Anda di halaman 1dari 24

Mengapa virus itu

bertandang ke
kampung kami?
Kel 4 : Ellie, Eugenie, George, Graciela
TEMA
CERPEN
-> Kepedulian
2
TOKOH
Dan
PENOKOHAN

3
TOKOH
1.) Abah 2.) Istri Abah 3.) Warga
Rokandi Rokandi Kampung

4.) Abah 5.) Anak 6.) Menteri


maman Abah Maman Desa

4
Penokohan dan bukti
Abah Rokandi
-Bimbang : “Abah Rokandi lama termenung. Bagaimana caranya ia menjelaskan semua
itu kepada warga kampung?”
-Penuh penyesalan : “Kini, penyesalan sebesar gunung mengimpit Abah Rokandi.”
-Penakut :”Ia takut ”dicovidkan”padahal mungkin saja batuknya itu hanya batuk kering
biasa.”
-Tidak tegaan :”Maka, saat tengah malam ia terjaga dari tidur sebab dadanya terasa sakit,
Abah Rokandi tak tega jika harus membangunkan istrinya yang terlelap.”
-Perhatian :”Namun, ia ingin jika saat itu tiba, ia tidak banyak merepotkan.”

Menteri desa
-Peduli : “Mantri desa yang memeriksanya menganjurkan agar Abah Maman segera
dirujuk ke rumah sakit umum daerah.
5
Penokohan dan bukti
Istri Abah Rokandi
-Peduli dan perhatian : “”Hayu urang ka puskesmas atuh, Bah,” ajak istri Abah Rokandi. Ia
begitu khawatir melihat keadaan suaminya yang beberapa hari belakangan ini
batuk-batuk hingga wajahnya yang putih berubah memerah.

Warga kampung
-Suka menolong :”Mereka yang selalu sigap bahu-membahu menolong siapa
pun yang tertimpa musibah. Apalagi, jika ada yang meninggal.Tanpa dikomando
warga sekampung sudah tahu apa saja yang harus mereka lakukan.”
-Waspada :”Tidak ada satu warga pun yang berani keluar rumah. Pun dengan warga dari
luar kampung, tidak ada yang berani datang.Mereka masih menunggu hasil swab
keluarga Abah Maman,”
6
Alur dan plot

7
ALUR
Alur campuran

Maju Mundur
Cerpen menceritakan kehidupan Abah DI dalam cerpen dapat diketahui
Rokandi mulai dari saat dia dimana Abah Rokandi
mengetahui akan kematian Abah menceritakan kembali asal usul
Maman hingga kematiannya sendiri Abah Maman bekerja di kota
yang keduanya disebabkan oleh virus hingga saat dia terjerat virus
Covid. (Progresif) Covid. (Flashback)

8
Plot
- Konflik batin :
Karena abah Rokandi menyesali tidak memperingatkan temannya
abah Maman untuk tidak kerja di Jakarta dulu karena kondisi yang
lagi buruk. Abah Rokandi menjadi menyesal dan terus pikir itu
kesalahannya.

Kini, penyesalan sebesar gunung mengimpit Abah Rokandi. Ah, seandainya


saja dahulu ia melarang Abah Maman dan rombongannya untuk berangkat
ke Jakarta. Mungkin musibah ini tak pernah terjadi.

9
Latar
Waktu, Tempat, Suasana

10
Latar waktu

- “Hari belum terlalu matang, tetapi langit begitu


kelam”; “Tadi subuh” = subuh hari
- “Tadi malam selepas shalat Isya” = sekitar jam 7
malam
- “Tengah malam ia terjaga dari tidur” = jam 12
malam

11
Latar tempat
1. Masjid di kampung = “...pria berjalan gontai keluar
dari masjid. Itu Abad Rokandi, lurah di kampung
yang bertetangga dengan Sungai Citanduy itu.”
2. Rumah duka = “...tidak diperbolehkan mendekati
rumah duka,...”
3. Rumah Abah Rokandi = “Semua areah rumahnya
disemprot cairan berbau menyengat…”
- Dapur = “...menyeret kakinya menuju dapur.”
4. Ibu Kota, Jakarta = “...mereka nekat berangakat ke
Jakarta.”

12
Latar suasana

- Sedih = “...sudut matanya basah, bahunya


terguncang” ; “Wajah orang sekampung hari itu
mendung”
- Hening = “Semua warga membisu dan terduduk
lemas…”
- Mencekam = “Suasana kampung semakin
mencekam,...”

13
Sudut
Pandang
Orang ketiga

14
Amanat
Kita harus peduli dengan sesama dan
tidak menyepelekan virus yang beredar.
Tetap berhati-hati dan saling menjaga
satu sama lain, saling mengingatkan agar
tidak terjadi penyesalan.

15
Nilai kehidupan
Moral, budaya, sosial, agama

16
NIlai moral
NIlai moral dari kisah ini diambil dari Penyesalan
terlambat yang dialami abah Rokandi

Bukti :
Kini, penyesalan sebesar gunung menghimpit Abah Rokandi. Ah,
seandainya saja dahulu ia melarang Abah Maman dan rombongannya
untuk berangkat ke Jakarta.

17
Nilai budaya
Nilai budaya pada cerpen ini dapat dilihat dimana mereka
saling membantu yang menerapkan gotong royong
Bukti :
Mereka yang selalu sigap bahu-membahu menolong siapa pun yang tertimpa musibah.
Apalagi, jika ada yang meninggal. Tanpa dikomando warga sekampung sudah tahu apa saja
yang harus mereka lakukan. Para pria dewasa berpencar ke masjid, rumah duka, dan tempat
pemakaman. Sementara para wanita dengan cekatan akan menuju pabeasan, menyiduk
sekitar lima cangkir beras yang kemudian dimasukkan ke sebuah baskom ukuran sedang
yang atasnya ditutup sehelai kain, bergegas menuju rumah duka untuk melayat, dan
meringankan beban keluarga yang ditinggalkan. Mereka dengan sukarela mengurus
persiapan tahlilan yang biasanya diadakan empat puluh hari berturut-turut. Warga di
kampung itu diajarkan oleh nenek moyangnya untuk bersahabat dengan takdir, termasuk
kematian.
18
Nilai sosial
Nilai sosial pada cerpen ini ditunjukkan pada kemauan Warga
kampung untuk saling membantu warga lainnya yang
membutuhkan
Bukti :
Mereka yang selalu sigap bahu-membahu menolong siapa pun yang tertimpa musibah. Apalagi,
jika ada yang meninggal. Tanpa dikomando warga sekampung sudah tahu apa saja yang harus
mereka lakukan. Para pria dewasa berpencar ke masjid, rumah duka, dan tempat pemakaman.
Sementara para wanita dengan cekatan akan menuju pabeasan, menyiduk sekitar lima cangkir
beras yang kemudian dimasukkan ke sebuah baskom ukuran sedang yang atasnya ditutup sehelai
kain, bergegas menuju rumah duka untuk melayat, dan meringankan beban keluarga yang
ditinggalkan. Mereka dengan sukarela mengurus persiapan tahlilan yang biasanya diadakan
empat puluh hari berturut-turut. Warga di kampung itu diajarkan oleh nenek moyangnya untuk
bersahabat dengan takdir, termasuk kematian.
19
Nilai Agama
Nilai agama pada cerpen ini adalah melakukan
kewajiban : solat isya

Salat Isya adalah salah satu salat dari salat lima waktu yang
dilakukan setelah awan merah di ufuk barat menghilang sampai
menjelang terbitnya matahari. Salat ini terdiri dari 4 rakaat. Salat
Isya ialah salat harian ke-5 dalam Islam.

20
Kebahasaan

21
Majas

- Kumulonimbus menyelimuti matahari yang hendak berpulang


(personifikasi)
- telah lebih dulu digandeng Malaikat Izrail. (eufimisme)
- jenazah Abah Maman akan dikebumikan di pemakaman khusus
covid. (eufimisme)
- Kala itu, hampir setiap waktu televisi berkicau tentang Jakarta
yang berada dalam zona merah. (personifikasi)
- Warga di kampung itu diajarkan oleh nenek moyangnya untuk
bersahabat dengan takdir, termasuk kematian. (personifikasi)
- Kini, penyesalan sebesar gunung menghimpit Abah Rokandi.
(hiperbola)

22
Ungkapan

- Hari belum terlalu matang (belum sampai siang)


- saat tiba-tiba beberapa orang petugas kesehatan berbaju
ninja (menggunakan pakaian medis anti virus)

23
TERIMAKASIH

24

Anda mungkin juga menyukai