Anda di halaman 1dari 6

11/1/22, 4:10 PM Mengenal Gedung "Singa" Algemeene, Cagar Budaya Surabaya yang Kini Dijual, Ada Sejak Tahun

Tahun 1901 Halaman all - Kompas.c…

KOMPAS.com - Gedung Algemeene, salah satu cagar budaya di Surabaya terancam bepindah


tangan karena akan dijual. Di depan gedung tersebut ada spanduk informasi yang menunjukkan
gedung tersebut sedang dilelang secara umum melalui website Jiwasraya.

Kuncarsono Prasetyo, Pendiri dan Koordinator Begandring Soerabaia mengaku terkejut saat
mengetahui gedung ini terancam berpindah tangan pemilik.

Begandring Soerabaia sendiri adalah forum komunitas-komunitas warga yang memiliki perhatian
pada budaya dan sejarah Surabaya.

Baca juga: Semanggi Suroboyo, Sisi Lain Kota Surabaya yang Terlupakan

Mereka kemudian mendengungkan wacana penjualan Gedung Algemeene yang berstatus


sebagai bangunan cagar budaya Surabaya. Tujuannya, supaya proses ini menjadi perhatian banyak
pihak.

"Kami berupaya untuk menggagalkan pelelangan tersebut," kata pada Jumat, 16 April 2021 dikutip
dari nationalgeographic.grid.id.

Perusahaan asuransi, ada sejak tahun 1901


Keberadaan gedung tersebut petama kali diumumkan oleh sebuah surat kabar pada Rabu, 13 Maret
1901.

"Di lokasi terbuka di Willemskade, yang telah dibeli oleh Algemeene Maatschappij van
Levensverzekering en Lijfrente te Amsterdam, sebuah bangunan besar yang indah dengan satu lantai
akan muncul," tulis surat kabar tersebut.

Berita dari surat kabar berbahasa Belanda itu dikutip oleh Obbe Norbruis dalam bukunya yang
berjudul Alweer een sieraad voor de stad: Het werk van Ed. Cuypers en Hulswit-Fermont in
Nederlands-Indië 1897-1927.

Baca juga: Termahal di Dunia, Ini Sejarah Kopi Luwak di Nusantara

Algemeene Maatschappij van Levensverzekering en Lijfrente te Amsterdam berarti Perusahaan


Umum Asuransi Jiwa dan Tunjangan Hidup Amsterdam.

Warga sekitar menyebut gedung tersebut 'De Algemeene' atau 'Gedung Singa' karena terdapat
patung singa bersayap di depan gedung.

Sedangkan Willemskade adalah toponimi sebuah jalan tepian sungai, yang kini lebih dikenal sebagai
Jalan Jembatan Merah.

Kata "kade" sendiri merujuk pada dermaga atau jalan yang dibatasi oleh sungai dan gedung ini
menempati Willemskade 3.

Baca juga: Asal-usul Raja Ampat, Legenda Tujuh Telur dan Tuah Keramat Empat Raja

Dirancang oleh Hendrik Petrus Berlage

Lihat Foto

https://regional.kompas.com/read/2021/08/11/062600778/mengenal-gedung-singa-algemeene-cagar-budaya-surabaya-yang-kini-dijual-ada?page=all 1/6
11/1/22, 4:10 PM Mengenal Gedung "Singa" Algemeene, Cagar Budaya Surabaya yang Kini Dijual, Ada Sejak Tahun 1901 Halaman all - Kompas.c…

Hendrik Petrus Berlage (1856-1934), Bapak Arsitektur Modern di Belanda. Dua jejak karya arsitekturnya masih bisa dijumpai di Jakarta
dan Surabaya. (Wikimedia Commons)

Di dalam bukunya, Norbruis mencatat jika rancang bangunan Gedung Algmeene awalnya didesain
oleh Marius J Hulswut.

Namun proposal desain Hulswit ditolak, sehingga arsitek lain bernama Hendrik Petrus Berlage (1856-
1934) ditunjuk sebagai perancangnya.

Berlage adalah seorang arsitek kelas dunia yang karya-karya bangunannya masih kokoh berdiri
hingga saat ini dan terus dikagumi banyak orang, termasuk oleh para arsitek masa kini.

"Di dunia arsitektur kan ada nama-nama besar. Salah satu yang dikenal dan diakui dan nggak usah
diperdebatkan lagi adalah Hendrik Petrus Berlage," kata Bambang Eryudhawan, arsitek lulusan
Institut Teknologi Bandung yang memiliki perhatian pada bangunan-bangunan tua bersejarah.

Baca juga: Asal-usul Kampung Gelgel, Desa Islam Tertua di Bali, Berasal dari 40 Prajurit
Muslim dari Majapahit

Ia menyebutkan jika salah satu masterpiece Berlage adalah Beurs van Berlage yang berada di


Amsterdam, Belanda.

Beurs van Berlage dulu dipakai sebagai gedung bursa saham di Amsterdam dan sekarang menjadi
tempat pameran.

Gedung Algemeene di Jalan Jembatan Merah, Surabaya, yang kini milik PT Asuransi Jiwasraya
adalah karya Berlage yang pertama di Indonesia.

Baca juga: Legenda Asal-usul Selat Bali, dari Perjanjian Sidi Mantra dan Naga Basuki

Sementara karya keduanya adalah Gedung NV Assurantie Maatschappij de Nederlanden van 1845 di
Pintu Besar, kawasan Kota Tua Jakarta, yang kini dimiliki oleh PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo).

Yang menarik dari desain Beurs van Berlage adalah fasad gedung besar tersebut mengekspos
kekhasan batu bata merah.

"Dia (Berlage) memberikan inspirasi pada arsitek besar dunia lainnya, namanya Mies van der Rohe.
Jadi Mies van der Rohe melihat gedung (Beurs van Berlage) itu waktu diajak bapaknya pergi ke
Amsterdam. Dia terpukau bahwa ada sebuah arsitektur yang disusun dari batu bata," kata
Eryudhawan.

Baca juga: Asal-usul Nanggala, Pusaka Milik Tokoh Wayang Baladewa yang Dijadikan Nama
Kapal Selam Indonesia

Dua patung singa bersyap

https://regional.kompas.com/read/2021/08/11/062600778/mengenal-gedung-singa-algemeene-cagar-budaya-surabaya-yang-kini-dijual-ada?page=all 2/6
11/1/22, 4:10 PM Mengenal Gedung "Singa" Algemeene, Cagar Budaya Surabaya yang Kini Dijual, Ada Sejak Tahun 1901 Halaman all - Kompas.c…

Lihat Foto

Pemandangan Willemskade di Surabaya sekitar 1910. Tampak gedung Algemeene menjadi tengara ikonik kawasan Jembatan Merah.
(Dokumen KITLV)

Salah satu ciri khas dari Gedung Algemeene adalah dua patung singa bersayap yang ada did epan.

Menurut Yudha, desain dua patung singa bersayap itu yang menbuat bangunan tersebut dikenal
sebagai gedung singa. Dua patung singa tersebut dipengaruhi dengan kemunculan penemuan
arkeologi di Mesir saat bangunan tersebut dibangun.

"Karena temuan hasil eksplorasi-eksplorasi Eropa ke Mesir itu kemudian menimbulkan eksotisme
baru di Eropa. Bukan cuma dari sisi pengetahuan, tapi juga kebudayaan Mesir kuno itu muncul di
museum-museum di Eropa," kata pria yang akrab dipanggil Yudha itu.

Baca juga: Asal-usul Jepara, dari Ratu Kalinyamat hingga Tempat Lahirnya Kartini

Menurutnya Gedung Algemeene menampilkan gaya arsitektur Art Nouveau yang khas dan mewakili
gaya arsitektur pada akhir abad ke-19 hingga awal abad ke-20.

"Dengan ruang terbatas dia (Berlage) mampu menciptakan ruangan yang monumental," kata Yudha.
"Floor to ceiling-nya (jarak lantai ke atapnya) kan tinggi di lantai pertama."

Selain itu, Berlage juga meninggalkan jejak khasnya dengan memanfaatkan batu bata merah untuk
menyusun gedung tersebut, termasuk pada semua arch atau bagian lengkungannya.

Yudha berkata, "Dia masih pakai struktur bata. Makanya semua bukaan-bukaan besarnya itu pakai
pelengkung, ya."

Baca juga: Asal-usul Kupang, Diambil dari Nama Raja Nai Kopan, Diperebutkan Belanda dan
Portugis

Mosaik gambar Raja Firaun

Lihat Foto

https://regional.kompas.com/read/2021/08/11/062600778/mengenal-gedung-singa-algemeene-cagar-budaya-surabaya-yang-kini-dijual-ada?page=all 3/6
11/1/22, 4:10 PM Mengenal Gedung "Singa" Algemeene, Cagar Budaya Surabaya yang Kini Dijual, Ada Sejak Tahun 1901 Halaman all - Kompas.c…

Mosaik porselen karya Jan Toorop di gedung tinggalan Algemeene. (Mahandis Yoanata Thamrin)

Di gedung tersebut juga terdapat mosaik porselen bergambar Raja Firaun bersama ibu Eropa dan ibu
Jawa, yang masing-masing menggendong anak.

Mosaik tersebut adalah karya Jan Toroop seorang pelukis bergaya pointillisme, simbolisme, dan art-
nouveau. Dia berdarah Jawa-Belanda yang lahir di Purworejo, Jawa Tengah pada 20 Desember
1858.

Ayahnya seorang Jawa-Belanda yang menikahi perempuan berdarah Inggris. Seniman yang religius
ini wafat pada 3 Maret 1928 di Den Haag, Belanda.

Baca juga: Asal-usul Kupang, Diambil dari Nama Raja Nai Kopan, Diperebutkan Belanda dan
Portugis

"Ada karya-karyanya Jan Toroop. Jan Toroop itu seniman kelahiran Purworejo. Jan Toroop juga
terkenal. Disebut sebagai salah satu seniman modernis awal yang memberikan kontribusi pada dunia
seni rupa di Eropa, tapi dia orang Belanda kelahiran Purworejo," beber Yudha.

Di mosaik tersebut ada angka “1880” yang diapit jam pasir yang menunjukkan tahun pendirian
perusahaan tersebut yang beroperasi pada 1 Januari 1880 di Amsterdam, Belanda.

Sedangkan, “Rozenburg” dalam mosaik itu merupakan pabrik porselen di Den Haag yang mengolah
desain karya sang seniman.

Baca juga: Asal-usul Jayapura, Dulu Diberi Nama Nova Guinea oleh Pelaut yang Singgah di
Tahun 1545

Transisi ke modernisme

Lihat Foto

Singa bersayap di pintu masuk gedung Algemeene, karya Joseph Menders da Costa (1863-1939). Ia merupakan seniman Belanda
yang banyak membuat patung dan ornamen bangunan dengan garis tegas dan simbolisme. Mengapa menampilkan dua singa
bersayap? (Mahandis Y. Thamrin/National Geographic Indonesia)

Seorang pemerhati sejarah arsitektur Hindia Belanda asal Delft, Olivier Johannes Raa mengatakan
jika bahwa gedung tersebut mewakili tiga disiplin keahlian: seni arsitektur, seni patung, dan seni lukis.

"Di sebelah kiri-kanan pintunya terdapat dua patung singa bersayap hasil karya pematung Belanda
Joseph Mendes da Costa, yang memperlihatkan bahwa uang dari pelanggannya dijaga dengan
aman," ungkap Olivier.

"Di atas pintu dipasang lukisan keramik hasil karya pelukis Jan Toorop dengan gambaran alegoris
yang memuliahkan misi perusahaannya."

https://regional.kompas.com/read/2021/08/11/062600778/mengenal-gedung-singa-algemeene-cagar-budaya-surabaya-yang-kini-dijual-ada?page=all 4/6
11/1/22, 4:10 PM Mengenal Gedung "Singa" Algemeene, Cagar Budaya Surabaya yang Kini Dijual, Ada Sejak Tahun 1901 Halaman all - Kompas.c…

Baca juga: Mencicipi Nasi Buk, Kuliner Khas Madura yang Berkembang di Kota Malang

Olivier menambahkan bahwa sang arsitek Hendrik Petrus Berlage membuat rancangan tanpa melihat
lokasi dengan mata kepalanya sendiri.

"Karena baru pada 1923 ia mengunjungi Hindia Belanda untuk pertama kalinya."

Berlage menerima pesanan untuk merancang kantor ini karena sebelumnya sudah mendesain
bangunan lain untuk perusahaan Algemeene di Belanda.

Kantor Algemeene di Surabaya mengikuti konsep tradisional khas Belanda yakni sederet bangunan
yang menghadap ke kanal, dengan fasad indah yang representatif untuk status pemiliknya.

Baca juga: Toleransi di Sepiring Sate Kerbau di Kota Kudus

Lihat Foto

Tampak depan gedung Algemeene.  (Mahandis Yoanata Thamrin)

Ia juga menyebut Gedung Algemeene adalah merupakan transisi dari gerakan historisme ke gerakan
modernisme.

"Sebagai gaya utama, kantor Algemeene memakai arsitektur Rasionalisme, sebuah gaya desain
bangunan dalam gerakan modernisme awal," ujar Olivier.

"Yang diutamakan adalah kejelasan dan kesederhanaan dalam keteraturan serta kesatuan, tanpa
menerapkan banyak ornamen."

Senada dengan pemaparan Yudha, Olivier juga mengungkapkan bahwa ciri khusus Berlage adalah
lengkungan batu-bata ada dindingnya.

Baca juga: Sepiring Rabeg Makanan Kecintaan Sultan Banten, tentang Kenangan Kota Kecil di
Tepi Laut Merah

"Lengkungan tersebut bisa dianggap sebagai pengembangan lanjutan dari pintu berbentuk ladam
yang terinspirasi dari gerbang bulan tradisional Tionghoa."

Dalam gedung Algemeene terdapat elemen yang dipinjam dari historisme adalah bidang simetris
ketat khas Neoklasik.

Sementara itu rangka batang kayu pada fasad depannya terinspirasi dari gaya arsitektur lama di
Eropa.

Baca juga: Cerita di Sepiring Nasi Pecel, dari Suguhan Ki Gede Pemanahan hingga Ditulis di
Serat Centhini

Lalu apa makna dua patung singa karya Mendes dan mosaik besutan Toorop di fasad depan
Algemeene?

"Patung singa dan lukisan keramik yang menghias bangunannya masing-masing memperlihatkan
elemen dari Mesopotamia dan Mesir kuno, yang melambangkan keabadian," ungkap Olivier.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/11/062600778/mengenal-gedung-singa-algemeene-cagar-budaya-surabaya-yang-kini-dijual-ada?page=all 5/6
11/1/22, 4:10 PM Mengenal Gedung "Singa" Algemeene, Cagar Budaya Surabaya yang Kini Dijual, Ada Sejak Tahun 1901 Halaman all - Kompas.c…

"Pesannya: uang pelanggan akan aman untuk selamanya."

Baca juga: Perjalanan Sejarah di Sepiring Lontong Cap Go Meh

Sejarah bangunan harus tetap dijaga

Lihat Foto

Beurs van Berlage (Begandring Soerabaia)

Sementara itu Kuncarsono Prasetyo, Pendiri dan Koordinator Begandring Soerabai berharap gedung
tersebut tak jadi dijual karena memiliki sejarah yang tinggi bagi arsitektur dunia.

"Cara untuk menggagalkan lelang itu macam-macam. Salah satunya, yang paling utama adalah
Perda (Peraturan Daerah) Cagar Budaya Kota Surabaya yang mewajibkan pemilik bangunan cagar
budaya di Surabaya untuk menawarkan ke pemerintah kota sebelum menjualnya ke publik. Jadi itu
yang harus dilalui," ungkapnya kepada National Geographic Indonesia.

"Jika itu tidak dilalui, seharusnya upaya lelang tersebut batal demi hukum."

Baca juga: Masjid Al Hikmah Mengadopsi Arsitektur Khas Bali, Ini Pesannya

Namun demikian, Yudha, yang juga merupakan anggota Tim Ahli Cagar Budaya Provinsi DKI Jakarta,
mempunyai pendapat agak berbeda terkait upaya penggagalan penjualan gedung ini.

Menurutnya, penjualan tak masalah dilakukan, yang terpenting nilai arsitektur dan sejarah bangunan
Gedung Algemeene tetap terjaga.

Karena gedung tua berlantai dua ini telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya Kota Surabaya.

Baca juga: Kisah Qomarul Lailah, Guru SD Asal Surabaya Jadi Wasit Badminton di Olimpiade
Tokyo 2020

"Dijual sih boleh, cuma kan sebagian orang merujuk pada undang-undang bahwa opsi pertama harus
dibeli oleh pemerintah," jelas Yudha.

"Dijual kepada siapa pun boleh. Cuma kan karena sudah cagar budaya, pembelinya pun terikat
dengan ketentuan untuk tetap menjaga keaslian bangunan tersebut," kata dia.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/11/062600778/mengenal-gedung-singa-algemeene-cagar-budaya-surabaya-yang-kini-dijual-ada?page=all 6/6

Anda mungkin juga menyukai