Doeloe Sekarang Jalanan Di Makassar
Doeloe Sekarang Jalanan Di Makassar
Coll
ectie Tropenmuseum
Verified
Ach. Hidayat Alsair
18 Oktober 2019
Makassar, IDN Times - Semua sepakat bahwa Makassar adalah sebuah kota dengan nilai
historis tinggi. Bisa dilihat kok dari banyaknya gedung-gedung tua berarsitektur Eropa yang
masih berdiri kokoh hingga detik ini. Ada yang terbengkalai dan keliatan kusam karena usia.
Namun ada juga yang dipelihara, dipugar sampai digunakan menjadi kantor untuk instansi
pemerintahan.
Tapi kamu tahu gak, tata pusat kota Makassar sekarang tidak banyak berubah sejak masa
kolonial Belanda? Artinya, jalan-jalan yang warga Makassar lewati setiap hari, mungkin aja
sudah dijejaki leluhur mereka dulu.
Nah, berikut ini IDN Times menampilkan 12 foto jadul beberapa ruas jalan ibu kota Sulawesi
Selatan tersebut.
1. Arendsburg, yang sekarang menjadi bagian dari Jalan Arief Rate
Collectie Tropenmuseum
Sebelum jadi pusat kuliner dan kawasan ekonomi kayak sekarang, jalan ini dulu jadi pemukiman
warga lokal dengan hamparan padang rumput untuk ternak. Tapi, pertigaan seperti yang terlihat
di gambar kemungkinan besar adalah yang kini menjadi Jalan Sultan Hasanuddin (kiri) dan Jalan
Botolempangan (kanan). Arendsburg kurang lebih berarti "kota burung elang". Mana elangnya?
(Circa. 1898-1907).
2. Passarstraat, atau Pasar Straat, yang sekarang dikenal sebagai Jalan Nusantara.
Kayak namanya, kawasan ini sejak dahulu memang udah dikenal sebagai pusat
perniagaan. Tengok aja ruko-ruko yang berjejeran di sisi kiri dan kanan jalan.
Meski kini sudah keliatan modern, sejumlah bangunan tua masih tetap dipelihara
dan berfungsi sebagai toko. (Circa. 1930-an)
Collectie Tropenmuseum
Kayak namanya, kawasan ini sejak dahulu memang udah dikenal sebagai pusat perniagaan.
Tengok aja ruko-ruko yang berjejeran di sisi kiri dan kanan jalan. Meski kini sudah kelihatan
modern, sejumlah bangunan tua masih tetap dipelihara dan berfungsi sebagai toko. (Circa. 1930-
an).
3. Tromplaan (artinya: trombon) yang sekarang dikenal sebagai Jalan Chairil
Anwar
Collectie Tropenmuseum
Ruas jalan sempit yang kini menjadi salah satu kawasan elit Makassar tersebut dulu ditinggali
bangsawan Eropa dan saudagar peranakan. Tunggu dulu, apa hubungan jalan tersebut dengan
salah satu alat musik tiup yang sulit banget dipelajarin? (Circa. 1930-1935).
4. Hoogepad (artinya: Jalur Tinggi), yang sekarang menjadi Jalan Ahmad Yani
Collectie Tropenmuseum
Nama jadul jalan ini emang unik, tapi bukan tanpa alasan. Hoogepad dulunya adalah kawasan
elite berisi rumah para petinggi kolonial Belanda, atasan para ambtenaar (pegawai pemerintah).
Dan di ujung Hoogepad ini, terdapat Gereja Katedral Makassar yang berdiri sejak 1898. (Circa.
1865-1900).
Collectie Tropenmuseum
Meski disebut sebagai jalan pertunjukan pengundang gelak tawa, gak ada gedung pertunjukan
kabaret atau teater yang berdiri di sepanjang ruas jalan ini. (Circa. 1900-1920).
6. Pemandangan Koningsplein atau Alun-alun Raja dari Hoogepad pada saat siang
hari. Tahu nggak, kalau padang nan luas di foto itu sekarang dikenal sebagai
Lapangan Karebosi? Hayo jawab, kamu sering jogging atau sekadar nongkrong di
Karebosi nggak? (Circa. 1920-an)
Collectie Tropenmuseum
Download Sekarang!
Kamu tahu gak, padang nan luas di foto di atas sekarang dikenal sebagai Lapangan Karebosi?
Hayo jawab, kamu sering jogging atau sekadar nongkrong di Karebosi kan? (Circa. 1920-an).
7. Emmastraat (artinya: Jalan Emma) yang sekarang menjadi Jalan Moh. Hatta
Collectie Tropenmuseum
Lihat di sisi kanan jalan. Itu semua adalah gudang-gudang yang berfungsi menampung
komoditas ekspor seperti kopi, cengkeh dan lain-lain. Emma yang dimaksud di sini adalah
Emma of Waldeck and Pyrmont (1858-1934), permaisuri Raja William III dan ibu suri Ratu
Wilhelmina. (Circa. 1930-1935).
8. Hospitaalweg (artinya: Jalan Rumah Sakit) yang sekarang menjadi Jalan
Jenderal Sudirman, ruas jalan terpanjang di Makassar
Collectie Tropenmuseum
Di sinilah berdiri salah satu rumah sakit tertua yakni RS Pelamonia (dulu RS Militer) dan gedung
sekolah menengah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Jadi, di sini bukan cuma Mall
Ratu Indah doang, ya. (Circa. 1930-an).
9. Keramaian aktivitas masyarakat di Prins Hendrik Laan (artinya: Jalan Pangeran
Hendrik) yang sekarang menjadi bagian dari Jalan Riburane. Di sini berdiri
gedung Societeit de Harmonie (kini Gedung Kesenian Sulsel) yang dulunya jadi
tempat para pegawai. Belanda melepas penat di akhir pekan. Dansa, musik dan
pesta. Santuy versi kolonial gitu deh. (Circa. 1898-1907)
Collectie Tropenmuseum
Di sini berdiri gedung Societeit de Harmonie (kini Gedung Kesenian Sulsel) yang dulunya jadi
tempat para pegawai. Belanda melepas penat di akhir pekan. Dansa, musik dan
pesta. Santuy versi kolonial gitu deh. (Circa. 1898-1907).
10. Postkantoorweg (artinya: Jalan Kantor Pos) yang sekarang menjadi Jalan
Slamet Riyadi. Di ruas jalan ini berdiri kantor Post- Telegraaf- en Telefoondienst
(PTT, Pos, Telegraf dan Layanan Telpon) dan masih difungsikan sebagai kantor
Pos Indonesia cabang Makassar. Sayang, nggak ada yang tahu persis apakah
menara yang tinggi menjulang dalam foto ini adalah bagian dari kantor PTT atau
bukan. Kamu bisa bantu jawab? (Circa. 1900-1920)
Collectie Tropenmuseum
Di ruas jalan ini berdiri kantor Post- Telegraaf- en Telefoondienst (PTT, Pos, Telegraf dan
Layanan Telpon) dan masih difungsikan sebagai kantor Pos Indonesia cabang Makassar.
Sayang, nggak ada yang tahu persis apakah menara yang tinggi menjulang dalam foto ini adalah
bagian dari kantor PTT atau bukan. Kamu bisa bantu jawab? (Circa. 1900-1920).
11. Generaal van Daalenweg (artinya: Jalan Jenderal van Daalen)
Collectie Tropenmuseum
Gak diketahui di mana letak persis jalan ini atau namanya sekarang. Namun, pemilihan nama
jalannya berlatar belakang historis. Gotfried Coenraad Ernst van Daalen adalah salah satu
pemimpin operasi pemadaman Pemberontakan Aceh secara brutal di tahun 1904. Van Daalen
lahir di Makassar pada 23 Maret 1863. (Circa. 1930-an).
12. Heerenweg (artinya: Jalan Juragan) yang kini menjadi Jalan Sultan
Hasanuddin. Jika kamu liatin beberapa foto sebelumnya, ternyata
pemandangannya sama aja, ya? Pohon di kiri-kanan jalan, rumah warga dengan
pagar putih, serta kesan sepi. (Circa. 1930-an)
Collectie
Tropenmuseum
Jika kamu perhatikan beberapa foto sebelumnya, ternyata pemandangannya sama aja, ya? Pohon
di kiri-kanan jalan, rumah warga dengan pagar putih, serta kesan sepi. (Circa. 1930-an).
Jalan trombone, elang, saudagar, sampai pertunjukan komedi. Kok bisa ya namanya seperti itu?
Dalam buku "Makassar Doeloe, Makassar Kini, Makassar Nanti" (Yayasan Losari, 2000),
dijelaskan kalau alasan penamaan tersebut mengikuti tata ruang di Amsterdam, ibu kota
Kerajaan Belanda beserta koloninya. Nama-nama jalan yang sekarang kita tahu, baru diubah
secara bertahap setelah masa kemerdekaan Indonesia.
Lagi Hamil Tua, Intip 10 Potret Nadya Mustika Pamer Baby Bump
Nama Bayi Curi Perhatian, 10 Potret Undangan Akikah ini Kocak Abis
10 Momen Kocak saat Cek Suhu Tubuh, Sepertinya Ada yang Keliru
10 Potret Gak Sengaja Difoto ini Mirip dengan Benda Sekitar, Kocak!