demokratis. Persoalannya, pemilihan umum tidak serta merta menghasilkan kelompok elit
yang bertanggungjawab untuk mewujudkan kesejahateraan publik. Buktinya, masih banyak
terjadi kasus korupsi yang melibatkan pihak eksekutif dan legislatif. Sebagai warga negara
bertanggungjawab, (1) analisislah mengapa demokrasi dapat menghasilkan kelompok elit
yang tidak bermutu dan (2) coba temukan solusi bagaimana caranya agar publik, melalui
demokrasi, dapat menghasilkan kelompok elit yang bermutu. Sehubungan dengan
pemberitaan di atas, cobalah jawab pertanyaan-pertanyaan berikut secara argumentatif:
a. Menurut Anda, dari sudut pandang warga negara yang bertanggungjawab, apakah hak
atas udara yang bersih merupakan hak warga negara?
b. Lalu, sekiranya pembangunan ekonomi berdampak pada meningkatnya polusi udara,
apakah dengan demikian pemerintah mesti menghentikan pembangunan ekonomi?
Jawaban :
1) Demokrasi dapat menghasilkan kelompok elit yang tidak bermutu karena dalam
konteks demokrasi lokal, terdapat fenomena dinasti politik yang muncul seiring
dengan diberlakukannya Pemilukada langsung pertama kali di Indonesia pada tahun
2005. Fenomena ini memungkinkan para elit untuk mengkooptasi proses
demokratisasi di tingkat lokal, yang pada akhirnya dapat mengakibatkan terbentuknya
kelompok elit yang kurang bermutu. Selain itu, momentum transisi dari
otoritarianisme menuju demokrasi, yang ditandai dengan kebijakan otonomi daerah,
dimanfaatkan oleh kedua kelompok elit untuk berkuasa secara penuh di daerahnya.
Hal ini dapat mengakibatkan terbentuknya kelompok elit yang kurang bermutu karena
proses seleksi dan penunjukan elit tidak selalu didasarkan pada kualifikasi dan
kapabilitas yang sesungguhnya, melainkan lebih dipengaruhi oleh faktor politik dan
kepentingan pribadi.
Dan dalam hal ini menurut saya, terdapat risiko bahwa kelompok elit yang kurang
bermutu dapat merugikan proses demokratisasi dan pembangunan di tingkat lokal.
Ketika proses seleksi dan penunjukan elit tidak mempertimbangkan kualifikasi dan
kapabilitas yang sesungguhnya, tetapi lebih dipengaruhi oleh faktor politik dan
kepentingan pribadi, maka pemerintahan lokal mungkin diisi oleh individu atau
keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Referensi : Djati, W. R. (2014). Revivalisme kekuatan familisme dalam Demokrasi:
dinasti politik di aras lokal. Masyarakat: Jurnal Sosiologi, 203-231.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, demokrasi dapat menjadi alat yang lebih
efektif untuk membentuk elit yang berkualitas dan berkomitmen untuk melayani
kepentingan masyarakat secara adil dan transparan.
Pasal 28 H ayat (1) UUD 1945 dengan tegas menyatakan bahwa "Setiap orang berhak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat," yang menggambarkan hak fundamental
setiap warga negara untuk menikmati udara yang bersih sebagai bagian integral dari
kehidupan yang layak. Dalam kerangka ini, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
menegaskan bahwa hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat adalah hak asasi
manusia yang harus dijamin oleh negara.
Berdasarkan hal ini, partisipasi aktif dalam upaya pelestarian dan perlindungan
lingkungan, termasuk menjaga kebersihan udara, menjadi kunci untuk mewujudkan
hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Melalui tindakan nyata, kita dapat
membantu memastikan bahwa lingkungan yang kita warisi dari generasi sebelumnya
tetap lestari demi kemakmuran dan kesejahteraan bersama.
Dalam hal ini menurut saya, alternatif yang lebih baik adalah mengadopsi pendekatan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Pemerintah dapat
menerapkan kebijakan dan regulasi yang memastikan pertumbuhan ekonomi yang
seimbang dengan perlindungan lingkungan. Beberapa langkah yang dapat diambil
antara lain: