Anda di halaman 1dari 3

1.

Perkola

Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan salah satu ekstraksi dingin. yaitu perkolasi. Perkolasi adalah
proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia
dalam suatu perkolator. Perkolasi bertujuan supaya zat berkhasiat tertarik seluruhnya dan biasanya
dilakukan untuk zat berkhasiat yang tahan ataupun tidak tahan pemanasan. Cairan penyari dialirkan dari
atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui
sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan
cairan di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan (Nursofia, 2021).

Langkah awal yang dilakuakn yaitu menyiapkan alat dan bahan. Dibersihkan menggunakan alkohol 70%.
Adapun penggunaan alkohol 70% digunakan untuk membersihkan alat guna alat terhindar dari
mikroorganisme. Menurut Saraswati dkk (2019), alkohol 70% merupakan bahan atau senyawa kimia
yang memiliki sifat membunuh mikroorganisme (desinfektan) pada alat yang digunakan serta dapat
membuat alat tetap steril.

Kemudian menimbang sampel sebanyak 5 gram yang terdiri dari 3 bahan yaitu, coklat, kopi dan teh.
Selanjutnya menyiapkan alat perkolasi. Adapun alat perkolasi yang digunakan pada percobaan kali ini
yaitu menggunakan botol kaca dari sirup yang sudah habis, botol kaca dari garis melingkar diukur
sepanjang 11 cm, pada bagian tutup botol dihubungkan dengan keran berukuran 1/2 keduanya
direkatkan menggunakan lem besi atau solatip paralon. Adapun penggunaan kertas saring agar sampel
tidak mengalir bersamaan dengan pelarut.

Langkah selanjutnya menambahkan pelarut alkohol 70% dari bagian atas sampel dan sampel yang
kelompok kami gunakan adalah coklat dan dibiarkan menetes perlahan pada bagian bawah. Digunakan
alkohol 70% sebagai pelarut pada proses ekstraksi kali ini karena alkohol 70% merupakan pelarut yang
universal yang akan mudah untuk menarik senyawa polar maupun non polar. Berdasarkan pendapat
Manoppo (2019), etanol digunakan sebagai pelarut karena bersifat universal, polar dan mudah didapat.
Etanol dipilih karena selektif, tidak toksik, absorbsinya baik dan kemampuan penyariannya yang tinggi
sehingga dapat menyari senyawa yang bersifat non-polar, semi polar dan polar. Setelah 24 jam kran
dibuka sedikit supaya cairan dapat mengalir perlahan dan diperoleh perkolat tersebut.

2. Uji KLT

Kromatografi lapisan tipis (KLT) adalah suatu teknik kromatografi yang digunakan untuk memisahkan
campuran yang tidak volatil. Kromatografi lapisan tipis dilakukan pada selembar kaca, plastik, atau
aluminium foil yang dilapisi dengan lapisan tipis bahan adsorben, biasanya silika gel, aluminium oksida,
atau selulosa.

KLT dapat dipakai dengan dua tujuan, pertama dipakai selayaknya sebagai metode untuk mencapai hasil
kualitatif, kuantitatif, atau preparatif. Kedua, sebagai uji pendahuluan untuk optimasi sistem fase gerak
dan sistem fase diam yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau kromatografi cair kinerja tinggi.
Perkolat yang diperoleh diuji dengan diambilnya sampel sebanyak 20 ml dipanaskan diatas api spirtus
aduk sesekali sampai sampel mengental, diamkan hingga mencapai suhu ruang. Ambil perkolat
menggunakan pipa kapiler untuk diteruskan sebanyak 5 kali pada plat KLT, setelah itu tunggu hingga
mengering. Masukan plat KLT dalam chamber dan tunggu.

Dalam sebuah chamber kita harus membuat larutan baku, larutan baku ini terdiri dari campuran zat cair
atau biasanya di sebut dengan eluen dengan tujuan untuk mengetahui atau membandingkan hasil rf
yang dibentuk oleh sampel dengan hasil rf yang dibentuk oleh larutan baku yang terdiri dari kloroform :
etanol = 100 ml (99 : 1).

Karena pada praktikum ini jumlah kebutuhan eluen 70ml

Maka perhitungan sebagai berikut :

Klorofom : 99/100 x 70 = 69,3 ml

Etanol : 1/100 x 70 = 0.7 ml

Jika eluen sudah dimasukkan kedalam Chamber kemudian dijenuhkan , Penjenuhan ini bertujuan agar
eluen tidak menguap dan kejenuhan pada eluen di tandain dengan basahnya seluruh permukaan kertas
saring.

Tahap selanjutnya adalah pengamatan pada sinar uv, dibedakan berdasarkan golongan Xantin yang
terdiri dari

1. Kafein

Warna : Bercak berpedar biru

2. Teofilin

Warna : Bercak ungu

3. Teobromin

Warna : Bercak biru

Dari praktikum yang dilakukan, sampel yang digunakan kelompok kami adalah coklat. Maka kesesuaian
warna yang terjadi dengan teori adalah ......

Tahap selanjutnya adalah menghitung nilai RF ynag diperoleh dari plat KLT (kertas saring) berdasarkan
jarak yang ditempuh analit yang telah ditandai dengan jarak yang ditempuh eluen yaitu pada bagian
batas.

Rumus RF : Jarak yang ditempuh analit : jarak yang ditempuh eluen

Rf1 = 0,6/9, 2 = 0,065


Rf2 = 2/9, 2 = 0,22

Hal itu untuk Rf1 belum memenuhi sedangkan Rf2 memenuhi standar nilai RF yang baik yaitu 0,2 - 0,8.

Tahap selanjutnya setelah menghitung nilai RF adalah menghitung hRF, hasilnya dari RF dikali 100

hRF = 0,065 X 100 = 6,5 %

hRF = 0,22 X 100 = 22%

Kesimpulan

Perkolasi adalah proses penyarian simplisia dengan jalan melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat
pada simplisia dalam suatu perkolator. Kromatografi lapisan tipis (KLT) adalah suatu teknik kromatografi
yang digunakan untuk memisahkan campuran yang tidak volatil. Kromatografi lapisan tipis dilakukan
pada selembar kaca, plastik, atau aluminium foil yang dilapisi dengan lapisan tipis bahan adsorben,
biasanya silika gel, aluminium oksida, atau selulosa. Dari praktikum yang kami lakukan maka dapat
disimpulkan :

1. Bahan untuk sampel yang digunakan ada tiga, yaitu kopi teh dan coklat. Kelompok yang kami gunakan
adalah coklat

2. Perkolat yang diperoleh adalah sebanyak

3. Setelah memperoleh perkolat, maka dilakukan uji KLT. 20 ml diuapkan hingga 1/3 bagian, selanjutnya
totolkan 5 kali pada plat KLT yaitu kertas saring.

4. Plat KLT dimasukkan dalam chamber, amati sampai eluen naik mencapai tanda batas.

5. Uji KLT yang dilakukan menggunakan sinar uv untuk melihat warna serta menghitung nilai RF dan hRF.
Warna yang dihasilkan adalah.... dengan menggunakan sampel coklat artinya kesesuaian teori dengan
yang terjadi adalah... Sedangkan untuk nilai RF terdiri dari RF1 ( 0,065 belum sesuai) dan RF2 (0, 22
sesuai) dengan standar nilai RF yang baik yaitu 0,2 - 0,8. Selanjutnya untuk nilai hRf terdiri dari hRf1 ( 6,5
% ) dan hRf2 (22 %).

Anda mungkin juga menyukai