Ratu Langie, Kasimo, Datoek Toemenggoeng, Ko Kwat Tiong dan Alatas.
• Isi : Volksraad dengan menggunakan kewenangannya pada pasal 68
Undang-Undang Hindia, menuntut untuk diselenggarakannya konferensi para
wakil Belanda dan bumiputera atas dasar persamaan, dengan menyusun
sebuah rencana, untuk diterapkan di Hindia Belanda, melalui pembaharuan
bertahap dalam waktu sepuluh tahun, agar memperoleh otonomi sesuai
batas-batas pasal 1 grondwet.
• Terjadi perdebatan dan diselesaikan melalui pemungutan suara. 26 suara
setuju dan 20 suara menolak.
• Ketua Volksrad mengajukan petisi tersebut kepada Gubernur Jenderal,
Menteri Koloni, Ratu Belanda, dan Parlemen Belanda
Proses Sidang
• 1 Oktober 1936, petisi tersebut sudah dikirimkan kepada Menteri Koloni,
Ratu Belanda dan Parlemen.
• Pada sidang Volksraad di Batavia bulan Juli 1938, Gubernur Jenderal yang
ikut hadir dalam sidang Volksraad sudah memberikan signal bahwa petisi
Soetardjo ditolak Ratu Belanda.
• 16 November 1938 keluar surat penolakan dari Ratu Belanda berdasarkan
Keputusan Ratu nomor 40 tertanggal 16 November 1938. Keputusan Ratu
tersebut disampaikan pada Sidang Volkraad di Batavia pada 29 November
1938. Alasan penolakan petisi itu adalah Bangsa Indonesia belum siap untuk
memikul tanggung jawab untuk memerintah sendiri.
• Petisi Soetardjo telah menimbulkan pengaruh terhadap persatuan
pergerakan nasional Indonesia. Rasa persatuan tersebut diwujudkan dengan
pembentukan GAPI (Gabungan Politik Indonesia) pada tanggal 21 Mei 1939.
MOSHI THAMRIN
 Perjuangan Mohammad Husni Thamrin pada masa pergerakan nasional dilakukan melalui badan-
badan perwakilan bentukan Pemerintah Kolonial Belanda. Ia merupakan salah seorang pemimpin
pergerakan nasional yang cukup unik kedudukannya didalam memperjuangkan kemerdekaan
bangsa.
 Mohammad Husni Thamrin memulai politiknya sebagai anggota Gementeraad atau Dewan kota
Batavia pada tanggal 27 Oktober 1919, kemudian ia memperluas gerakan politiknya hingga
menjangkau cakrawala nasional setelah ia menjadi anggota Volksraad atau Dewan Rakyat Hindia
Belanda pada tahun 1927.
Ketika diangkat menjadi anggota Gementeraad, M. H. Thamrin memiliki kesempatan untuk menyampaikan
pidatonya yang berisi:
“..yang sebenarnya saya inginkan terwujud. Sejak kecil, walaupun saya anak wedana, saya senantiasa
bergaul dengan anak-anak rakyat jelata. Sejak kecil saya dihadapkan kepada kenyataan-kenyataan pahit
kehidupan kawan-kawan saya. Banjir yang menimbulkan kemelaratan dan penyakit. Saya melihat sendiri
betapa sahabat saya mati karena malaria. Sayapun tidak merasa sepertinya bila emak sahabat saya mencuci
beras dengan air kali yang berwarna kecoklatan. Saya melihat sendiri betapa beceknya kampung dan jalan-
jalan di kampung-kampung tempat saya bermain. Betapa gelap di malam hari karena tidak ada penerangan.
Saya ingin semua itu berubah. Jalan-jalan menjadi jalan aspal. Banjir di tiadakan, air minum hendaknya air
bersih, kesehatan dapat dipelihara. Jalan mendapat lampu penerangan...” pidato tersebut sekaligus sebagai
penyampaian niat Thamrin untuk membantu kaumnya.
 Pada tahun 1927, Thamrin ditunjuk sebagai anggota Volksraad untuk mengisi lowongan
yang kosong oleh Gubernur Jendral. Bagi Thamrin, Volksraad dipandang sebagai jalan
perjuangan selanjutnya untuk menyarakan nasib bangsa Indonesia. Terlebih ketika
pergerakan politik nonkooperasi dibatasi setelah pecahnya perlawanan PKI pada tahun
1926-1927, Volksraad dipandang sebagai satu-satunya cara untuk memperoleh
kemerdekaan.
 Pada tanggal 27 Januari 1930, ia mempelopori Fraksi Nasional. Dengan beranggotakan
sepuluh orang, Fraksi Nasional ini dibentuk dengan tujuan menjamin kemerdekaan nasional
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, dengan cara mengusahakan perubahan
ketatanegaraan, kemudian menghapus perbedaan politik ekonomidan intelektual sebagai
antitesis kolonial. Thamrin juga merupakan salah satu orang yang ikut menyetujui Petisi
Soetardjo pada tahun 1936.
 Kemudian pada tahun 1939, tepatnya pada tanggal 17 Agustus dalam kedudukannya
sebagai anggota Volksraad, Mohammad Husni Thamrin bersama dengan rekan-rekannya
telah mengajukan mosi yang menyangkut pengadaan pendidikan sastra di Indonesia. Dalam
mosi itu diharapkan agar selambat-lambatnya pada tahun 1940,sebuah Fakultas Sastra
sudah dapat didirikan. Mosi ini disetujui dengan perbandingan suara 29 lawan 17 suara.
Maka daari itu Mohammad Husni Thamrin dapat dikatakan sebagai salah seorang pencipta
lahirnya pendidikan tinggi di bidang sastra.
 Selain itu, Mohammad Thamrin mengajukan mosi tentang penggunaan kata-kata
“Indonesia”, “Indonesisch”, dan “Indonesier”, sebagai pengganti kata-kata “Indie”,
“Nederland Indisch”, dan “Inlander”, dalam undang-undang ordonansi dan sebagainya.
Meskipun mendapat dukungan dari sebagian besar anggota Volksraad, mosi itu
ditolak oleh Pemerintah Belanda. Maka, sejak saat itu rasa tidak senangnya terhadap
pemerintah jajahan semakin besar. Akibatnya Pemerintah Belanda mencurigai dan
mengawasi segala tindakannya.
 Pada tanggal 6 Januari 1941, Thamrin dikenakan tahanan rumah dengan tuduhan
bekerjasama dengan Jepang. Dan akhirnya pada tanggal 11 Januari 1941
Mohammad Husni Thamrin meninggal dunia sebagai tahanan rumah. M. H. Thamrin
disebut telah berjuang di dalam Volksraad sampai akhir hayatnya. Selama karir
politiknya, M. H. Thamrin Banyak memberikan nasihat kepada pemerintah dan di
dalam lembaga Volksraad tersebut, M. H. Thamrin memiliki semangat untuk
memperjuangkan hak politik, ekonomi, dan pendidikan yang adil bagi bangsa
Indonesia.
Sekian
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai