Anda di halaman 1dari 81

AUDIT BANK SYARIAH

Disampaikan Oleh : JUDY SABARIMAN SE MM CTM


Pertemuan 2

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 1


Audit Bank Syariah

Moneter - Bank Indonesia

Master Plan Sektor Jasa


Keuangan Indonesia (MPSJKI)

Kewenangan OJK

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 2


Audit Bank Syariah
Fungsi Bank Indonesia
Lembaga Negara yang Independen

Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang
independen dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya dimulai
ketika sebuah undang-undang baru, yait​u UU No. 23/1999 tentang
Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999 dan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 6/ 2009.

Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai


suatu lembaga negara yang independen dalam melaksanakan tugas
dan wewenangnya, bebas dari campur tangan Pemerint​​ah dan/atau
pihak lain, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam
undang-undang ini.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 3


Audit Bank Syariah
Fungsi Bank Indonesia
Sebagai Badan Hukum

Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun


badan hukum perdata ditetapkan dengan undang-undang.
• Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia berwenang
menetapkan peraturan-peraturan hukum yang merupakan
pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh
masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya.
• Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia dapat
bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di
luar pengadilan.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 4


Audit Bank Syariah
VISI, MISI dan Nilai Strategis

VISI
Menjadi bank sentral digital terdepan yang
berkontribusi nyata terhadap perekonomian nasional
dan terbaik di antara negara emerging markets untuk
Indonesia maju.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 5


Audit Bank Syariah
VISI, MISI dan Nilai Strategis
MISI
1. Mencapai dan memelihara stabilitas nilai rupiah melalui efektivitas kebijakan
moneter dan bauran Kebijakan Bank Indonesia;
2. Turut menjaga stabilitas sistem keuangan melalui efektivitas kebijakan
makroprudensial Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan mikroprudensial
Otoritas Jasa Keuangan;
3. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan digital melalui penguatan
kebijakan sistem pembayaran Bank Indonesia dan sinergi dengan kebijakan
Pemerintah serta mitra strategis lain;
4. Turut mendukung stabilitas makroekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan melalui sinergi bauran Kebijakan Bank Indonesia dengan
kebijakan fiskal dan reformasi struktural Pemerintah serta kebijakan mitra
strategis lain;

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 6


Audit Bank Syariah
VISI, MISI dan Nilai Strategis
MISI
5. Turut meningkatkan pendalaman pasar keuangan untuk memperkuat
efektivitas kebijakan Bank Indonesia dan mendukung pembiayaan ekonomi
nasional;
6. Turut mengembangkan ekonomi dan keuangan syariah di tingkat nasional
hingga di tingkat daerah;
7. Mewujudkan bank sentral berbasis digital dalam kebijakan dan kelembagaan
melalui penguatan organisasi, sumber daya manusia, tata kelola dan sistem
informasi yang handal, serta peran internasional yang proaktif.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 7


Audit Bank Syariah
VISI, MISI dan Nilai Strategis

Nilai-Nilai Strategis
Nilai-nilai strategis Bank Indonesia adalah:
1. kejujuran dan integritas (trust and integrity);
2. profesionalisme (professionalism);
3. keunggulan (excellence);
4. mengutamakan kepentingan umum (public interest); dan
5. koordinasi dan kerja sama tim (coordination and
teamwork) yang berlandaskan keluhuran nilai-nilai agama
(religi).

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 8


Audit Bank Syariah
Tujuan dan Tugas Bank Indonesia
Tujuan Tunggal
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu
tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata
uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara
lain.
Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek
kedua tercermin pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang
negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas
sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung
jawabnya. Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini
kelak akan dapat diukur dengan mudah

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 9


Audit Bank Syariah
Tujuan dan Tugas Bank Indonesia

Tiga Pilar Utama


Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh
tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang
tugas tersebut perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif
dan efisien. berikut tugas dan fungsi Bank Indonesia yang telah
dituangkan dalam bentuk gambar berisi tiga pilar.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 10


Audit Bank Syariah
Tujuan dan Tugas Bank Indonesia

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 11


Audit Bank Syariah
Tujuan Kebijakan Moneter
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 23 Tahun 1999
tentang Bank Indonesia, yang sebagaimana diubah melalui UU No. 3 Tahun
2004 dan UU No. 6 Tahun 2009 pada pasal 7. Kestabilan rupiah yang dimaksud
mempunyai dua dimensi. Dimensi pertama kestabilan nilai rupiah adalah
kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin dari
perkembangan laju inflasi. Sementara itu, dimensi kedua terkait dengan
perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.

Dalam konteks perkembangan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain,
Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang (free floating). Peran
kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan
sistem keuangan. Oleh karena itu, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan
untuk menjaga kestabilan nilai tukar agar sesuai dengan nilai fundamentalnya
dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 12


Audit Bank Syariah
Tujuan Kebijakan Moneter

Dalam upaya mencapai tujuan rersebut, Bank Indonesia sejak 1 Juli 2005
menerapkan kerangka kebijakan moneter Inflation Targeting Framework
(ITF). Kerangka kebijakan tersebut dipandang sesuai dengan mandat dan
aspek kelembagaan yang diamanatkan oleh Undang-Undang.
Dalam kerangka ini, inflasi merupakan sasaran yang diutamakan
(overriding objective). Bank Indonesia secara konsisten terus melakukan
berbagai penyempurnaan kerangka kebijakan moneter, sesuai dengan
perubahan dinamika dan tantangan perekonomian yang terjadi, guna
memperkuat efektivitasnya.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 13


Audit Bank Syariah
Kerangka Kebijakan Moneter
Dalam melaksanakan kebijakan moneter, Bank Indonesia menganut kerangka
kerja yang dinamakan Inflation Targeting Framework (ITF) dengan penggunaan
suku bunga sebagai sasaran operasional. Kerangka kerja ini diterapkan secara
formal sejak 1 Juli 2005, setelah sebelumnya menggunakan kebijakan moneter
yang menerapkan uang primer (base money) sebagai sasaran kebijakan moneter.

Berpijak pada pengalaman krisis keuangan global 2008/2009, salah satu


pelajaran penting yang mengemuka adalah diperlukannya fleksibilitas yang
cukup bagi bank sentral untuk merespons perkembangan ekonomi yang semakin
kompleks dan peran sektor keuangan yang semakin kuat dalam memengaruhi
stabilitas ekonomi makro. Berdasarkan perkembangan tersebut, Bank Indonesia
memperkuat kerangka ITF menjadi Flexible ITF.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 14


Audit Bank Syariah
Apa itu Flexible ITF?
Flexible ITF dibangun dengan tetap berpijak pada elemen-elemen penting ITF
yang telah terbangun. Elemen-elemen pokok ITF termasuk pengumuman
sasaran inflasi kepada publik, kebijakan moneter yang ditempuh secara
forward looking, dan akuntabilitas kebijakan kepada publik tetap menjadi
bagian inherent dalam Flexible ITF. Kerangka Flexible ITF dibangun berdasarkan
5 (lima) elemen pokok.

1. Pertama, inflasi tetap merupakan target utama kebijakan moneter.


2. Kedua, pengintegrasian kebijakan moneter dengan kebijakan makroprudensial
untuk memperkuat transmisi kebijakan dan mendukung stabilitas makroekonomi.
3. Ketiga, penguatan kebijakan nilai tukar dan arus modal dalam mendukung stabilitas
makroekonomi.
4. Keempat, penguatan koordinasi kebijakan antara Bank Indonesia dengan
Pemerintah baik untuk pengendalian inflasi maupun stabilitas sistem keuangan.
5. Kelima, penguatan komunikasi kebijakan sebagai bagian dari instrumen kebijakan.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 15


Audit Bank Syariah
Mengapa Flexible ITF?
Krisis keuangan global yang terjadi pada tahun 2008/2009 mengharuskan bank
sentral untuk melakukan stabilitas sistem keuangan dan penyelamatan
perekonomian. Kebijakan yang hanya mengedepankan penerapan ITF
menunjukkan pelemahan. Hal ini dikarenakan penerapan ITF secara ketat yang
hanya fokus pada mandat kebijakan moneter untuk menjaga inflasi sesuai
dengan targetnya tidak cukup untuk menjaga stabilitas sistem perekonomian
secara keseluruhan.

Seiring dengan semakin besarnya peran sistem keuangan dalam perekonomian,


dampak ketidakstabilan sistem keuangan menjadi semakin signifikan. Hal ini
tercermin pada dari besarnya biaya penyelamatan dan juga beratnya dampak
yang ditimbulkan oleh krisis keuangan global tahun 2008/2009, sehingga
menyadarkan pentingnya peran bank sentral untuk turut menjaga stabilitas
sistem keuangan.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 16


Audit Bank Syariah
Mengapa Flexible ITF?
Strategi kebijakan moneter pasca krisis keuangan global 2008/2009, bank
sentral dituntut untuk semakin memperkuat stabilitas sistem keuangan untuk
memastikan perekonomian dan sistem keuangan berada dalam kondisi stabil,
baik dari sisi makroekonomi maupun sektor keuangan.Oleh karena itu, Bank
Indonesia memperkuat kerangka ITF menjadi flexible ITF dengan semakin
memperkuat mandatnya dalam kebijakan moneter dan stabilitas sistem
keuangan.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 17


Audit Bank Syariah
Bagaimana Flexible ITF diterapkan?
Dalam implementasi kerangka flexible ITF, Bank Indonesia menerapkan
bauran kebijakan (policy mix) dalam rangka menjaga keseimbangan internal
dan eksternal.

Terkait dengan strategi penargetan inflasi (inflation targeting), Bank


Indonesia mengumumkan sasaran inflasi ke depan pada periode tertentu.
Setiap periode Bank Indonesia mengevaluasi apakah proyeksi inflasi ke
depan masih sesuai dengan sasaran yang ditetapkan. Proyeksi ini dilakukan
dengan sejumlah model dan berbagai informasi tersedia untuk
menggambarkan kondisi inflasi ke depan.

Secara reguler, Bank Indonesia menjelaskan kepada publik mengenai


asesmen terhadap kondisi terkini dan outlook inflasi ke depan, keputusan
yang diambil, serta arah kebijakan ke depan yang akan diambil untuk
menjaga inflasi sesuai dengan sasarannya (forward guidance).
Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 18
Audit Bank Syariah
Bagaimana Flexible ITF diterapkan?

Bersamaan dengan implementasi flexible ITF, Bank Indonesia menjadikan BI


7-day (Reverse) Repo Rate (BI7DRR) sebagai suku bunga kebijakan yang
merepresentasikan sinyal respons kebijakan moneter dalam mengendalikan
inflasi sesuai dengan sasaran. Penggunaan BI7DRR sebagai suku bunga acuan
merupakan bagian dari reformulasi kebijakan moneter yang dilakukan oleh
Bank Indonesia.

Reformulasi memiliki tiga tujuan utama. Pertama, memperkuat sinyal arah


kebijakan moneter. Kedua, memperkuat efektivitas transmisi kebijakan
moneter melalui pengaruhnya pada pergerakan suku bunga pasar uang dan
suku bunga perbankan. Ketiga, mendorong pendalaman pasar keuangan,
khususnya transaksi dan pembentukan struktur suku bunga di PUAB untuk
tenor 3 bulan hingga 12 bulan.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 19


Audit Bank Syariah
Bagaimana Flexible ITF diterapkan?
Dalam implementasinya, reformulasi memegang empat prinsip. Pertama,
reformulasi tidak mengubah kerangka kebijakan moneter karena Bank
Indonesia tetap menerapkan flexible ITF. Kedua, reformulasi tidak untuk
mengubah stance kebijakan moneter yang sedang ditempuh. Ketiga,
reformulasi membuat suku bunga kebijakan terefleksikan di instrumen
moneter dan dapat ditransaksikan dengan Bank Indonesia. Keempat,
penentuan suku bunga sasaran operasional berdasarkan pertimbangan dapat
dipengaruhi suku bunga kebijakan.
Sesuai dengan prinsip kedua implementasi reformulasi, perubahan tersebut
tidak mengubah stance kebijakan moneter karena kedua suku bunga kebijakan
BI Rate dan BI7DRR berada dalam satu struktur suku bunga (term structure)
yang sama dalam mengarahkan inflasi agar sesuai dengan sasarannya.
Perbedaan hanya terlihat pada tenor instrumen, yakni BI Rate setara dengan
instrumen moneter 12 bulan, sedangkan BI7DRR setara dengan instrumen
moneter 7 hari.
Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 20
Audit Bank Syariah
Bagaimana Flexible ITF diterapkan?

Implementasi flexible ITF juga ditujukan untuk mencapai stabilitas sistem


keuangan. Untuk mencapai tujuan tersebut, implementasi flexible ITF
didukung oleh penerapan kebijakan makroprudensial. Kebijakan
makroprudensial merupakan kebijakan yang difokuskan pada interaksi
antar lembaga keuangan, pasar, infrastruktur, dan ekonomi yang lebih
luas, termasuk pengukuran potensi risiko ke depan. Kebijakan ini
bertujuan untuk mencegah risiko sistemik yang berpotensi menimbulkan
krisis sistem keuangan akibat kondisi makroekonomi. Adapun penjelasan
lebih lanjut mengenai kebijakan makroprudensial dapat dilihat pada: (Link
ke kebijakan makroprudensial).

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 21


Audit Bank Syariah
Bagaimana Flexible ITF diterapkan?

Implementasi flexible ITF juga didukung oleh kebijakan pengelolaan nilai


tukar. Kebijakan nilai tukar yang ditempuh Bank Indonesia dalam rangka
mengelola stabilitas nilai tukar rupiah agar sesuai dengan nilai
fundamentalnya dengan tetap mendorong bekerjanya mekanisme pasar.
Kebijakan nilai tukar dilakukan dalam rangka mengurangi gejolak yang
muncul dari ketidakseimbangan permintaan dan penawaran di pasar valuta
asing (valas), melalui intervensi valas dan dual intervention. Strategi dual
intervention dilakukan melalui intervensi jual di pasar valas yang disertai
dengan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Strategi
dual intervention dilakukan untuk menjaga kestabilan nilai tukar dan
sekaligus menjaga kecukupan likuiditas rupiah.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 22


Audit Bank Syariah
Bagaimana Flexible ITF diterapkan?

Berbagai kebijakan tersebut diperkuat oleh koordinasi kebijakan bersama


Pemerintah, khususnya terkait dari sisi penawaran. Kebijakan pemerintah
terutama diarahkan untuk menjaga ketersediaan pasokan, kelancaran
distribusi, dan stabilisasi harga pangan guna mendukung terkendalinya
inflasi. Koordinasi kebijakan pengendalian inflasi antara Bank Indonesia
dengan Pemerintah yang semakin kuat diwujudkan melalui forum Tim
Pengendali Inflasi (TPI) baik di pusat maupun daerah.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 23


Audit Bank Syariah
Definisi Inflasi
Secara sederhana inflasi diartikan sebagai kenaikan harga secara umum dan
terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Kebalikan dari inflasi
disebut deflasi.

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi adalah Indeks
Harga Konsumen (IHK). Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan
pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.
Penentuan barang dan jasa dalam keranjang IHK dilakukan atas dasar Survei
Biaya Hidup (SBH) yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa
tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar tradisional dan modern
terhadap beberapa jenis barang/jasa di setiap kota.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 24


Audit Bank Syariah
Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice
antara lain:

1. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB).


Harga Perdagangan Besar dari suatu komoditas ialah harga transaksi yang terjadi antara
penjual/pedagang besar pertama dengan pembeli/pedagang besar berikutnya dalam
jumlah besar pada pasar pertama atas suatu komoditas. [Penjelasan lebih detail
mengenai IHPB dapat dilihat pada web site Badan Pusat Statistik https://bps.go.id.
2. Indeks Harga Produsen (IHP)
Indikator ini mengukur perubahan rata-rata harga yang diterima produsen domestik
untuk barang yang mereka hasilkan.
3. Deflator Produk Domestik Bruto (PDB)
menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal,
barang jadi, dan jasa. Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga
nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.
4. Indeks Harga Aset
Indeks ini mengukur pergerakan harga aset antara lain properti dan saham yang dapat
dijadikan indikator adanya tekanan terhadap harga secara keseluruhan.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 25


Audit Bank Syariah
Pengelompokan Inflasi
Inflasi yang diukur dengan IHK di Indonesia dikelompokan ke dalam 7
kelompok pengeluaran (berdasarkan the Classification of individual
consumption by purpose - COICOP), yaitu :
1.Kelompok Bahan Makanan
2.Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau
3.Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar
4.Kelompok Sandang
5.Kelompok Kesehatan
6.Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
7.Kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 26


Audit Bank Syariah
Disagregasi Inflasi
Disamping pengelompokan berdasarkan the Classification of individual
consumption by purpose (COICOP) tersebut, BPS saat ini juga mempublikasikan
inflasi berdasarkan pengelompokan yang lainnya yang dinamakan disagregasi
inflasi. Disagregasi inflasi tersebut dilakukan untuk menghasilkan suatu indikator
inflasi yang lebih menggambarkan pengaruh dari faktor yang bersifat
fundamental.

Di Indonesia, disagegasi inflasi IHK tersebut dikelompokan menjadi:

1.Inflasi Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten
(persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor
fundamental, seperti:
1. Interaksi permintaan-penawaran
2. Lingkungan eksternal: nilai tukar, harga komoditi internasional, inflasi
mitra dagang
3. Ekspektasi Inflasi dari pedagang dan konsumen

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 27


Audit Bank Syariah

2. Inflasi non Inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung tinggi


volatilitasnya karena dipengaruhi oleh selain faktor fundamental. Komponen
inflasi non inti terdiri dari :

1. Inflasi Komponen Bergejolak (Volatile Food) : Inflasi yang dominan


dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan
seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga
komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga
komoditas pangan internasional.
2. Inflasi Komponen Harga yang diatur Pemerintah (Administered
Prices) : Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan)
berupa kebijakan harga Pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi,
tarif listrik, tarif angkutan, dll.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 28


Audit Bank Syariah

Determinan Inflasi
Inflasi timbul karena adanya tekanan dari sisi supply (cost push inflation), dari
sisi permintaan (demand pull inflation), dan dari ekspektasi inflasi. Faktor-
faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai
tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang,
peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered
price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan
terganggunya distribusi.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 29


Audit Bank Syariah
Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang
dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini
digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan
total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian. Sementara
itu, faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh perilaku masyarakat dan pelaku
ekonomi dalam menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan
ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau
forward looking.

Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan
pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal,
dan tahun baru) dan penentuan upah minimum provinsi (UMP). Meskipun
ketersediaan barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung
kenaikan permintaan, namun harga barang dan jasa pada saat-saat hari raya
keagamaan meningkat lebih tinggi dari kondisi supply-demand tersebut. Demikian
halnya pada saat penentuan UMP, pedagang ikut pula meningkatkan harga barang
meski kenaikan upah tersebut tidak terlalu signifikan dalam mendorong peningkatan
permintaan.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 30


Audit Bank Syariah

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 31


Audit Bank Syariah
Pentingnya Kestabilan Harga
Inflasi yang rendah dan stabil merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi yang
berkesinambungan yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Pentingnya pengendalian inflasi didasarkan pada pertimbangan
bahwa inflasi yang tinggi dan tidak stabil memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial
ekonomi masyarakat.

Pertama, inflasi yang tinggi akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat akan terus turun
sehingga standar hidup dari masyarakat turun dan akhirnya menjadikan semua orang,
terutama orang miskin, bertambah miskin.

Kedua, inflasi yang tidak stabil akan menciptakan ketidakpastian (uncertainty) bagi pelaku
ekonomi dalam mengambil keputusan. Pengalaman empiris menunjukkan bahwa inflasi yang
tidak stabil akan menyulitkan keputusan masyarakat dalam melakukan konsumsi, investasi,
dan produksi, yang pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

Ketiga, tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara
tetangga menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat
memberikan tekanan pada nilai rupiah.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 32


Audit Bank Syariah
Bank Indonesia & Inflasi
Inflasi sebagai ‘single objective’
Melalui amanat yang tercakup di Undang Undang tentang Bank Indonesia, tujuan
Bank Indonesia fokus pada pencapaian sasaran tunggal atau ‘single objective-nya’,
yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini
mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan
jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Aspek pertama tercermin
pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada
perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang Negara lain.

Perumusan tujuan tunggal ini dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus
dicapai oleh Bank Indonesia serta batas-batas tanggung jawabnya. Dengan
demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur
dengan mudah. Dalam upaya pencapaian tujuannya, Bank Indonesia menyadari
bahwa pencapaian pertumbuhan ekonomi dan pengendalian inflasi perlu
diselaraskan untuk mencapai hasil yang optimal dan berkesinambungan dalam
jangka panjang.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 33


Audit Bank Syariah
Pengendalian Inflasi

Kebijakan moneter Bank Indonesia ditujukan untuk mengelola tekanan harga


yang berasal dari sisi permintaan aggregat (demand management) relatif
terhadap kondisi sisi penawaran. Kebijakan moneter tidak ditujukan untuk
merespon kenaikan inflasi yang disebabkan oleh faktor yang bersifat kejutan
yang bersifat sementara (temporer) yang akan hilang dengan sendirinya
seiring dengan berjalannya waktu.

Sementara inflasi juga dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari sisi
penawaran ataupun yang bersifat kejutan (shocks) seperti kenaikan harga
minyak dunia dan adanya gangguan panen atau banjir Dari bobot dalam
keranjang IHK, bobot inflasi yang dipengaruhi oleh faktor kejutan diwakili oleh
kelompok volatile food dan administered prices yang mencakup kurang lebih
40% dari bobot IHK.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 34


Audit Bank Syariah

Dengan demikian, kemampuan Bank Indonesia untuk mengendalikan


inflasi sangat terbatas apabila terdapat kejutan (shocks) yang sangat
besar seperti ketika terjadi kenaikan harga BBM di tahun 2005 dan
2008 sehingga menyebabkan adanya lonjakan inflasi.

Dengan pertimbangan bahwa laju inflasi juga dipengaruhi oleh faktor


yang bersifat kejutan tersebut maka pencapaian sasaran inflasi
memerlukan kerjasama dan koordinasi antara pemerintah dan BI
melalui kebijakan makroekonomi yang terintegrasi baik dari kebijakan
fiskal, moneter maupun sektoral. Lebih jauh, karakteristik inflasi
Indonesia yang cukup rentan terhadap kejutan-kejutan (shocks) dari sisi
penawaran memerlukan kebijakan-kebijakan khusus untuk
permasalahan tersebut.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 35


Audit Bank Syariah

Dalam tataran teknis, koordinasi antara pemerintah dan BI telah


diwujudkan dengan membentuk Tim Koordinasi Penetapan Sasaran,
Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) di tingkat pusat sejak tahun
2005. Anggota TPI, terdiri dari Bank Indonesia dan departmen teknis
terkait di Pemerintah seperti Departemen Keuangan, Kantor Menko
Bidang Perekonomian, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Departemen Perdagangan, Departemen Pertanian, Departemen
Perhubungan, dan Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.

Menyadari pentingnya koordinasi tersebut, sejak tahun 2008


pembentukan TPI diperluas hingga ke level daerah. Ke depan, koordinasi
antara Pemerintah dan BI diharapkan akan semakin efektif dengan
dukungan forum TPI baik pusat maupun daerah sehingga dapat
terwujud inflasi yang rendah dan stabil, yang bermuara pada
pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan dan berkelanjutan.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 36


Audit Bank Syariah
Transformasi Bank Indonesia

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 37


Audit Bank Syariah
Transformasi Kebijakan Bank Indonesia

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 38


Audit Bank Syariah
Transformasi Kebijakan Bank Indonesia

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 39


Audit Bank Syariah
Transformasi Kebijakan Bank Indonesia

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 40


Audit Bank Syariah

Moneter – Bank Indonesia

Master Plan Sektor Jasa


Keuangan Indonesia (MPSJKI)

Kewenangan OJK

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 41


Audit Bank Syariah
Arah Pengembangan MPSJKI
Pada MPSJKI 2015-2019, penyusunannya telah diselaraskan
dengan program pembangunan ekonomi nasional yang telah
dicanangkan oleh Pemerintah melalui Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.
Arah pengembangan sektor jasa keuangan nasional
dalam Master Plan ini lebih lanjut akan dijabarkan dalam
program-program inisiatif yang lebih rinci
dalam roadmap pengembangan di masing-masing sektor jasa
keuangan.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 42


Audit Bank Syariah
Arah Pengembangan MPSJKI

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 43


Audit Bank Syariah
Arah Pengembangan MPSJKI

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 44


Audit Bank Syariah
Arah Pengembangan MPSJKI

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 45


Audit Bank Syariah
Arah Pengembangan MPSJKI

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 46


Audit Bank Syariah
Arah Pengembangan MPSJKI

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 47


Audit Bank Syariah
Arah Pengembangan MPSJKI

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 48


Audit Bank Syariah
Arah Pengembangan MPSJKI

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 49


Audit Bank Syariah
Arah Pengembangan MPSJKI

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 50


Audit Bank Syariah
Arah Pengembangan MPSJKI

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 51


Audit Bank Syariah
Arah Pengembangan MPSJKI
Dengan perubahan dinamika dan kompleksitas di ekonomi dan
sektor keuangan terutama dengan hadirnya teknologi
keuangan yang begitu masif serta telah berakhirnya Master
Plan Sektor Jasa Keuangan 2015- 2019, Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) meninjau kembali arah kebijakan sektor jasa keuangan
untuk lima tahun ke depan yang disajikan dalam Master
Plan Sektor Jasa Keuangan Indonesia (MPSJKI) tahun 2020-
2024.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 52


Audit Bank Syariah
Arah Pengembangan MPSJKI

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 53


Audit Bank Syariah
Arah Pengembangan MPSJKI
Master Plan Sektor Jasa Keuangan 2020-2024 akan fokus pada
lima area yaitu :
1. Penguatan ketahanan dan daya saing yang akan dilakukan dengan
mengakselerasi konsolidasi dan penguatan permodalan lembaga jasa
keuangan.
2. Akselerasi transformasi digital.
3. Percepatan pengembangan ekosistem sektor jasa keuangan
4. Perluasan literasi keuangan serta integritas pasar dan lembaga jasa
keuangan.
5. Percepatan dan perluasan penerapan pengawasan berbasis teknologi.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 54


Audit Bank Syariah
Arah Pengembangan MPSJKI

Dari arah kebijakan 5 tahun ke depan tersebut, terdapat lima


kebijakan strategis untuk diimplementasikan Tahun 2020 :

Pertama, meningkatkan skala ekonomi industri keuangan melalui


peningkatan nominal modal minimum dan akselerasi konsolidasi
baik konvensional maupun syariah untuk meningkatkan daya
saing dan peran industri jasa keuangan.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 55


Audit Bank Syariah
Arah Pengembangan MPSJKI
Kedua, mempersempit regulatory & supervisory gap antar sektor
jasa keuangan untuk mengurangi potensi terjadinya regulatory
arbitrage.

Upaya ini akan dilakukan OJK dengan melanjutkan harmonisasi


pengaturan dan pengawasan di seluruh sektor jasa keuangan,
maupun enforcement-nya terutama di industri keuangan nonbank
termasuk kemungkinan adopsi investment bank.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 56


Audit Bank Syariah
Arah Pengembangan MPSJKI

Ketiga, mendorong digitalisasi produk dan layanan keuangan


serta pemanfaatan teknologi dalam mendukung daya saing,
efisiensi dan kepatuhan pada regulasi. Untuk itu, OJK akan terus
membangun ekosistem keuangan digital di industri jasa keuangan
dan industri start-up fintech, termasuk mempercepat upaya
digitalisasi di sektor jasa keuangan dengan mempermudah
perizinan produk dan layanan keuangan berbasis digital seperti
digital banking, open banking dan insurtech.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 57


Audit Bank Syariah
Arah Pengembangan MPSJKI

Keempat, yaitu mempercepat penyediaan akses keuangan


masyarakat serta mendorong penerapan market conduct dan
perlindungan konsumen yang lebih baik. Untuk mendukung
upaya ini, pengembangan instrumen akan terus dilakukan untuk
mendukung berbagai proyek infrastruktur dan pengembangan
industri hulu sampai hilir serta pemberdayaan usaha mikro kecil
menengah (UMKM), termasuk instrumen berbasis syariah,
obligasi daerah, dan instrumen berwawasan lingkungan sebagai
upaya mendukung sustainable development goals (SDGs).

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 58


Audit Bank Syariah
Arah Pengembangan MPSJKI

Kelima, mendorong pengembangan ekosistem ekonomi dan


keuangan syariah. Upaya ini dilakukan dengan bersinergi dalam
menfasilitasi pengembangan industri halal seperti
halal food, halal tourism, fashion dan kosmetik halal dan
beberapa industri halal unggulan Indonesia lainnya.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 59


Audit Bank Syariah
Covid-19 Menekan
Perekonomian

Pandemi Covid -19


menekan perekonomian
baik dari sisi demand
maupun supply.
Menurunnya demand
maupun
supply berasal dari
permasalahan pada
medical, businesses
performance, dan
expectation.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 60


Audit Bank Syariah
Covid-19 Menekan
Perekonomian

Signifikansi dampak Covid-19


secara umum tergambar pada
penurunan pertumbuhan ekonomi
nasional (baik berupa tekanan
terhadap tingkat inflasi, gangguan
pada supply chain akibat
menurunnya impor bahan baku
dari negara terdampak, neraca
pembayaran yang berpotensi naik,
menurunnya kepercayaan
konsumen, peningkatan
pengangguran, dan rendahnya
penanaman modal asing).

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 61


Audit Bank Syariah
Covid-19 Menekan
Perekonomian

Pandemi Covid -19


menekan perekonomian
baik dari sisi demand
maupun supply.
Menurunnya demand
maupunsupply berasal dari
permasalahan pada
medical, businesses
performance, dan
expectation.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 62


Audit Bank Syariah
Respon Kebijakan terhadap Dampak Covid-19

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 63


Audit Bank Syariah
Kebijakan Stimulus OJK pada Sektor Jasa Keuangan

Perbankan

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 64


Audit Bank Syariah
Kebijakan Stimulus OJK pada Sektor Jasa Keuangan

Perbankan

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 65


Audit Bank Syariah
Kebijakan Stimulus OJK pada Sektor Jasa Keuangan
Pasar Modal

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 66


Audit Bank Syariah
Kebijakan Stimulus OJK pada Sektor Jasa Keuangan

Pasar Modal

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 67


Audit Bank Syariah
Kebijakan Stimulus OJK pada Sektor Jasa Keuangan

IKNB

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 68


Audit Bank Syariah
Kebijakan Stimulus OJK pada Sektor Jasa Keuangan IKNB

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 69


Audit Bank Syariah
Master Plan Sektor Jasa Keuangan
MEMULIHKAN PEREKONOMIAN NASIONAL SERTA MENINGKATKAN
KETAHANAN
Arah Kebijakan Jangka Pendek 2020-2021

Dukungan Sektor Jasa Keuangan terhadap Program Pemulihan Ekonomi Nasional

Mendukung Monitoring dan Evaluasi Meningkatkan Permintaan Mempercepat Percepatan


Percepatan Kebijakan Stimulus dan Masyarakat,Pengembangan Ekosistem Reformasi
Transisi Normalisasi UMKM, dan Penciptaan Digital Ekonomi
Implementasi PEN IKNB dan Pasar
Kebijakan Lapangan Kerja dan Keuangan yang
Melalui dukungan Modal
• Mendukung program-
pembiayaan pada Relaksasi Prudensial Terintegrasi dalam rangka
program yang diinisiasi
usaha yang Mendorong Menjaga
Pemerintah dalam rangka
bersifat padat karya Telah Diberikan mendukung demand digitalisasi Integritas Pasar
dan/atau memiliki Melanjutkan creation dan penciptaan pada UMKM, BWM, Keuangan
multiplier effect yang implementasi lapangan kerja dan
tinggi terhadap relaksasi kebijakan • Mengakselerasi gerak lainnya serta
perekonomian restrukturisasi kredit/ roda perekonomian di mendorong
pembiayaan secara daerah daerah guna pengawasan
selektif menopang kegiatan berbasis TI
untuk menghindari moral perekonomian
hazard

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 70


Audit Bank Syariah
Indonesia (MPSJKI) 2021-2025
DAN DAYA SAING SEKTOR JASA KEUANGAN

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 71


Audit Bank Syariah

Moneter – Bank Indonesia

Master Plan Sektor Jasa


Keuangan Indonesia (MPSJKI)

Kewenangan OJK

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 72


Audit Bank Syariah
Pembentukan OJK
OJK dibentuk dan dilandasi dengan prinsip tata Kelola yang baik,
meliputi independensi, akuntabilitas, pertenggungjawaban,
transparansi, dan kewajaran (fairness).

OJK adalah Lembaga yang independent dalam melaksanakan


tugas dan wewenangnya, bebas dari campur tangan pihak lain,
kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam Undang-
Undang tentang OJK, yaitu UU No. 21 Tahun 2011.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 73


Audit Bank Syariah
Pembentukan OJK
OJK dibentuk dengan tujuan agar seluruh kegiatan dalam
sektor jasa keuangan:

1. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan


akuntabel.
2. Mampu mewujudkan system keuangan yang tumbuh
secara berkelanjutan dan stabil; dan
3. Mampu melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 74


Audit Bank Syariah
Tugas dan Fungsi OJK

Sejak 31 Desember 2012, fungsi, tugas dan wewenang


pengaturan serta pengawasan kegiatan jasa keuangan di sector
pasar modal, perasuransian, dana pension, Lembaga
pembiayaan dan jasa keuangan lainnya (khusus perbankan
berlaku sejak 1 Januari 2014) beralih dari Menteri Keuangan dan
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke OJK
yang dipimpin oleh Dewan Komisioner yang beranggotakan
Sembilan orang dan bersifat kolektif dan kolegial.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 75


Audit Bank Syariah
Tugas dan Fungsi OJK
Di dalam UU No. 21 Tahun 2011 ditegaskan bahwa OJK
melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:

1. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan


2. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal; dan
3. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana
pensiun, Lembaga pembiayaan, dan Lembaga jasa
keuangan lainnya

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 76


Audit Bank Syariah
Wewenang & Tanggung Jawab OJK
Dalam melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan di
sector perbankan sebagaimana dimaksud diatas, OJK
mempunyai wewenang;
1. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank
yang meliputi:
a. Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran
dasar, rencana Kerja, kepemilikkan, kepengurusan dan sumber daya
manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin
usaha bank; dan
b. Kegiatan usaha bank antara lain sumber dana, penyediaan dana,
produk hibridasi, dan aktivitas dibidang jasa.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 77


Audit Bank Syariah
Wewenang & Tanggung Jawab OJK

2. Pengaturan dan pengawasan mengenai Kesehatan bank yang


meliputi :
a. Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas asset, rasio kecukupan
modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman
terhadap simpanan, dan pencadangan bank;
b. Laporan bank yang terkait dengan Kesehatan dan kinerja bank
c. Sistem informasi debitur;
d. Pengujian kredit; dan
e. Standar akuntansi bank.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 78


Audit Bank Syariah
Wewenang & Tanggung Jawab OJK

3. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian


bank, meliputi :
a. Manajemen risiko;
b. Tata Kelola bank;
c. Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan;
d. Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; serta
e. Pemeriksaan bank.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 79


Audit Bank Syariah
Wewenang & Tanggung Jawab OJK
OJK juga berkoordinasi dengan Bank Indonesia dalam membuat
peraturan pengawasan di bidang perbankan antara lain:
1. Kewajiban pemenuhan modal minimum bank;
2. Sistem Informasi perbankan yang terpadu;
3. Kebijakan penerimaan dana dari luar negeri (valas dan PKLN);
4. Produk perbankan, transaksi derivative, dan kegiatan usaha bank
lainnya;
5. Penentuan institusi bank yang masuk kategori systemically
important bank; serta
6. Data lain yang dikecualikan dari ketentuan tentang kerahasiaan
informasi.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 80


TERIMA KASIH
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi
Wabarokatuh.

Tanggal : 30/09/2023 Audit Bank Syariah Halaman : 81

Anda mungkin juga menyukai