DISUSUN OLEH
HIPZUL KHAER
MATARAM
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Waktu Pelaksanaan
27 November – 9 Desember 2023
Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini telah diperiksa, dievaluasi dan disetujui oleh
pembimbing lahan dan pembimbing akademik pada :
Hari/Tanggal :
Tahun :
Mengetahui
A. KONSEP PERSALINAN
1. Pegertian Persalinan
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,tanpa komplikasi baik
pada ibu maupun pada janin (Prawihardjo,2008)
2) Mengejan
Dalam proses persalinan normal ada 3 komponen yang amat
menentukan, yakni passenger (janin), passage (jalan lahir)
dan power (kontraksi). Agar proses persalinan berjalan
lancar, ketiga komponen tersebut harus sama-sama dalam
kondisi baik. Bayi yang ukurannya tidak terlalu besar pasti
lebih mudah melalui jalan lahir normal, jalan lahir yang baik
akan memudahkan bayi keluar, kekuatan ibu mengejan akan
mendorong bayi cepat keluar. Yang pegang kendali atau
yang paling menentukan dalam tahapan ini adalah proses
mengejan ibu yang dilakukan dengan benar, baik dari segi
kekuatan maupun keteraturan. Ibu harus mengejan sekuat
mungkin seirama dengan instruksi yang diberikan. Biasanya
ibu diminta menarik nafas panjang dalam beberapa kali saat
kontraksi terjadi lalu buang secara perlahan. Ketika
kontraksi mencapai puncaknya, doronglah janin dengan
mengejan sekuat mungkin
2. Passenger (Isi Kehamilan)
Menurut Walyani (2015) Passenger terdiri dari :
1) Janin
Selama janin dan plasenta berada dalam rahim belum tentu
pertumbuhannya normal, adanya kelainan genetik dan kebiasaan
ibu yang buruk dapat menjadikan pertumbuhannya tidak normal
antara lain:
1. Kelainan bentuk dan besar janin anensefalus hindrosefalus
janin makrosomia.
2. Kelainan pada letak kepala : presentasi puncak, presentasi
muka, presentasidahi dan kelainan oksiput
3. Selain letak janin : letak sungsang, letak lintang, letak
mengelak, presentasi rangkap (kepala tangan, kepala kaki,
kepala tali pusat).
4. Kepala janin (bayi) merupakan bagian penting dalam proses
persalinan dan memiliki ciri sebagai berikut:
(1) Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besar lahir
lahir, maka bagianlainnya lebih mudah lahir.
(2) Bentuk kepala oval, sehingga setelah bagian besar lahir
lahir,
5. Mekanisme Persalinan
Mekanisme Persalinan menurut Indiarti (2015) terdiri dari :
a. Engagement
Pada tahap engagement (kepala terfiksasi pada PAP), terjadi
g) Sentuhan.
B. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Kala I
Laten aktif
Transisi
Resti penurunan
curah jantung
Kala II
Perangansangan
reseptor nyeri pada Resiko Kerusakan Janin terjepit di jalan lahir
uterus dan serviks Integritas Kulit (Ibu)
Nyeri
Kala IV
kontraksi uterus pemulihan sistem tubuh pertambahan anggota keluarga trauma jaringan (perineum)
perdarahan Nyeri
Resti kekurangan
volume cairan
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Pengkajian kala I
1. Integritas Ego
b) Nyeri/Ketidak nyamanan
3. Seksualitas
Adanya dilatasi serviks, rabas vagina, mungkin lender merah muda, kecoklatan,
atau terdiri dari plak lendir
4. Prioritas keperawatan
b. Pengkajian kala II
1) Aktivitas Istirahat
a) Kelelahan
b) Ketidaknyamanan melakukan dorongan sendiri/tehnik relaksasi
c) Latargi
d) Lingkaran hitam di bawah mata
2) Sirkulasi : Td dapat meningkat 5-10mmHg diantara kontraksi
3) Integritas ego : dapat merasa kehilangan kontrol
4) Eliminasi
a) Keinginan untuk defekasi atau mendorong involunter pada kontraksi
disertai dengan tekanan intra abdomen dan tekanan uterus
b) Dapat mengalami rabas fekal saat mengejan
c) Distensi kandung kemih mungkin ada, urine harus dikeluarkan selama
upaya mendorong
5) Nyeri/ketidaknyamanan
a) Merintih/meringis selama kontraksi
b) Amnesia dan diantara kontraksi mungkin terlihat
c) Rasa terbakar/meregang di perineum
d) Kaki gemetar selama upaya mendrong
6) Pernapasan : frekuensi napas meningkat
7) Keamanan
a) Diaporesis
b) Bradikardi janin dapat terjadi selama kontraksi
8) Seksualitas
a) Serviks dilatasi penuh dan penonjolan 100%
b) Peningkatan perdarahan pervaginam
c) Penonjolan rektum dengan turunya janin
d) Membran dapat ruptur jika masih utuh
e) Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraksi
d. Pengkajian kala IV
1) Aktivitas Istirahat: tampak kelelahan, keletihan, mengantuk aatu berenergi.
2) Sirkulasi
a) Nadi biasanya lambat (50-70) karen ahipersensitivitas vaginal
b) TD mungkin rendah terhadap respon anastesi atau meningkat terhadap
pemberian oksitosin atau hipertensi karena kehamilan.
c) Mungkin edema paa ekstremitas dan wajah
d) Kehilangan darah selama persalinan 400-500 ml.
3) Integritas ego
a) Reaksi emosional bervariasi, seperti eksitasi tidak berminat (lelah), kecewa
b) Takut mengenai kondisi bayi baru lahir dan perawatan segera pada
neonatal.
4) Eliminasi
a) Hemoroid sering ada dan menonjol
b) Kandung kemih mungkin teraba di atas simpisis pubis atau terpasang
kateter
c) Diuresis terjadi jika tekanan bagian presentas menghambat aliran urine.
5) Makanan/cairan: haus/lapar, mual
6) Neurosensasi
a) Sensasi dan gerakan ekstremitas bawah menurun pada anestesi spinal
b) hiperfleksi
7) Nyeri/ketidaknyamanan: mengeluh nyeri pada trauma epiostomi
8) Keamanan
a) Suhu tubuh sedikit meningkat (dehidrasi, pengerahan tenaga)
b) Perbaikan epiostomi utuh
9) Seksualitas
a) Fundus keras terkontraksi
b) Drainase vagina/loklea jumlahnya sedang, merah gelap dengan bekuan
kecil
c) Perineum bebsa dari kemerahan, edema dan ekimosis
d) Striae mungkin ada pada abdomen, paha dan payudara
e) Payudara lunak, puting tegang
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kala I
1) Nyeri berhubungan dengan kontraksi uterus
2) Risiko tinggi cidera berhubungan dengan hipoksia jaringan, hiperkapnea
3) Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan perubahan hormonal
4) Risiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan suplai
darah
5) Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan aliran
darah
b. Kala II
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi,
dilatasi/peregangan jaringan, kompresi saraf, pola kontraksi semakin intensif
2) Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran balik vena,
perubahan pada tahanan vaskular sistemik
3) Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pencetusan pesalinan,
pola kontraksi hipertonik, janin besar, pemakaian forsep
c. Kala III
1) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kurangnya intake,
muntah dan diaphoresis
2) Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan, respon fisiologis melahirkan
3) Risiko tinggi terhadap cedera maternal berhubungan dengan posisi selama
melahirkan, kesulitan pelepasan plasenta
d. Kala IV
1) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelelahan,
kegagalan miometri dari mekanisme homeostatis
2) Nyeri berhubungan dengan trauma mekanis/cedera jaringan
3) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka epiostomi
4) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau peningkatan
perkembangan anggota keluarga
Intervensi Rasional
1. Kaji derajat nyeri secara verbal dan 1. Mengetahui skala nyeri pasien
non verbal. sehingga dapat ditentukan intervensi
yang tepat
2. Anjurkan berkemih 1-2 jam, 2. Mempertahankan kandung kemih
palpitasi di atas simpisis pubis. bebas distensi yang dapat
menyebabkan ketidaknyamanan.
3. Ajarkan pasien untuk mengedan 3. Mengejan yang efektif meminimalkan
yang efektif dan relaksasi saat tidak nyeri dan tenaga yang dikeluarkan
ada his. sehingga pasien tidak kelelahan.
4. Berikan analgetik/alfafrodin 4. Membantu meringankan rasa nyeri
hidroklorida atau meperidin
hidroklorida per IV/IM diantara
kontraksi.
Intervensi Rasional
1. Pantau DJJ 1. DJJ harus di rentang 120-160 x/menit
dengan variasi rata-rata percepatan
dalam respon terhadap aktivitas
maternal, gerak janin dan kontraksi
uterus
2. Catat kemajuan persalinan 2. Persalinan lama dengan perpanjangan
fase laten dapat menimbulkan
masalah kelelahan ibu, stres berat,
infeksi dan hemorargi karena ruptur
uteri menempatkan janin pada resiko
tinggi terhadap hipoksia dan cedera
3) 3. Lakukan pemeriksaan leophod 3. Abnormalitas seperti presentasi
wajah, dagu dan posterior
memerlukan intervensi khusus untuk
mencegah persalinan lama.
4. Posisikan janin miring 4. Meningkatkan perfusi plasenta,
mencegah sindrome hipotensi
terlentang.
5. Kolaborasi dalam pemberian O2 5. Menambah O2 ibu untuk ambilan
fekal
Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan perubahan hormonal
Tujuan: perubahan eliminasi urine teratasi sehingga memudahkan kemajuan
dalam persalinan
Kriteria evaluasi:
1. Pasien mengosongkan kandung kemih dengan cepat
2. Pasien bebas dari cedera kandung kemih
Intervensi Rasional
1. Catat dan bandingkan masukan dan 1. Keseimbangan intake dan output
haluaran urine cairan sehingga tidak terjadi dehidrasi
2. Anjurkan untuk sering berkemih 1-2 2. Tekanan dari bagian presentasi dari
jam kandung kemih sering menurunkan
sensasi dan mengganggu
pengosongan komplit.
3. Palpasi di atas simpisis pubis 3. Mendeteksi adanya urine dalam
kandung kemih dan derajat
kepenuhan.
4. Kolaborasi dalam melakukan 4. Distensi kandung kemih dapat
kateterisasi menyebabkan atoni, menghalangi
turunnya janin, menimbulkan trauma
pada presentasi janin.
Intervensi Rasional
1. Kaji adanya faktor maternal/kondisi 1. Situasi resiko tinggi mempengaruhi
yang menurunkan uteroplasenta. sirkulasi, kemungkinan
dimanifestasikan dengan hipoksia.
2. Pantau DJJ setiap 15-30 menit 2. Bradikardi atau takikardi merupakan
indikasi dari kemungkinan penurunan
yang memerlukan intervensi khusus.
3. Periksa DJJ segera setelah ketuban 3. Mendeteksi distres janin karena
pecah (periksa setiap 15 menit). prolaps tali pusat.
4. Pertahankan dan catat warna, jumlah 4. Pada presentasi vertex, hipoksia lama
amnion saat ketuban pecah. menyebabkan cairan amnion
berwarna mekonium karena vagal
yang merilekskan spingter anal.
5. Anjurkan pasien miring kiri. 5. Menurunkan resiko hipoksia pada
janin dan resiko prolaps plasenta.
6. Ajarkan pasien menarik napas dalam. 6. Napas dalam merilekskan otot-otot
sehingga tidak terjadi kelelahan.
Intervensi Rasional
1. Kaji TTV diantara kontraksi. 1. Selama kontraksi TD biasanya
meningkat 5-10mmHg, kecuali
selama fase transisi. Peningkatan
tahanan curah jantung dapat terjadi
bila ada hipertensi intrapartal yang
selanjutnya meningkatkan tekanan
darah.
2. Pantau adanya edema dan luasnya, 2. Kelebihan retensi cairan
pantau DJJ. menempatkan klien pada resiko
terhadap perubahan sirkulasi, dengan
kemungkinan insufisiensi
uteroplasenta dimanifestasikan
sebagai deselerasi lanjut.
3. Catat masukan parenteral dan oral 3. Tirah baring meningkatkan curah
dan haluaran secara akurat. Ukur jantung dan haluaran urine dengan
berat jenin bila fungsi ginjal penurunan berat jenis urine.
menurun. Peningkatan berat jenis dan/atau
reduksi dalam haluaran urine
menandakan dehidrasi atau
kemungkinan terjadinya hipertensi.
4. Tes urin terhadap albumin 4. Menandakan spasme glomerulus,
yang menurunkan reabsorpsi albumin.
Kadar lebih dari +2 menandakan
gangguan ginjal, kadar +1 atau lebih
rendah mungkin terjadi karena
katabolisme otot yang terjadi pada
latihan atau peningkatan metabolisme
pada periode intrapartal.
b. Kala II
1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik pada bagian presentasi,
dilatasi/peregangan jaringan, kompresi saraf, pola kontraksi semakin intensif
Tujuan : nyeri berkurang
Kriteria hasil:
1. Mengungkapkan penurunan nyeri
2. Menggunakan teknik yang tepat untuk mempertahankan kontrol, istirahat di
antara kontraksi.
Intervensi Rasional
1. Identifikasi derajat ketidaknyamanan 1. Mengklarifikasi kebutuhan ;
dan sumbernya memungkinkan intevensi yang tepat
2. Pantau dan catat aktivitas uterus pada 2. Memberikan informasi/dokumentasi
setiap kontraksi legal tentang kemajuan kontinu ;
3. Berikan dukungan dan informasi membantu mengidentifikasi pola
yang berhubungan dengan kemajuan kontraksi abnormal, memungkinkan
persalinan pengkajian dan intervensi segera
4. Anjurkan klien atau pasangan untuk 3. Pertahankan supaya pasangan tetap
mengatur upaya mengejan dengan mendapatkan informasi tentang
spontan, daripada dilakukan terus- perkiraan kelahiran ; menguatkan
menerus, mendorong selama bahwa upaya-upaya yang dilakukan
kontraksi itu berarti
5. Pantau penonjolan perineal dan 4. Upaya mengejan spontan yang bukan
rektal, pembukaan muara vagina dan terus menerus menghindari efek
tempat janin negatif dai valsava manuver
6. Bantu klien memilih posisi optimal berkenaan denan penurunan kadar
untuk mengejan (Mis jongkok, oksigen ibu dan janin
rekumben lateral, posisi semi fowler 5. Pemutaran anal ke arah luar dan
atau penggunaan kursi melahirkan). penonjolan perineal terjadi saat
Kaji keefektifan upaya untuk verteks janin turun, menandakan
mengejan ; bantu klien untuk kebutuhan untuk persiapan kelahiran
merelakskan semua otot dan 6. Posisi yang tepat dengan relaksasi
beristirahat diantara kontraksi jaringan perineal mengoptimalkan
upaya mengejan, memudahkan
kemajuan persalinan, menurunkan
ketidaknyamanan dan menurunkan
kebutuhan terhadap penggunaan
forsep
2) Perubahan curah jantung berhubungan dengan fluktuasi pada aliran balik vena,
perubahan pada tahanan vaskular sistemik
Tujuan : tidak terjadi penurunan curah jantung
Kriteria evaluasi :
1. Mempertahankan tanda vital yang tepat terhadap tahap persalinan
2. Menunjukkan DJJ dan variabilitas dalam batas normal
Intervensi Rasional
1. Pantau TD dan nadi (setiap 5-15 1. Peningkatan curah jantung 30%-50%
menit). Perhatikan jumlah dan terjadi pada tahap pengeluaran,
konsentrasi haluaran urin penajaman pada puncak kontraksi
2. Anjurkan klien untuk uterus dan kembali secara lambat
inhalasi/ekhalasi selama upaya pada status prakontraksi, saat
mengejan, dengan menggunakan kontraksi menurun atau berhenti
teknik glotis terbuka dan menahan 2. Valsava manuver yang lama dan
napas tidak lebih dari 5 detik. berulang, terjadi bila klien menahan
Katakan pada klien untuk mendorong napas saat mendorong terhadap glotis
hanya bila ia merasakan dorongan yang tertutup, akhirnya mengganggu
untuk melakukannya (dorongan tidak aliran bali vena dan menurunkan
boleh dipaksakan) curah jantung, TD dan tekanan nadi
3. Pantau DJJ setelah kontraksi atau 3. Mendeteksi bradikardia janin dan
upaya mengejan hipoksia berkenaan dengan
4. Anjurkan klien/pasangan memilih penurunan sirkulasi maternal dan
posisi persalinan yang penurunan perfusi plasenta yang
mengoptimalkan sirkulasi seperti disebabkan oleh valsava manuver
posisi rekumben lateral, posisi fowler atau posisi yang tidak tepat
atau berjongkok 4. Posisi rekumben tegak dan lateral
5. Atur infus IV sesuai indikasi ; pantau mencegah oklusi vena kava inferior
pemberian oksitosin dan turunkan dan obstruksi aorta, mempertahankan
kecepatan bila perlu aliran balik vena dan mencegah
hipotensi
5. Jalur IV harus tersedia pada kasus
perlunya memperbaiki hipotensi atau
menaikkan pemberian obat
kedaruratan
3) Kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan pencetusan pesalinan,
pola kontraksi hipertonik, janin besar, pemakaian forsep
Tujuan : tidak terjadi kerusakan integritas kulit
Kriteria evaluasi :
1. Otot-otot perineal rileks selama upaya mengejan
2. Bebas dari laserasi yang dapat dicegah
Intervensi Rasional
− TD : 100-120/60-80 mmHg
− RR : 16-20x/menit
− N : 60-80x/menit
− S : 36,5-37,4oC
Intervensi Rasional
1. Pantau TTV dan DJJ. 1. Monitor TTV dilakukan karena efek
samping okxytocin yang sering
terjadi adalah hipertensi dan
peningkatan DJJ menandakan
dehidrasi.
2. Segera beri minum melalui oral jika
2. Pantau tanda-tanda dehidrasi. ditemukan tanda-tanda dehidrasi.
3. Pelepasan harus terjadi dalam waktu
5menit setelah kelahiran, lebih
3. Catat waktu dan mekanisme banyak waktu yang diperlukan
pelepasan plasenta. plasenta untuk lepas makan lebih
banyak darah hilang.
4. Kolaborasi dalam pemberian cairan 4. Membantu memenuhi kebutuhan
perenteral cairan.
Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri pasien. 1. Skala nyeri yang tinggi atau berat
diberikan obat sesuai indikasi.
2. Beri pasien posisi yang nyaman. 2. Posisi yang nyaman membuat pasien
relaks sehingga nyeri dapat
berkurang.
3. Ajarkan pasien tehnik relaksasi 3. Relaksasi napas dalam membantu
napas dalam. mengontrol nyeri sehingga nyeri
dirasakna berkurang.
4. Lakukan massage pada daerah 4. Massage membantu merelakskan otot-
fundus untuk menurunkan nyeri dan otot dan mencegah perdarahan.
resiko perdarahan
Intervensi Rasional
1. Palpasi fundus dan masase dengan 1. Memudahkan pelepasan plasenta
perlahan 2. Menghindari rangsangan/trauma
2. Masase fundus secara perlahan berlebihan pada fundus
setelah pengeluaran plasenta 3. Menghilangkan kemungkinan
3. Bersihkan vulva dan perineum kontaminan yang dapat
dengan air dan larutan antiseptik mengakibatkan infeksi saluran
steril, berikan pembalut. asenden selama periode
4. Rendahkan kaki klien secara pascapartum
simultan dari pijakan kaki 4. Membantu menghindari regangan
5. Kolaborasi pemberian oksitosin otot
IV, posisikan kembali uterus di 5. Meningkatkan kontraktilitas
bawah pengaruh anastesi, dan miometrium uterus
berikan ergonovin maleat IM 6. Membatasi potensial infeksi
setelah penempatan uterus endometrial
kembali
6. Kolaborasi pemberian antibiotik
profilaktik
d. Kala IV
1) Risiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kelelahan,
kegagalan miometri dari mekanisme homeostatis.
Tujuan: kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria evaluasi:
1. Pasien tidak terdapat tanda-tanda dehidrasi
2. Haluaran urine adekuat
3. Mukosa bibir lembab
Intervensi Rasional
1. Pantau TTV, terutama suhu. 1. Peningkatan suhu menandakan
dehidrasi
2. Pantau DJJ. 2. Pada awalnya DJJ meningkat karena
dehidrasi dan kehilangan cairan.
3. Ukur masukan cairan dan haluaran 3. Mengetahui adanya dehidrasi
urine. sehingga dapat segega dilakukan
intervensi yang tepat.
4. Berikan masukan cairan 4. Mengganti kehilangan cairan.
peroral/parenteral
Intervensi Rasional
1. Kaji skala nyeri pasien. 1. Skala nyeri yang tinggi atau berat
diberikan obat sesuai indikasi.
2. Beri pasien posisi yang nyaman. 2. Posisi yang nyaman membuat pasien
relaks sehingga nyeri dapat
berkurang.
3. Ajarkan pasien tehnik relaksasi 3. Relaksasi napas dalam membantu
napas dalam. mengontrol nyeri sehingga nyeri
dirasakna berkurang.
4. Lakukan massage pada daerah 4. Massage membantu merelakskan
fundus untuk menurunkan nyeri dan otot-otot dan mencegah perdarahan.
resiko perdarahan
Intervensi Rasional
1. Observasi TTV terutama suhu. 1. Perubahan suhu menandakan
terjadinya infeksi.
2. Kaji tanda-tanda infeksi. 2. Adanya tanda-tanda seperti kalor,
dolor, rubor, tumor dan fungsiolaesia
menandakan terjadinya infeksi segera
berikan intervensi yang tepat.
3. Pertahankan tehnik aseptik. 3. Tehnik aseptik menurunkan resiko
terjadinya infeksi kepada pasien
ataupun perawat.
4. Kolaborasi dalam pemberian 4. Antibiotik sesuai indikasi membantu
antibiotik dan kaji efek samping menghambat mekanisme terjadinya
infeksi sehingga pasien tidak
mengalami efek samping yang tidak
diinginkan.
4) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan transisi atau peningkatan
perkembangan anggota keluarga.
Tujuan: penerimaan anggota baru dalam keluarganya
Kriteria evaluasi:
1. Ibu mengatakan merasakan kebahagiaan memiliki bayi.
2. Ibu tampak menyusui bayinya dengan penuh cinta
3. Ibu tampak menerima kehadiran bayi.
Intervensi Rasional
1. Observasi interaksi ibu dan bayi 1. Kontak mata, posisi menghadap
serta keluarganya. wajah menandakan penerimaan yang
baik atas kehadiran bayinya.
2. Perilaku atau pengunggkapan secara
2. Catat adanya pengungkapan atau verbal mengenai kekecewaan
perilaku yang menunjukkan terhadap kelahiran, berikan KIE
kekecewaan. tentang keadaan bayi dan
penanganan yang tepat.
3. Berikan ibu menyusui bayinya. 3. Menyusui secara dini memberikan
kesempatan kepada bayi lebih dekat
dengan ibu dan mendapatkan nutrisi
penting dari ASI.
4. Anjurkan pasien dan keluarga 4. Kedekatan ibu, bayi dan keluarga
menggendong bayinya memberikan kehangatan pada bayi
sehingga bayi menjadi tenang.
D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tindakan yang dilakukan sesuai dengan rencana asuhan
keperawatan yang telah disusun atau ditentukan sebelumnya berdasarkan rencana
tindakan yang telah dibuat, dimana tindakan yang dilakukan mencakup tindakan mandiri
dan kolaborasi (Tarwoto & Wartonah, 2003).
E. EVALUASI
a. Kala I
1) Nyeri berkurang dan terkontrol
2) Tidak terjadi cedera janin
3) Perubahan eliminasi urine teratasi
4) Tidak terjadi kerusakan pertukaran gas
5) Tidak terjadi penurunan curah jantung
b. Kala II
1) Nyeri berkurang atau terkontrol
2) Klien mempertahankan tanda vital yang tepat
3) Klien tampak mengejan
c. Kala III
1) Pemenuhan kebutuhan cairan adekuat
2) Nyeri berkurang atau terkontrol
3) Tidak terjadi cidera
d. Kala IV
1) Pemenuhan kebutuhan cairan adekuat.
2) Nyeri berkurang atau terkontrol
3) Tidak terjadi infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Martin, Reeder dkk. 2011. Keperawatan Maternal Kesehatan Wanita, Bayi dan