Anda di halaman 1dari 8

x-"

'.",,..~." '. ~

'._""~''''''.~~_'~'~'~'-'-:,;;;;::.~.:,...~..;.-~.

.;~.

-~;; ~ ,- """ . ..".


'I<

~
.-

..

""

..

~ ?/ .::I .' .~ ~.

,., "".{; ""'" ,~.,:j:;.1;

'if'

.. " h ~ ~~1 <I.jf -- J' , ""J '!< jf~ , . A

- 1

__~,~
~\, -;"' , '"., 1. -

rz;:I j:J;)
...::IG

~.-~~..;"~").-.~.
',:..,,-:";<:\}ji'l

::..

-~'?-"?'?-~~~~~

~~..:~'A

rc7}f"~4

"
. . -

: :';~~:~.

'.';~.-:.",..':'.~,':{-'~tii~~~,\:-t . ::.:.:,_'.. ::' . _:::,~' . :::;<..~.i~<.~:_:' .,-~.;-~~~;~J;"'l!,~i;H~-. ~::/:'---r -~;..;,;.. '


. -.

AKI-LAKI asal Belanda itu diam mematung di depan pintu gerbang Pasar Gede Harjonagara, Solo. Dia seperti mencari sesuatu di antara tembok-tembok yang bercat kuning gading. Penampilannya necis, membuat para pedagang heran. Dia pun sesekali tersenyum kepada mbok-mbok penjual. Mata cokelatnya menyiratkan ada sesuatu kala memandang bangunan itu. Mungkin rasa bangga. Charles Karsten, 40 tahun, laki-laki itu, Sabtu pertengahan Januari lalu, sedang menziarahi salah satu "warisan" mendiang kakeknya, Herman Thomas

derland ke negeri Hindia Belanda. Pintu masuk pasar itu memiliki kanopi cukup lebaI' bertulisan Pasar Gede. Hurufnya bergaya art nouveau. Masuk ke pasar, kemudian tersaji sebuah ruang terbuka. Los pasar membujur dari utara dan ke timur. Atap pasar berbentuk limas. Untuk kantor pasar, Karsten memilih jendela pipih vertikal. Tapi pada bagian atas bentuknya menjadi setengah lingkaran neoklasik dengan atap berbentuk joglo. "Pasar Gede merupakan kelanjutan pasar yang dulunya sudah ada jauh sebelum Keraton Kartasura pindah ke Surakarta. Dulu

Herman Thomas Karsten bersama keluarga, Bandung, 1934.

buruh gendong, Karsten misa nya membuat lantai los pasar Cl. kup tinggi agar si buruh tak pel lu jongkok untuk mengangh barang. Kini meski Pasar Ged sudah dua kali direnovasi, ku] gendong masih bisa merasaka. kenyamanan desain tersebut. Udara juga dapat mengalir de ngan leluasa. Sirkulasi dan ven tilasi membuat cahaya masuk d dalam ruangan secara tidak lang sung, membuat udara tak panas "Bahkan Karsten juga memper. hatikan perilaku burung keci yang suka membuat sa rang di ba. gian atap bangunan, agar nantinya bisa terhindar dari kotoran burung," tutUI' Widya. Sumbangsih Karsten dalam menata dan memberikan bangunan-bangunan "penanda" bagi kota-kota kita sering dilupakan. Padahal perjalanan kearsitekannya tersebar di 19 kota besar di Jawa, dari Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo, hingga Malang, Jawa Timur. Sedangkan di luar Jawa, dari Palembang hingga Banjarmasin. Karsten datang dari keluarga terpelajar. Ayahnya adalah seorang profesor sejarah Romawi. Karsten menempuh studi di Technische Hoogeschool Delf. Sejak di awal perkuliahannya ia sudah aktif di Social Technische Vereeniging Democratische Ingenieur en Architecten, sebuah organisasi mahasiswa beraliran sosialis. Atas undangan Henry Maclaine Pont (pendiri Institut Teknologi Ban-

...

" Ii i!

j' ,

Ciri has k karya Karsten adalah nilai kemanusiaannyayang kental.


Karsten (1884-1945). Meski sudah bukan bangunan asli karena dua kali terbakar, dua kali dibangun lagi, Pasar Gede yang terletak di jantung Kota Solo itu masih tetap mempertahankan bentuk aslinya. Kehadiran Charles di Solo untuk menghadiri hari ulang tahun Pasar Gede ke-77. Pasar ini dibangun pada 12 Januari 1930 oleh kakeknya atas pesanan Pakubuwono X (1893-1939). Berdiri di depan Pasar Gede yang arsitekturnya merupakan perpaduan unsur Eropa dengan loka! Jawa membuat ia merenung: bagaimana sang kakek dahulu dikenal sebagai arsitek yang suka mengkritik keras pemindahan eorak bangunan Nedisebut pasar eandi karena memang ada bangunan eandinya di tempatitu," tutur Sudarmoho, sejarawan Universitas Negeri Sebelas Maret. Sebelum dibangun seperti sekarang ini, Pasar Gede memiliki lataI' depan reI kereta api. Kini reI tersebut tak berbekas. Widya Wijayanti, Ketua Ikatan Arsitek Indonesia Jawa Tengah, melihat eiri khas karya Karsten adalah nilai kemanusiaannya yang kental. "Dia tidak pernah melupakan kepentingan orangorang keeil, sesuatu yang jarang ditemui pada orang Belanda totok masa itu," katanya. Mengetahui bagaimana beratnya pekerjaan
TEMPO, 18 MARET 2007

dung), kakak kelas dua tingkatnya di Teehnisehe Hoogesehool, yang mendirikan biro arsitek di Semarang pada 1914, Karsten datang ke Semarang. Kepergiannya dianggap aneh oleh keluarganya karena kesempatan untuk hidup mapan di Belanda terbuka baginya. Karsten langsung menjadi kepala kantor biro pembangunan Mclaine Point (meskipun kemudian berpisah). Setiap hari dia berkelana dari satu daerah ke daerah lain. Pada 1921, Karsten mengawini Soembinah Mangoendirejo, seorang gadis desa yang berasal dari Pegunungan Dieng. Tidak biasa bagi seorang Belanda totok menjadikan gadis pribumi sebagai istri

60

~.:::Lm~P:4lt~jijf

--...

KISAHSEORANG 'MAXHAVELAR' ARSITEK


sah, karena pada saat itu perempuan inlander hanya akan menjadi seorang gundik, laiknya Nyi Ontosoroh dalam tetralogi Pramoedya. Karsten juga memilih menjadi seorang Islam dengan menikahi Soembinah di sebuah masjid di daerah Ungaran, Semarang. "Ada sifat pemberontakan pad a diri Karsten. Menikahi perempuan inlander salah satu bukti kalau dia tidak memiliki sifat-sifat kolonial. Bahkan di kemudian hari dia pernah membela para buruh bangunan di Batavia," kata William A.J. Vroegop, seorang pengamat arsitek di Belanda. Karsten dikenal sebagai penentang arus. la, syahdan, tak pernah mengenakan dasi atau penutup leher tinggi seperti umumnya kalangan elite Belanda waktu itu. Ia juga tak pernah berpesta ke Societeit, tempat elite masyarakat Eropa bersenang-senang. Karsten memiliki empat anak, dua laki-laki, dua perempuan. Simon, 81 tahun, anak keduanya, pensiunan arsitek, hidup di Belanda, mengenang masa kecilnya di Jawa. Meski tergolong orang kaya, mereka hidup sederhana. Ia ingat sehari-hari berkaki telanjang dan harus mencopot sepatunya bila tiba di rumah. Tiap minggu ia ingat ayahnya mengajak main badminton. Di samping mendengarkan Bach, ayahnya mewajibkan belajar gamelan. "Kami sehari-hari berbicara Krama Inggil dan bila liburan kami pergi ke tempat si mbah di Dieng," kenang Simon. Dieng baginya sampai sekarang masih sebuah lembah sakral. Seluruh keluarga dari garis ibunya dikuburkan di puncak bukit; dari sana ia dapat memandang seluruh Dieng. Pada 1992, Simon mengunjungi Indonesia. Dengan backpack ia naik bus umum serta Colt angkutan pedesaan menyusuri Bandung, Yogya, Solo, Semarang untuk menjenguk bangunan-bangunan karya bapaknya. Ia menyempatkan diri nyekar makam keluarganya di Dieng. "Saya sangat kangen mas a kecil saya. Bapak saya menginginkan kami dahulu menjadi orang Indonesia " Menurut Romo Adolph Heuken, SJ, pemerhati masalah pusaka budaya, Karsten yakin, Indonesia akan menjadi negara merdeka. "Karena itu ia mempersiapkan keempat anaknya untuk bisa tinggal dan berbaur dengan orang pribumi," kata Heuken kepada Faisal Assegaf dari Tempo. Menurut Charles, dari cerita ayahnya, Joris Karsten, anak ketiga Karsten-Soebimah, sang eyang putri (meningga11959) adalah inspirasi terbesar dari karya-karya kakeknya. Charles mengatakan, keluhan Soembinah mengenai keadaan para tetangganyalah yang dijadikan dasar kakeknya dalam membuat desain pasar. "Maka dari itu, pasar selalu dibuat nyaman untuk rakyat kecil," katanya.
PasarGede,Solo.

...

J07
':',"" . c"':"", .'

.......

"Penjual daging ill Pasar Johar ditempatkan Karsten di lantai dua. Rupanya Karsten mempelajari kalau lalat tidak dapat terbang terlalu tinggi. Hingga kini bagian itu aman dari lalat,"ujarWidya. Pasar Johar di Semarang adalah karya lain Karsten yang merakyat. Pasar dua lantai yang mampu menampung ribuan pedagang ini sampai sekarang masih dipertahankan sebagai pasar induk tradisional terbesar di Semarang. Lokasinya berhadapan dengan Masjid Agung Kauman. Ciri khusus arsitektur Pasar Johal', menurut Andi Siswanto, arsitek dari Universitas Diponegoro, adalah atapnya yang berbentuk kolom-kolom yang menyerupai cendawan/jamur. Atap yang satu dan yang lain tidak menyatu, melainkan saling menaungi. Atap cendawan memungkinkan sirkulasi udara masuk dari segala penjuru. ~lIeski tanpa mesin penyejuk ruangan, udara sepoi-sepoi bisa dinikmati pengunjung. Kelebihan lainnya adalah, meski terdiri atas dua lantai, di tengah-tengah bangunan terdapat void (ruang kosong), sehingga ada komunikasi visual antara lantai satu dan lantai dua. Karsten sangat memperhatikan bahwa pasar dalam tradisi orang Asia tidak seperti tradisi orang Eropa. Bagi orang Asia, pasar tidak hanya terdiri atas sekatan-sekatan toko belaka, tapi juga terdapat ruang terbuka yang lebar, tempat menampung para pedagang nonpermanen yang berjualan pada acara tertentu. Misalnya, hanya pada hari pasaran atau pada saat digelar acara garebeg, sekatenan, dan dugderan. Di Pasar Johar, Karsten memilih marmer berkualitas sebagai bahan pelapis permukaan dinding, meja utama serta sebagian lantainya. Akan halnya anak tangga, dengan batu andesit. Tampak bahwa pemilihan bahan bangunan pun dipilih dengan saksama untuk membuat pasar itu bertahan melintasi zaman. Menurut Widya, karya-karya Karsten dapat bertahan karena desainnya yang baik, dengan memaksimalkan apa yang disediakan oleh alamo Menurut Widya, jejak Karsten di Semarang, selain di Pasar Johal', juga Pasar Jatingaleh. Pasar Jatingaleh disebut Widya kala itu menjadi semacam proyek percontohan pasar modern. Karsten 61

TEMPO, 18 MARET 2007

~::~-;:>":", ~~.:~~. ~. -

~-.-----.

--

..-

-'"
-

! ,i II i!

I' ,
,j ,j

, .,

I !

'I
'!

i
I

I
I

I
I

membutuhkan waktu delapan tahun untuk membangunnya. Widya meneatat, kini nyaris tidak ada masalah dengan bangunan Pasar Johar dan Jatingaleh keeuali dengan atapnya. Namun, sumber masalahnya adalah pengelola kini hampir tidak pernah melakukan pembersihan atap. "Hampir semua pasar Karsten, meski dibiarkan dalam kondisi minim perawatan, proses kerusakannya masih tergolong dapat diatasi," ujar Widya. Aneaman terhadap karya Karsten justru datang dari penggusuran. Widya meneatat, misalnya, Pasar 16 Ilir Palembang karya Karsten telah tergusur oleh bangunan baru. Di Palembang masih ada bangunan pasar buatan Karsten yang berdiri kukuh, meski kondisinya tak terawat, yakni Pasar Cinde Palembang.

Meski tak pernahingin menjadi ambtenar atau pegawai pemerintah kolonial, Karsten tak bisa menampik saat pemerintah kota praja memintanya menjadi adviseur gemeente atau penasihat pereneana kota. Selain menjabat sebagai penasihat tata kota pemerintah lokal Semarang, ia belakangan menangani tata kota sembilan kota praja: Palembang, Medan, Padang, Banjarmasin,
62

...

Batavia, Bogor, Malang, Solo, kemudian Yogyakarta. Di Solo, Karsten, misalnya, mendesain tata ruang Villa Park Banjarsari, yang menempatkan jalan-jalan diagonal dalam ruang terbuka, Stasiun Kereta Api Balapan, dan Lapangan Manahan yang memiliki bentuk oval. Di Magelang bahkan Karsten meraneang perumahan murah Desa Kwarasan, sebuah desa keeil di barat daya Kota Magelang, Akan halnya Kota Malang didesainnya sebagai kota taman. Sampai sekarang bila Anda menyusuri Jalan Ijen di Malang yang memiliki boulevard panjang dengan pohonpohon palem di tepinya, terasa suasana masih elok. Akan halnya kawasan elite di Semarang yckg ditangani Karsten adalah kawasan Candi Barn. Menurut Andy Siswanto, arsitek Universitas Diponegoro, dalam menyusun reneana induk Candi Barn, Karsten sangat mempertahankan kontur tanah, pepohonan, dan ruang publik. JaIan dibiarkan berkelok-kelok serta ada jarak yang longgar antara rumah satu dan rumah lainnya. Berada pada perbatasan antara Semarang bawah dan Semarang atas menjadikan semua rumah di Candi Barn mempunyai panorama sangat indah: ke selatan menghadap ke Gunung Ungaran, ke utara
TEMPO, 18 MARET 2007

Pasarlahar, Semarang.

menghadap birunya Laut Jawa, Konsep tersebut, menurut Andy, bertolak belakang dengan reneana induk kebanyakan penunahan modern, yang kawasan huniannya dibikin tak ubahnya seperti papan eatur: tanah diratakan, dipetakpetak, berhadap-hadapan, serta tidak ada jarak antara bangunan satu dan lainnya. "Pada konsep perumahan modern, nuansa asri yang alami hilang sarna sekali." Menurut Andy, dalam membuat reneana induk kawasan hunian, aspek sosial juga menjadi pertimbangan utama Karsten. Dialah arsitek yang berhasil mengubah konsep hunian berdasarkan ras. Sebagaimana di kota-kota besar lainnya, di Semarang terdapat permukiman yang pengelompokannya berdasarkan ras, misalnya kawasan Peeinan yang dihuni etnis Cina, dan Pekojan tempat etnis Arab. Karsten melawan konsep rasisme tersebut dengan meneiptakan kawasan hunian yang pengelompokannya berdasarkan kemampuan ekonomi. "Apa pun suku dan rasnya, siapa pun boleh tinggal di Candi Baru," tutur Andy. Karsten, di samping itu, menciptakan gradasi jalan yang menghubungkan Candi Baru dengan perkampungan warga biasa. JaIan dari Candi Baru yang menu-

ii":r' :6,~'...;~--/':;'::S: ;

~I'~.:.~$j;:m

"

:',

~..);:::~

~.V"

---

- - --

--

"

,~

KISAHSEORANG 'MAXHAVELAR' AR.SITEK


ju Kampung Lasipin-perkampungan di sebelah selatan Candi Baru-dibuat perlahan-Iahan menyempit. "Tujuannya, meski terpisah dengan Candi Baru, tetap saja ada komunikasi serta perbedaannya tidak kontras." Candi Baru hanyalah satu di antara beberapa permukiman yang rencana induknya dirancang Karsten. Permukiman lainnya adalah Pekunden, Peterongan, Batan, dan Wonodri (1919), Sompok (1919), daerah Semarang Timur (1919), dan daerah Mlaten (1924). Semua kawasan itu pengelompokannya berdasarkan basis ekonomi, bukan ras, seraya memperhatikan keseimbangan alam seperti drainase dan taman kota yang juga berfungsi sebagai resapan air. Sa yang, dari beberapa kawasan permukimanyang rencana induknya ditangani Karsten, hanya Candi Baru yang masih tersisa bagus. Selain membuat rencana induk permukiman, Karsten juga merancang puluhan bangunan di Kota Semarang, di antaranya kompleks bangunan Van Deventer School (sekarang SMK Kartini di 1 Sultan Agung) (1923); Rumah Pemotongan Hewan Pandean Lamper Kabluk (1925); Kantor Joana Stoomtram Mij (sekarang kantor PT Kereta Api Indonesia Daops IV) (1930), dan seterusnya. Minatnya pada kesenian Jawa membuatnya tergerak untuk membangun gedung Sobokarti. Pada gedung kesenian rakyat yang terletak di Jalan Dr Cipto ini kita bisa melihat betapa Karsten sangat menghormati arsitektur Jawa. Bangunan Sobokarti bergaya Joglo-Limasan dengan serambi yang luas. Satu-satunya sentuhan Barat hanya ada pada bentuk kursi di ruang pertunjukan yang melingkar dan bersaf-saf. "Model kursi penonton yang melingkar seperti dalam gedung teateI' adalah gaya Eropa. Dulu orang Jawa kalau melihat pertunjukan dengan lesehan atau berdiri," papal' Andy. Bangunan lain yang masih bisa dinikmati adalah Rumah Sakit Santo Elisabeth. Ciri kuat pada bangunan rumah sakit di atas lahan lima hektare itu adalah sebuah ruang kosong berupa courtyard. Jika kita masuk ke rumah sakit itu, kesan pertama justru tertuju pada ruang kosongnya. Taman tersebut dimaksudkan untuk mempertahankan kebersihan udara. Hal itu penting karena bisa membantu kesembuhan pasien. Ruang kosong yang bisa dinikmati dari berbagai sudut bangunan menurut Andy memang ciri-ciri arsitektur Karsten yang beraliran pascamodernisme. Di Jakarta, peninggalan Karsten adalah Kebayoran Lama. la mendirikan daerah permukiman bagi golongan pejabat tinggi, kalangan menengah ke atas, dan orang menengah ke bawah. Di Jakarta Karsten menganggap penting keberadaan taman-taman kota serta ruang terbuka, dua hal yang tamseorang dissident. Posisinya dipandang beberapa orang seperti Max Havelaar. "Karsten ditolak menjadi guru besar ITB oleh pemerintah kolonial," kata arsitek Hans Awal. Hidup Karsten berakhir tragis. Dia ditangkap Jepang dan dimasukkan ke kamp interniran di Cimahi. Selama tiga tahun sejak 1942 dia hidup menderita. Menurut Hans Awal, di penjara Karsten bertemu dengan seorang arsitek muda Belanda bernama Thomas Nix. Karsten sering membicara-

Karstenlah arsitek yangberhasil mengubah konsep hunian berdasarkan raSe


paknya saat ini mulai terabaikan. Di Bandung, Karsten pernah membuat rencana tata kota Bandung, termasuk membangun Gedung Sate, yang menjadi ciri Kota Kembang. "Tapisemuanyatidakbisadilaksanakan dengan baik lantaran perang," kata Harastoeti, Ketua Bandung Heritage. Gedung Sate yang ada sekarang jauh berbeda dari hasil rancangan Karsten. Orientasi kerakyatan Karsten membuat ia tak begitu disukai pemerintah Belanda. Menurut Simon, ayahnya saat itu bagai kan prinsip-prinsip arsitekturnya kepada Thomas. Setelah Thomas bebls, ia membuat disertasi mengenai tata kota di Indonesia. Adapun Karsten, akibat kurang gizi, ia meninggal. Karsten dimakamkan di tempat pemakaman orang-orang Belanda di Cimahi. Soembinah kemudian membawa empat anaknya ke Belanda dan tinggal di sana hingga akhir hayatnya pada 1959. Simon ingat ayahnya sering mengutip katakata religius sejumlah tokoh di buku notesnya. Salah satunya adalah seorang Quaker (gerakan kebebasan religius yang tidak terikat gereja Anglikan atau Roma) Amerika bernama Stephen Genet yang pada 1830 menulis demikian: "Saya kini berada pada babakan terakhir hidup saya, tapi saya tetap berusaha setiap hari untuk mengerjakan yang terbaik sebab hidup ini demikian indah " Agaknya itu diresapi betul oleh Karsten sehingga dalam penderitaan pun ia ingin memberikan yang terbaik. Tentang perjuangan ayahnya, Simon dan adik-adiknya rajin menceritakannya kepada keluarga besar Karsten. Maka, ketika Charles berkesempatan ke Indonesia, ia nyekar ke kuburan Karsten di Cimahi. "Saya berdoa untuknya," katanya kepada Andi Dewanto dari Tempo. Ia bercerita bagaimana di depan makam sang kakek ia tercenung, terpekur, merenungkan jalan hidup sang kakek. "Saya hanya bisa membayangkan bagaimana ia hidup di Indonesia dan memberikan sumbangan yang sangat berarti "
SIno 10110Suyono,lmroa ROSJId, ohlrtn S

Herman Thomas Karsten dan istri, Soembinah Mangoenredjo, Bandung, 1935.

TEMPO, 18 MARET 2007

65

~_:.-~-:::--"~~Y=:"'-:::.~":~~~~.:-''-:._-~~'~'-:-~2~~v:o-:-~-=--::-

:."~~

;, ,~~~.

":.

,-

--

,.;;:' .~..

.','

',;-.'

.~"=

~1I

Pendapa Pura Mangkunegaran, Solo, awa J Tengah.

i
I

I I
I I

I I

Paviliun untuk Gusti urul N


! ;0

,
"I

iI
I

AAT Simon Karsten, 1992, kembali ke Indonesia, ia menyempatkan diri bertandang ke istana Mangkunegaran. Ia terutama ingin menengok salah satu bale bernama Bale Pracimayasa. Inilah bale yang secara istimewa dibuat Karsten untuk seorang anak perempuan Mangkunegaran VII. Pergaulan Karsten memang luas. Ia bahkan sangat mudah diterima di kalangan bangsawan Jawa, seperti Raja Kasunanan Paku Buwana X maupun Mangkunegara VII yang sebenarnya "berseteru". "Karsten juga sahabat dekat salah satu kakak R.A. Karli~ ni yang bernama Sosrokarlono," kata William Vroegop, pengamat arsitek dari Be1anda. Menurut Charles Karsten, 40 tahun, sebagaimana sering diceritakan ayahnya, Mangkunegara VII kerap kali bertandang ke rumah kakeknya di Semarang.Kunjungan balasan juga sering dilakukan Karsten. "Mereka seringmelakukan korespondensi," katanya. Tak mengherankan kalau kemudian Mangkunegara VII meminta bantuan Karsten untuk mendesain pendapa dan gapura istananya. Karsten yang berdomisili di Sema:rang itu ke1ihatannyacukup akrab dengan penguasa "Mangkunegaran. Bahkan Mangkunegara vn memiI1ta" KarstenmeroDlbak. istimanya: MeIlUrut Sudarmono, sejarawan Universitas. Negeri Sebelas Maret-yang juga Ketua

sitektur Universitas Tunas Pembangunan, Solo, melihat penggunaan bahan baku besi sebagai pengaruh arsitektur Barat. Apalagi pada bagian itu dibuatkan kanopi berbahan besi baja. "Sekalipun berhiaskan dekoratif motif flora timur, penambahan kanopi itu pengaruh Barat," kata dia. Selain merombak pendapa, Karsten juga mendesain pembuatan pintu gerbangutama yang menyambungkanpamedan (halaman depan) dengan halaman Pura Mangkunegaran. Karsten membuat pilar gapura tersebut dobel, dan menggunakan ragam Dor;i.kyang berasal dari gaya neoklasik. Sehingga menimbulkan kesan kukuh; tetapi tetap memberikan tempat plengkungan atau arch, sesuatu yang biasa diSecara fisik, . Karsten memperluas jumpai pada gapura Jawa. .pendapa Mangkunegaran. Sudarmono Yang paling istimewa, Karsten juga menilai hal itu merupakan sesuatu membuatkan paviliun yang menjadi yang revolusioner, dan itu membuat tempat tinggal salah satu anak Mangpendapa KeratonKasunanan jauh Ie.:. kunegaran VII bernama Gusti Nurul. bili ked!. i>adahal, dalam status, Ker- Gusti Nurul yang kala,itu kecantikanaton'Kasunanan saat itu dirasakan nya terkenalluas. Paviliunyang diberstatusnya lebih tinggi. Karsten juga nama Pracimayasa ini berada di sayap menciptakan sistem drainase yang sebelah kanan dan terpisah dengan mengaliri lantai halaman istana, tembangunan utama. "Karsten menyulap pat abdi dalem dan rakyat berkumpul bangunan yang menyerupai pendasaat paseban. "Agar ketika diduduki pa itu menjadi ruangan yang memis~at paseban, laritainya tidak panas," tiki banyak sudut," tutur Sudarmono. kfita Sudarmono. . Karsten juga memberikan tambahan 'Karsten menambah emper pendajendela pada ruang makan yang terpa de~gan pahan dari besiyang di- buat darikaca 'timah dengan hiasan datangkan Karsten dari Belapda. Dwi motif suasana. tradisional.' ... Job SIJaao, /ani"'" Bud Sri'Lestari, pengajar jurusan arSolo Heritage Community, ia pernah mendapat arsip semacam surat perintah kerja pembangunan proyek Karsten dengan Mangkunegara vn. "Di situ ada nilai proyeknya," kata Sudarrnono. Karsten tidak hanya membuat desain gambar pendapa dan gapura utama, tapi juga membenahi tata letak tempat tinggal keluarga Mangkunegara. Menurut Sudarmono, sebelum Karsten menerima proyek pembangunan pendapa, istana Mangkunegaran menghadap ke utara. Oleh Karsten kondisi itu dibalik menjadi seperti sekarang ini, meski simbol-simbol filosofisnya, seperti di depan istana ada pa.sarnya, tetap dipertahankan. "Pasar Triwindu dibuat agar simbol itu ,tetap bertahan," kata Sudarmono.

66

TEMPO, 18 MARET 2007

----

~!::~~~~E .~1';'~:';F~

~
--

L~!J?_

__

-- - ----

--

--

:i-...

BilaHan
ThomasKarstendiangkatmenjadipenasihatKota Malang sepanjang1929-1935. la membuatdesain baru, membuatMalang "tempo doeloe"jadi sebuah kota taman yangcantik. Arsitek senior kita, HanAwal,mengenangmasa kecilnyadi Malang.
ALAN Ijen, Malang, 1940an. Setiap sore, menjelang matahari tenggelam, banyak anak-anak bermain sepatu roda di boulevard itu. Ruas jalannya sangat lebar, anak-anak muda nyaman bersepatu roda, permainan yang saat itu lagi populer. Jalan Ijen adalah sebuah kawasan perumahan elite yang di depannya terdapat taman yang sangat panjang. Sudut-sudut atap antarrumah dan lis plangnya ditata sarna tinggi tentang Malang 60-an tahun silam. Kota Malang yang baru saja mengalami perluasan kota yang tata konsepnya dibuat oleh Her:nan Thomas Karsten. Dalam menata Malang, Karsten melihat: pemandangan gunung di Malang harus dimaksimalisasi. Kota Malang dikelilingi gunung. Di sebelah barat terdapat Gunung Kawi, di sebelah timur Gunung Semeru, di sebelah barat daya Gunung Arjuna, serta lembah Brantas membelah kota. Karsten melihat

Mengenang alang M
J

la/an ljen, Ma/ang,1934.

yang ada tugunya itu, membuat sebuah jalan yang lurus panjang melewati Jalan Semeru, menembus Jalan Ijen. Klimaksnya, jalan ini menuju ke sebuah taman yang terbuka luas, Taman Indrokilo. Han ingat masa SMA-nya kerap dihabiskan dengan main sepeda keliling Kota Malang. Han remaja mengayuh sepedanya dari Jalan Ijen yang sedikit di atas, lalu menuju ke bawah ke Jalan Semeru, lalu ke SMA St. Albertus yang dikenal juga dengan nama SMA Dempo, tempat ia bersekolah. Han ingat ke mana pun ia bergerak, pemandangan Gunung Kawi dan Gunung Arjuna tampak jelas. Jalan Ijen adalah jalan elite, namun Han juga mengenang betapa kontras antara Jalan Ijen dan jalan-jalan yang menuju kampungkampung keeil tidak terasa meneolok. Karsten memang sengaja menata jalan yang menghubungkan perumahan sederhana di Kota Malang dengan perumahan mewah dengan gradasi perpindahan yang halus. Karsten membagi daerah perumahan dalam beberapa bagian. Antara lain daerah kampung tertutup, daerah kampung terbuka, daerah perumahan keeil, dan perumahan besar. Ia

~-

sehingga kelihatannya rapi. Di sepanjang trotoar di depan rumahrumah itu terdapat jajaran pohon palem. "Waktu itu sangat menyenangkan," kata pria berambut putih meneeritakan masa kecilnya. Laki-laki yang kini berusia lebih dari 75 tahun lulusan arsitektur Universitas Delft ini adalah arsitek senior Indonesia. Ia Han Awal. Dengan pelan, seolah menikmati kembali masa keeilnya di Malang, ia bereerita panjang

Malang harus memiliki jaringan jalan dengan pemandangan terbuka, membuat setiap orang bisa melihat panorama gunung itu. Jalan-jalannya memiliki jalur eukup besar dan diberi tamantaman pada titik persilangannya. Karsten melihat jaringan jalan itu harus meneerminkan tatanan keteraturan. Harus ada alur dan sumbu-sumbu klimaksnya. Karsten, misalnya, dari landmark kota Malang, Alun-alun bunder, TEMPO, 18 MARET 2007

mengubah pola perumahan pada kota di Hindia Belanda yang sebelumnya dibagi berdasarkan hunian orang Eropa, daerah Peeinan, kampung Arab, dan kampung pribumi. Karsten selanjutnya membuat standar mengenai profil masing-masing jalan dan lingkungannya. "Makanya, pada zaman Karsten, kampung-kampung terlihat sangat rapi dan bersih," kenang Han. Han merasa apa yang dilakukan

68

~.

-------

KISAHSEORANG 'MAXHAVELAR' ARSITEK


Karsten terhadap Kota Malang sangat merakyat. Karsten berkehendak semua lapisan masyarakat, ras, dan golongan merasakan lingkungan bersama yang serasi. Keharmonisan ini yang menurut Han merupakan peneapaian terbesar Karsten. Ia selalu membuat lahan yang luas bagi fasilitas publik. Makanya, di dekat Jalan Ijen yang elite justru oleh Karsten dibuat sebuah taman publik yang diperuntukkan masyarakat luas, yaitu Taman Indrokilo. Penekanannya pad a unsur publik ini juga direalisasi Karsten ketika membenahi alun-alun Kota Malang yang dikenal sebagai Alun-alun BundeI'. Selama ini alun-alun identik dengan feodalisme. Maka, di depan alun-alun itu Karsten pun membangun kantor DPRD dan wali kota, sebuah kawasan yang bisa digunakan untuk layanan publik. Sambil membuka-buka sebuah buku berbahasa Belanda tentang Kota Malang, mata Han berhenti pada sebuah foto kolam renang. Kolam ini terletak di lahan yang kini dekat dengan Stadion Gajayana. Kolam renang ini terbuka, berhadapan dengan hamparan pepohonan hijau. TerliHans bersama temannya kerap bermain perosotan. Menggunakan pelepah pisang. ia meluneur menuruni bantaran kali. Menurut dia. di bantaran ini juga sering berlangsung perkemahan Pramuka. "Hal itu yang menyebabkan kita di Malang merasa senang karena memiliki fasilitas umum yang nyaman," ujar Han. Bagi Karsten, Kota Malang adalah salah satu aplikasi atas konsep Totalbeeld-nya. Ia menginginkan Malang menampilkan meru. Kal'sten juga I1wmbl'l'i <Ilia buah gt'oung di samping kil'i-Kanan jalan dl'ngan scmacam 100l'er sebagai penand1J. la~'akn~'a pintu gerb1Jng. TlI1cer itu kini l1lasih ada tapi tcrhalang oJeh baJiho-halihn atau papan sponsor. Para pen>ncana bangunan.. bangunan bani <Ii l\1alang pun. menurllt Ban AwaJ, seolah tidak tahu visi Kota Malang yang diiopalkan Karsten. Ban~'ak bangunan baru di MaJang yang jelas menutup pandangan terbuka ke arah Gunung Kawi dan Gunung Arjuna. "Seperti di dekat kolam ]'pnang Gajayana. oi sampingn~'a telah dibangun mal." kata Hans. Hal lain sebagaimana diamati Han adalah kini di Malang perbedaan kawasan elite dan kawasan sederhana terasa kontras benar . "Terasa shocking perbedaann~'a'" Dalam sejarahnya, Kota Malang sendiri pernah dibumih,mguskan oleh pejuang Republik. Pad a 29 juli 1947, Belanda melakukan aksi polisionil dan mulai menduduki Malang tepat pukul 09.30 WIE, 31 Juli 1947. Aksi bumi hangus ini membakar balai kota dan bangunan penting lainnya, termasuk rumah-rumah besar. Tak kurang dari seribu bangunan luluh-lan-

HanAwal.

Han mengenang betapa kontras antara


JalanIjendanjalan-jalanyangmenuju kampung-kampung kecil

tidakterasamencolok.
wajah yang mampu menyatukan dan menyerasikan berbagai golongan penduduk. Saat Karsten menata Malang pada 1935, jumlah warga Kota Malang hanya sekitar 96 ribu jiwa. Pereneanaan Malang yang ditangani Karsten diorientasikannya untuk 25 tahun ke depan, artinya sampai 1960. Tapi kita tahu, kepadatan penduduk di Malang d iluar 18karan. Apa boleh buat. Han melihat konsep kota taman yang diterapkan Karsten kini diterjang pertambahan penduduk dengan kecepatan tinggi. Sebagaimana hawa kota Malang yang kini tak lagi dingin, sudutsudut kota yang dahulu indah itu kini sirna. Taman Indrokilo kini menjadi perumahan mewah. Dulu, tiap sudut penting bangunannya oleh Karsten diberi landmark khusus. Memasuki Jalan SeTEMPO, 18 MARET 2007 tak diterjang api. Han mengalami periode itu. Mungkin Karsten akan menangis jika melihat itu. "Waktu itu terjadi, Karsten telah meninggal, setelah menjadi tawanan Jepang," ueap Han. Terakhir, Han Awal mengunjungi Malang tiga bulan silam. Melihat kondisi Malang sekarang yang carut-marut, ia mengaku, kadang-kadang timbul rindu akan Malang "tempo doeloe". Menurut Han, hanya Jalan Ijen yang masih kuat menyisakan sentuhan gagasan Karsten. Hans pernah bertamasya ke Sunset Boulevard bagian barat Los Angeles, menyusuri jalanan-jalanan eksotis di Prancis. Toh, ia tetap tak bisa melupakan Jalan Ijen di Malang. "Bagi saya, Jalan Ijen 'tempo doeloe' itu tetap paling indah sedunia," kataAnd!DewantoJSJS nya mantap.
69

hat berbagai aneka pohon besar. Trembesi, bungur yang rindangrindang, dan lagi-lagi lanskapnya panorama dua gunung yang indah itu. "Ini," tunjuk Han sembari tertawa. "Kalau habis berenang, saya suka makan pisang goreng untuk mengganjal perut." Ran ingat saat keeil ia saat aktif di kegiatan Pramuka ia juga sering ke Sungai Brantas. Ban18ran Sungai Brantas waktu itu adalah kawasan hijau yang indah.

...Y4-."

-,-."

Anda mungkin juga menyukai