Anda di halaman 1dari 10

Thariq Malikul Mulki

20232882030
S2 MARS UM Surabaya
Rangkuman Kuliah Manajemen SDM Pertemuan 8
(Widodo J. Pudjirahardjo., dr., M.S., M.PH., DR.P.H.)
LEADERSHIP DAN MANAJEMEN PERUBAHAN
Harus ditanamkan dalam pikiran bahwasanya kalau membahas leadership berkaitan dengan
manajemen perubahan. Karena perubahan adalah sesuatu yang pasti terjadi. Sehingga harus
pandai memproyeksikan perubahan tersebut yang nantinya tertuang dalam Renstra atau RSB,
dan disitulah pentingnya leadership. Jangan
takut pada perubahan, justru kita harus menyiapkan perubahan.
Leadership:
1. Selalu menunjukkan arah/direction
2. Selalu encourage
3. Selalu meberi motivasi/motivation
4. Selalu memberikan inspirasi/inspire people
5. Harus bisa memberdayakan tim/Empowering people
6. Harus open minded/share vision
7. Harus menjadi leader untuk sebuah perubahan
Pegertian leadership:
 Leadership is the ability to develop a vision that motivates or influences
other to move with a passion toward a common goal  kata kunci yaitu
kemampuan yang harus di bangun
 The ablitiy to influence people  bukan hanya satu orang tapi masyarakat
terutama dalam organisasinya
 Seorang manajer belum lengkap kalau belum menjadi leader
Bases of influence  menurut French dan Raven
1. Pengakuan  bukan pengangkatan, tapi diakui oleh banyak orang
2. Panutan  dijadikan panutan dalam masyarakat/organisasi
3. Keahlian yang dibutuhkan orang lain  terutama keahlian tertentu yang
dibutuhkan oleh organisasi
4. Disegani  karena perilaku yang baik tadi sehingga menjadi panutan
5. Empati
6. Otoritas dan status
Leadership & deep change
There is an important link between deep change at the people level and deep change at the
organizational level  jadi terdapat hubungan antara perubahan pada masyarakat dan
perubahan pada organisasi,
Yang terlibat kinerja organisasi

Harus dengan baik mengelola SDM karena semua pola diatas sangat bergantung pada SDM.
Seperti agar kinerja yang dihasilkan fokus pada costumer baik eksternal maupun internal.
Kinerja yang dinilai mulai dari staff, tim, unit kerja dan organisasi. Dan yang sangat
bertanggung jawab terhadap SDM dan kinerjanya adalah kepala unit kerja SDM. Jadi kepala
unit kerja harus memiliki kemampuan manajerial. Bukan hanya kemampuan manajerial
tetapi jiwa kepemimpinan juga harus dilatih dan dibentuk. Jadi harus dilakukan day to day
komunikasi, coaching atau pengarahan, supervision, monitoring, evaluation, feedback. Kalau
sibuk bisa dilakukan penunjukan supervisor, tapi supervisor yang terpilih harus melakukan
itu semua mewakili manajer. Jadi kegiatan diatas juga tidak lepas dari dukungan oleh HRD,
litabang, diklat, keuangan, dan kondisi. Litbang diperlukan untuk survey kepuasan karyawan,
sehingga bisa dijadikan ukuran terhadap manajerial yang dilakukan.
Diklat diperlukan untuk meningkatkan keterampilan dan pelatihan softskill. Kondisi yang
dimaksud perlu ditata terkait Sistem manajemen, tupoksi, logistic, dan sarpras.
Pada penerapan diatas pasti ada perubahan dan ada yang resisten  tidak
usah takut tterhadap perubahan itu, karena itu proses natural
Harus membawa individu kea rah future state. Dan sering-sering membaca bagaimana
mengatasi orang-orang resisten. Orang yang resisten setelah ada perubahan justru jangan di
punishment
Siapa Manajer
 Sekertaris/Ka-TU
 Kepala Instalasi/Unit kerja
 Kasi dan Kasubag
 Kabid dan Kabag
 Ketua Komite, Ketua SPI
 Wadir dan Direktur
Apa tugas manajer
 Mengembangkan organisasi  klo bisa setiap tahun ada inovasi
 Mengambil keputusan  jangan takut mengambil keputusan, dan buat cacatan
harian mengenai keputusan yang telah di tetapkan kemarin sudah pas atau belum
 Menyelesaikan masalah
 Penggerakan mencapai tujuanyang telah ditetapkan  baik tujuan tahunan
maupun tujuan strateginya
 Untuk menjalankan tugas diatas maka dibutuhkan jiwa leadership
pada setiap manajer
Manajer vs Leader (Manajer itu pimpinan, kalau leader itu pemimpin)
Leadership Philosophies  (PSF)
 Personal effectiveness  mengendalikan diri sendiri (Awarness, Ability, and
Commitment)
 Social responsibility (personal)  jadi pencerah di lingkungan (Emphaty,
equality, and humanitarianism)
 Four P’  sasaran (People, purpose, process, and probity)

How culture (OC) is created  organizational behavior (OB) build


organizational culture (OC)
 Kepemimpinan penting untuk membangun budaya organisasi, jadi tidak hanya
manajer tapi leadership juga dibutuhkan. Dan budaya organisasi menentukan citra
dimasyarakat, dan menentukan organisasi akan berhasil atau tidak.

 Budaya atau core value juga harus tertulis dalam renstra


Leadership + culture make a difference
 Leadership penagruh ke kinerja/performance cukup besar, akan tetapi kinerja/
performance akan lebih besar lagi jika disertai pengaruh budaya organisasi. Karena
dengan budaya semua anggota geraknya relative tertata dengan baik. Jadi leadership
jangan hanya fokus ke kinerja, tapi juga fokus ke budaya organisasi agar lebih beefek
penginkatan kinerjanya

Daftar Pertanyaan:
- Berapa minimal SDM di sub unit IT agar proses kerja berjalan
lancer, selain kepala unit IT?

Jadi kepala unit kerja IT harus paham manajemen. Jadi minimal SDM yang
dibutuhkan disesuaikan dengan subsystem manajemen ada 6, yaitu sistem analis,
programmer, hardware specialist, network specialist, auditor IT dan statistican. Akan
tetapi harus disesuaikan dengan dana yang dimilki untuk mengembangkan sistem IT
di RS. Beberapa orang itu merupakan hal dasar yang harus dimiliki dalam
membangun dan mengembangkan IT. Dan jika SDM tadi sudah dimiliki maka
sebaiknya sistem IT dibangun dengan SDM sendiri tanpa mengundang/kontrak
dengan vendor

- Bagaimana menjaga keseimbangan agar pasien selaku user gatuk


dalam pemanfaatan digitalisasi di rumah sakit. Soalnya SDM user
juga bervariasi?
Untuk user:
1. Peraturan undang-undang terkait kerahasian data medik. Jadi walaupun ada
perintah dari kemenkes jagan lupa membuat pernyataan tertulis dan pasien dan
keluarganya untuk memasukkan data medisnya dalam satu sehat. Jadi semua petugas
rumah sakit tetap harus minta izin kepada pasien untuk melakukan itu.
2. Kalau kepentingan pasien yaitu pendaftaran harus bisa diakses dari rumah, klo bisa
dalam bentuk web dan ditunjang dengan Bahasa pasien.
3. Sebetulnya pasien juga membutuhkan informasi terkait hasil medis, jadi harus
kita ajari bahwa nanti akan dikirim melalui sistem dan dapat dilihat dalam sistem.
4. Dalam pendaftaran tadi dokter yang bertugas harus tercantum secara jelas. Jadi
misal hari ini poli penyakit dalam siapa dokternya, itu penting untuk diketahui oleh
pasien. Jadi dokter juga tahu ada berapa pasien yang sudah mendaftar dalam di
polinya.
5. Ketersediaan kamar juga harus ada dalam sistem agar pasein tahu berapa kamar
baik kelas 1, 2, 3 yang bisa digunakan jika dibutuhkan rawat inap. Dan sistem
pendfataran, dokter yang bertugas, ketersediaan kamar harus bisa diakses dari luar,
bukan hanya dalam lingkungan RS saja.
- Terkait legalitas dan keamanan baik itu nama hinga penyakit, soalnya
itu sebuah privasi individu. Dan apakah sudah ada undang-undang
yang mengatur itu ketika ada orang yang sengaja membongkar atau
tidak izin kepada yang bersangkutan? Soalnya LSM sampai datang dan
menanyakan terkait hal tersebut!

Jadi di Undang-undang RS no 44 tahun 2009 sudah diatur termasuk dalam Undang-


undang kesehatan yang baru no 17 tahun 2023. Jelas dikatakan bahwa data medik itu
milik pasien dan kalau diekspose atau lainnya harus dalam persetujuan pribadi yang
bersangkutan, soalnya hal tersebut masuk dalam pidana jika melanggar. Jadi seluruh
staff rumah sakit juga harus paham tentang itu. Keywoard untuk mencari dalam
undang-undang yaitu “data medik”

- Terkait undang-undang yang baru, bagaimana kalau pasien menjadi


objek penelitian, apakah diawal yang bersangkutan masuk rumah
sakit baik dari IGD, IRJ dan Rawat Inap, kan Cuma hanya informed
consent pelayanan medis saja, bagaimana kalau pada saat yg
bersangkutan di rawat dan menjadi obyek dari penelitian, apakah
dalam informed
consent kita cantumkan keseluruhan, baik ttg pelayanan medis maupun
obyek penelitian?

Jadi agar legalitas lebih kuat maka semua informed consent dipisah, tidak digabung
menjadi satu. Jadi ada sendiri informed consent terkait penanganan medis sendiri,
informed consent terkait kerahasiaan dan data pasien yang dimasukkan dalam satu
sehat itu sendiri, dan informed consent sebagai subyek penelitian itu sendiri. Jadi
lebih jelas dan minimal informed consent dalam di RS terdiri dari tiga poin tadi.
Karena jika dijadikan satu pernah ada ketika pasien sudah mendapatkan pelayanan
dan jadi obyek penelitian tetapi tiba tiba mengatakan kalau pasien tidak setuju untuk
jadi obyek dan hanya setuju jika diberikan pelayanan medik.

- Apakah data medik yang diberikan ke pasien itu cukup diagnose


atau juga ada hasil pemeriksaan dll?

Semua data medik pasien menjadi hak pasien, jadi jika rumah sakit menolak bisa
bermasalah secara hukum. Perlu diketahui yg menjadi hak pasien data medik bukan
dokumen medik. Jadi saat ini tiap rumah sakit harus ada kebijakan sendiri yang
mengatur terkait tentang data medik pasien.
Seharusnya tanpa diminta pun rumah sakit sudah harus memberikan. Kecuali kalau
yang meminta orang lain itu yang tidak boleh dan jika boleh pun harus seizin
pemilik, tetapi didalam undang-undang ada aturan tambahan kecuali
dalam kondisi tertentu, misal dalam kondisi tertetnu seperti penyakit sangat menular.
Dan dalam undang-undang juga di jelaskan secara khusus apa saja kondisi tertentu
tersebut.

- Bagaimana dengan rekam medis dalam keadaaan emergency dan


harus dirujuk ke rumah sakit lain? Apakah juga perlu persetujuan dan
data medik pasien saja atau harus lengkap?

Dalam keadaan emergency data lengkap medis haru diberikan tapi antar petugas
rumah sakit dan bukan kepada keluarga atau orang pengantar untuk mnejelaskan
terkait keadaan pasien. Dan hal ini berbeda dengan satu sehat. Satu sehat hanya bisa
melihat data bahwa dengan ibu ini pernah dirawat dan didagnosis apa saja. Jadi
berbeda dengan pola yang adad ala fitur BPJS
terkait emergency saat ini

- Terkait data medis dan dokumen rekam medis itu perbedaan


yang sangat tampak di bagian mana nya?

Yang beda hanya bentuk fisik saja. Jadi dokumen rekam medis tidak boleh diberikan
ke siapapun termasuk pasien, tapi isinya mulai kata pertama sampai kata terakhir itu
milik pasien. Dan itu boleh diminta dan harus diberikan kepada pasien. Walaupun
asuransi seperti BPJS maupun nonBPJS meminta wajib hukumnya tetap dalam
persetujuan pasien, dari pada RS
dituntut secara hukum. Cuma carut marutnya kan soalnya BPJS berkaitan dengan
rupiah, seharusnya tidak boleh BPJS meminta tanpa persetujuan pasien dan kita
tidak mungkin menyuruh BPJS untuk meminta persetujuan langsung kepada pasein.

- Bagaimana kalau ada sengketa hukum terkait perbedaan


penatalaksaanaan dari satu ahli dan ahli lain. Lalu backup hukumnya
apa terkait sengketa tersebut? Apakah dengan satu sehat bisa dijadikan
sebagai PPK untuk dijadikan pembelaan disana?

Jadi tolong PPK nya ditata, tetapi tidak cukup dengan PPK tapi dilengkapi dengan
clinical guidance. Clinical guidance itu hampir sama seperti evidence base medicine
artinya hampir sama dengan pengalaman yang ada di RS, ditulis dalam clinical
guidance per kasus penyakit. Karena clinical guidance jauh lebih oprasional dari
pada PPK. Menurut rumor dalam poin akreditasi akan dimasukkan syarat PPK,
clinical guidance dan clinical pathways/SOP. Resume medik juga harus benar dan
lengkap, karena nanti berefek pada kesalahan coding dan berefek juga terhadap
jaspel.

- Apakah sudah ada paying hukum terkait telemedicine? Soalnya takut


ketika diberi obat X tpi pasien tidak jujur dan akhirnya ada efek
samping timbul dan menuntut bagaimana?
PP terkait telemedicine dll itu pedomannya masih dipersiapkan. Sambil menunggu
kalau bisa jangan memberi kausal terapi kalau hanya melalui telemedicine tanpa
pemeriksaan fisik, sebaiknya jagan memberi kausal terapi/jagan memberi terapi
untuk penyembuhan tetapi simptomatis saja dulu sambal diberi edukasi apa yang
perlu dilakukan oleh yang bersangkutan, untuk menghindari komplikasi dan side
effect obat. Jadi dalam sistem IT yang dibangun harus ada waning sign yang diiisi
pasien terkait alergi makanan dan obat-obatan, pernah operasi ginjal atau tidak,
apakah saat ini menjalani hemodialisis atau tidak

- Untuk bagian SPI (Satuan Pemeriksa Internal) job


description/tugasnya apa?

Jadi dalam permenkes ada diuraikan tentang SPI secara singkat bahwa tugasnya:
1. Pembimbingan  tangan kanan direktur, harus membimbing unit-unit kerja
2. Pemeriksa  harus membantu direktur untuk melakukan pemeriksaan
termasuk audit di tiga area (oprasional, keuangan, teknis)
3. Pengawasan
4. Konsultan Internal  jadi boleh unit” kerja ke SPI untuk mancari atau
diskusi terkait permasalahan yang ditemukan
Jadi jika dilihat dari uraian diatas maka apabila SPI masih bisa duduk dan baca koran
maka mereka belum paham tugasnya apa. Atau yang memerintah SPI itu salah. Jadi
harus dituliskan dalam SO-TK sehingga jelas tugas, kewenangan dan
tanggungjawabnya apa.

- Masih terkait dengan SPI, yang kita amati ketua maupun anggota
SPI bekerjanya part time tidak full time, karena merangkap jabatan
seharusnya kan tidak diberi pekerjaan lain, baiagaimana sebaiknya?

Mohon dibuka Undang undang no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, secara SO-TK
dalam undang-undang wajib ada SPI, makanya SPI tidak boleh merangkap. Dan SPI
bukan satuan pengawas tapi pemeriksa, meskipun salah satu tugasnya pengawasan.
Jadi harus ditugaskan khusus dan fulltime. Dan jangan dilupa untuk ditata jaspelnya
agar semangat kerjanya tinggi.
Bahkan ada beberapa rumah sakit yang SPI nya dari luar dan kerja secara full time.
Jadi tiap hari harus keliling supaya apa poin diatas berjalan betul.

- Bagaimana jika SPI diisi oleh orang rumah sakit yang terdiri dari
berbagai bidang baik perawat, dokter dll. Akan tetapi orang orang
itu tadi terdiri dari PNS yang SK mereka itu bekerja bukan pada SPI
jadi harus part time, itu bagaimana cara mengatasinya?

Harus ada pendekatan dari pemilik dalam hal ini pemerintah daerah untuk menata
credit point kinerja SDM yang bekerja di SPI, supaya tidak bingung
seperti yang pertanyaan tadi. Meskupin dia dokter spesialis, tapi secara oengalam
saya sebetulnya tidak perlu dokter spesialis karena tidak masuk kepada pengawasan
dan pemeriksaan yang area medik. Pengawasan dan pemeriksaannya hanya pada area
oprasional. Jadi penataan harus benar, misal untuk SPI bagian oprasional cukup
dokter umum dan perawat. Untuk yang keuangan harus SDM dengan background
keuangan. Untuk teknis brrti SDM dibidang teknis seperti insinyur yang bekerja di
rumah sakit. Dan SPI berbeda dengan dewan pengawas walaupun relative iya tapi,
untuk dewan pengawas itu lebih bersifat ke strategis dan kebijakan sedangkan SPI
bersifat teknis dan oprasional. Minimal ada 3-4 orang SDM yang ditugaskan dalam
SPI, tapi jika kemampuan rumah sakit sudah mencukupi, SDM SDI bisa ditambah 6-
9 orang.

- Apakah leadership itu dominan dari bawaan lahir atau diciptakan


oleh lingkungan atau Pendidikan?

Secara pengalaman, maka lebih banyak ditentukan lebih banyak ditentukan dari
perjalanan hidup (penyiapan diri), meskipun ada trait teori berdasarkan genetic tapi
itu hirarki bukan behaviournya. Jadi jangan ragu untuk membangun jiwa leadership
dalam diri, karena bukan hanya sekedar genetic.

- Leadership kan bisa disiapkan, akan tetapi masih bingung area mana
yang perlu dipersiapkan. Kalau mendengar dari penjelasan tadi ada
pengetahuan, pemahaman, kesadaran, sikap dalam bertindak, itu
area mana agar muncul jiwa leadership yang kuat?

Leadership bisa dibentuk:


1. Melalui pengalaman  jadi tolong membuat suatu kegiatan untuk
membangun jiwa leadership dalam tim. Tapi harus tertata atau ada yang
mengelola
2. Melalui pelatihan  harus diarea soft skill, jangan cuman hard skill, tidak
salah tapi kurang. Contoh soft skill seperti pelatihan komunikasi, dalam
komunikasi saja ada 5 pilihan seperti komunikasi persuasive, instruktif, dll.
Contoh lain tentang pelatihan emphaty, seperti pada saat merawat pasien,
membina anak buah, dsb.
- Apakah masyarakat dengan karakteristik khusus berperan besar
dalam mempengaruhi gaya kepemimpinan kita? Karena Indonesia
utamanya, memilki karakteristik yang sangat berbeda-beda di tiap
daerah?

Jadi benar, oleh karena itu, semua style leadership harus dikuasai, agar bisa memilih
style mana yang tepat untuk menghadapi rekan kerja yang memilki karakteristik
berbeda-beda. Jadi semua style leadership harus dipelajari, dan semua style
dibutuhkan, tidak ada style yang lebih baik dari style yg lain.

Anda mungkin juga menyukai