Anda di halaman 1dari 5

Black Lives Matter Movement

Teori Neo-Gramscian Approach

Dalam penulisan ini, peneliti akan menggunakan pendekatan Neo-Gramscian approach


sebagai pendekatan yang digunakan untuk meneliti kasus Black Lives Matter (BLM) yang terjadi
di Amerika Serikat pada tahun 2013 hingga tahun 2020 lalu. Neo-Gramscian merupakan teori
yang diciptakan oleh salah satu ilmuan Marxisme yang bernama Gramsci. Pada saat Gramsci
dipenjara di Italia di era Benito Mussolini, Gramsci mengemukakan sebuah teori baru yang
terinspirasi dari teori Marxisme yang dikemukakan oleh Karl Marx. Gramsci berpendapat bahwa
kekuatan suatu negara tidak terbatas dari kekuatan militer dan ekonominya saja, melainkan suatu
negara harus memiliki Non Governmental Organization (NGO) untuk memastikan bahwa
pemerintahan negara tersebut memiliki relasi yang kuat. Di dalam teori Neo-Gramscian, Gramsci
berpendapat bahwa NGO memiliki peranan yang penting di dalam suatu pemerintahan dan
merupakan faktor yang menentukan apakah pemerintahan tersebut dapat mempertahankan
kekuasaannya atau tidak. Apabila suatu pemerintahan dapat menciptakan politik yang stabil bagi
pemerintah dan NGO yang bersangkutan, maka dapat dipercaya bahwa pemerintahan tersebut
dapat bertahan dengan lama, namun apabila suatu pemerintahan tidak dapat menciptakan sistem
politik yang menguntungkan NGO yang bersangkutan, maka pemerintahan tersebut akan
mengalami berbagai macam konflik yang menjunjung tinggi emansipasi dari NGO yang
bersangkutan.

Di dalam penelitian ini, ada dua aktor yang akan menjadi aktor utama di dalam
penelitian. Aktor tersebut adalah Amerika Serikat sebagai aktor negara, dan BLM sebagai aktor
non-negara. Di dalam penelitian ini, BLM merupakan suatu gerakan emansipasi yang dilakukan
oleh kaum masyarakat sipil berkulit hitam di Amerika Serikat yang tidak setuju dengan
ketidakadilan yang menimpa kaum berkulit hitam yang terjadi di Amerika Serikat.
Ketidakpuasan yang dirasakan oleh kaum BLM ini telah meminta pemerintah Amerika Serikat
untuk mengatur sistem politik yang menjunjung tinggi kesetaraan ras dan hak asasi manusia. Di
dalam pendekatan Neo-Gramscian, suatu pemerintahan akan mengalami berbagai macam konflik
apabila pemerintahan tersebut tidak menciptakan sistem politik yang menguntungkan NGO. Di
dalam penelitian ini, Amerika Serikat telah gagal dalam menciptakan kebijakan yang memiliki
sifat keadilan bagi kaum BLM, sehingga kaum BLM ini melakukan protes besar-besaran untuk
menuntut pemerintahan Amerika Serikat untuk menciptakan kebijakan yang menguntungkan
NGO tersebut.

Metode Black Lives Matter

Black Lives Matters (BLM) merupakan suatu gerakan emansipasi kaum berkulit hitam
yang berasal dari Amerika Serikat untuk menunjukan ketidakpuasan masyarakat sipil berkulit
hitam terhadap penganiayaan serta ketidakadilan yang dilakukan oleh kaum berkulit putih
terhadap kaum berkulit hitam. Gerakan BLM ini pertama dilakukan pada tahun 2013 oleh tiga
aktivis berkulit hitam yang bernama Cullors, Tometi dan Garza yang menunjukan ketidakpuasan
mereka terhadap tindakan pembunuhan yang dilakukan oleh George Zimmerman terhadap
seorang remaja berkulit hitam yang bernama Trayvon Martin pada tahun 2012 lalu. Untuk
melakukan aksi unjuk rasa ini, para pejuang BLM menggunakan model, taktik, strategi dan
tujuan yang memiliki bentuknya tersendiri.

Untuk memastikan bahwa tindakan aktivis yang dilakukan oleh kaum BLM ini dapat
dilaksanakan dengan baik, BLM tentunya memerlukan bantuan finansial untuk mendukung
gerakan emansipasi tersebut. Adapun strategi yang digunakan oleh BLM untuk mengumpulkan
dana ialah dengan membuka dan memamerkan aksinya di sosial media. Dengan begitu, kaum
berkulit hitam dari negara lain maupun para pengusaha dapat memberi bantuan finansial kepada
para pejuang aktivis BLM. Hingga saat ini, sumber keuangan yang diterima oleh BLM tidaklah
bersifat resmi, sehingga bantuan finansial didapatkan dengan sumbangan masyarakat dan
pengusaha.

Black Lives Matter merupakan salah satu bentuk NGO yang pertama diciptakan oleh
aktivis-aktivis yang tidak puas atas kekerasan yang dilakukan oleh kaum berkulit putih terhadap
kaum berkulit hitam. Ini berarti, BLM merupakan gerakan masyarakat sipil yang bersifat anti
kekerasan dan melawan kekerasan. Di sisi lain, BLM merupakan NGO yang tidak resmi,
sehingga model sistem BLM pun bersifat desentralisasi. Adapun arti dari desentralisasi itu
sendiri ialah tidak ada pemerintah utama yang menguasai dan mengatur segala kinerja yang ada
di NGO tersebut. Ini berarti BLM tidak memiliki pemerintah resmi dan mengandalkan
informasi-informasi yang didapatkan dari aktivis maupun dari negara-negara lain untuk
merencanakan kegiatan aktivisnya.

Untuk memastikan bahwa kegiatan BLM dapat berlangsung dengan efektif, organisasi ini
tentunya memerlukan taktik-taktik tertentu. Adapun taktik yang digunakan oleh pejuang BLM
ialah taktik simbolik dan taktik akuntabilitas atau pertanggungjawaban. Taktik simbolik
digunakan oleh kaum aktivis dengan menggunakan media sosial untuk menunjukkan
ketidakpuasan mereka terhadap pemerintahan Amerika Serikat. Sosial media utama yang
digunakan oleh pejuang BLM untuk mempromosikan aksinya adalah Instagram. Di sisi lain,
BLM juga memiliki situsnya tersendiri untuk menuliskan visi dan misinya kepada dunia. Dengan
menggunakan sosial media, para pejuang BLM dapat menunjukan berbagai aksinya ke seluruh
dunia. Taktik yang diterapkan oleh BLM ini telah berhasil dalam menarik perhatian dari kaum
berkulit hitam di negara-negara lain, sehingga mereka juga mendukung kegiatan aktivis yang
dilakukan di Amerika Serikat. Hal ini merupakan faktor yang membuat BLM telah berevolusi
dari masyarakat sipil menjadi masyarakat sipil global. Adapun taktik akuntabilitas yang
digunakan oleh kaum BLM terhadap pemerintah Amerika Serikat ialah dengan mengingatkan
pemerintah Amerika Serikat bahwa negara tersebut merupakan negara yang menjunjung tinggi
nilai hak asasi manusia. Akan tetapi, praktik di negara tersebut menunjukan bahwa kaum berkulit
putih lebih dihargai apabila dibandingkan dengan kaum berkulit hitam. Ini berarti Amerika
Serikat telah gagal dalam membentuk hak asasi manusia yang adil dii negaranya, sehingga para
aktivis BLM menggunakan hal tersebut untuk menjalankan aktivitas pemberontakannya.

Segala NGO yang tercipta tentunya memiliki tujuan yang perlu diperjuangkan oleh
anggota-anggotanya. Adapun tujuan dari BLM ialah memberitahu masyarakat global bahwa
kaum berkulit hitam merupakan kaum yang tertindas di Amerika Serikat dan untuk
mengingatkan pemerintah Amerika Serikat bahwa kesetaraan ras di negara tersebut tidaklah
stabil. Amarah dari kaum BLM kembali memuncak ketika pada tahun 2020 lalu, seorang pria
berkulit hitam yang bernama George Floyd telah dibunuh oleh seorang polisi Amerika Serikat
yang bernama Derek Chauvin. Tindakan kejam dan rasis yang dilakukan oleh Derek Chauvin ini
tentunya telah memicu amarah dari kaum BLM. Akibatnya, para pejuang aktivis BLM terus
melakukan segala aktivitas untuk memberitahu pemerintah Amerika Serikat bahwa tidak ada
keadilan bagi ras berkulit hitam di negara tersebut. Pada akhirnya, Derek Chauvin telah diadili
oleh pemerintah Amerika Serikat dan diberi hukuman berupa penjara selama 22 tahun dan 6
bulan. Berdasarkan contoh tersebut, dapat dibuktikan bahwa tujuan yang dilakukan oleh aktivis
BLM terkadang berhasil dalam menarik perhatian pemerintah Amerika Serikat sehingga
pemerintah dapat memberikan keputusan yang cukup memuaskan bagi aktivis BLM.

Kesimpulan

Black Lives Matter merupakan salah satu organisasi non-negara yang ada di Amerika
Serikat yang bertujuan untuk memperjuangkan manusia berkulit hitam di Amerika Serikat.
Pembentukan organisasi ini memiliki latar belakang di mana seorang pria berkulit hitam telah
dibunuh oleh pria berkulit putih di tahun 2012 lalu. Akibatnya, penduduk dengan ras kulit hitam
di Amerika Serikat membentuk suatu gerakan yang disebut sebagai Black Lives Matter untuk
memberi informasi kepada dunia dan pemerintah Amerika Serikat bahwa ada ketidaksetaraan ras
di negara tersebut. Untuk penulisan ini, peneliti menggunakan teori Neo-Gramscian di dalam
penelitiannya. Alasan mengapa peneliti menggunakan Neo-Gramscian dikarenakan teori ini
memberi sudut pandang yang efektif dalam menghubungkan sistem pemerintahan dan aktor non-
negara (NGO). Teori ini menjelaskan bahwa apabila sistem pemerintahan dapat bekerja sama
dengan NGO untuk membuat suatu kebijakan, maka pemerintahan tersebut dapat bertahan
dengan baik. Di sisi lain, apabila sistem pemerintahan tersebut tidak dapat menciptakan
kebijakan yang menguntungkan NGO, maka pemerintahan tersebut akan mendapatkan
kekacauan maupun kesulitan yang disebabkan oleh NGO yang ada di negara tersebut. Kasus
Black Lives Matter yang terjadi di Amerika Serikat ini merupakan contoh bahwa pemerintah
tidak dapat melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, sehingga salah satu
NGO negara tersebut terus berupaya untuk memperjuangkan tindakan aktivisnya.
Referensi:
BBC Teams. (2021, June 25). George Floyd murder: Derek Chauvin sentenced to over 22 years. Retrieved
from BBC: https://www.bbc.com/news/world-us-canada-57618356

Edgar, E. (2015). Neo-Gramscianism. University of Reading, 3-9.

Efe Can Gurcan, C. D. (2021). The Formation and Development of the Black Lives Matter Movement: A
Political Process Perspective. Istanbul University, 2-11.

Kwasi Konadu, B. G. (2021, September 8). Black Lives Matter: How far has the movement come?
Retrieved from The Conversation: https://theconversation.com/black-lives-matter-how-far-has-
the-movement-come-165492

The Editors of Encyclopaedia Britannica. (2022, February 27). Black Lives Matter. Retrieved from
Britanica: https://www.britannica.com/topic/Black-Lives-Matter

Anda mungkin juga menyukai